Anda di halaman 1dari 14

PERSPEKTIF KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Disusun oleh : Kelompok IV

1. Dian Risnawatty
2. Eliane Kakisina
3. Marsia Tamanak
4. Rosalina Bara’allo

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini ditulis berdasarkan informasi yang di kumpulkan dari
berbagai pihak.
Makalah yang berjudul “Perspektif Keperawatan Gawat Darurat” disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah. Adapun makalah ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar penyusunan makalah.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan. Dan penulis berharap bagi
pembaca untuk dapat memberikan pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi
bermanfaat.

Piru , 12 Oktober 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan gawat darurat adalah bagian dari asuhan keperawatan yang berhadapan
dengan korban yang berada dalam keadaan gawad darurat. Kondisi kegawatdaruratan
dapat terjadi dimana saja, dan kapan saja. Sudah menjadi tugas petugas kesehatan untuk
menangani masalah tersebut, walaupun begitu tidak menutup kemungkinan kondisi
kegawad daruratan dapat terjadi pada area yang sulit dijangkau petugas kesehatan, maka
pada kondisi tersebut peran serta masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan
oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting.
Konsep dasar gawat darurat merupakan satu hal yang sangat penting untuk dipahami
oleh semua profesi kesehatan termasuk orang awam ataupun awam khusus. Kondisi
gawad darurat dapat terjadi akibat dari trauma atau non trauma yang mengakibatkan henti
nafas, hemti jantung, kerusakan organ dan perdarahan.
Dalam kondisi gawad darurat, tiga hal yang paling kritis adalah pertama kecepatan
waktu pertama kali korban ditemukan, kedua ketepatan dan akurasi pertolongan pertama
yang diberikan, ketiga pertolongan oleh petugas kesehatan yang kompeten. Sehingga
dengan adanya pemahaman yang utuh terhadap konsep dasar gawad darurat, maka angka
kematian dan kecacatan dapat ditekan serendah mungkin.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
konsep dasar keperawatan gawat darurat.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang perspektif
keperawatan gawat darurat.
b. Mahasiswa mampu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perspektif Keperawatan Gawat Darurat


Keperawatan gawat darurat adalah suatu bentuk rangkaian kegiatan praktik
keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang kompeten, terlatih dan
terdidik untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami kasus
gawat darurat baik yang ada di ruang gawat darurat ruang rawat inap, ruang ICU atau
ruang lainnya. Sedangkan Perspektif Keperawatan Gawat Darurat adalah cara
menggambarkan sudut pandang aolikasi proses keperawatan gawat darurat professional
kepada pasien dari berbagai aspek atau pandangan proses keperawatan gawat darurat
kepada pasien secara menyeluruh.
Keadaan gawat adalah suatu kondisi yang mengancam nyawa bila pasien tidak
mendapatkan pertolongan. Sedangkan keadaat darurat adalah suatu kondisi pasien yang
membutuhkan pertolongan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan ancaman
nyawa pasien terebut.

B. Rentang Gawat Darurat


Rentang kondisi Gawad darurat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: Pre hospital, in
hospital dan post hospital. Keadaan Gawat darurat di komunitas biasanya lebih kompleks
di banding kejadian Gawad darurat di Rumah Sakit. Bila keadaan darurat akibat bencana
kita harus tahu fase-fase bencana yang mencakup: fase pra impact, fase impact, fase
emergency, dan fase rekontruksi.

