1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerahnya kelompok dapat
menyelesaikan makalah ini dengan topik “Komunikasi Remaja dengan Lansia”. Penyusunan
makalah ini sebagai bentuk pemenuhan salah satu tugas Mata Kuliah Gerontic Nursing yang
diampu oleh Ibu Ns.Marsela Riska Raswandaru S.Kep., M.Kep.
Dalam pembuatan makalah ini, kelompok menyadari bahwa telah mendapatkan bantuan
dari banyak pihak terkhusus Ibu Ns.Marsela Riska Raswandaru S.Kep., M.Kep selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Gerontic Nursing yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami ingin mengucapkan terima kasih untuk segala pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna sehingga kami berharap dapat diberi
saran dan kritik agar dapat menyempurnakan makalah ini. Harapan dari kelompok dengan
adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada seluruh pembaca terutama
mahasiswa Ilmu Keperawatan mengenai komunikasi remaja dengan lansia.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...3
BAB I……………………………………………………………………………………………...4
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………….. 4
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….. 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………. 5
C. Tujuan Umum……………………………………………………………………………...5
BAB II……………………………………………………………………………………………. 6
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………. 6
a. Pengertian Komunikasi…………………………………………………………………….. 7
b. Faktor yang mempengaruhi proses komunikasi…………………………………………… 8
c. Pengertian Remaja………………………………………………………………………... 10
d. Pengertian Lansia………………………………………………………………………….11
e. Teknik Komunikasi yang Efektif…………………………………………………………. 12
f. Pengertian Komunikasi Terapeutik……………………………………………………….. 14
g. Tujuan Komunikasi Terapeutik……………………………………………………………15
h. Fungsi Komunikasi Terapeutik…………………………………………………………… 16
i. Fase - fase dalam komunikasi terapeutik…………………………………………………..16
j. Sikap dalam melakukan Komunikasi Terapeutik…………………………………………. 17
k. Komunikasi terapeutik yang baik antara remaja dengan lansia…………………………...18
l. Masalah yang Sering Muncul Dalam Komunikasi Terapeutik
Antara Remaja dengan Lansia…………………………………………………………….. 19
m. Solusi Dalam Menghadapi Masalah Komunikasi Terapeutik
Antara Remaja dengan Lansia…………………………………………………………….. 21
BAB III…………………………………………………………………………………………. 22
PENUTUP……………………………………………………………………………………….22
a. Kesimpulan……………………………………………………………………………….. 22
b. Saran……………………………………………………………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………... 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, setiap orang yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat,
dalam menjalani aktivitas kesehariannya sejak ia bangun tidur di pagi hari hingga tidur kembali
pada malam harinya senantiasa terlibat dalam kegiatan komunikasi. Komunikasi adalah elemen
dasar dari interaksi antar manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,
mempertahankan dan meningkatkan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bahwasanya komunikasi adalah hal yang
mudah. namun sebenarnya komunikasi adalah proses yang sangat kompleks yang melibatkan
tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan
lingkungan disekitarnya. Hal itu merupakan sebuah peristiwa yang terus menerus berlangsung
secara dinamis.
Melihat dari perkembangan dunia keperawatan yang semakin pesat maka tidak jarang
apabila kita melihat perawat beretika salah satunya yaitu berkomunikasi pada klien. Klien yang
perawat hadapi tentunya tidak memperhatikan faktor usia. Untuk proses interpretasi pasien
terhadap peran, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi.
Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti
sesuatu seringkali telah lupa atau sulit dalam mengorganisasi serta mengekspresikan pikiran.
Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk meningkatkan pasien dan sangat
membantu.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi?
2. Apa faktor yang mempengaruhi komunikasi ?
3. Apa pengertian remaja?
4. Apa pengertian lansia?
5. Bagaimana teknik komunikasi yang efektif secara umum?
6. Apa pengertian komunikasi teraupetik?
7. Apa tujuan komunikasi teraupetik ?
8. Apa saja fungsi dari komunikasi teraupetik?
9. Apa saja fase - fase dalam komunikasi terapeutik ?
10. Bagaimana sikap komunikasi terapeutik yang baik ?
11. Bagaimana menjalin komunikasi teraupetik yang baik antara remaja dengan
lansia?
12. Apa saja masalah yang sering muncul dalam komunikasi teraupetik antara remaja
dengan lansia serta bagaimana solusi untuk menghadapi masalah tersebut?
C. Tujuan Umum
5
11. Untuk mengetahui komunikasi teraupetik antara remaja dengan lansia pada
bidang keperawatan.
12. Untuk mengetahui cara menjalani komunikasi teraupetik yang baik antara remaja
dengan lansia.
