Dosen Pengampu :
Dr. Ns. Florensa, M.Kep., Sp.Kep.J
Disusun Oleh :
KELOMPOK 8
Fara Balqis (821221028)
Indah Swari (821221038)
Intan Nurjannah (821221040)
Meylani Eka Listiani (821221059)
Keanu Zimbran Fatahillah (821221046)
Zenifa Astrid (821221113)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan dokumen “KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DI IGD DAN DI
KOMUNIKAI TERAPEUTIK PADA KLIEN DI ICU”. Makalah ini disampaikan untuk
memenuhi tugas komunikasi keperawatan terapeutik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami dengan tulus meminta maaf atas segala kekurangan atau kesalahan penulisan dalam
makalah ini.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang hambatan
dan penerapan komunikasi terapeutik juga merupakan keterbatasan kami. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari semua pihak, yang selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalh ini. Kami berharap makalh ini dapat memberi manfaat bagi
kita, setidaknya membuka cakrawala refleksi kita. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................2
C. TUJUAN..................................................................................................................2
a. Umum................................................................................................................2
b. Khusus...............................................................................................................2
A. KESIMPULAN ......................................................................................................14
B. SARAN....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien
yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh
pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien yang pada
akhirnya mencapai kesembuhan klien (Anjaswarni, tri. 2016).
Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat penting. Tidak hanya
dalam kehidupan berorganisasi tetapi juga dalam kehidupan manusia pada umumnya.
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan
berkomunikasi. Komunikasi bisa sederhana atau rumit, dan teknologi telah mengubah cara
orang berkomunikasi secara dramatis. Komunikasi tidak hanya sekedar kata-kata tetapi juga
berbentuk percakapan, senyuman, mulut yang lembut, postur tubuh, ekspresi ketertarikan,
sikap dan emosi sejenisnya. Menerima pemahaman seseorang adalah kunci komunikasi.
Tanpa menerima sesuatu dengan cara tertentu, yang terjadi hanyalah “percakapan antar
manusia” (Pohan, 2021).
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara dua pihak atau lebih.
Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan, karena manusia itu sendiri
adalah makhluk sosial atau komunal, manusia adalah makhluk yang unik. Oleh karena itu,
untuk berkomunikasi harus memperhatikan aturan komunikasi internal agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam hubungan. Komunikasi yang paling efektif membantu kita lebih
memahami orang lain dan situasi, memungkinkan kita menyelesaikan konflik, membangun
kepercayaan dan pengaruh, menghormati dan menciptakan lingkungan yang menumbuhkan
ide, menyelesaikan topik masalah, emosi dan kekhawatiran (Bara, 2023).
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU No. 44 Tahun
2009) Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu melakukan
komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran situasi yang
sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn kecemasan dan memberikan suport
verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan puas ataupun tidak puas apabila klien
sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat
fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terpeutik yang baik
1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah makalah ini,
sebagai berikut :
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Dengan Klien di IGD?
2. Pengertian Komunikasi Terpaeutik Dengan Klien di ICU?
3. Teknik Komunikasi di IGD?
4. Cara me komunikasi dengan pasien tidak sadar?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini dibedakan menjadi 2 tujuan yaitu, tujuan umum dan tujuan
khusus :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah agar Mahasiswa keperawatan
mengetahui dan memahami bagaimana cara berkomunikasi dengan baik dan benar
terkait komunikasi terapeutik dengan klien di IGD dan komunikasi terapeutik dengan
klien di ICU terutama bagi mahasiswa kesehatan yang sedang menempuh pendidikan
sehingga dapat menambah pengetahuan tentang hal ini.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunikasi terapeutik gawat
darurat dan komunikasi terapeutik di ICU
b. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar keperawatan gawat darurat
c. Untuk mengetahui dan memahami teknik komunikasi di IGD.
d. Untuk mengetahui dan memahami cara berkomunikasi dengan pasien tidak sadar.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
d. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Biasanya di
lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
e. Pasien Meninggal
Label hitam (Pasien sudah meninggal), merupakan prioritas terakhir.
Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang
berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam operasi,
pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
3. Aspek Psikologis pada Situasi Gawat Darurat
a. Cemas
Cemas seriing dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut
ditandai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah
dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan
cenderung bervariasi, pada setiap oranbg tidak sama.
b. Histeris
Dalam penggunaaan sehari-harinya Histeris menjelaskan akses emosi
yang tidak terkendali. Orang yang “histeris” sering kehilangan knotrol diri karena
katakutan yang luar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi.
c. Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah yang tidak tahu
apa yang harus di perbuat.
4. Tujuan Komunikasi pada Gawat Darurat
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat
berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 2019). Tujuan
komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan antara
perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam
melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.
5. Teknik Komunikai pada Gawat Darurat
Supaya komunikasi yang kita lakukan dapat mencapai tujuan yang kita
harapkan, seorang perawat harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi agar
terapeutik dan menggunakannya secara efektif pada saat berinteraksi dengan klien.
4
Berikut ini teknik komunikasi terapeutik yang dikombinasikan dengan beberapa ahli
lainnya, mendengarkan dengan penuh peerhatian (listening).
a. Mendengarkan
Mendengarkan Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi
yang disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat
ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama berbicara, menjaga kontak
pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada
saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan umpan balik.
Teknik yang dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam
mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam
hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan
ketidak setujuan atau penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak
menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya
perawat menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.
c. Mengulang pernyataan klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respon dan berharap
komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan
indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
d. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu mengehentikan
pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini
berkaitan dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan
ide, perasaan, dan persepsi.
e. Menyampaikan hasil pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan
kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan
demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus
pada permasalahan yang sedang dibicarakan.
5
6. Peran dan Fungsi Perawat IGD
Peran perawat sebagai pelaksana keperawatan di IGD: Pemberi asuhan (care
giver), pelindung (advocate), penasehat (counselor), pendidik, koordinator,
kolaborator, konsultan. Fungsi perawat IGD yaitu Independen, devenden, dan
kolaborasi (Nur, akbar. 2017).
a. Independen (mandiri) Dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh perawat secara mandiri
b. Devenden (Tergantung pada dokter) Dalam melaksanakan program kesehatan
dimana pertanggungjawaban dipegang oleh dokter, misalnya peran pemberian
obat-obatan
c. Kolaborasi (Interde-penden) Dalam mengatasi permasalahan secara team work
dengan tim kesehatan
7. Prinsip Komunikasi gawat darurat
Adapun beberapa prinsip-prinsip berkomunikasi dalam melakukan tindakan
komunikasi terapeutik pada gawat darurat.
a. Ciptakan lingkungan terapeutiik dengan menunjukkan perilaku dan sikap caring
(sikap pengasuhan yang ditunjukkan dengan peduli dan selalu ingin memeberikan
bantuan).
b. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
c. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
d. Empaty (merasakan perasaan pasien)
e. Turst ( memeberi kepercayaan)
f. Integrity (berpegang pada prinsip profesional yang kokoh)
g. Identifikasi bantuan yang diperlukan
h. Terapkan teknik komunikasi : terfokus, bertanya, dan valudasi
i. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien atau keluarga
j. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
k. Hindari : menyalahkan, memojokkan, dan memeberikan sebutan yang negati
6
B. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DI ICU
Komunikasi dengan pasien di ICU atau tidak sadar merupakan suatu komunikasi
dengan menggunakan teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik
dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak
dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut. Pasien
yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan kesadaran
merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan
kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya
mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam
penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan
kerusakan struktural atau metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak keduanya.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak
menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan
klien tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien
sendiri tidak sadar. (Andayani, 2019).
1. Fungsi Komuinikasi Dengan Pasien Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2019), Komunikasi dengan klien dalam proses
keperawatanmemiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Mengendalikan Perilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak
memiliki respon dan klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini
tidak berfungsi sebagai pengendali prilaku. Secara tepatnya pasien hanya
memiliki satu prilaku yaitu pasien hanya berbaring, imobilitas dan tidak
melakukan suatu gerakan yang berarti. Walaupun dengan berbaring ini pasien
tetap memiliki prilaku negatif yaitutidak bisa mandiri.
b. Perkembangan Motivasi
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan
kesadaran, tetapi klien masih dapat merasakan rangsangan pada
pendengarannya. Perawat dapat menggunakan kesempatan ini untuk
berkomunikasi yang berfungsi untuk pengembangan motivasi pada klien.