Pre Hospital In Hospital Post Hospital

Community:
Community:
 Bencana alam
Hospital:  Rehabilitasi
 Teroris
 Emmergency  Ansietas- panik
 Perang
room  Putus asa
 Wabah
 Setiap ruangan  Harga diri
 Kecelakaan
rendah
C. Dasar Hukum Pelayanan Gawat Darurat
Dasar Hukum pemberian pelayanan kegawatdaruratan diatur dalam undang-
undang sebagai berikut :
1. Undang-undang nomor 38 Tentang Keperawatan Tahun 2014 pasal 35 Yaitu:
a. Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, perawat dapat
melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai kompetensinya.
b. Pertolongan pertama pada ayat 1 bertujuan unutk menyelamatkan klien dan
mencegah kecacatan lebih lanjut.
c. Keadaan darurat pada ayat 1 merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau
kecacatan klien.
d. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud ayat 1 ditetapkan oleh perawat sesuai
hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
2. Undang-undag Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
4. Undang-undang Keperawatan pasal 35 ayat (1) menyebutkan bahwa dalam
keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, perawat dapat
melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya, ayat
(2) mengatakan pertolongan pertama sebagaimana dimaksud ayat (1) bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut, ayat(3)
menjabarkan lebih lanjut bahwa keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan klien dan ayat (4)
bahwa keadaat darurat sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh perawat
sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144 tahun 2010 tentang organisasi dan
tata kerja Kementrian Kesehatan RI.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1045/2006 Tentang Pedoman Organisasi
RSU
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 Tetang Standar
pelayanan minimal RS
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/menkes/SK/XII/2003 tentang
standar pelayanan minimal Bidang Kesehatan di kabupaten/ kota.
9. Kepmenkes RI Nomor 145/Menkes/SK/IX/2007 tentang pedoman teknis
penyelenggaraan Gawad Darurat dan Bencana

D. Tujuan pelayanan Gawat darurat


Pertolongan Gawat darurat dalam kaitannya dengan rentang kegawatdaruratan dapat
terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Pre hospital
Awam khusus ataupun petugas Kesehatan di harapkan dapat melakukan Tindakan
penanganan kondisi kegawatdaruratan yang berupa:
a. Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat kejadian yang beresiko
menyebabkan jatuh korban lagi, misalnya pecahan kaca yang menggantung atau
di curigai masih terdapat bom.
b. Melakukan triase atau memilah dan menentukan kondisi korban
Gawatdarurat, serta memberikan pertolongan pertama sebelum petugas
Kesehatan yang lebih ahli dating untuk membantu.
c. Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara.
d. Melakukan evakuasi.
e. Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas Kesehatan melalui
pelatihan siaga terhadap bencana.
2. In hospital
Pada tahap ini, Tindakan menolong korban gawatdarurat dilakukan oleh
petugas Kesehatan dengan tujuan :
a. Memberikan pertolongan profesional kepada korban bencana sesuai dengan
kondisinnya.
b. Memberikan bantuan hidup dasar dan hidup lanjut.
c. Melakukan stabilisasi dan mempertahankan hemodinmik yang akurat.
d. Melakukan rehabilitasi agar produktivitas korban setelah Kembali ke
masyarakat setidaknya setara bila di banding sebelum sencana menimpannya.
e.Melakukan Pendidikan Kesehatan dan melatih korban untuk mengenali
kondisinnya dengan segalah kelbihan yang di miliki.
3. Post hospital
Tujuan di berikan pelayanan dalm rentang post hospital adalah:
a. Mengembalikan rasa percaya diri pada korban.
b. Mengembalikan rasa harga diri yang hilang sehingga dapat tumbuh
dan berkembang.
c. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi keda orang-orang terdekat dan
masyarakat yang lebih luas.
d. Mengembalikan pada permanen system sebagai tempat kehidupan
nyata korban.
e. Meningkatkan presepsi terhadap realitas kehidupannya pada masa yang akan
dating.

