Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan


memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, pembangunan
kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya dapat terwujud. Visi Indonesia sehat 2025 adalah tercapainya hak
hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem kesehatan yang dapat
menjamin hidup dalam lingkungan yang sehat, perilaku masyarakat proaktif
memelihara kesehatannya serta mampu melakukan akses dalam pelayanan
kesehatan yang bermutu sesuai yang tertera dalam kebijakan pembangunan jangka
panjang bidang kesehatan tahun 2005- 2025 (Kemenkes, 2017).

Berdasarkan Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2013 tentang Program


Dekade Aksi Keselamatan Jalan untuk pilar ke V Menteri Kesehatan, yang
bertanggung jawab meningkatkan penanganan pra kecelakaan meliputi promosi dan
peningkatan kesehatan pengemudi pada keadaan/situasi khusus dan penanganan
pasca kecelakaan dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT). Data yang ada menyebutkan bahwa mayoritas daerah tidak peduli
dengan penanganan kegawat daruratan bagi masyarakatnya ini terbukti baru sekitar
49 dari total 5338 Kabupaten/Kota yang telah membentuk Public Safety Center
(PSC) artinya hanya 7,4 % Kabupaten/Kota di Indonesia yang memiliki fasilitas
layanan kegawat daruratan. PSC merupakan bagian jejaring dari National
Command Center (NCC) yang akan memberikan pelayanan selama 24 jam untuk
memudahkan kasus layanan kegawat daruratan dan mempercepat respon cepat
penanganan korban. Keduanya merupakan bagian dari Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang dikeluarkan guna mengurangi tingkat

1
kematian dan kecacatan yang tinggi di Indonesia, akibat kasus darurat (Kemenkes,
2016).

Gawat Darurat Medik merupakan peristiwa yang dapat menimpa setiap orang.
Bisa secara tiba-tiba dan membahayakan jiwa sehingga membutuhkan penanganan
yang cepat dan tepat. Dalam kondisi gawat darurat, diperlukan sebuah sistem
informasi yang terpadu dan handal untuk bisa digunakan sebagai rujukan bagi
penanganan gawat darurat, maka dikembangkan Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT). SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien
gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di
Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat
yang menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan
oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans
gawat darurat dan sistem komunikasi (Kemenkes, 2016).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari sistem pelayanan gawat darurat?


2. Bagaimana ruang lingkup pelayanan gawat darurat?
3. Apa saja peran dan fungsi perawat gawat darurat?
4. Apa saja kompetensi klinik perawat gawat darurat?
5. Bagaimana sistem pengorganisasian gawat darurat?
6. Bagaimana hubungan perawat, pasien, dan komunikasi keperawatan?
7. Apakah pengertian dari SPGDT?
8. Bagaimana fase pra rumah sakit dalam SPGDT?
9. Bagaimana fase rumah sakit dalam SPGDT?
10. Apa saja sumber pembiayaan SPGDT?
11. Bagaimana pelayanan kesehatan korban?
12. Bagaimana pelayanan kesehatan pengungsi?

2
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum mengenai sistem pelayanan gawat darurat
dan sistem penanggulangan bencana terpadu.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari sistem pelayanan gawat darurat?
b. Untuk mengetahui ruang lingkup pelayanan gawat darurat?
c. Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat gawat darurat?
d. Untuk mengetahui kompetensi klinik perawat gawat darurat?
e. Untuk mengetahui sistem pengorganisasian gawat darurat?
f. Untuk mengetahui hubungan perawat, pasien, dan komunikasi keperawatan?
g. Untuk mengetahui pengertian dari SPGDT?
h. Untuk mengetahui fase pra rumah sakit dalam SPGDT?
i. Untuk mengetahui fase rumah sakit dalam SPGDT?
j. Untuk mengetahui sumber pembiayaan SPGDT?
k. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan korban?
l. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan pengungsi?

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini berisi tentang sistem pelayanan gawat darurat dan sistem
penanggulangan bencana terpadu yang ditulis dan diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan.

Makalah ini memiliki sistematika penulisan yang dibagi menjadi 3 bab utama,
yakni bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang dari sistem
pelayanan gawat darurat dan sistem penanggulangan bencana terpadu, rumusan
masalah yang akan dibahas, tujuan dari pembuatan makalah yang terdiri dari tujuan
utama dan tujuan khusus, serta sistematika penulisan dari makalah ini.

3
Bab II merupakan tinjauan teori yang berisi beberapa pembahasan yaitu
pembahasan tentang sistem pelayanan gawat darurat dan sistem penanggulangan
bencana terpadu serta menjelaskan dari tujuan pembuatan makalah ini.

Bab III merupakan penutup dari makalah ini yang berisi kesimpulan dari
pembahasan dalam makalah ini dan berisi saran untuk keperawatan untuk masa
yang akan datang.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Sistem Pelayanan Gawat Darurat


1. Definisi
Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari
pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera
(imediately) untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving). Instalasi
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan
nama Instalasi Gawat Darurat (emergency unit). Tergantung dari
kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD tersebut dapat beraneka macam,
namun yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit
(hospital based emergency unit). Hanya saja betapapun telah majunya sistem
rumah sakit yang di anut oleh suatu negara, bukan berarti tiap rumah sakit
memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri, untuk mengelola kegiatan
IGD memang tidak mudah penyebab utamanya adalah karena IGD adalah
salah satu dari unit kesehatan yang padat modal, padat karya dan padat
teknologi (Margaretha, 2013).

2. Ruang Lingkup Pelayanan Gawat Darurat


a. Pelayanan keperawatan gawat darurat level I : merupakan pelayanan
gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan pertama pada pasien
gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa,
mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk.
b. Pelayanan keperawatan gawat darurat level II : merupakan pelayanan
gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan pertama pada pasien
gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa,
mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk,
menetapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus
kegawatdaruratan.

5
c. Pelayanan keperawatan gawat darurat level III : merupakan pelayanan
gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan pertama pada pasien
gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa,
mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk,
menetapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus
kegawatdaruratan, serta pelayanan keperawatan gawat darurat
spesialistik (4 besar spesialis seperti anak, kebidanan, bedah, dan
penyakit dalam).
d. Pelayanan keperawatan gawat darurat level IV : merupakan pelayanan
gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan pertama pada pasien
gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa,
mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk,
menetapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus
kegawatdaruratan, serta pelayanan keperawatan gawat darurat
spesialistik (4 besar spesialis seperti anak, kebidanan, bedah, dan
penyakit dalam), ditambah dengan pelayanan keperawatan gawat darurat
sub spesialistik.

3. Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat


a. Peran perawat gawat darurat
Perawat memiliki peran yang penting dalam penanganan gawat
darurat. Kasus gawat darurat selalu ada dan bahkan terkadang menjadi
kejadian luar biasa. Kemampuan perawat dalam memberikan
penanganan akan menentukan tingkat keberhasilan terapi. Peran perawat
terbagi dalam 3 fase dalam manajemen penanggulangan gawat darurat.
1) Peran perawat sebelum kejadian gawat darurat
a) Melakukan inventarisasi, jenis, lokasi, sifat keadaan gawat
darurat yang mungkin terjadi.
b) Melakukan pendataan sumber daya yang ada.
c) Membuat peta daerah rawan bahaya.

6
d) Membuat protap, menyosialisasikan ke unit terkait.
e) Melakukan pelatihan dan penyuluhan terkait penanganan
kegawatdaruratan.
f) Membentuk Satgas gawat darurat yang dapat terkoordinasi
secara terus-menerus.
g) Deteksi dan supresi

2) Peran perawat saat kejadian gawat darurat


a) Penyelamatan korban
b) Triase dan stabilisasi
c) Merujuk pasien atau transportasi
d) Memberikan tindakan definitif

3) Peran perawat setelah kejadian gawat darurat

a) Melakukan evaluasi pelaksanaan tugas


b) Melakuakn analisis dampak setelah kejadian atau ada bahaya
lain yang mengancam
c) Melakukan tindakan rekonsiliasi
d) Memulihkan kembali ke kehidupan normal

b. Fungsi perawat gawat darurat


Macam-macam fungsi perawat di unit gawat darurat menurut
Aryatmo (1993) yaitu:

1) Mengkaji kebutuhan perawatan penderita, keluarga, dan masyarakat.

2) Mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan.

3) Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari dan


melaksanakan penelitian guna meningkatkan pengetahuan dan

7
mengembangkan keterampilan, baik dalam praktek mauppun dalam
pendidikan keperawatan.

4) Mengelola pelayanan perawatan di rumah sakit.

5) Mengutamakan perlindungan dan keselamatan penderita dalam


melaksanakan tugas keperawatan.

6) Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan rujukan masalah


kegawatdaruratan.

7) Memberi pelayanan secara multi disiplin.

8) Mendokumentasikan dan komunikasikan informasi tentang


pelayanan yang telah diberikan serta kebutuhan untuk tindak lanjut.

9) Mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas.

4. Kompetensi Klinik Perawat Gawat Darurat


Pengelompokan perawat klinik gawat darurat/intensif dibagi dalam
lima kategori yaitu:
1. Perawat klinik I (PK I / novice)
a. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Praktik profesional, etis, legal, dan peka budaya:
a) Menunjukan perilaku bertanggung gugat terhadap praktik
professional :
i) Dapat menjelaskan alasan secara ilmiah pada setiap
tindakan yang dilakukan.
ii) Mengetahui batasan kemampuan sehingga tidak
melakukan tindakan diluar batas kemampuannya.

8
iii) Merujuk/ mengkonsultasikan kepada yang lebih ahli
(perawat dengan kompetensi lebih tinggi/ tingkat
kepakarannya).
b) Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya :
i) Memahami issue etik dan hukum pada perawatan intensif
ii) Menghormati hak privasi klien.
iii) Dapat memberi penjelasan tentang hak-hak klien.
iv) Tidak menyebarkan informasi kesehatan klien kepada yang
tidak berhak.
v) Mengembangkan praktik keperawatan untuk dapat
memenuhi rasa aman dan menghargai martabat klien.
vi) Memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan
adat istiadat dan budaya klien.
c) Melaksanakan praktik secara legal
i) Melaksanakan praktik sesuai dengan kebijakan lokal dan
nasional.
ii) Menujukan tindakan yang sesuai dengan regulasi yang
berlaku terkait praktik keperawatan dan kode etik
keperawatan.

2) Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan


a) Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan
manajemen asuhan keperawatan.
b) Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayan
keperawatan.
c) Melaksanakan asuhan keperawatan dasar dan asuhan pasien
secara rutin dengan bimbingan penuh dari PK II :
i) Melakukan pengkajian keperawatan

9
ii) Melakukan analisa data yang didapat khususnya mengenai :
henti nafas dan jantung, status pernafasan, gangguan irama
jantung, status hemodinamik pasien dan status kesadaran
pasien.
iii) Menetapkan diagnosa keperawatan
iv) Merumuskan rencana keperawatan
v) Melaksanakan tindakan keperawatan :
(1) Pemenuhan kebutuhan dasar.
(2) Melakukan monitoring hemodinamik non invasif.
(3) Mengukur saturasi oksigen dengan pulse oximetri
(4) Memberikan BHD (Bantuan Hidup Dasar)/ BLS (Basic
Life Support).
(5) Melakukan fisioterafi dada
(6) Memberikan terapi inhalasi
(7) Pemberian obat
(8) Melakukan perekaman elektro kardiogram (EKG)
(9) Melakukan pengelolaan pasien dengan terafi cairan
intra vena.
(10) Mempersiapkan pemberian terafi melalui syringe pump
dan infuse pump.
(11) Mempertahankan teknik bersih dan steril.
(12) Perawatan luka dengan berbagai teknik.
vi) Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
d) Medokumentasikan asuhan keperawatan sebagai bukti
tanggung jawab dan tanggung gugat atas praktik.
e) Menggunakan komunikasi terapeutik efektik dan hubungan
interpersonal dalam pemberian pelayanan/ asuhan
keperawatan.

3) Pengembangan professional

10
a) Melaksanakan upaya peningkatan professional dalam praktik
keperawatan
i) Menggunakan hasil riset dalam praktik keperawatan
ii) Mempunyai jiwa visionary, berpikir kritis dan inovatif
b) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi
i) Mengevaluasi kinerja praktik diri sendiri
ii) Melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan ilmiah
keperawatan

b. Deskripsi
1) Membutuhkan suvervisi ketat.
2) Melaksanakan keterampilan keperawatan dasar dan asuhan pasien
secara rutin.
3) Memulai mengembangkan keterampilan pengkajian keperawatan.

