Anda di halaman 1dari 26

KOMUNIKASI PADA REMAJA

Disusun Oleh: Kelompok VI

1.NIMBROT (21.756)

2.SITI AULIA FARHANA (21.765)

3.NOPI NOPITA (21.774)

4.SARKYA (21.764)

5.LINA. A (21.771)

6. MELY WIRANTIKA (21.775)

AKADEMI KEPERAWATAN YPPP WONOMULYO

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpah


rahmatnya,jadi kami dapat menyelesaikan Tugas makalah yang judul
KOMUNIKASI PADA REMAJA tepat oada waktunya.Peulisan makalah ini
merupakan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama KDK
disekolah tinggi AKPER YPPP WONOMULYO.
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan
maupun bahan,mengingat akan kemampuan yang kami miliki .Oleh
karena itu ,kami mohon kritik dan saran yang membangun dari semua
pesta demi menyempurnakan penulisan Makalah ini.
Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya untuk
pesata dalam membantu dalam proses dalam menyelesaikan makalah
ini ,khususnya untuk dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami,jadi kami da[at menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata ,kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun rekan-rekan,jadi dapat menambah
pengetahuan kita bersama.
DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang....................................................................................................1

B.Rumusan Masalah..............................................................................................2

C.Tujuan dan Mamfaat…………………………………...........................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik Pada Remaja……………….….3

B. Definisi Remaja Masa Remaja………………………................................4

C. Tahap Perkembangan Remaja …………………………………………...4

D. Tujuan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja………………………….. 6

E. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik Pada Remaja…. 7

F Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Remaja ……………………………9

G. Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Remaja………………………….. 9

H. Strategi Pelaksanaan (Tahap-Tahap) Komunikasi Terapeutik Pada


Remaja………………………………………………………………………….13

I. Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja Berkomunikasi dengan


anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja) sebenarnya lebih
mudah. …………………………………………………………………………14

j. Role Play Komunikasi Terapeutik Pada Remaj…………………….……14


BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan.......................................................................................................15

B.Saran................................................................................................................16

C.Daftar pustaka..................................................................................................1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan
kesulitan untuk melakukan komunikasi secara dua arah dengan anak.
Masa-masa remaja untuk setiap anak terkadang mejadi periode yang sulit
dan ini dikarenakan anak remaja mulai mengalami beberapa hal dalam
hidupnya seperti mengembangkan identitas mereka sendiri secara
individu. Adanya perubahan biologis dan fisiologis , menghadapi tekanan
dari teman sebayanya, mengalami ketertarikan pada lawan jenis, dan lain
sebagainya. Sementara orang tua juga mulai merasakan besarnya
kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya
maupun perkembangan kepribadiannya jadi bagaimana kah cara terbaik
utuuk,mengatasinya? Pendekatan terhadap orang tua adalah salah cara
yang tepat dilakukan. Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan
anak-anak sangat penting dilakukan karena akan membuat hubungan
antara orang tua dan anak tetap terjalin dengan baik. Untuk menciptakan
komunikasi yang efektif orang tua perlu memahami karakteristik remaja.
Sebagai seorang perawat, perawat bisa memfasilitasi antara orang tua
dan remaja. Perawat bisa menggali masalah yang dihadapi remaja, dan
selanjutnya orang tua bisa diberitahukan cara mengatasi masalah
anaknya. Agar tindakan yang diberikan perawat bisa berjalan lancar,
perawat perlu menerapkan strategi pelaksanaan di setiap tindakan
keperawatan. Pada makalah ini, kami akan membahas mengenai
komunikasi terapeutik pada klien remaja.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari komunikasi?

b. Apa itu remaja?

c. Bagaimana tahap perkembangan remaja?

d. Apa tujuan komunikasi terapeutik pada remaja?

e. Apa saja faktor yang memengaruhi komunikasi terapeutik pada remaja?


f. Apa saja hambatan komunikasi terapeutik pada remaja?

g. Apa saja prinsip komunikasi terapeutik pada usia remaja? Konsep


Komunikasi pada remaj
h. Apa saja teknik komunikasi terapeutik pada remaja? i. Bagaimana
penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada remaja?

1.3 Tujuan dan Manfaat

a. Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai Konsep Komunikasi


Pada Remaja.

b. Mendapat pengetahuan yang dapat dikembangkan dandi


implementasikan pada profesi keperawatan mengenai Konsep
Komunikasi Pada Remaja.