E. Falsafah Gawat Darurat


Bidang Pelayanan Gawat Darurat
Dalam kedaruratan Kesehatan bidang Garapan pelayanan Gawat darurat
mencakup tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia berupa : kebutuhan akan jalan
nafas yang utuh tanpa sumbatan (Airway), kebutuhan untuk bernafas secara normal
(Breathing), kebutuhan cairan dan sirkulasi yang adekuat (Circulation), kebutuhan akan
pergerakan yang normal (Disability), dan kebutuhan akan integritas fisik yang utuh
(Exposure). Semua itu dikenal dengan ABCDE.
Kondisi Gawat darurat biasanya berorientasi pada resusitasi pemulihan bentuk
kesadaran seseorang yang tampak mati akibat berhentinya fungsi jantung dan atau paru
yang berorientasi pada otak. Keyakinan yang perlu ditanamkan bahwa :
1. Pertolongan diberikan karena keadaan yang mengancam kehidupan, misalnya
henti nafas, henti jantung, ataupun perdarahan massif akibat trauma amputasi,
perdarahan hebat karena aborsi atau melahirkan.
2. Pertolongan diberikan karena mengancam kerusakan organ-organ vital, misalnya
pada keadaan keracunan, diare akut yang hebat disertai muntah-muntah, hipertensi
massif, atau kematian janin dalam kandungan.
3. Terapi kegawatan intensif : Tindakan terbaik untuk korban sakit kritis yang akibat
tidak segera di-intervensi menimbulkan kerusakan organ yang akhirnya
meninggal.
Pada saat menolong korban maka perlu diperhatikian pertimbangan hukum dan
etika Gawad darurat yang mencakup :
1. Preferensi korban dan keluarga menjadi pertimbangan, untuk menolong atau tidak
menolong.
2. Hak-hak korban : keinginan korban & keluarga angan dominan
3. Pada kondisi korban tidak sadar di rumah sakit, kiranya perlu konsultasi dengan
panitia etik RS.
4. Dasar intervensi Gawad darurat antara korban dengan petugas Kesehatan adalah
kepercayaan korban kepada petugas.
5. Persetujuan Tindakan (Informed Consent)

F. Standar Praktik Gawat Darurat


Mengacu kepada standar praktik Registered Nurses (RN) WP-SEAR, maka yang
menjadi standard dalam keperawatan gawat darurat adalah :
1. Assesment , melakukan penilaian awal kondisi korban gawat darurat berupa
primary survey dan Secondery survey
2. Diagnosis, melakukan diagnosis terhadap kondisi korban
3. Intervention, melakukan perencanaan akurat sesuai kondisi korban
4. Implementation, melakukan implementasi lanjutan korban guna stabilitas korban
5. Evaluation, melakukan evaluasi serta tindakan lanjutan bagi korban
6. Dokumentation, mendokumentasikan semua yang akan dilakukan dan telah
dilakukan.

Hal- hal yang harus dilakukan sebelum melakukan secondary survey :


1. Telah melengkapi primary survey,melakukan survey yang lengkap terhadap
kondisi korban
2. Initiate rescucitation, pada kondisi gawat darurat korban dlam kondisi kritis dan
hal ini membutuhkan tindakan resusitasi yang cepat untuk dapat menyelamatkan
hidup korban
3. Re-access ABC, sumbatan jalan nafas dan tidak stabilnya denyut jantung korban
membutuhkan tindakan secepatnya untuk menstabilkan korban
4. Head to toe evaluation, pengecekan fisik guna melihat apakah ada trauma atau
tidak
5. Complete neurogical check, (CT scan) untuk memastikan kondisi korban
6. Rontgen, apabila ada indikasi trauma
7. Special procedures, prosedur-prosedur lainnya dapat dilakukan jika terlihat ada
indikasi
8. Tubes& finger in every orifice
9. Re-evaluation, perlu dilakukan untuk memonitoring apabila terjadi kontra indikasi
kepada korban
G. Triase
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat daruirat serta transportasi.
Metode triase yang banyak dipakai dilapangan dengan Simple Triage And Rapid
Treatment (START). Prioritas tindakan dijelaskan sebagai berikut:
1. Prioritas Nol (Hitam), Pasien meninggal
2. Prioritas pertama (Merah), Pasien cedera berat yang memerlukan tindakan dan
transport segera (gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau
maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
3. Prioritas Kedua (Kuning), Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan
mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa shok, cedera
dada tanpa gangguan respirasi, fraktur mayor tanpa shok,cedera kepala atau tulang
belakang leher, serta luka bakar ringan).
4. Prioritas ketiga (Hijau), Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan
stabilitasi segera ( cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera
maksilo-facial tanpa gangguan jalan nafas serta gawat darurat psikologis).