2. Perawat klinik II (PK II /Advance Beginner)


a. Kompetensi yang harus dimiliki :
1) Praktik professional, etis, legal, dan peka budaya :
a) Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik
professional kompetensi PK I
b) Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya :
i) Kompetensi PK I
ii) Mampu melindungi klien dari tindakan yang dapat merugikan
baik fisik maupun material
c) Melaksanakan praktik secara legal
i) Kompetensi PK I

11
ii) Menunjukan tindakan yang sesuai dengan regulasi yang
berlaku terkait praktik keperawatan/ dan kode etik
keperawatan.

2) Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan :


a) Memahami konsep dasar yang terkait dengan kondisi yang
membutuhkan bantuan hidup dasar dan pertolongan lanjutan
i) System pelayanan gawat darurat dan intensif
ii) Komunikasi dan manajemen disaster
iii) Pertimbangan etik dan legal
b) Melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat dan intensif
melalui pendekatan proses keperawatan :
i) Berdasarkan hasil pengkajian, analisa yang cepat dan tepat
dengan menggunakan prinsip prioritas A-B-C-D
ii) Mengimplementasikan intervensi keperawatan meliputi
bantuan hidup dasar pada orang dewasa dan pedriatik :
(1) Resusitasi jantung paru
(2) Manajemen pembebasan jalan nafas
iii) Mengevaluasi intervensi keperawatan melalui perkembangan
klien
iv) Melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan
v) Penanggulangan kondisi kegawat daruratan dan intensif :
(1) Memberikan ALS (advanced life suport)
(2) Shock / renjatan
(3) Cidera fisik dan tulang
(4) Tenggelam
(5) Keracunan
(6) Luka bakar
(7) Nyeri akut / kronik
(8) Kedaruratan persalinan

12
vi) Medokumentasikan asuhan keperawatan sebagai bukti
tanggung jawab dan tanggung gugat atas praktik
c) Menggunakan komunikasi terapeutik efektik dan hubungan
interpersonal dalam pemberian pelayanan/ asuhan keperawatan.
3) Pengembangan professional
a) Melaksanakan upaya peningkatan professional dalam praktik
keperawatan :
i) Kompetensi PK I
ii) Meningkatkan dan menjaga citra keperawatan professional
iii) Memberikan kontribusi untuk pengembangan praktik
keperawatan professional
b) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi :
i) Kompetensi PK I
ii) Melaksanakan tugas sebagai pembimbing / mentor bagi PK I

b. Deskripsi
1) Mendemonstrasikan kinerja secara adekuat dan akseptable
2) Dapat membedakan situasi yang penting dan menentukan prioritas
3) Membutuhkan supervise yang tidak ketat

3. Perawat klinik III (PK III /Competent)


a. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Praktik professional, etis, legal, dan peka budaya :
a) Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik
professional kompetensi PK II
b) Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya :
i) Kompetensi PK II

13
ii) Bertanggung jawab secara moral untuk mengambil keputusan
yang baik dan menolak keputusan yang buruk dari teman
sejawat dan tenaga kesehatan lain
iii) Mengambil keputusan etik dan menentukan prioritas dalam
kondisi perang, tindak kekerasan, konflik, dan situasi
bencana alam (dalam situasi gawat darurat dan intensif)
c) Melaksanakan praktik secara legal : Kompetensi PK II

2) Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan


a) Memahami konsep dasar keperawatan gawat darurat, trauma,
medikal dan intensif :
i) System pelayanan kegawatdarurat medis, trauma, dan intensif
ii) Peran perawat sebagai tim
iii) Triage
iv) Manajemen keperawatan kegawatdaruratan medis, trauma, dan
intensif
b) Melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat medis lanjut dan
intensif melalui pendekatan proses keperawatan :
i) Bersasarkan hasil pengkajian, analisa yang cepat dan tepat
dengan menggunakan prinsip prioritas A-B-C-D
ii) Mengimplementasikan intervensi keperawatan meliputi :
(1) Kegawatdaruratan medis pada kondisi sakit kepala, kejang
dan encepalopati
(2) Kegawatdaruratan medis pada mata, telinga, hidung, dan
tenggorokan
(3) Kegawatdaruratan medis pada kardiovaskuler
(4) Kegawatdaruratan medis pada kondisi alergi dan imun
(5) Kegawatdaruratan medis pada abdominal dan
gastrointestinal
(6) Kegawatdaruratan medis pada genitourinary

14
iii) Medokumentasikan asuhan keperawatan sebagai bukti
tanggung jawab dan tanggung gugat atas praktik.

3) Pengembangan profesional
a) Melaksanakan upaya peningkatan professional dalam praktik
keperawatan :
i) Kompetensi PK II
ii) Menggunakan bukti yang absah dalam mengevaluasi mutu
praktik keperawatan
iii) Berpartisifasi dalam meningkatkan mutu prosedur penjamin
mutu
b) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi :
i) Kompetensi PK II
ii) Melaksanakan tugas sebagai pembimbing / mentor bagi PK
II
iii) Menunjukan peran sebagai pembimbing / mentor yang
efektif
iv) Menunjukan tanggung jawab untuk pembelajaran seumur
hidup dan mempertahankan kompetensi
v) Memberikan kontribusi pada pengembangan pendidikan dan
professional peserta didik.
b. Deskripsi
1) Mendemonstrasikan kompetensi yang tidak perlu disuvervisi
dengan mengunakan proses keperawatan
2) Mampu merencanakan dan mengorganisasikan tujuan jangka pendek
dan jangka panjang
3) Mendemonstrasikan arah dan kegiatan
4) Siap menerima tanggung jawab kepemimpinan
5) Mendemonstrasikan keterampilan komunikasi dengan baik

15
6) Membagi ide dan pengetahuan terhadap mitra.

4. Perawat klinik IV (PK IV /Proficient)


a. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Praktik professional, etis, legal, dan peka budaya :
a) Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik
professional kompetensi PK III
b) Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya Kompetensi
PK III
c) Melaksanakan praktik secara legal Kompetensi PK III
2) Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan
a) Memberikan asuhan keperawatan gawat darurat dan intensif dari
yang sederhana sampai dengan yang kompleks
b) Melakukan tindakan keperawatan gawat darurat dan intensif
lanjut secara mandiri
c) Mengelola asuhan keperawatan gawat darurat dan intensif :
i) Manajemen disaster
ii) Keperawatan gawat darurat dan intensif pedriatik
iii) Keperawatan gawat darurat dan intensif kardiovaskuler
iv) Keperawatan gawat darurat dan intensif maternitas
v) Keperawatan gawat darurat dan intensif psikiatri
d) Medokumentasikan asuhan keperawatan sebagai bukti tanggung
jawab dan tanggung gugat atas praktik
e) Melakukan bimbingan bagi PK III
f) Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
g) Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
h) Membimbing peserta didik keperawatan
i) Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut.