13. Untuk mengetahui masalah yang sering muncul dalam komunikasi teurapetik
antara remaja dengan lansia serta bagaimana solusi untuk menghadapi masalah
tersebut.
6
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Komunikasi
7
3. Komunikasi Transaksional : komunikasi transaksi tidak hanya menyampaikan
pesan verbal tetapi juga perilaku nonverbal yang terjadi secara spontan dalam
proses komunikasi.
Komponen atau unsur yang terdapat dalam proses komunikasi diantaranya ada
komunikator sebagai pembawa pesan yang akan disampaikan kepada komunikan, pesan
dibagi menjadi dua yaitu pesan verbal dan non verbal, saluran / channel adalah
bagaimana pesan dari komunikator akan tersampaikan dengan baik kepada komunikan,
lalu yang terakhir komunikan yang berlaku sebagai pihak yang menerima pesan dari
komunikator. Proses komunikasi dibagi menjadi dua yaitu proses secara primer yaitu
penyampaian pesan kepada orang lain dengan menggunakan media bahasa, isyarat,
simbol, gambar, warna, dll. Yang kedua ada proses komunikasi sekunder, proses
penyampaian pesan dengan menggunakan alat sarana seperti televisi, handphone, dll.
Komunikasi secara umum bertujuan untuk menyampaikan informasi, mendidik,
menghibur dan mempengaruhi. Komunikasi juga bertujuan untuk membuat komunikan
menunjukkan perubahan sikap, perubahan pendapat, perubahan perilaku dan partisipasi
sosial.
2. Persepsi
8
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat
untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan
mengklasifikasikan nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang
tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak
terpengaruh oleh nilai pribadinya.
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya
juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi seseorang.
5. Emosi
6. Jenis kelamin
7. Pengetahuan
9
8. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi.
9. Lingkungan
10. Jarak
c. Pengertian Remaja
10
terintegrasi di masyarakat usia dewasa serta mulai mengetahui peran dalam kehidupan
sosial serta proses mengembangkan potensi dan penerimaan jati diri. Remaja menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah muda atau mulai dewasa. Masa remaja
menggambarkan salah satu proses perkembangan individu. Masa remaja merupakan
bagian dari perkembangan seseorang yang mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, fisik, dan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Fitri, Zola, & Ifdil,
2018). Sementara menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2014, remaja ialah
penduduk dalam rentan usia 10 hingga 18 tahun.
d. Pengertian Lansia
Menurut WHO dalam Depkes (2015), batasan umur seseorang yang tergolong
lanjut usia (lansia) adalah Middle age: 45 – 59 tahun, Elderly (lansia): 60–70 tahun, Old
(lansia tua): 75 – 90 tahun, Very Old (lansia sangat tua): > 90 tahun. Menurut Akbar
dalam penelitiannya menyatakan lansia adalah individu yang sudah berusia > 60 tahun
dan memiliki hak sama untuk bernegara, berbangsa serta bermasyarakat (Akbar et al,
2021). Pernyataan lain menyatakan lansia merupakan individu yang berusia 60 tahun
disertai perubahan fisik yaitu penampilan, ketahanan tubuh, dan kekuatan fisik (Putri,
2021). Dari pengertian-pengertian di atas disimpulkan, lansia adalah seseorang yang
memasuki usia 60 tahun ke atas yang mengalami perubahan fisik tetapi tetap memiliki
hak untuk bernegara, bermasyarakat dan berbangsa.
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang tersebut mengenai
kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut
usia, misalnya lansia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun
juga bergantung kepada kondisi di sekitarnya seperti perhatian yang lebih terhadap
keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya, bahkan psikologisnya. Dalam menghadapi
kondisi seorang lansia, komunikasi terapeutik sangat penting dan berguna bagi mereka
karena komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku lansia dan
membantu mereka dalam menghadapi persoalan yang dihadapi olehnya (Ayuningtyas &
Prihatiningsih, 2017).
11
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis, Lansia juga bisa disebut sebagai seseorang yang telah
berusia > 60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017). Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan
kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
seorang diri.
12
pertanyaan, kita juga bisa dianggap sebagai pendengar yang baik, karena
mendengarkan apa yang lawan bicara coba sampaikan.
