Kelompok 1:
2. Sherly Fadilla
3. Yudhi Ariesandi
4. Olipia Anggraini
DOSEN PEMBIMBING:
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-
Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah cara
komunikasi terapeutik dalam menghadapi pasien di IGD ini tanpa adanya halangan dan
hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada
junjungan kita Nabi MuhammadSAW.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca.Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui
hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak
pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas
waktu yang telah di tentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih
sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil makalah
ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis
selama ini.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Pengertian Gawat Darurat...................................................................................................2
2.2 Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat.......................................................................2
2.3 Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat.....................................................................3
2.4 SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)...............................................4
2.5 Tujuan Komunikasi Pada Gawat Darurat...........................................................................4
2.6 Tehknik Komunikasi Pada Gawat Darurat.........................................................................4
2.7 Prinsip Komunikasi Gawat Darurat....................................................................................5
BAB IV..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17
4.2 Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi yang akurat
dan membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien akan merasa puas dengan
pelayanan keperawatan yang diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu memperhatikan
tehnik-tehnik dan tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1
c. Mahasiswa memahami tentang SPGDT.
BAB II
PEMBAHASAN
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam
itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas, Luka Tusuk dada/perut dengan
shock dan sesak, hipotensi / shock.
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut
Miocart Infac).
2
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di
lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum
tanpa pendarahan.
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan
label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
f. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas
triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage juga
bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis pada saat
keadaan gawat darurat.
a. Cemas
Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa
ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti
3
nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang
ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.
b. Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak
terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar
biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi.
c. Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus di
perbuat
4
2.4 SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)
SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan
penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di rumah
sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life saving. yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam
umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem
komunikasi.
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan antara
perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan
tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.
a. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien
dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien
selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan
menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau
memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien
dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
b. Menunjukkan penerimaan
5
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak
menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama
klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap
penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat berlanjut.
Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti
pembicaraan klien.
d. Klarifikasi
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa
pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat
nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien
berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang dibicarakan
6
a. Caring (sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan)
e. Trust (memberi kepercayaan)
Contoh kasus
Narasi
7
Pasien (Setengah sadar dengan merintih kesakitan)
Narasi
Penolong 2: “Dek kamu bawa KTP, boleh saya pinjam dulu untuk administrasi?
Kamu bawa hp atau tidak ? Nanti saya akan mengabari keluargamu”
Narasi
8
Perawat 1: “pusing tidak dek ?”
“sus anak saya tadi kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Pasien dengan
nama Andriana ?”
Narasi
Narasi
Ibu : “ Ya Allah nak......kok bisa sampek kayak gini to?,apanya yang sakit nak?”
Ibu : “ Lha ini tadi kamu sudah diperiksa sama dokter belum nak?”
9
Ibu : “ Terus apa katanya dokter?”
Narasi
Perawat 1 : “ Permisi bu, saya izin mau menanyai adeknya sebentar ya bu”
Perawat 1 :“ Kalau begitu saya pasangkan oksigen dulu ya, biar nafasnya
lancar.”
Narasi
Ibu : “ Lho nak dadamu sesak juga to?” (Sang ibu kaget)
Ibu : “ Ini kenapa ya sus, kok dada anak saya sesak? Padahalkan anak saya tidak
punya riwayat sakit asma”
10
Perawat 1 : “ Mungkin anak Ibu mengalami syok, sehingga dadanyaterasa
sesak”
Ibu : “ Lha ini tadi katanya anak saya sudah diperiksa sama Dokter,hasilnya
gimana ya sus?”
Perawat 1 : “ Oh itu, nanti Ibu akan dijelaskan secara langsung oleh dokter bu”
Perawat 1: “ Iya bu, kalau begitu saya permisi dulu ya bu, kalu butuh sesuatu
bisa panggil kita di ruang perawat ya bu”
Narasi
Perawat kembali ke ruang perawat dan Ibu pasien tetap menunggu pasien di
samping tempat tidur pasien. Setelah beberapa menit kemudian,
seorang perawat datang kembali.
