Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“CARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK SAAT MENGHADAPI PASIEN


IGD”

Kelompok 1:

1. Anisya Dwi Yuliana Kuswoyo

2. Sherly Fadilla

3. Yudhi Ariesandi

4. Olipia Anggraini

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Millia Anggraini, M.KM

Program Studi Sarjana Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Perintis Indonesia

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-
Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah cara
komunikasi terapeutik dalam menghadapi pasien di IGD ini tanpa adanya halangan dan
hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada
junjungan kita Nabi MuhammadSAW.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca.Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui
hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak
pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas
waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih
sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil makalah
ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis
selama ini.

Bukittinggi, 24 Oktober 2021

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3  Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1  Pengertian Gawat Darurat...................................................................................................2
2.2  Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat.......................................................................2
2.3 Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat.....................................................................3
2.4  SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)...............................................4
2.5  Tujuan Komunikasi Pada Gawat Darurat...........................................................................4
2.6  Tehknik Komunikasi Pada Gawat Darurat.........................................................................4
2.7  Prinsip Komunikasi Gawat Darurat....................................................................................5
BAB IV..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
4.1  Kesimpulan.........................................................................................................................17
4.2  Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi yang akurat
dan membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien akan merasa puas dengan
pelayanan keperawatan yang diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu  memperhatikan
tehnik-tehnik dan tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar.

Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi tingkah


laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan  kesehatan di Rumah Sakit,
sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus - menerus( Kariyo,1998 ).   Hubungan
antara perawat dan klien  yang terapeutik bisa terwujud dengan adanya interaksi yang
terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut harus dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan
baku interaksi terapeutik perawat klien, tahapan  itu adalah tahap pre orientasi, tahap
orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi ( Stuart and Sunden.1998 ).   Pelayanan kesehatan
menggunakan komunikasi yang langsung seperti pelayanan kesehatan, Rumah Sakit 
merupakan tempat untuk mendapatkan pelayanan baik yang bersifat medik maupun
keperawatan.

1.2  Rumusan Masalah

a.         Apa pengertian dari gawat darurat ?


b.        Apa saja konsep dasar keperawtan gawat darurat ?
c.         Apa yang dimaksud dengan SPGDT ?
d.        Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat ?
e.         Bagaimana teknik komunikasi pada gawat darurat ?
f.         Apa prinsip-prinsip komunikasi gawat darurat ?

1.3  Tujuan

a.   Mahasiswa mengerti pengertian dari gawat darurat.

b. Mahasiswa memahami kosep dasar keperawatan gawat darurat.


     

1
c.        Mahasiswa memahami tentang SPGDT.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Gawat Darurat

Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam
itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.

2.2  Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat

a.       Klien Gawat Darurat

Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas,  Luka Tusuk dada/perut dengan
shock dan sesak,  hipotensi / shock.

b.      Pasien Gawat Darurat

Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut
Miocart Infac).

c.        Pasien Gawat Tidak Darurat

2
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di
lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.

d.       Pasien Darurat Tidak Gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum
tanpa pendarahan.

e.        Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat

Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan
label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.

f.       Pasien Meninggal

Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas
triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage juga
bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.

Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis pada saat
keadaan gawat darurat.

2.3 Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat

a.       Cemas

Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa
ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti

3
nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang
ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.

b.      Histeris

Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak
terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar
biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi.

c.       Mudah marah

Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus di
perbuat

4
2.4  SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)

SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan
penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di rumah
sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life saving. yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam
umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem
komunikasi.

2.5  Tujuan Komunikasi Pada Gawat Darurat

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama


antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang
dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).

Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan antara
perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan
tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.

2.6  Teknik Komunikasi Pada Gawat Darurat

a.       Mendengarkan

Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien
dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien
selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan
menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau
memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien
dalam mengungkapkan  perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.

b.      Menunjukkan penerimaan

5
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak
menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama
klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap
penerimaan sebaiknya  perawat menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.

c.       Mengulang Pernyataan Klien

Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat berlanjut.
Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti
pembicaraan klien. 

d.      Klarifikasi

Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan untuk


meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi

e.       Menyampaikan Hasil Pengamatan

Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa
pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat
nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien
berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus  pada permasalahan yang sedang dibicarakan

2.7  Prinsip Komunikasi Gawat Darurat

Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap

6
a.       Caring (sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan)

b.      Acceptance (menerima pasien apa adanya)

c.       Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)

d.      Empaty (merasakan perasaan pasien)

e.       Trust (memberi kepercayaan)

f.       Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)

g.      Identifikasikan bantuan yang diperlukan

h.      Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya,  dan validasi

i.        Bahasa yang mudah dimengerti

j.        Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga

k.      Motivasi dan hargai pendapat & respon klien

l.        Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.