16
3) Pengembangan professional
a) Melaksanakan upaya peningkatan professional dalam praktik
keperawatan Kompetensi PK III
b) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi :
i) Kompetensi PK III
ii) Melaksanakan tugas sebagai pembimbing / mentor bagi PK III

b. Deskripsi
1) Mendemonstrasikan pengetahuan spesialisasi dan keterampilan
spesialisasi
2) Pendidikan professional berkesinambungan
3) Menerima tanggung jawab kepemimpinan dan supervise
4) Merekognisi dan menyesuaikan terhadap situasi yang bervasiasi
dengan normatif
5) Mendelegasikan tanggung jawab secara tepat, menggunakan
alternatif dalam memecahkan masalah.

5. Perawat klinik V (PK V / Expert)


a. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Praktik professional, etis, legal, dan peka budaya :
a) Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik
professional kompetensi PK IV
b) Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya Kompetensi
PK IV
c) Melaksanakan praktik secara legal Kompetensi PK IV.

2) Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan :

17
a) Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub spesialisasi
dalam lingkup gawat darurat dan intensif
b) Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub spesialisasi
c) Medokumentasikan asuhan keperawatan sebagai bukti tanggung
jawab dan tanggung gugat atas praktik
d) Melakukan bimbingan bagi PK IV
e) Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
f) Melakukan konseling kepada pasien
g) Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
h) Membimbing peserta didik keperawatan
i) Berperan sebagai konsultan dalam lingkungan bidangnya
j) Berperan sebagai peneliti
3) Pengembangan profesional :
a) Melaksanakan upaya peningkatan professional dalam praktik
keperawatan Kompetensi PK IV
b) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi :
i) Kompetensi PK IV
ii) Melaksanakan tugas sebagai pembimbing / mentor bagi PK IV
b. Deskripsi
1) Mendemonstrasikan pengalaman dalam peraktek klinik
2) Menerima/ mendelegasikan tanggung jawab kepegawaian dan
pengelolaan.

5. Sistem Pengorganisasian Gawat Darurat

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI GAWAT DARURAT

18
Sesuai Surat Keputusan Direktur RS Semen Gresika Nomor :
…………………………tentang Struktur Instalasi Gawat Darurat RS Semen
Gresik, Instalasi Gawat Darurat berada di bawah Bidang Pelayanan Medik.

1. Nama Jabatan : Kepala Instalasi Gawat Darurat


Hasil Kerja : 1. Terkoordinasinya semua kegiatan pelayanan medis
dan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat
2. Terencananya kebutuhan sumber daya tenaga untuk
meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan
kebutuhan dan kemajuan teknologi
Uraian Tugas : 1. Menyusun standar pelayanan dan standar prosedur
operasional tentang :
 Sistem Triage

19
 Pasien Gawat Darurat dan Pasien Tidak Gawat
Darurat
 Menyusun dan mengatur jadwal jaga Dokter IGD
 Penggunaan obat dan Alat Life Saving
 Pasien rujukan
 Akses ke Pelayanan IGD dan kontinutitas
pelayanan
 Disaster Plan
2. Merencanakan kebutuhan sumber daya manusia yang
dibutuhkan untuk penyelenggaraan pelayanan di
Instalasi Gawat Darurat
3. Membuat uraian tugas bagi bawahan dan mengawasi
terhadap pelaksanaan kegiatan
4. Melaksanakan pembinaan terhadap staf di bawahnya
5. Menyelesaikan masalah yang timbul di lingkungan
Instalasi Gawat Darurat sehubungan dengan kegiatan
pelayanan yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
langsung yang terkait dengan kegiatan Instalasi Gawat
Darurat
7. Memeriksa laporan kegiatan Instalasi Gawat Darurat,
morbiditas, mortalitas, ketenagaan dan laporan
insidentiil
8. Membuat dan mengevaluasi prosedur pelayanan
gawat darurat
9. Membuat dan mengevaluasi angka keterlambatan
pelayanan di IGD dan angka kematian pasien true
emergency di IGD

20
Tanggung jawab : 1. Bertanggung jawab kepada Bidang Pelayanan Medis
Rumah Sakit Bedah Mitra Sehat dan Kepala Rumah
Sakit
2. Bertanggung jawab penuh atas terlaksananya semua
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
3. Bertanggung jawab serta mengkoordinir semua
kebutuhan sarana dan prasarana di Instalasi Gawat
Darurat guna menunjang tercapainya sistem pelayanan
di Instalasi Gawat Darurat
Wewenang : 1. Melaksanakan pembinaan staf yang berkaitan dengan
penelitian, pengembangan, pendidikan dan latihan
serta kemajuan teknologi untuk meningkatkan mutu
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
2. Mengambil keputusan administrasi dan keuangan
yang timbul di Instalasi Gawat Darurat dan tidak
dapat diselesaikan oleh bawahan
3. Mengkoordinir Kejadian Luar Biasa di dalam rumah
sakit
Syarat Jabatan : 1. Dokter Umum atau Spesialis
2. Mempunyai sertifikat ATLS atau ACLS
3. Mempunyai sertifikat PPGD/ GELS
4. Masa kerja minimal 5 (lima) tahun di RS Semen
Gresik

2. Nama Jabatan : Staf Medis Instalasi Gawat Darurat


Hasil Kerja : Terkoordinirnya pelayanan medis di Instalasi Gawat
Darurat, dengan memberikan petunjuk dan arahan kepada
perawat Instalasi Gawat Darurat dalam hal pelayanan
yang diberikan kepada pasien di Instalasi Gawat Darurat
Uraian tugas : 1. Mengatur kegiatan pelayanan medis pasien IGD