Motivasi adalah pendorong pada setiap klien, kekuatan dari diri klien untuk
7
menjadi lebih maju dari keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat
pada akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas dari motivasi kita sebagai
perawat, perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24 jam.
Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya dengan pasien yang sadar,
karenaklien masih dapat mendengar apa yang dikatakan oleh perawat
c. Pengungkapan Emosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada,
sebaliknya perawat dapat melakukannya terhadap klien. Perawat dapat
berinteraksi dengan klien. Perawat dapat mengungkapan kegembiraan,
kepuasan terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal positif yang dapat
perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak bersikap
negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak
langsung/langsung terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan
pengungkapan positif maupun negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh
mengungkapkan kekecewaan atau kesan negatif terhadap klien. Pasien ini
berkarakteristik tidak sadar, perawat tidak dapat menyimpulkan situasi yang
sedang terjadi, apa yang dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat
menyimpulkan apa yang dirasakan klien terhadap apa yang selama ini kita
komunikasikan pada klien bila klien telah sadar kembali dan mengingat memori
tentang apa yang telah kita lakukan terhadapnya.
d. Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses
keperawatan yang akan kita lakukan. Setiap prosedur tindakan keperawatan
harus dikomunikasikan untuk menginformasikan pada klien karena itu
merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh untuk menerima dan menolak
terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kita dapat
meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri.
Pasien berhak mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien.
Perawat dapat memberitahu maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang
akan terjadi jika kita tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya untuk
menginformasikan pada klien karena itu merupakan hak klien. Klien memiliki
hak penuh untuk menerima dan menolak terhadap tindakan yang akan kita
berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kita dapat meminta persetujuan terhadap
keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri. Pasien berhak mengetahui apa saja
8
yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat dapat memberitahu maksud
tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika kita tidak
melakukan tindakan tersebut kepadanya.
Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses keperawatan
menjalankan satu atau lebih dari ke empat fungsi di atas. Dengan kata lain,
tujuan perawat berkomunikasi dengan klien yaitu untuk menjalankan fungsi
tersebut. Dengan pasien tidak sadar sekalipun, komunikasi penting adanya.
Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah satu dari fungsi di atas. Dibawah ini
akan diuraikan fungsi-fungsi berkomunikasi dengan klien, terhadap klien tidak
sadar. Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak sadar sekali pun, ia
merupakan seorang pasien yang memiliki hak-hak sebagai pasien yang harus
tetap kita penuhi Perawat itu adalah manusia pilihan Tuhan, yang telah terpilih
untuk membantu sesama, memiliki rasa bahwa kita sesama saudara yang harus
saling membantu. Perawat akan membantu siapapun walaupun ia seorang yang
tidak sadar sekalipun. Dengan tetap memperhatikan hak-haknya sebagai klien.
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk membentuk hubungan
saling percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualitas. Pada komunikasi
dengan pasien tidak sadar kita tetap melakukan komunikasi untuk
meningkatkan dimensiini sebagai hubungan membantu dalam komunikasi
terapeutik.
2. Karakteristik Dengan Pasien Tidak Sadar
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang beratdan
dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu
fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran inidapat
disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun
ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktural/metabolik di tingkat korteks
serebri, batang otak keduanya. Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien
tidak responsif, mereka masih dapat menerima rangsangan. Pendengaran dianggap
sebagai sensasi terakhir yang hilang dengan ketidak sadaran dan yang menjadi
pertama berfungsi. Faktor ini akan menjadi pertimbangan mengapa perawat tetap
harus berkomunikasi pada klien tidak sadar sekali pun. Ada karakteristik komunikasi
yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak menemukan feed back (umpan
9
balik), salah satu elemen komunikasi ini dikarenakan klien tidak dapat merespon
kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak sadar.