3. Memberikan Informasi dengan Jelas
5. Mengontrol Emosi
13
7. Kejelasan dalam berbicara
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan suatu dasar dan kunci dari
seorang perawat dalam menjalankan tugas-tugasnya. Komunikasi merupakan suatu
proses untuk menciptakan hubungan antara perawat dan klien serta dengan tenaga
kesehatan lainnya. Pelayanan keperawatan yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh
ketepatan dalam memberikan pelayanan tetapi dengan membina hubungan komunikasi
yang dapat menyembuhkan pasien (komunikasi terapeutik). Perawat perlu memiliki
keterampilan berkomunikasi secara terapeutik dalam menjalankan perannya sehingga
dapat menentukan keberhasilan pelayanan, kebutuhan, keinginan, harapan pasien serta
asuhan keperawatan yang profesional dengan memperhatikan kebutuhan holistik pasien.
14
(Sasmito et al, 2018). Pengertian lainnya mengatakan komunikasi terapeutik adalah
komunikasi interpersonal antara dokter, perawat atau tenaga medis lain terhadap klien
sehingga mendapatkan pengalaman yang dapat menyembuhkan pengalaman klein secara
emosional (Sari & Saragih, 2019). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas ditarik
kesimpulan, komunikasi terapeutik adalah hubungan yang dibangun melalui komunikasi
interpersonal secara profesional oleh tenaga kesehatan dengan pasien yang bertujuan
untuk kesembuhan pasien.
15
h. Fungsi Komunikasi Terapeutik
1) Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dan klien dalam proses
keperawatan.
2) Mendorong dan mengajarkan kerja sama antara perawat dengan pasien, melalui
hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkapkan
perasaan,mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan
yang dilakukan dalam perawatan.
3) Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.
4) Membantu klien dalam mengatasi persoalan yang dihadapi pada masa perawatan.
5) Mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri klien.
6) Klien merasa puas dengan komunikasi terapeutik yang diberikan perawat.
7) Membantu klien untuk dapat memperbaiki pengalaman secara emosional sampai
sembuh (Kristyaningsih et al, 2018).
8) Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerjasama antar perawat dan pasien melalui hubungan perawat dengan
pasien/klien. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah
dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati,2003 : 50).
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi
bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh
lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and
goals, clarification of role dan contract formation.
16
2. Kerja (Working)
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang
telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi
tentang masalah - masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari
dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan
perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
3. Penyelesaian (Termination)
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan
telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling
menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian
pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 : 61)
Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat
memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, Yaitu:
1. Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”.
2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berati
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk berkomunikasi.
3. Membungkuk kearah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan
atau mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi.
5. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberi respon kepada pasien.
17
k. Komunikasi terapeutik yang baik antara remaja dengan lansia
Komunikasi terapeutik yang baik antara remaja dan lansia menurut (Ayuningtyas
& Prihatiningsih, 2017) yaitu :
a. Lansia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran akan sulit memahami atau
mendengar apa yang dikatakan oleh individu atau remaja sehingga perlu menatap
lansia agar lansia dapat membaca artikulasi bibir serta isyarat dari mata.
b. Mengurangi kebisingan serta pelan dalam berbicara tetapi jelas dan nada bicara
normal. Remaja jangan berteriak atau berbicara dengan suara yang melengking
karena akan semakin mempersulit komunikasi dengan lansia.
c. Jangan menanyakan sesuatu yang jawabannya mengerti atau ya atau tidak
dikarenakan lansia akan berkemungkinan menjawab ya terutama lansia yang
mengalami gangguan pendengaran sehingga remaja lebih baik meminta lansia
untuk mengulang kembali instruksi yang telah disampaikan oleh remaja.
d. Ketika remaja berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan
penglihatan dapat memaksimalkan pencahayaan serta menggunakan warna-warna
yang mencolok dan ukuran huruf yang besar sehingga akan membantu proses
komunikasi yang dilakukan dengan lansia.
Komunikasi terupetik yang baik antara remaja dan lansia menurut (Rika
dkk,2018) adalah:
18
g. Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling hormat
menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan saling terbuka.
h. Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling mempengaruhi dan
dipengaruhi, komunikasi secara timbal balik secara langsung, serta dilakukan
secara berkesinambungan, tidak statis, dan selalu dinamis.
i. Kesulitan dalam berkomunikasi pada lanjut usia disebabkan oleh berkurangnya
fungsi organ komunikasi dan perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat
intelegensi, kemampuan belajar, daya memori, dan motivasi klien.
Komunikasi antara remaja dan pasien lansia harus berjalan efektif terutama bagi
pasien lansia karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan dan kunci
keberhasilan untuk masalah klinis, hubungan dokter/perawat – pasien yang lebih baik dan
juga berdampak bagi perawatan kesehatan pasien. Keberhasilan komunikasi memerlukan
pendekatan efektif kepada pasien, kemampuan untuk mendengarkan dan mempersilahkan
pasien untuk bercerita serta cakap dalam melakukan penyelidikan untuk mengklarifikasi
dan mendapatkan informasi yang penting sangatlah diperlukan.