Perawat 2 : “ Ibu silahkan temui dokter dulu, anaknya biar saya yang menjaga”
Narasi
Di ruang jaga Ibu pasien bertemu dengan Dokter yang berjaga di IGD
11
Dokter : “ Keluarga dari Saudari Andriana ya bu”
Dokter : “ Silahkan duduk dulu bu, saya akan menjelaskan tentang keadaan
anak ibu”
Dokter : “Ini sepertinya ada gangguan pada tulang di bagian kaki Saudari
Andriana, dan sejak tadi dia mengeluhkan
pusing, jadi untuk mengetahui keadaan tulang di bagian kakinya kita sebaiknya
melakukan rogten terlebih dahulu dan juga sebaiknya kita melakukan CT Scan
untuk mengetahui keadaan dari bagian dalam kepala anak Ibu”
Dokter : “Jika tidak dilakukan rogten dan CT scan, kita tidak mengetahui
keadaan pastinya, jadi kita tidak bias mengambil tindakan selanjutnya”
Dokter : “ Iya bu silakan, tetapi saya mohon Ibu segera memberikan keputusan
agar kita bisa melakukan tindakan selanjutnya”
Narasi
12
Ibu : “ Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogtendan CT scan pada
anak saya, tapi kok saya nggak yakin ya sus?”
Perawat 1 : “Memang sebaiknya dilakukan itu bu, agar bila terjadisesuatu bisa
segera diketahui dan ditangani, bagaiamana buapa ada yang kurang jelas?”
Narasi
Narasi
13
Kemudian Sang Ibu kembali ke kamar pasien , setelah beberapa saat kemudian
datanglah seorang perawat.
Perawat 2: “ Permisi bu, Dek ini mau dilakukan rogten, ini adek mau saya
antarkan ke ruang radiologi, sebelumnya perhiasannya dan jamnya dilepas
dulu ya, biar dibawa ibunya dulu”
Perawat 2 : “ Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar saya antar sajaya dek,
Ibunya juga boleh ikut nganter kok”
(terdiam sejenak)
Narasi
1. Observasi
14
contoh pada dialog
Pasien : (menggerakkan bagian kaki kiri yang sakit.)
2. Klarifikasi
Contoh dialog
Pasien : (menggerakkan bagian kaki kiri yang sakit.)
Perawat 1 : “oh yg sakit bagian kaki kiri ya dek? pusing tidak dek ?”
Contoh dialog:
Ibu : “ Iya sus, (terdiam sejenak) lha terus anak saya sama siapa sus?”
15
Perawat 2 : “ Ibu silahkan temui dokter dulu, anaknya biar saya yang menjaga”
4. Ekplorasi
Contoh dialog
Perawat 1 : sesak banget atau tidak dek ?
Ibu : “ Ini kenapa ya sus, kok dada anak saya sesak? Padahal kan anak saya
tidak punya riwayat sakit asma”
Perawat 1 : “ ibu sesak nafas tidak harus selalu dikarenakan karena penyakit
asma bu, ini bisa terjadi pada anakibu karena klien mengalami syok waktu
kecelakaan, sehingga dadanya terasa sesak”
6. Assertive
16
Ibu : “ Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogtendan CT scan pada
anak saya, tapi kok saya nggak yakin yas us?”
Perawat 1 : “ Memang sebaiknya dilakukan itu bu, agar bila terjadi sesuatu bisa
segera diketahui dan ditangani, bagaiamana bu apa ada yang kurang jelas?”
a. Tranference :
respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku klienterhadap perawat yang
didasarkan pengalaman pribadi klien.
Contoh dialog
Pasien : “ Saya maunya diantar mbak perawat yang baik hati dan mirip ibu saya
tadi saja sus”
Perawat : “ Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar saya antar sajaya dek,
Ibunya juga boleh ikut nganter kok.
Pasien: “tidak mau sus, pokoknya saya maunya sama suster yang tadi”
Perawat : “nanti kalo tidak segera di rotgen adek gak bisa segera sembuh dan
tidak bisa segera pulang kerumah lho”
Pasien : “ (terdiam sejenak) Iya udah sus, ayo kita ke ruang rotgen”
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat yaitu
dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini yang lebih di
utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang akan diberikan kepada pasien
harus lebih cepat dan tepat.
4.2 Saran
Meskipun yang lebih diutamakan tindakan gawat darurat, perawat harus tetap
melakukan komunikasi pada pasien, maupun keluarga pasien yang ada.
18
DAFTAR PUSTAKA
SulfaOktafiani.2013.KeperawatanGawatDarurat.[online]. http://sulfaoktafiani.blogspo
t.com/. [24 Mei 2015]
19