b. Fase Orientasi
Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien, persetujuan komunikasi atau
kontrak komunikasi dengan pasien, serta penentuan program orientasi. Program
orientasi tersebut meliputi penentuan batas hubungan, pengidentifikasian
masalah, mengakaji tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien, serta mengkaji
apa yang diharapkan dari komunikasi yang akan dilakukan bersama antara
petugas dan klien. Tugas petugas pada fase ini adalah menentukan alasan klien
minta pertolongan, kemudian membina rasa percaya, penerimaan dan
komunikasi terbuka. Merumuskan kontrak bersama klien, mengeksplorasi
pikiran, perasaan dan perbuatan klien sangat penting dilakukan petugas pada
tahap orientasi ini. Dengan demikian petugas dapat mengidentifikasi masalah
klien, dan selanjutnya merumuskan tujuan dengan klien.
c. Fase Kerja/Lanjutan
Pada fase kerja ini petugas perlu meningkatkan interaksi dan mengembangkan
faktor fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan
interaksi sosial dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain
untuk mengatasi kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi
terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan erja
sama. Mengembangkan atau meningkatkan faktor fungsional komunikasi
terapeutik dengan melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada,
meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi ketergantungan pasien pada
petugas, dan mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil
tindakan berdasarkan masalah yang ada. Tugas petugas pada fase kerja ini
adalah mengeksplorasi stressor yang terjadi pada klien dengan tepat. Petugas
juga perlu mendorong perkembangan kesadaran diri klien dan pemakaian
mekanisme koping yang konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi
penolakan perilaku adaptif.
d. Fase Terminasi
12
Fase terminasi ini merupakan fase persiapan mental untuk membuat
perencanaan tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan
danmempertahankan batas hubungan yang telah ditentukan. Petugas
harusmengantisipasi masalah yang akan timbul pada fase ini karena
pasienmungkin menjadi tergantung pada petugas. Pada fase ini memungkinkan
ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya, sehingga
pasienmerasa sunyi, menolak dan depresi Diskusikan perasaan-perasaan tentang
terminasi. Pada fase terminasi tugas petugas adalah menciptakan realitas
perpisahan. Petugas juga dapat membicarakan proses terapi dan pencapaian
tujuan. Saling mengeksplorasi perasaan bersama klien tentang penolakan dan
kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain, yang mungkin terjadi pada fase ini.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien
yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan
memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah
klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien.
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
Konsep Kegawat Daruratan yaitu, Pasien Gawat Darurat, Pasien Gawat Tidak
Darurat, Pasien Darurat Tidak Gawat dan DOA : Death On Arrival. Aspek Psikologis
Pada Situasi Gawat Darurat terdiri dari Cemas, Histeris, dan Mudah marah. Adapun
Peran & Fungsi Perawat IGD Peran perawat sebagai pelaksana keperawatan di IGD:
Pemberi asuhan (care giver), pelindung (advocate), penasehat (counselor), pendidik,
koordinator, kolaborator, konsultan. Fungsi perawat IGD yaitu Independen, devenden,
dan kolaborasi.
Komunikasi dengan pasien di ICU atau tidak sadar merupakan suatu komunikasi
dengan menggunakan teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik
dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak
dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut
Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses keperawatan adalah
berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga menggunakan komunikasi
terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
14
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Nasir, dkk. (2018). Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Bara, N. B. B., & Hayati, F. (2023). Komunikasi Efektif dalam dunia pendidikan. Journal of
Teaching and Science Education.
Dewi Retnaningsih. (2016). Hubungan Komunikasi Perawat dengan Tingkat Kecemasan
Keluarga Pasien di Unit Perawatan Kritis.Dalam Keperawatan. Padang.
Freska, Windy, Maisa, Estika Mariani, Rika, (2018). Buku Ajar Keperawatan Dasar 2
Komunikasi Terapeutik
Potter, Patrica A. (2018). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta
Suryad i. (2015). Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik, Ed 2, ECG,. Jakarta. Swarjana, K.
Sarfika riska, estika, & windy. (2018). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Andalas university
Press
Wijaya, L. 2021. Komunikasi Terapeutik dalam proses Keperawatan, Banten, Yayasan
Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju.
Yubiliana , Gilang. (2017). Komunikasi Terapeutik: Penatalaksanaan Komunikasi.
15