H. Kontrak
Dalam memberikan pertolongan pada kondisi korban Gawat darurat hal-hal kritis
mugkin dapat terjadi. Sehingga apabila diperlukan tindakan lain, maka diperlukan
kontrak antara petugas Kesehatan dengan korban atau keluarga korban. Kontrak atau
persetujuan dapat berupa:
1. Persetujuan kedua belah pihak. Hal ini antara petugas Kesehatan yang berwenang
(dokter) dengan keluarga korban
2. Hal terpenting adalah korban memahami, mengisi persetujuan dan setuju dengan
tindakan yang dilakukan
3. Perawat memastikan korban memahami, telah mengisi dengan benar dan setuju
dilakukan tindakan

I. Komunikasi
Dalam melakukan pengelolaan korban gawat darurat, maka perlu dilakukan
komunikasi yang baik antara ambulan, petugas Kesehatan yang menangani serta
korban atau keluarga korban.Hal ini dilakukan dengan tujuan :
1. Mendapatkan kepercayaan korban/keluarga masyarakat
2. Mendapatkan informasi yang akurat dari korban/masyarakat
3. Mendapatkan informasi pelayanan Kesehatan ayng sesuai kondisi korban. Hal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan GPS(Global Positioning System)
4. Memindahkan korban tanda memperberat keadaan
5. Mencegah komplikasi dan rehabilitasi dini yang lbih akurat
J. Transportasi
Pada umumnya dalam evakuasi korban gawat darurat dapat dilaksanakan
melalui:
1. Darat, dengan ambulan
2. Udara, dengan helicopter atau pesawat terbang
3. Laut, dengan kapal laut

K. Prinsip Evakuasi
Korban diangkat oleh tiga orang atau Three men lift, hal ini hanya boleh
dilakukan oleh orang yang terlatih. Pengangkatan korban dengan 3 orang yang
terlatih untuk melakukan pengangkatan pada bagian : Kepala & Bahu, pinggang, dan
ekstremitas bawah. Selama evakuasi perlu diperhatikan implementasi prinsip-prinsip
dibawah ini yaitu:
1. Monitor A-B-C
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Monitor kesadaran
4. Monitor sekitar luka
5. Harus disertai personal & peralatan yang memadai
6. Pencatatan selama transportasi
7. Pemberian O2 tetap berlangsung
8. Pemberian cairan tetap berlangsung
L. Dokumentasi legal gawat darurat
Pentingnya dokumentasi gawat darurat yang baik maka hal-hal yang harus jelas di
informasikan yaitu :
1. Tulisan harus jelas terbaca
2. Catat seua yang dilakukan
3. Isi setiap tempat yang kosong
4. Bubuhi nama jelas & tanda tangan
5. Jangan menghilangkan slip laboratorium
6. Gambarkan kondisi korban secara objektif
7. Catat setiap kejadian, pastikan instrukjsi tertulis
M. Dilema utama gawat darurat
Ada hal-hal dimana masih menjadi dilema dalam penanganan korban gawat darurat
diantaranya:
1. Waktu pengamatan-pelayanan singkat. Kondisi yang mungkin terjadi adalah
penolong tidak memiliki waktu pengamatan yang cukup untuk menilai korban
secepatnya.
2. Perubahan klinis mendadak. Kondisi korban dapat berubah-ubah setiap saat.
Kondisi ini kadang tidak didukung oleh peralatan ykadang tidak didukung oleh
peralatan yang memadai
3. Mobilitas petugas tinggi antar disiplin ilmu
4. Resiko tinggi. Kesalahan dalam memberikan bantuan kepada korban gawat
darurat dapat mengakibatkan resiko kematian
5. Konflik tinggi. Perbedaan cara pandang masyarakat terhadap petugas
Kesehatan dapat menjadi konflik yang menghambat pertolongan kepada
korban.