21
2. Bersama dengan Kepala IGD menyusun program
pelatihan yang dibutuhkan bagi petugas IGD
3. Mengawasi kelancaran kegiatan keperawatan pasien
IGD
4. Menangani masalah yang terjadi di IGD pada shif yang
menjadi tanggung jawabnya
5. Memberi petunjuk teknis kepada perawat IGD
6. Mencatat semua dokumen rekam medis IGD pada shift
yang menjadi tanggung jawabnya
Tanggung jawab : 1. Bertanggung jawab terhadap Kepala IGD RS Semen
Gresik
2. Bertanggung jawab atas ketepatan dan kesesuaian
pelayanan medis yang diberikan dan tata kerja di
Instalasi Gawat Darurat pada shift yang menjadi
tanggung jawabnya
3. Ketepatan dan kebenaran pelaksanaan kegiatan
a. Pelayanan medis pasien gawat darurat
b. Kelancaran pelayanan medis
c. Penggunaan alat dan obat life saving
Wewenang : 1. Menilai, menegur, memberi sanksi dan motivasi
perawat
2. Mengatur rencana kegiatan pelayanan medis di
Instalasi Gawat Darurat pada shift yang menjadi
tanggung jawabnya
3. Meminta arahan dari atasan, meminta masukan dari
bawahan dari unit kerja lain yang terkait
4. Memberi saran dan pertimbangan kepada atasan
5. Menandatangani surat istirahat, surat rujukan, surat
kematian dan surat-surat lain yang berhubungan

22
dengan pelayanan medis tehadap semua pasien yang
menjadi tanggung jawab pada shift itu
Syarat Jabatan : 1. Dokter Umum
2. Mempunyai sertifikat ATLS dan ACLS atau
PPGD/GELS
3. Mempunyai SIP di RS Semen Gresik
4. Sudah menjalani masa orientasi selama 1 bulan

3. Nama Jabatan : KARU Perawatan ( Kepala Ruang ) Instalasi Gawat


Darurat
Hasil Kerja : Terkoordinasinya semua kegiatan pelayanan keperawatan
di Instalasi Gawat Darurat
Uraian Tugas : 1. Menyusun dan mengatur jadwal dinas perawat IGD
2. Mengamati dan mengendalikan kegiatan pelayanan
perawatan di Instalasi Gawat Darurat yang berada di
wilayah tanggung jawabnya
3. Melaksanakan seluruh tugas yang didelegasikan oleh
kepala Instalasi Gawat Darurat dengan penuh tanggung
jawab
4. Melaporkan peristiwa penting yang terjadi di Instalasi
Gawat Darurat kepada kepala Instalasi Gawat Darurat
5. Menghadiri rapat yang diadakan oleh direksi atau
kepala bidang dan berpartisipasi aktif terhadap
kegiatan yang diadakan oleh rumah sakit
6. Bekerja sama dengan baik dalam tim, antar unit, antar
bagian dan dengan dokter
7. Memberikan orientasi kepada perawat baru di IGD
8. Memantau dan mengikuti perkembangan baru sesuai
dengan perkembangan teknologi kesehatan

23
Tanggung Jawab : 1. Bertanggung jawab terhadap Kepala IGD RS Semen
Gresik
2. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
pelayanan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat
3. Membantu Kepala IGD dalam perencanaan jumlah dan
kualifikasi tenaga perawat dan tenaga lain sesuai
kebutuhan
4. Membantu Kepala IGD dalam perencanaan jumlah dan
jenis obat dan peralatan kesehatan yang diperlukan
sesuai kebutuhan
5. Bertanggung jawab terhadap semua inventaris obat dan
peralatan di Instalasi Gawat Darurat
Wewenang : 1. Bersama dengan kepala Instalasi Gawat Darurat
membuat rencana kebutuhan tenaga perawat, rencana
pengembangan staf
2. Bersama dengan kepala Instalasi Gawat Darurat
membuat rencana kebutuhan peralatan sebagai bahan
menyusun anggaran tahunan
Syarat Jabatan : 1. Pendidikan minimal DIII Keperawatan
2. Masa kerja minimal 5 tahun di RS Semen Gresik
3. Mempunyai sertifikat pelatihan BLS
4.Mempunyai sertifikat pelatihan PPGD/GELS
5.Mempunyai sertifikat pelatihan BTCLS /
ATCN/ATLS / ACLS
6. Memiliki sertifikat manajemen kepala bangsal

4. Nama Jabatan : Perawat Pelaksana Instalasi Gawat Darurat


Hasil Kerja : Terlaksananya pelayanan keperawatan pasien di Instalasi
Gawat Darurat

24
Uraian Tugas : 1. Menyiapkan alat dan obat life safing
2. Menginventaris alat medis dan non medis pada setiap
shift
3. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di
Instalasi Gawat Darurat
4. Menulis data rekam medis pada lembar status pasien,
buku register.
5. Mengantar pasien ke ruang rawat inap atau yang
dirujuk ke rumah sakit lain
6. Melaksanakan tugas-tugas tambahan yang diberikan
Kepala IGD
Tanggung Jawab : 1. Bertanggung jawab terhadap KARU Perawatan IGD
2. Ketepatan dan kecepatan pelayanan keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat
Wewenang : 1. Koordinasi dengan KARU Perawatan IGD dalam hal
penggunaan alat, obat dan asuhan keperawatan
2. Meneliti, menganalisa dan mengevaluasi data
inventaris alat, obat dan mengusulkan penambahan jika
diperlukan
3. Meminta arahan dari atasan dan unit kerja lain yang
terkait
4. Memberi saran dan pertimbangan kepada atasan
5. Mengusulkan alternatif pemecahan masalah
keperawatan di Instalasi Gawat Darurat
Syarat Jabatan : 1. Pendidikan minimal DIII Keperawatan
2. Mempunyai sertifikat pelatihan BLS
3. Mempunyai sertifikat pelatihan PPGG/GELS
4. Sudah menjalani masa orientasi di IGD
5. Nama Jabatan : Koordinator Pencatatan dan Pelaporan Instalasi Gawat
Darurat

25
Hasil Kerja : Terkoordinasinya sistem pencatatan dan pelaporan di
Instalasi Gawat Darurat dengan baik
Uraian Tugas : 1. Mengkoordinasikan dan melaksanakan serta
mengawasi terhadap pencatatan dan pelaporan data-
data pasien di Instalasi Gawat Darurat
2. Membuat laporan data jumlah kunjungan pasien, jenis
kunjungan pasien berdasarkan status kegawatan,
tindak lanjut pelayanan pasien Instalasi Gawat Darurat
setiap bulan sekali kepada Kepala Instalasi Gawat
Darurat.
3. Menyimpan arsip laporan rekam medik pasien
Instalasi Gawat Darurat
Tanggung Jawab : 1. Bertanggung ajwab terhadap KARU Perawatan IGD
2. Merekapitulasi data rekam medik pasien Instalasi
Gawat Darurat
3. Menindak lanjuti umpan balik dari pelaporan
Syarat Jabatan : 1. Pendidikan minimal DIII Keperawatan
2. Masa kerja minimal 2 (dua) tahun di IGD
3. Mempunyai sertifikat pelatihan BLS / PPGD