Contoh kasus

Narasi

Pada suatu hari terjadi sebuah kecelakaan tunggal yang mengakibatkan


seorang remaja perempuan mengalami cidera dan kemudian dilarikan
kerumah sakit Mitra Sehat oleh dua pengendara lain yang menolongnya.

 Backsound bunyi ambulance

7
Pasien (Setengah sadar dengan merintih kesakitan)

Penolong: “Sus tolong ada pasien kecelakaan, tolong segeraditangani”

 Narasi

Perawat IGD segera mengambil brankart, dan memindahkan pasien pasien


diatas bed.

RM : “Maaf anda siapanya ?”

 Penolong 1: “Saya yang menolong sus”

 RM: “Anda tahu identitas dari korban ini mbak ?”

 Penolong 1: “Tidak sus tapi saya coba tanya ke korbannya dulu.”

(si penolong menghampiri korban)

Penolong 2: “Dek kamu bawa KTP, boleh saya pinjam dulu untuk administrasi?
Kamu bawa hp atau tidak ? Nanti saya akan mengabari keluargamu”

 Pasien: “Ditas pak” (dengan suara lemas)

Narasi

Kemudian si penolong mengurusi registrasi si korban dan menghubungi


keluarga klien. Sementara itu, si perawat sedang menangani korban
kecelakaan tadi.

Perawat 1: “Dek-dek bisa dengar saya ?”

 Pasien : “aduh sakit sus”

 Perawat 1: “yang sakit sebelah mana dek ?”

 Pasien (menggerakkan bagian yang sakit.)

8
Perawat 1: “pusing tidak dek ?”

 Pasien: “pusing sus”

 *di receptionis Keluarga :

“sus anak saya tadi kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Pasien dengan
nama Andriana ?”

 (dengan ekspresiyang panik)

RM : “disebelah sana buk, mari saya antarkan”

  Narasi

Petugas RM pun mengantarkan Ibu pasien menuju bad tempat anaknya


dirawat

RM: “ Ini bu, anak ibu ada di dalam”

 Ibu : “ Oh iya, makasih sus”

 RM : “ Iya bu, sama-sama”

  Narasi

Sang Ibu pun segera membuka sampiran dan menjumpai anaknya terbaring tak


berdaya di atas tempat tidur

Ibu : “ Ya Allah nak......kok bisa sampek kayak gini to?,apanya yang sakit nak?”

Pasien : “ Kaki bu, sama pusing”

Ibu : “ Lha ini tadi kamu sudah diperiksa sama dokter belum nak?”

Pasien : “ Sudah bu”

9
Ibu : “ Terus apa katanya dokter?”

Pasien : “ Gak tau bu”

Narasi

Ditengah perbincangan ini perawat datang ke ruangan pasien

Perawat 1 : “ Permisi bu, saya izin mau menanyai adeknya sebentar ya bu”

 Ibu ; “ Iya sus, silahkan”

Perawat 1 : “Gimana dek ada yang dikeluhkan lagi ?”

Pasien : “ Masih sus, dada saya terasa sesak”

Perawat 1 :“ Kalau begitu saya pasangkan oksigen dulu ya, biar nafasnya
lancar.”

Pasien ( Menganggukan kepala) 

Narasi

Perawat memulai tindakan pemberian oksigen pada pasien

Ibu : “ Lho nak dadamu sesak juga to?” (Sang ibu kaget)

Pasien ( Menganggukkan kepala)

Ibu : “ Ini kenapa ya sus, kok dada anak saya sesak? Padahalkan anak saya tidak
punya riwayat sakit asma”

10
Perawat 1 : “ Mungkin anak Ibu mengalami syok, sehingga dadanyaterasa
sesak”

Ibu : “ Lha ini tadi katanya anak saya sudah diperiksa sama Dokter,hasilnya
gimana ya sus?”

Perawat 1 : “ Oh itu, nanti Ibu akan dijelaskan secara langsung oleh dokter bu”

Ibu : “ O begitu ya sus”

Perawat 1: “ Iya bu, kalau begitu saya permisi dulu ya bu, kalu butuh sesuatu
bisa panggil kita di ruang perawat ya bu”

Ibu : “ Baik sus”

Perawat 1 : “ Mari bu, permisi”

Ibu : “ Oh iya, monggo”

Narasi

Perawat kembali ke ruang perawat dan Ibu pasien tetap menunggu pasien di
samping tempat tidur pasien. Setelah beberapa menit kemudian,
seorang perawat datang kembali.