Dalam melakukan komunikasi terapetik ada beberapa hambatan yang terjadi yaitu :
1. Hambatan Fisik
1) Gangguan noise/bising, hal ini terjadi saat komunikasi berlangsung
dipengaruhi karena adanya jarak antara pemberi komunikasi terapetik
dengan lansia.
2) Kemampuan bertanya yang buruk, sehingga sulit menggali permasalahan
dari remaja dan memahami perasaan lansia. (Melinda Restu Pertiwi dkk,
2022).
19
3) Adanya gangguan neurologi yang menyebabkan gangguan bicara pada
lansia yang menyebabkan kurangnya pemahaman bahasan antara remaja
dengan lansia.
4) Penurunan daya pikir lansia (pikun) sehingga komunikasi terapeutik yang
diberikan remaja mudah dilupakan.
2. Hambatan psikologis
1) Kurangnya pendengaran pada lansia sehingga komunikasi terapetik yang
diberikan remaja kurang dipahami.
2) Mengabaikan informasi, jika sesuatu yang dibicarakan tidak sesuai maka
informasi yang diberikan akan terabaikan.
3) Menilai sumber informasi, terkadang lansia mengabaikan apa yang
dibicarakan oleh remaja karena menganggap mereka belum dewasa dan
informasi yang disampaikan belum pasti benar. (Melinda Restu Pertiwi
dkk, 2022).
3. Hambatan Sematik
20
m. Solusi Dalam Menghadapi Masalah Komunikasi Terapeutik Antara Remaja dengan
Lansia
Menurut (Melinda Restu Pertiwi dkk, 2022) ada beberapa cara mengatasi
hambatan/masalah komunikasi pada lansia yaitu :
21
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Komunikasi antara remaja dan pasien lansia harus berjalan efektif, maka dari itu
dibutuhkan adanya komunikasi terapeutik. Meskipun terdapat beberapa hambatan dan
kesulitan dalam penerapan komunikasi terapeutik ini, pastinya ada solusi untuk
menangani hal tersebut. Komunikasi terapeutik yang diterapkan remaja kepada lansia
sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan membantu klien untuk dapat memperbaiki
22
pengalaman secara emosional sampai sembuh, maka dari itu alangkah baiknya memang
komunikasi terapeutik ini tetap dilakukan dan diterapkan dengan sepenuh hati.
23
DAFTAR PUSTAKA
Nurhadi, Z. F., & Kurniawan, A. W. (2017). Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian.
Fitri, E., Zola, N., & Ifdil, I. (2018). Profil Kepercayaan Diri Remaja serta Faktor Faktor yang
Akbar, F., Darmiati, Arfan, F., & Putri, A. (2021). Pelatihan dan Pendampingan Kader Posyandu
Lansia di Kecamatan Wonomulyo. Jurnal Abdidas, 2(2), 392 - 397.
Ayuningtyas, F., & Prihatiningsih, W. (2017, Desember). Komunikasi Terapeutik pada Lansia di
Graha Werdha AUSSI Kusuma Lestari, Depok. Jurnal Komunikasi MediaTor, 10(2),
201-215.
(Andra Widya Kusuma, 2016) Andra Widya Kusuma. (2016). KOMUNIKASI TERAPEUTIK
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26849997%0Ahttp://doi.wiley.com/10.1111/jne.12
374
Emmelia Ratnawati. 2017 .Asuhan keperawatan gerontik / Emmelia Ratnawati, Ns., M.Kep.,
Faridah, & Indrawati, I. (2019, Juni). Komunikasi Terapeutik Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi. Jurnal Abdimas Kesehatan, 1(2), 117-122.
Kristyaningsih, P., Sulistiawan, A., & Susilowati, P. (2018, Desember). PENERAPAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DI RUMAH SAKIT X KOTA KEDIRI. Adi
Husada Nursing Journal, 4(2), 47-50.
Putri, D. E. (2021, September). HUBUNGAN FUNGSI KOGNITIF DENGAN KUALITAS
HIDUP LANSIA. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(4), 1147-1152.
24
Sasmito, P., Majadanlipah, Raihan, & Ernawati. (2018). PENERAPAN TEKNIK
KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT PADA PASIEN. Jurnal Kesehatan
Poltekkes Ternate, 11(2), 58–64.
Siti, M., Zulpahiyana, & Indrayana, S. (2016). Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan
dengan Kepuasan Pasien. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 4(1), 30-34.
Wahidin, U. (2017). Pendidikan Karakter Bagi Remaja. Jurnal Pendidikan Islam, 2(03),
256-269.
25