6. Nama Jabatan : Koordinator Obat Instalasi Gawat Darurat


Hasil Kerja : Terkoordinasinya dalam tim Instalasi Gawat Darurat
tentang penyediaan obat baik inventaris maupun obat
pasien di Instalasi Gawat Darurat
Uraian Tugas : 1. Mengkoordinasikan semua kegiatan yang
berhubungan dengan penyediaan, penggunaan,
kelengkapan dan inventarisasi obat-obat di IGD
termasuk pengecekan masa kadaluarsa
2. Melakukan koordinasi dengan petugas lain bila ada
kekurangan obat atau obat kadaluarsa

26
3. Mengetahui dengan pasti jumlah dan macam obat
yang ada di Instalasi Gawat Darurat
4. Menukar obat ke instalasi farmasi bila ada obat yang
kadaluarsa tiga bulan sebelum obat kadaluarsa
5. Meneliti, menganalisa dan mengevaluasi inventaris
obat secara rutin
Tanggung Jawab : 1. Bertanggung jawab terhadap KARU Perawatan IGD
2. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang
berhubungan dengan penyediaan, penggunaan,
kelengkapan dan inventaris obat di Instalasi Gawat
Darurat

Wewenang : 1. Mengusulkan penyediaan obat sesuai dengan


kebutuhan
2. Mengevaluasi pengadaan obat di Instalasi Gawat
Darurat
3. Mengatur jadwal inventaris obat serta berkoordinasi
dengan tim untuk melaksanakan inventaris obat
4. Melaporkan ke instalasi farmasi bila ada obat
kadaluarsa tiga bulan sebelumnya
Syarat Jabatan : 1. Pendidikan minimal DIII Keperawatan
2. Masa kerja minimal 2 (dua) tahun di IGD
3. Mempunyai sertifikat pelatihan BLS dan atau PPGD
7. Nama Jabatan : Koordinasi Alat Instalasi Gawat Darurat
Hasil kerja : Terkoordinasinya penyediaan alat medis dan non medis di
Instalasi Gawat Darurat
Uraian Tugas : 1. Mengkoordinasikan dan melaksanakan semua
kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan,
penggunaan, kelengkapan dan inventaris alat medis

27
dan non medis di Instalasi Gawat Darurat termasuk
pengecekan kelayakan pemakaian
2. Menentukan waktu service dan kalibrasi masing-
masing alat medis
3. Melakukan koordinasi dengan petugas lain (teknisi)
bila ada kerusakan alat medis
4. Menghitung jumlah dan macam alat medis di Instalasi
Gawat Darurat
5. Melakukan inventaris dengan tim inventaris rumah
sakit sesuai dengan jadwal
6. Melakukan chargaer alat yang memerlukan dicharger
7. Segera melaporkan dan menindaklanjuti bila ada alat
medis yang rusak
8. Megevaluasi inventaris alat medis dan non medis
secara rutin
Tanggung Jawab : 1. Bertanggung jawab terhadap KARU Perawatan IGD
2. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang
berhubungan dengan penyediaan, penggunaan,
kelengkapan dan inventarisasi termasuk pengecekan
kelayakan pemakaian alat medis

Wewenang : 1. Mengusulkan penyediaan alat medis dan dan jumlah


yang diperlukan di Instalasi Gawat Darurat
2. Mengevaluasi pengadaan alat medis di Instalasi
Gawat Darurat
3. Mengusulkan service dan kalibrasi alat medis di
Instalasi Gawat Darurat
Syarat Jabatan : 1. Pendidikan minimal DIII Keperawatan
2. Masa kerja minimal 2 (dua) tahun
3. Mempunyai sertifikat pelatihan BLS dan atau PPGD

28
8. Nama Jabatan : Koordinator Administrasi Instalasi Gawat Darurat
Hasil Kerja : Terkoordinasinya semua kegiatan administrasi gawat
darurat guna menunjang keberhasilan pelayanan di
Instalasi Gawat Darurat
Uraian Tugas : 1. Bersama dengan KARU Perawatan IGD menyusun
program kerja di lingkungan administrasi sebagai
bahan masukan untuk menyusun program kerja IGD
2. Mengatur, mengawasi kelancaran kegiatan administrasi
pasien IGD
3. Memeriksa dan mengarsipkan laporan administrasi
harian
4. Melaksanakan tugas-tugas tambahan yang diberikan
Kepala IGD
Tanggung Jawab : 1. Bertanggung jawab terhadap KARU Perawatan IGD
2. Ketepatan dan kesesuaian pelayanan administrasi dan
tata kerja di Instalasi Gawat Darurat
3. Ketepatan dan kebenaran pelaksanaan kegiatan :
a. Pelayanan administrasi
b. Kelancaran pelayanan administrasi
c. Arsip administrasi
Wewenang : 1. Mendapatkan data administrasi di Instalasi Gawat
Darurat
2. Meneliti, menganalisa dan mengarsipkan data
administrasi di IGD
3. Mengkoordinir administrasi di Instalasi Gawat Darurat
4. Meminta arahan dari atasan dan unit kerja lain yang
terkait
5. Memberi saran dan pertimbangan tentang administrasi
kepada atasan

29
6. Mengusulkan alternatif pemecahan masalah
administrasi di Instalasi Gawat Darurat
Syarat Jabatan : 1. Pendidikan minimal DIII
2. Mempunyai sertifikat pelatihan BLS dan atau PPGD
3. Masa kerja minimal 2 (dua) tahun