N. PERAN PERAWAT GAWAT DARURAT


1. Melakukan triase mengkaji dan menetapkan prioritas dalam spektrum yang
lebih luas terhadap kondisi klinis pada berbagai keadaan yang bersifat
mendadak mulai dari ancaman nyawa sampai kondisi kronis.
2. Mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan terhadap individu-individu
dari semua umur dan berbagai kondisi

3. Mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas


4. Memberikan dukugan psikologis terhadap pasien dan keluarga
5. Memfasilitasi dukungan spiritual
6. Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostic dan memberikan
pelayanan secara multidisiplin.
7. Mengkomunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah dan akan
diberikan serta untuk kebutuhan tindak lanjut
8. Mendokmentasikan pelayanan yang telah diberikan
9. Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan masalah kegawatdaruratan
10. Membantu individu beradaptasi terhadap kondisi kesehatannya yang
mengalami perubahan secara mendadak
11. Memfasilitasi tindak lanjut perawatan dengan memanfaatkan sumber-sumber
yang ada di masyarakat
12. Menyiapkan persiapan pemulangan pasien secara aman
13. Mengkoordinasikan dan melapor kepada institusi berkait terhadap kejadian-
Kejadian yang dianggap perlu
14. Mengkoordinasikan kepada seluruh tim pelayanan gawat darurat terkait, baik
pelayanan pra rumah sakit, apabila terjadi KLB/Bencana
15. Merespon secara cepat dan memfasilitasi terhadap kejadian bencana yang
terdapat di komunitas dan institusi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan gawat darurat adalah suatu bentuk rangkaian kegiatan praktik
keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang kompeten, terlatih
dan terdidik untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami
kasus gawat darurat baik yang ada di ruang gawat darurat ruang rawat inap, ruang ICU
atau ruang lainnya.
Sedangkan Perspektif Keperawatan Gawat Darurat adalah cara
menggambarkan sudut pandang aolikasi proses keperawatan gawat darurat
professional kepada pasien dari berbagai aspek atau pandangan proses keperawatan
gawat darurat kepada pasien secara menyeluruh.
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat daruirat serta transportasi.
Metode triase yang banyak dipakai dilapangan dengan Simple Triage And Rapid
Treatment (START). Prioritas tindakan dijelaskan sebagai berikut: Prioritas Nol
(Hitam), Pasien meninggal. Prioritas pertama (Merah), Pasien cedera berat , Prioritas
Kedua (Kuning), Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan mengalami
ancaman jiwa dalam waktu dekat , Prioritas ketiga (Hijau), Pasien dengan cedera
minor yang tidak membutuhkan stabilitasi segera.

B. Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai seorang perawat harus dapat
melakukan tindakan secara professional yang cepat dan tepat demi mengutamakan
keselamatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sartono, Masudik, Suhaeni AE.2016. Basic Trauma Cardiac Life
Support.Bekasi:GADAR MEDIK INDONESIA
2. Perspektif Keperawatan Gawat Darurat | PDF (scribd.com)
3. Kurniati,Trisyani & Theresia (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Sheehy.Elsevier Singapore Pte Lad. books.google.co.id
4. Nusdin.(2020) Keperawatan Gawat Darurat. Surabaya. CV. Jakad Media Publishing.
books.google.co.id
5. Ose Maria. 2020. Pelayanan dan trend isu di Departemen Gawat Darurat dan Berbasis
Evidence Base.CV. Adanu Abimata. books.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai