Disusun Oleh :
Kelompok 3
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.dan hasil yang baik. Shalawat dan salam
semoga terlimpah untuk baginda tercinta kita Muhammad SAW yang kelak kita nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Makalah ini kami buat demi memenuhi tugas mata kuliah komunikasi keperawatan yaitu
tentang “komunikasi terapeutik pada pasien dewasa’. Kami harapkan makalah ini juga dapat
digunakan sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa ilmu keperawatan.
Kami sadar bahwa makalah ini juga jauh dari kata sempurna. Maka kritik dan saran dari
pembaca sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.untuk nantinya akan kami
revisi dilain waktu.
penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….3
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap pasien memiliki karakteristiknya sendiri. Karakter yang berbeda itu terjadi karena
setiap manusia memiliki latar sejarah ataupun budaya yang berbeda. Jenis kelamin yang
berbeda serta usia yang tidak sama pun akan sangat signifikan membentuk karakter
seseorang. Karakter yang berbeda itu juga akan memunculkan kebutuhan yang berbeda pada
tiap orang. Kebutuhan yang beragam inilah yang membuat perlakuan pada tiap orang amat
berbeda. Apalagi ketika konteks pembicaraannya berada dalam dunia keperawatan.
Agar bisa mendapatkan sisi personal pasien, maka dibutuhkan komunikasi yang baik
antara perawat dan pasien. Kemajuan teknologi kedokteran telah membuat banyak perubahan
dalam konsep keperawatan serta komunikasi keperawatan. Semula keperawatan berpusat
pada perawatan orang sakit secara individual. Kini keperawatan telah menjadi konsep
paripurna serta lebih focus pada pribadi pasien inilah yang membuat komunikasin menjadi
faktor yang amat penting. Dalam konteks ini perawat dituntut untuk menerapkan model
komunikasi yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan pasien.
Salah satu karakter pasien adalah pasien usia dewasa. Karakter usia dewasa adalah usia
yang cukup menantang. Pada fase ini, pasien sudah memiliki kesadaran penuh dan mampu
menggunakan kesadarannya untuk memutuskan sesuatu.
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DEWASA
5
suara sudah berumur tujuh belas tahun atau sudah pernah kawin mempunyai hak
memilih.”
6
a. Suasana tenang, tidak tergesa-gesa dan penuh dengan perhatian adalah saat
masing-masing pihak yang berada dalam proses komunikasi dapat mendengar
apa yang dikatakan masing-masing pihak yang berada dalam proses
komunikasi dapat mendengar apa yang dikatakan masing-masing. Dan
diharapkan mampu memahami apa yang diucapkan atau disampaikan oleh
masing-masing pihak. Suasana tergesa-gesa juga perlu dibangun karena bisa
membuat tidak fokus dan membuat satu pihak tidak benar-benar perhatian
pada apa yang diucapkan oleh lawan bicaranya.
b. Suasana saling terbuka adalah salah satu kunci komunikasi yang berhasil.
Hanya dalamsuasana penuh keterbukaan,segala alternatif untuk menyelesaikan
sebuah masalah dapat tergali sepenuhnya.
c. Suasana saling menghargai akan membuat pasien merasa senang membuka
dirinya pada lawan bicaranya. Seorang perawat harus mencatat hal ini, segala
pendapat,perasaan,pikiran,gagasan,system nilai yang dianut oleh masing-
masing pihak harus dihargai. Jangan sampai tertangkap kesan meremehkan,
serta mengesampingkan harga diri orang yang diajak bicara agar tidak menjadi
kendala dalam jalannya komunikasi.
d. Suasana hormat menghormati akan membuat seseorang lebih senang bila
pendapatnya didengarkan, serta apabila ia boleh turut mengemukakan
pikirannya dengan bebas.
e. Saling percaya akan membuat pasien lebih terbuka pada apa yang ia rasakan,
dan ia pikirkan. Kepercayaan juga dapat membuat pasien lebih tenang dan
mau menjalankan seluruh proses keperawatan dengan sabar. Untuk
memunculkan rasa kepercayaan kepada pasien, perawat juga harus
memunculkan rasa percaya yang sama pada diri pasien. Perawat harus
memandang pasien dengan sikap hormat tanpa melihat latar belakang pasien.
Perawat juga harus menganggap pasien sebagai mitra sejajar, karena proses
penyembuhan pasien adalah sebuah kerja sama yang sinergis, tidak akan
berjalan dengan baik.
7
meminta pelayan kesehatan kepada perawat, dan petugas kesehatan lainnya,
tanpa merasa akan merepotkan para petugas kesehatan itu.
c. Konteks
Model komunikasi kesehatan untuk pasien dewasa ini diterapkan terlebih
dahulu memperhatikan karakteristik klien secara lebih seksama, maka perawat
dapat lebih professional menerapkan model komunikasi ini. Transaksi yang
dilakukan pun dapat terjadi secara berkesinambungan, lebih dinamis, serta
terjalin hubungan yang interaktif. Perawat juga akan mendapatkan umpan
balik dari pasien, sehingga mereka dapat mengevaluasi berbagai metode serta
tujuan komunikasi. Komunikasi ini juga melibatkan orang lain yang
berpengaruh terhadap kesehatan klien. Maka konteks komunikasi yang
dilakukan, disesuaikan dengan tujuan, jenis serta pelayanan yang diberikan.
2. Model Shanon dan Weaver
Model Shanon dan Weaver ini dalah bentuk komunikasi terapeutik yang
mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk
dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang ada. Pemancar berfungsi mengubah
pesan menjadi sebuah signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.
Model komunikasi ini pas diterapkan untuk klien dewasa, karena tidak akan ada
perantara pasien dan tenaga kesehatan professional. Pasien dewasa dianggap akan
lebih bisa mencerna segala informasi. Model komunikasi ini dapat membuat
pasien lebih mampu memahami segala situasi dan kondisi yang dia alami karena
pasien dapat langsung bertanya kepada tenaga kesehatan, tanpa perantara. Dalam
model komunikasi ini, tidak akan ada feedbackyang bermanfaat mengevaluasi
kembali tujuan komunikasi.
3. Model Komunikasi Leary
Model komunikasi ini adalah model komunikasi yang amat interaktif.
Leary(1950) mencoba menggabungkan sisi multidimensional dari elemen
komunikasi. Ia menekankan pada hubungan interaksional antara dua orang. Relasi
antara dua individu ini jelas saling memengaruhi dan saling dipengaruhi.
Leary menerapkan model komunikasi yang peka terhadap tingkah laku pasien.
Tingkah laku pasien dipengaruhi oleh lingkungannya. Dari pengamatan Leary itu
didapat kesimpulan bahwa pesan komunikasi dapat terjadi dalam dua dimensi;
Dominan – submission
Hate – love
Model komunikasi ini pas diterapkan dalam bidang kesehatan karena
keseimbangan antara berbagai elemen sangat dipertimbangkan. Elemen-elemen itu
adalah antara tenaga kesehatan profesional serta pasien. Keseimbangan diantara
mereka itulah yang diutamakan.
Saat menerapkan model komunikasi Leary kepada pasien dewasa, perawat hanya
dapat bersikap dominan bila kondisi darurat sedang terjadi. Sikap dominan itu
bertujuan untuk menyelamatkan hidup pasien yang memang sudah tidak memiliki
kemampuan penuh. Namun jika pasien dalam keadaan kronik, posisi dominan itu
tidak diterapkan oleh tenaga profesional. Ini terjadi pada pasien dewasa sejatinya
sudah memiliki kesadaran dan keyakinan sendiri yang sulit untuk diubah. Mereka
8
umumnya memiliki komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang telah
mereka miliki.
Dimensi lovepun bukan hal yangmudah diterapkan pada pasien dewasa. Yang perlu
diingat dari model komunikasi ini adalah adanya penekanan pada segi Relationship
atau hubungan antar elemen. Model komunikasi terapeutik ini adalah sebuah
keterampilan yang harus dimiliki tenaga keperawatan yang bertujuan untuk
mengurangi stress dari pasien.
Dalam model komunikasi Leary ini, perlu menerapkan rasa empati dan memahami
bagaimana konteks serta kondisi pasien saat itu. Diharapkan akan tercipta sebuah
suasana saling pengertian dan saling menghargai diantara masing masing pihak.
4. Model Komunikasi King
Model komunikasi King adalah sebuah model komunikasi yang memberi
penekanan pada proses komunikasi antara perawat dengan pasien. Dalam model
komunikasi ini relasi antara perawat dan pasien menjadi sangat penting. Model
komunikasi King ini menggunakan system perspektif yang mampu memberikan
gambaran tentang bagaimana tenaga profesional keperawatan memberi bantuan
medis kepada pasien. Keputusan yang diambil dari salah satu pihak amat penting
terhadap munculnya sebuah reaksi dan memungkinkan adanya feedback yang
menunjukan seberapa pentingnya arti hubungan perawat dan klien.
Pada pasien dewasa, masing-masing pihak dapat mempertimbangkan berbagai
faktor intrinsic serta ekstrinsik dari pasien yang bersangkutan. Karena pasien
dewasa telah memiliki kesadaran penuh untuk dapat memperhitungkan berbagai
hal. Feedback yang muncul punsangat menguntungkan karena para tenaga
profesional kesehatan dapat mengetahui sejauh mana informasi yang disampaikan
oleh mereka dapat diterima jelas oleh pasien, dan untuk mengetahui apakah atau
tidak ada persepsi yang salah terhadap pasien yang disampaikan oleh petugas
profesional kesehatan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi pada pasien sangatlah penting. Namun yang lebih dipentingkan dari
komunikasi pada pasien ini sendiri yaitu bagaimana kita sebagai perawat memahami perasaan
pasien dan memahami apa yang sedang dirasakan pasien. Dengan memahami karakteristik
pasien kita dapat menentukan bagaimana kita komunikasi dengan pasien tersebut.
Ada beberapa model komunikasi dengan pasien dewasa, yaitu :
1.Model komunikasi kesehatan
2.Model shanon dan weafer
3.Model komunikasi leary
4.Model komunikasi king
3.2 Saran
Sebagai perawat yang baik kita harus bisa memberikan pertolongan yang tepat kepada
pasien. Dengan komunikasi yang baik pula, maka pasien akan merasa sangat dihargai dan
diperhatikan. Hal tersebut akan memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien. Maka akan
mempercepat kesembuhan pasien .
10
DAFTAR PUSTAKA
11