Perawat 2 : “ Permisi bu, Ibu diminta untuk menemui dokter sekarang bu”

Ibu : “ Iya sus, lha terus anak saya sama siapa sus?”

Perawat 2 : “ Ibu silahkan temui dokter dulu, anaknya biar saya yang menjaga”

 Narasi

Di ruang jaga Ibu pasien bertemu dengan Dokter yang berjaga di IGD

11
Dokter : “ Keluarga dari Saudari Andriana ya bu”

Ibu : “ Iya dok, bagaimana dengan anak saya dok?”

Dokter : “ Silahkan duduk dulu bu, saya akan menjelaskan tentang keadaan
anak ibu”

Ibu : ” Iya dok” (sambil duduk)

Dokter : “Ini sepertinya ada gangguan pada tulang di bagian kaki Saudari
Andriana, dan sejak tadi dia mengeluhkan
pusing, jadi untuk mengetahui keadaan tulang di bagian kakinya kita sebaiknya
melakukan rogten terlebih dahulu dan juga sebaiknya kita melakukan CT Scan
untuk mengetahui keadaan dari bagian dalam kepala anak Ibu”

Ibu : “ Memangnya kalau tidak dilakukan itu kenapa ya dok?”

Dokter : “Jika tidak dilakukan rogten dan CT scan, kita tidak mengetahui
keadaan pastinya, jadi kita tidak bias mengambil tindakan selanjutnya”

Ibu : “ Kalau saya pikirkan terlebih dahulu bagaimana dok?”

Dokter : “ Iya bu silakan, tetapi saya mohon Ibu segera memberikan keputusan
agar kita bisa melakukan tindakan selanjutnya”

Ibu : “ Baik dok, kalau begitu saya permisi dulu”

Dokter : “ Oh iya bu, silahkan”

 Narasi

Sang ibupun kembali menuju ruangan pasien, namun di tengah perjalananIbu


bertemu dengan perawat yang menangani anaknya tadi

Perawat 1 : “ Ibu, bagaimana anaknya bu?”

12
Ibu : “ Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogtendan CT scan pada
anak saya, tapi kok saya nggak yakin ya sus?”

Perawat 1 : “Memang sebaiknya dilakukan itu bu, agar bila terjadisesuatu bisa
segera diketahui dan ditangani, bagaiamana buapa ada yang kurang jelas?”

Ibu: “ Tapi itu nanti beresiko atau tidak ya sus?”

Perawat 1 : “ InsyaAllah tidak apa - apa bu”

Ibu : “ Oh ya ya ya, makasih ya sus informasinya”

Perawat 1: “ Iya, bu sama - sama, mari bu”

Ibu : “ Iya sus”

  Narasi

Setelah mendapat informasi dari perawat, Ibupun yakin dengan keputusan


yang akan diambilnya, dan menuju ruang dokter untuk konfirmasi

Dokter : “ Bagaimana bu?”

Ibu : “ Setelah saya pikir - pikir saya setuju bila anak sayadirogten dan diCT


scan”

Dokter : “ Baiklah kalau begitu ibu bisa menandatangani surat persetujuan


tindakan”

Ibu : “ Iya dok, saya tanda tangan dimana?”

Dokter : “ Ini silahkan Ibu baca terlebih dahulu , kemudian tandatangan


disebelah sini”

 Narasi

13
Kemudian Sang Ibu kembali ke kamar pasien , setelah beberapa saat kemudian
datanglah seorang perawat.

Perawat 2: “ Permisi bu, Dek ini mau dilakukan rogten, ini adek mau saya
antarkan ke ruang radiologi, sebelumnya perhiasannya dan jamnya dilepas
dulu ya, biar dibawa ibunya dulu”

 Pasien (menganggukan kepala)

Perawat 2: “ Mari dek saya antarkan”

Pasien : “ Saya maunya diantar mbak perawat yang tadi”

Perawat 2 : “ Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar saya antar sajaya dek,
Ibunya juga boleh ikut nganter kok”

Pasien : “Iya sus”

 (terdiam sejenak) 

Narasi 

Dan akhirnya Andriana pun dibawa ke ruang radiologi untuk diakukanrongten.


Dari hasil rogten diketahui bahwa pasien mengalami patah tulang,dan harus di
rawat inap untuk segera dilakukan operasi.

A. Teknik komunikasi Terapeutik yang digunakan dalam role play “Komunikasi


Terapeutik pada Pasien di IGD” adalah :

 1. Observasi

kegiatan mengamati kondisi klien/orang lain. Observasidilakukan apabila


terdapat konflik antara verbal dan non verbal yang butuh pengamatan lebih
mendalam.

