Anda di halaman 1dari 9

Komunikasi Terapeutik di IGD

mahasiswakeperawatan077.blogspot.com/2017/12/komunikasi-terapeutik-di-igd.html

BABI
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi yang
akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien akan
merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Pada pasien gawat
darurat perlu memperhatikan tehnik-tehnik dan tahapan baku komunikasi terapeutik
yang baik dan benar.
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,
sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus – menerus ( Kariyo, 1998 ).
Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud dengan adanya
interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut harus dilakukan sesuai
dengan tahapan – tahapan baku interaksi terapeutik perawat klien, tahapan itu adalah
tahap pre orientasi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi ( Stuart and
Sunden.1998 ). Pelayanan kesehatan menggunakan komunikasi yang langsung seperti
pelayanan kesehatan, Rumah Sakit merupakan tempat untuk mendapatkan pelayanan
baik yang bersifat medik maupun keperawatan.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan
semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.
Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu melakukan
komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran situasi
yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn kecemasan dan
memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan puas ataupun
tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan
petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi
terpeutik yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari gawat darurat ?
b. Apa saja konsep dasar keperawtan gawat darurat ?
c. Apa yang dimaksud dengan SPGDT ?
d. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat ?
e. Bagaimana tehknik komunikasi pada gawat darurat ?
1/9
f. Apa rinsip-prinsip komunikasi gawat darurat ?
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mengerti pengertian dari gawat darurat.
b. Mahasiswa memahami kosep dasar keperawatan gawat darurat.
c. Mahasiswa memahami tentang SPGDT.
d. Mahasiswa mengerti tujuan dilakukan komunikasi gawat darurat.
e. Mahasiswa bisa melakukan tehknik komunikasi pada gawat darurat secara benar.
f. Mahasiswa memahami prinsi-prinsip komunikasi gawat darurat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian gawat darurat


Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan
semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.

2.2 Konsep dasar keperawatan gawat darurat


a. Klien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas, Luka Tusuk
dada/perut dengan shock dan sesak, hipotensi / shock.
b. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI
(Acut Miocart Infac).
c. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya
di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
d. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien
Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
e. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan
dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.

f. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas
2/9
triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas
triage juga bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan
daerah ruang tunggu.
Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis pada
saat keadaan gawat darurat.

2.3 Aspek psikologis pada situasi gawat darurat


a. Cemas
Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa
ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik,
seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala
tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak
sama.
b. Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak
terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang
luar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi
c. Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus di
perbuat

2.4 SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu)


SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan
penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di
rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respon
cepat yang menekankan time saving is life saving. yang melibatkan pelayanan oleh
masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat
darurat dan sistem komunikasi.

a. Fase pra rumah sakit


Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat darurat yang
melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas kesehatan. Pada umunya yang
pertma yang menemukan pendrita gawat darurat di tempat musibah adalah masyarakat
ynag dikenl oleh orang awam. Oleh karena bermanfaat bila orang awam diberi dan
dilatih pengetahuan dan keterampilan penanggulanganan gawat darurat. Komunikasi
ynag dilkukan pada fase pra rumah sakit yaitu dengan meyakin warga bahwa seorang
perawat, mengecek kesadaran korban dengan menmanggil nama korban, menghubungi
organisasi gawat darurat terdekat untuk pertolongan lanjut ke rumah sakit.
Contoh : di jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat darurat ditolong
masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan untuk gawat darurat, warga tadi
menolong penderita gawat darurat mengamankan korban di tempat yang lebih aman,
melakukan pertolongan di tempat kejadian seperti menolong menghentikan
pendarahan, kemudian melaporkan korban ke organisasi pelayanan kegwatdaruratan
terdekat, pengangkutan untuk pertolongan lanjut dari tempat kejadian ke rumah sakit.

3/9
b. Fase pelayanan rumah sakit
Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan tenagan kesehatn
yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga di unit gawat darurat.
Komunikasi yang dilakukan pada tahap ini sama dengan komunikasi terapeutik, tetapi
dalam hal ini tindakan yang cepat dan tepat lebih utama dilakuka kepada korban.
Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke UGD, perawat
menayakan identitas klien kemudian melakukan pemasangan infus untuk menganti
cairan yang keluar, dengan menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan sigkat dan
jelas.

c. Pelayanan antar rumah sakit ( rujukan )


Fase pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) adalah fase pelayanan yang melibatkan
petugas kesehatan dengan petugas kesehatan rumah sakit lain atau rumah sakit satu
dengan rumah sakit yang lain sebagai rujukan. Tindakan ini dilakukan apabila korban
membutuhkan penanganan lebih lanjut tetapi rumah sakit yang pertama tidak bisa
memberi pertolonan sehinga dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa menanggani krban
sebut.
Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit tetap dirumhsakit
tersebut tidak terdapat peralatan yng harus digunakan segera untuk pertolongan,
kemudian rumahsakit tersebut menghubungi rumah sakit lain yang lebih cepat
menganani , setelah itu pasien di kirim ke rumah sakit yang telah di hubungi tadi.