6. Hubungan Perawat, Pasien, dan Komunikasi Keperawatan


Terbagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase prainteraksi
Fase ini merupakan fase persiapan yang dapat dilakukan perawat
sebelum berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien. Pada fase ini,
perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri, serta
menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional diri. Perawat juga
mendapatkan data tentang klien dan jika memungkinkan merencanakan
pertemuan pertama dengan klien. Perawat dapat bertanya kepada dirinya
untuk mengukur kesiapan berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien.
Contoh pertanyaan perawat kepada diri sendiri sebagai berikut. 
 Apa yang akan saya tanyakan saat bertemu nanti? 
 Bagaimana respons saya selanjutnya? 
 Adakah pengalaman interaksi yang tidak menyenangkan? 
 Bagaimana tingkat kecemasan saya?
b. Fase orientasi/introduksi
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang
bertujuan untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase
selanjutnya. Pada fase ini, perawat dapat
1) memulai hubungan dan membina hubungan saling percaya.
Kegiatan ini mengindikasi kesiapan perawat untuk membantu
klien;
2) memperjelas keluhan, masalah, atau kebutuhan klien dengan
mengajukan pertanyaan tentang perasaan klien; serta

30
3) merencanakan kontrak/kesepakatan yang meliputi lokasi, kapan,
dan lama pertemuan; bahan/materi yang akan diperbincangkan; dan
mengakhir hubungan sementara.
Tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase orientasi
ini sebagai berikut.
1) Memberikan salam terapeutik
Contoh: “Assalamualaikum, selamat pagi”, dan sebagainya.
2) Evaluasi dan validasi perasaan klien
Contoh: “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ibu tampak segar hari
ini”. 3) Melakukan kontrak hubungan dengan klien meliputi kontrak
tujuan interaksi, kontrak waktu, dan kontrak tempat.
Contoh: “Tujuan saya datang ke sini adalah membantu Ibu
menemukan masalah yang membuat Ibu selalu merasa tidak nyaman
selama ini”, “Menurut Ibu, berapa lama waktu yang akan kita butuhkan
untuk tujuan ini? Bagaimana kalau 15 menit?”, “Untuk tempat di dalam
ruang ini saja atau di taman belakang?”
c. Fase kerja
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas hubungan
perawatklien dalam asuhan keperawatan. Selama berlangsungnya fase kerja
ini, perawat tidak hanya mencapai tujuan yang telah diinginkan bersama,
tetapi yang lebih bermakna adalah bertujuan untuk memandirikan klien.
Pada fase ini, perawat menggunakan teknik-teknik komunikasi dalam
berkomunikasi dengan klien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
(sesuai kontrak).
Contoh:
 “Saya akan memasukkan jarum infus ini ke pembuluh darah di tangan
ibu”,
 “Ibu akan merasakan sakit sedikit dan tidak perlu khawatir”.
d. Fase terminasi

31
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan
ungkapan perasaannya. Selanjutnya perawat merencanakan tindak lanjut
pertemuan dan membuat kontrak pertemuan selanjutnya bersama klien. Ada
tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase terminasi ini, yaitu
melakukan evaluasi subjektif dan objektif; merencanakan tindak lanjut
interaksi; dan membuat kontrak dengan klien untuk melakukan pertemuan
selanjutnya. Contoh komunikasi dalam fase terminasi ini sebagai berikut.
 Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita diskusi tentang masalah yang
Ibu hadapi?”
“Coba sebutkan masalah yang Ibu hadapi terkait dengan keluarga
Ibu!”
 Rencana tindak lanjut
”Baik, Ibu, saya cukupkan pertemuan kita hari ini, tidak terasa bahwa
waktu kita sudah berlangsung 15 menit. Rencana selanjutnya setelah ini
adalah menemukan alternatif penyelesaian masalah yang Ibu hadapi dan
pengambilan keputusan untuk solusi.”

B. Sistem Penanggulangan Bencana Terpadu


1. Pengertian SPGDT
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat
yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah
Sakit, dan antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat
yang menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan
pelayanan oleh masyarakat awam umun dan khusus, petugas medis,
pelayanan ambulans gawat darurat, dan sistem komunikasi (Depkes RI,
2010).
Dalam hal ini SPGDT bencana adalah kerja sama antar unit pelayanan
Pra Rumah Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat

32
terpadu sebagai khususnya pada terjadinya korban massal yang memerlukan
peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum
untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.

2. Fase Pra Rumah Sakit


Apa yang dilakukan saat anda menjumpai korban bencana pertama
kali? Dalam rentang kondisi pra rumah sakit dapat terjadi dimana saja dan
kapan saja sehingga sangat diperlukan peran serta dan bantuan masyarakat
dan petugas kesehatan, tindakan yang dapat anda lakukan untuk penanganan
kondisi kegawatdaruratan antara lain:
a. Singkirkanlah benda-benda berbahaya yang dapat menimbulkan
risiko jatuhnya korban lagi. Perawat dapat menolong apabila kondisi
telah aman.
b. Perawat dapat melakukan triase atau memilah dan menentukan
kondisi korban serta memberikan pertolongan pertama sebelum
petugas yang lebih kompeten datang.
c. Perawat dapat melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara
d. Lakukan evaluasi, yaitu korban dipindahkan ketempat yang lebih
aman atau sarana pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kondisi
korban.
e. Persiapkan masyarakat dan tenaga kesehatan melalui pelatihan siaga
bencana.

3. Fase Rumah Sakit


Pada tahap ini, tindakan pertolongan terhadap korban dilakukan oleh
petugas kesehatan dalam sebuah tim dengan multi disiplin ilmu. Tujuan
pertolongan yang anda berikan di rumah sakit adalah :
a. Memberikan pertolongan profesional pada korban
b. Memberikan bantuan hidup dasar dan lanjut
c. Melakukan stabilisasi dan pertahankan hemodinamik secara akurat

33
d. Melakukan rehabilitasi agar produktivitas korban pasca perawatan
dirumah sakit dan pulang kembali dapat setara sebelum terkena
musibah atau bencana
e. Memberikan pendidikan kesehatan dan latih/penderita.

4. Pembiayaan
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus menyediakan sumber
dana untuk penyelenggaraan SGPDT sesuai engan kewenangannya. Sumber
pendanaan dapat bersumber dari anggaran pendapatan belanja negara,
anggaran pendapatan belanja daerah, dan sumber pendanaan lain yang sah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

5. Pelayanan Kesehatan Korban


1) Tim Gerak Cepat Penanggulangan Bencana bersama-sama dengan semua
sarana kesehatan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, serta swasta menyediakan pelayanan darurat dan
siaga bencana sesuai dengan tingkatan bencana dan kewenangannya.
2) Pada kasus bencana, polisi dan aparat keamanan lain wajib memfasilitasi
tenaga kesehatan dalam pengamanan dan kelancaran penanganan korban;
jadi polisi dan aparat keamanan menjaga kondisi lingkungan tempat
kejadian tetap kondusif supaya proses penanganan korban dapat
berlangsung tanpa gangguan yang berarti.
3) RSUD dan RS swasta wajib menerima dan menangani tanpa melihat
status dan latar belakang korban termasuk status kepesertaan jaminan
kesehatan.
4) Seluruh pembiayaan penanganan kesehatan korban bencana menjadi
tanggung jawab Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.