14
contoh pada dialog

Pasien: “aduh sakit sus”

Perawat 1: “yang sakit sebelah mana dek ?”

Pasien : (menggerakkan bagian kaki kiri yang sakit.)

Perawat 1: “oh yg sakit bagian kaki kiri ya dek? pusing tidakdek ?”

Pasien : “iya sus, pusing sus”

 2. Klarifikasi

menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi


yang ada. Klarifikasi dilakukan apabila pesanyang disampaikan oleh klien belum
jelas bagi perawat dan perawatmencoba memahami situasi yang digambarkan
oleh klien.

Contoh dialog

Perawat 1: “yang sakit sebelah mana dek ?”

Pasien : (menggerakkan bagian kaki kiri yang sakit.)

Perawat 1 : “oh yg sakit bagian kaki kiri ya dek? pusing tidak dek ?”

  3. Offering Sel (menawarakan diri):

Perawat menawarkan diri adalahmenyediakan diri untuk membantu


kebutuhan klien.

Contoh dialog:

Perawat 2 : “ Permisi bu, Ibu diminta untuk menemui dokter sekarang bu”

Ibu : “ Iya sus, (terdiam sejenak) lha terus anak saya sama siapa sus?”

15
Perawat 2 : “ Ibu silahkan temui dokter dulu, anaknya biar saya yang menjaga”

 4. Ekplorasi

mendalami masalah yang dihadapi klien.

Contoh dialog

Perawat 1: “Gimana dek ada yang dikeluhkan lagi ?”

Pasien : “ Masih sus, dada saya terasa sesak ”

Perawat 1 : sesak banget atau tidak dek ?

Pasien : “iya sus lumayan susah buat nafas”

Perawat 1 :“ Kalau begitu saya pasangkan oksigen dulu ya, biar


nafasnya lancar.”

 5. Menawarkan informasi

Menyediakan tambahan informasi dengantujuan untuk mendapatkan respon


lebih lanjut.

Ibu : “ Ini kenapa ya sus, kok dada anak saya sesak? Padahal kan anak saya
tidak punya riwayat sakit asma”

Perawat 1 : “ ibu sesak nafas tidak harus selalu dikarenakan karena penyakit
asma bu, ini bisa terjadi pada anakibu karena klien mengalami syok waktu
kecelakaan, sehingga dadanya terasa sesak”

6. Assertive

=> kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyamanmengekspresikan


pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargaihak orang lain.

16
Ibu : “ Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogtendan CT scan pada
anak saya, tapi kok saya nggak yakin yas us?”

Perawat 1 : “ Memang sebaiknya dilakukan itu bu, agar bila terjadi sesuatu bisa
segera diketahui dan ditangani, bagaiamana bu apa ada yang kurang jelas?”

B. Hambatan yang terjadi pada kasus komunikasi terapeutik padapasien di IGD


adalah

 a. Tranference :

respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku klienterhadap perawat yang
didasarkan pengalaman pribadi klien.

Contoh dialog

Pasien : “ Saya maunya diantar mbak perawat yang baik hati dan mirip ibu saya
tadi saja sus”

Perawat : “ Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar saya antar sajaya dek,
Ibunya juga boleh ikut nganter kok.

Pasien: “tidak mau sus, pokoknya saya maunya sama suster yang tadi”

Perawat : “nanti kalo tidak segera di rotgen adek gak bisa segera sembuh dan
tidak bisa segera pulang kerumah lho”

Pasien : “ (terdiam sejenak) Iya udah sus, ayo kita ke ruang rotgen”

17
BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat yaitu
dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini yang lebih di
utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang akan diberikan kepada pasien
harus lebih cepat dan tepat.

4.2  Saran

Meskipun yang lebih diutamakan tindakan gawat darurat, perawat harus tetap
melakukan komunikasi pada pasien, maupun keluarga pasien yang ada.

18
DAFTAR PUSTAKA

Indah ferdi.2014.SPGDT(sistem penangulangan gawat darurat).[online]. http://indah-


fedri.blogspot.com/2014/02/spgdt-sistem-penanggulangan-gawat.html.  [24 Mei  2015]

Thamiiaaa. 2013. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.


[online]. http://thamiiaaa.blogspot.com/2013/03/konsepdasar-keperawatan-gawat-2.html. [24
Mei  2015]

SulfaOktafiani.2013.KeperawatanGawatDarurat.[online]. http://sulfaoktafiani.blogspo
t.com/. [24 Mei  2015]

19

Anda mungkin juga menyukai