2.5 Tujuan komunikasi pada gawat darurat


Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama
antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha
mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan
antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam
melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.

2.6 Tehknik komunikasi pada gawat darurat


a. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien
dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah
klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan,
dan menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting
atau memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman
kepada klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang
lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat
tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan.
Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk
4/9
menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam
merespon pembicaraan klien.
c. Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat
berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat
mengikuti pembicaraan klien.
d. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan untuk
meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi

e. Menyampaikan Hasil Pengamatan


Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui
bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang
didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan
menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan
yang sedang dibicarakan

2.7 Prinsip komunikasi gawat darurat


Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap
a. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan
bantuan)
b. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
c. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
d. Empaty (merasakan perasaan pasien)
e. Trust (memberi kepercayaan)
f. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
g. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
h. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
i. Bahasa yang mudah dimengerti
j. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
k. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
l. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.

BAB III
ROLEPLAY
Sinapsis Role Play
Pada masa dewasa ini kecelakaan di jalan tidak bisa dihindari. Dari pernyataan
ini kami mengangkat kasus kecelakaan sebagai “role play” yang akan kami peragakan.
Selain itu dibidang medis perawatan pada kecelakaan sangat sering terjadi dan harus
diberikan perhatian khusus dan tindakan yang cepat tepat, maka dari itu pada roleplay
mengenai komunikasi keperawatan dewasa pada kali ini kami mengambil masalah
kecelakaan, yang dalam hal ini diceritakan terjadi kecelakaan antara mobil dan sepeda
5/9
motor, seketika itu juga pada saat kejadian ada bapak dan ibu yangmenolong dan
segera melarikan korban ke Rumah Sakit. Setiba di Rumah Sakit korban diberikan
perawatan intensif secara cepat tepat, begitu juga tindakan penolong yang juga segera
menghubungi keluarga korban melalui ponsel yang korban bawa ketika kejadian. Pada
proses perawatan korban disinilah peran kolaborasi perawat dan dokter, perawat dan
keluarga pasien, perawat dan pasien terjadi.
Untuk lebih jelas mengenai kasus yang diangkat, bisa dipelajari pada naskah
role play yang disertakan pada makalah ini.

Naskah Role Play

Pada suatu ketika ada adik kakak yang sedang pergi ke toko untuk
membeli sepatu, mereka naik sepeda motor pergi ke toko sepatu. Saat di perjalanan
mereka terjadi kecelakaan terserempet mobil, akhirnya mereka kecelakaan, lalu ada
seorang bapak dan ibu yang menolongnya dan menelfon rumah sakit untuk
membawanya dengan ambulan. Mereka pun dibawa kerumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit penolong langsung meminta perawat segeraa di tangani


Penolong : mbak, ini ada pasien kecelakaan, tolong segera ditangani?
Perawat : iya pak.. (perawat membawa pasien keruangan UGD)
Penolong : (penolong mencari no. hp keluarga dan meneleponnya…?)
Halo, asalamualaikum. Apa benar ini dengan ibu wina…?
Ortu : iya, ada apa…
Penolong : maaf sebelumnya pemilik hp ini sekarang telah mengalami kecelakaan
dan saya bawa ke RSU.
Tolong ibu segera dating ke RSU.
Ortu : apa….??
Iya… Saya akan segera datang….
terima kasih. …

Di RS
Beberapa waktu kemudian keluarga dari anak datang ke RS dalam keadaan panik.
Ortu : dimana anak saya dan gimana keadaannya…??
Penolong : ini anaknya masih ditangani tim medis.
Ortu : ya sudah terima kasih atas bantuannya….
(penolong pergi dan meninggalkan RS.
Perawat II : (sambil memeriksa keadaan fisik pasien).
Perawat II : (menulis identitas pasien dibantu ortu pasien)
Perawat II : mari bu… silahkan duduk disini….
Ortu : iya mbak….
Perawat II : nama anak ibu siapa…?, alamat…?, tanggal lahir….?, umurnya…?
Ortu : nama anak saya candri dan puput…
Umur candri 15 tahun dan puput 19 tahun.
Alamat jln. Kartini ngawi
Puput lahir 20 maret 1995
6/9
Dan candri lahir 15 juni 1998
Perawat II : apakah ibu memiliki kartu BPJS?
Ortu : umum saja mbak, saya tidak memiliki BPJS
Perawat II : sebelumnya pernah berobat disini apa belum…?
Ortu : belum mbak…
(setelah mengisi identitas pasien perawat II membantu perawat I untuk melakukan
perawatan pasien)
Perawat I : apa yang dirasakan dek…?
Pasien I : saya merasa pusing, mual, dan badan terasa sakit semua.
Perawat I : iya dek… sabar dulu ya….
(perawat melakukan anamnesa atau TTV)
Perawat I : (melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter)
Dokter : cepat dilakukan pemeriksaan heating dan diobservasi hematom yang
ada dikepalanya.
Perawat I : luka adek akan dilakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan,
tahan sebentar ya dek, di suntik dulu.
Pasien I : iya mbak…
Perawat I : (melakukan tindakan heating, membersihkan luka-luka, dan memberi
kompres hangat pada daerah hematom pada kepala)
Perawat : (setelah melakukan tindakan perawat berkomunikasi dengan ortu)
Bu luka dek candri udah di tangani tapi dilihat dulu keadaan anak ibu jika
mual dan bengkaknya yang di kepala tambah besar harus di rawat inap, tapi jika tidak
terjadi pembengkakan di kepala, dek candri boleh di bawa pulang.
Perawat I : (setengah sampai 1 jam perawat kembali memeriksa keadaan candri)
Dek keadaan masih mual atau tidak.
Pasien I : sudah agak mendingan mbak, tapi masih sedikit pusing.
Perawat I : ya, nanti adek boleh pulang dan nanti minum obat yang diberikan dokter
ya….
Nanti luka jahitannya jangan sampai kena air ya…
Dan jangan pilihpilih makanan, nanti kalau sudah 3 hari dan obat sudah
habis kontrol kembali ke RSU ya…
Pasien I & ortu : iya mbak…
Berakhirlah cerita pasien dan keluarga pulang
Terima kasih…

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat yaitu
dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini yang lebih
di utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang akan diberikan
kepada pasien harus lebih cepat dan tepat.

4.2 Saran
Meskipun yang lebih diutamakan tindakan gawat darurat, perawat harus tetap
7/9
melakukan komunikasi pada pasien, maupun keluarga pasien yang ada.
DAFRAT PUSTAKA
Indah ferdi.2014.SPGDT(sistem penangulangan gawat darurat).[online]. http://indah-
fedri.blogspot.com/2014/02/spgdt-sistem-penanggulangan-gawat.html. [24 Mei
2015]
Thamiiaaa. 2013. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT. [online].
http://thamiiaaa.blogspot.com/2013/03/konsepdasar-keperawatan-gawat-2.html. [24
Mei 2015]
Sulfa Oktafiani.2013.Keperawatan Gawat Darurat.[online].
http://sulfaoktafiani.blogspot.com/. [24 Mei 2015]
http://adysusanto48.blogspot.co.id/2014/05/role-play-penerimaan-pasien-di-ugd-
ady.html

Mengenal Penyakit TBC (Tuberkulosis)

Pamflet sederhana untuk pengenalan Penyakit TBC

Penyakit TBC atau dikenal sebagai Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya penyakit TBC menyerang paru-
paru walau sebenarnya sepertiga kasus penyakit tbcdapat menyerang organ tubuh lain
dan bisa menular dari orang yang satu ke yang lainnya. Penyakit ini adalah salah satu
penyakit paling tua yang sudah lama dikenal oleh manusia. Penyakit TBC yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat bisa
disembuhkan jika diterapi dengan benar. Tetapi tanpa bantuan terapi tuberkulosa akan
bisa menyebabkan kematian dalam kurun waktu lima tahun pertama dan hal ini sudah
terjadi pada sekitar setengah kasuspenyakit TBC yang menyebabkan kematian. WHO
pada tahun 1992 sudah mencanangkan penyakit tuberkulosis sebagai penyakit yang
masuk dalam daftar Global Eemergency. Pada tahun 2004, WHO melaporkan bahwa
ada 8,8 juta kasus penyakit TBC yang baru pada tahun 2002. Di …

ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan/makanan
kecuali obat, vitamin, dan mineral sampai umur 6 bulan
Manfaat ASI bagi bayi 1.Memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bayi ASI
merupakan makanan alami yang pertama untuk bayi. ASI telah mencukupi semua
kebutuhan energi dan nutrisi yang bayi perlukan selama bulan-bulan pertama
kehidupan hingga berusia 6 bulan, sehingga pemberian susu formula atau makanan
tambahan sebelum usia 6 bulan belum diperlukan. Selain itu, ASI mencukupi setengah
dari kebutuhan bayi usia 6-12 bulan dan sepertiga dari balita usia 1-2 tahun.
2.Mempercepat tumbuh kembang bayi ASI ternyata dapat membantu
perkembangan sensorik dan kognitif pada bayi. Pada sebuah penelitian di Korea yang
meneliti 697 bayi pada tahun 2006, didapatkan bahwa perkembangan kognitif bayi
yang diberikan ASI lebih baik dibandingkan yang tidak diberikan ASI. Selain itu, bayi
yang diberikan ASI hingga 9 bulan perkembangan kognitifnya lebih baik dibanding
8/9
yang hanya diberi…

9/9

Anda mungkin juga menyukai