34
5) Pembiayaan penanganan kesehatan korban bencana dikecualikan
terhadap bencana yang disebabkan oleh perbuatan dan kegiatan pelaku,
biaya ditanggung oleh pelaku.

6. Pelayanan Kesehatan Pengungsi


Pola pengungsian di Indonesia sangat beragam mengikuti jenis
bencana, lama pengungsian dan upaya persiapannya. Pengungsian pola
sisipan yaitu pengungsi menumpang di rumah sanak keluarga. Pengungsian
yang terkonsentrasi di tempat-tempat umum atau di barak-barak yang telah
disiapkan. Pola lain pengungsian yaitu di tenda-tenda darurat disamping
kanan kiri rumah mereka yang rusak akibat bencana. Apapun pola
pengungsian yang ada akibat bencana tetap menimbulkan masalah
kesehatan.
Masalah kesehatan berawal dari kurangnya air bersih yang berakibat
pada buruknya kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang menyebabkan
perkembangan beberapa penyakit menular. Persediaan pangan yang tidak
mencukupi juga memengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi seseorang serta
akan memperberat proses terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap
berbagai penyakit.
Dalam penanganan masalah kesehatan di pengungsian diperlukan
standar minimal yang sesuai dengan kondisi keadaan di lapangan sebagai
pegangan untuk merencanakan, memberikan bantuan dan mengevaluasi apa
yang telah dilakukan oleh instansi pemerintah maupun LSM dan swasta
lainnya. Pelayanan kesehatan dasar yang diperlukan pengungsi meliputi:
1) Pelayanan pengobatan
Bila pola pengungsian terkonsentrasi di barak-barak atau tempat-
tempat umum, pelayanan pengobatan dilakukan di lokasi pengungsian
dengan membuat pos pengobatan. Pelayanan pengobatan dilakukan di
Puskesmas bila fasilitas kesehatan tersebut masih berfungsi dan pola

35
pengungsianya tersebar berada di tenda-tenda kanan kiri rumah
pengungsi.
2) Pelayanan imunisasi
Bagi pengungsi khususnya anak-anak, dilakukan vaksinasi
campak tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Adapun
kegiatan vaksinasi lainnya tetap dilakukan sesuai program untuk
melindungi kelompok-kelompok rentan dalam pengungsian.
3) Pelayanan kesehatan ibu dan anak
Kegiatan yang harus dilaksanakan adalah:
a. Kesehatan Ibu dan Anak (pelayanan kehamilan, persalinan, nifas
dan pasca-keguguran)
b. Keluarga berencana (KB) Deteksi dini dan penanggulangan IMS
dan HIV/AIDS
c. Kesehatan reproduksi remaja
4) Pelayanan gizi
Tujuannya meningkatkan status gizi bagi ibu hamil dan balita
melalui pemberian makanan optimal. Setelah dilakukan identifikasi
terhadap kelompok bumil dan balita, petugas kesehatan menentukan
strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi. Pada bayi tidak
diperkenan diberikan susu formula, kecuali bayi piatu, bayi terpisah
dari ibunya, ibu bayi dalam keadaan sakit berat.
5) Pemberantasan penyakit menular dan pengendalian vector
Beberapa jenis penyakit yang sering timbul di pengungsian dan
memerlukan tindakan pencegahan karena berpotensi menjadi KLB
antara lain: campak, diare, cacar, malaria, varicella, ISPA, tetanus.
Pelaksanaan pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian
di lokasi pengungsi adalah pengelolaan lingkungan, pengendalian
dengan insektisida, serta pengawasan makanan dan minuman. Pada
pelaksanaan kegiatan surveilans bila menemukan kasus penyakit
menular, semua pihak termasuk LSM kemanusiaan di pengungsian

36
harus melaporkan kepada Puskesmas/Pos Yankes di bawah koordinasi
Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai penanggung jawab pemantauan
dan pengendalian.
6) Pelayanan kesehatan jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa di pos kesehatan diperlukan bagi
korban bencana, umumnya dimulai pada hari ke-2 setelah kejadian
bencana. Bagi korban bencana yang memerlukan pertolongan
pelayanan kesehatan jiwa dapat dilayani di pos kesehatan untuk kasus
kejiwaan ringan. Sedangkan untuk kasus berat harus dirujuk ke
Rumah Sakit terdekat yang melayani kesehatan jiwa.
7) Pelayanan promosi kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan bagi para pengungsi diarahkan untuk
membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan ini mencakup:
a. Kebersihan
diri
b. Pengolahan
makanan
c. Pengolahan air
minum bersih
dan aman
d. Perawatan kesehatan ibu hamil (pemeriksaan rutin, imunisasi)
Kegiatan promosi kesehatan dilakukan melekat pada kegiatan
kesehatan lainnya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Dan Keteknisan Medik, Kementerian


Kesehatan RI. 2011. Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Di Rumah
Sakit. diakses dari http://academia.edu/9003004/ STANDAR_PELAYANAN_
KEPERAWATAN_GAWAT_DARURAT_DI_RUMAH_SAKIT_DIREKTORAT_
BINA_PELAYANAN_KEPERAWATAN_DAN_KETEKNISAN_MEDIK_DIRE
KTORAT_JENDERAL_BINA_UPAYA_KESEHATAN (10 September 2019)

Kementerian Kesehatan RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan


Akibat Bencana.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan


Akibat Bencana Edisi Revisi.

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Komunikasi-
dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf. Diakses pada 10 September 2019

http://scribd.com/doc/127544255/KOMPETENSI-PERAWAT-KLINIK-GAWAT-
DARURAT-IS-ONE-rtf. Diakses pada 10 September 2019

https://id.scribd.com/doc/296222479/Pedoman-Pengorganisasian-Instalasi-Gawat-
Darurat. Diakses pada 10 September 2019

http://smartplusconsuling.com/2015/09/ruang-lingkup-dan-batasan-operasional-
instalasi-gawat-darurat/ Diakses pada 10 September 2019

38

Anda mungkin juga menyukai