c. Memenuhi nilai tugas mata kuliah komunikasi kerperawatan


Konsep Komunikasi Pada Remaja
BAB II

Pembahasan

2.1 Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik Pada Remaja

a. Definisi Komunikasi

Komunikasi dalam pelayanan dan asuhan keperawatan adalah hal yang


paling esensial. Komunikasi menjadi alat kerja utama bagi perawat dalam
rangka memberikan pelayanan yang terbaik. Bagi seorang perawat, hal ini
cukup beralasan karena perawat selalu bersama dan berinteraksi dengan
pasien selama 24 jam secara terus-menerus dan berkesinambungan
mulai awal kontak sampai akhir. Komunikasi dalam praktik keperawatan
dapat menjadi elemen terapi. Perawat yang memiliki keterampilan
berkomunikasi terapeutik akan mudah menjalin hubungan saling percaya
dengan pasien dan memberikan kepuasan serta meningkatkan citra
profesi keperawatan. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
interpersonal antara perawat dan klien yang dilakukan secara sadar ketika
perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh pengalaman
bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien serta
memperbaiki pengalaman emosional klien yang pada akhirnya mencapai
kesembuhan klien.

b. Definisi Remaja Masa remaja

merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini


merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis,
dan perubahan sosial. Menurut Soetjiningsih (2004) masa remaja
merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat
terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai
dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Berdasarkan
umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang
remaja yaitu :

1) Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja


adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-
20 tahun anak laki-laki.

2) Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak


sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah
menengah. Konsep Komunikasi Pada Remaja

3) Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.

c. Tahap Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap


perkembangan remaja yakni sebagai berikut:

1) Remaja awal/early adolescent (10-12 tahun) Seorang remaja pada


tahap ini masih terheran-heran akan perubahanperubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai
perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru,
cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi
erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya
kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti.
Selain itu remaja awal memiliki sifat psikologi yaitu: Krisis identitas, jiwa
yang labil, meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,
pentingnya teman dekat/sahabat, berkurangnya rasa hormat terhadap
orangtua, kadang-kadang berlaku kasar, menunjukkan kesalahan
orangtua,mencari orang lain dan yang dia sayangi selain orang tua .
kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan terdapatnya
pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara berpakaian.

2) Remaja madya/middle adolescent (13-15 tahun) Pada tahap ini remaja


sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang
mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia
berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana
peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis,
idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan
diri dari oedipuscomplex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa
anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan- kawan.

3) Remaja akhir/late adolescent (16-19 tahun) Tahap ini adalah masa


konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima
hal yaitu:konsep komunikasi pada remaja.

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain


dan dalam pengalaman- pengalaman baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti


dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja

Tujuan melakukan komunikasi terapeutik pada klien remaja adalah


sebagai berikut:
1) Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja

2) Membentuk suasana keterbukaan dan mendengar

3) Membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masalah

4) Membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka


berbicara

5) Membantu remaja menyelesaikan masalah

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik Pada Remaja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja, yaitu


sebagai berikut:

1) Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka


komunikasi berlangsung secara efektif

2) Pengetahuan Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka


komunikasi berlangsung secara efektif

3) Sikap Bila komunikan bersifat pasif atau tertutup maka komunikasi tidak
berlangsung efektif

4) Usia tumbang dan status kesehatan remaja Bila ingin berkomunikasi,


maka harus sesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi tersebut
berlangsung efektif

5) Saluran konsep komunikasi pada remaja

6) Lingkungan Lingkungan juga sangat berperan penting dalam


berkomunikasi, semakin bagus/indah lingkungan yang ditempati maka
dalam berinteraksi akan terasa nyaman dan aman.

7) Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat


tersampaikan ke komunikan dengan baik
2.4 Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Remaja

1. Cara Membangun Hubungan Yang Harmonis

Dengan Remaja Hal yang sering orang tua lakukan dalam berkomunikasi,
orang tua ingin segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada
hal-hal yang orang tua sering lakukan seperti:

a. Cenderung lebih banyak bicara daripada mendengarkan

b. Merasa tau lebih banyak dari pada remaja

c. Cenderung memberi arahan dan nasihat

d. Berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan apa


yang dialami remaja

e. Memberi kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat

f. Mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan


memahaminya

2. Kunci Pokok Berkomunikasi Dengan Remaja Adapun kunci pokok yang


dilakukan orang tua terhadap anaknya yang beranjak dewasa seperti:

a. Mendengar Supaya remaja mau berbicara

b. Menerima dahulu perasaan remaja

c. Bicara supaya di dengar.

3. Mengenal Diri Remaja

a. Pahami Perasaan Remaja Banyak terjadi masalah dalam


berkomunikasi dengan remaja, yang disebabkan karena orang tua kurang
dapat memahami perasaan anaknya yang diajak bicara. Agar komunikasi
dapat lebih efektif orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan
mencoba memahami perasaan anak sebagai lawan bicara.
b. Bagaimana Memahami Perasaan Remaja Untuk memahami perasaan
remaja, orang tua harus menerima dulu perasaaan dan ungkapan remaja
terutama ketika ia sedang mengalami masalah, agar ia merasa nyaman
dan mau melanjutkan pembicaraan dengan orang tua. Orang tua akan
lebih mengerti apa yang sebenarnya dirasakan remaja.

4. Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat Menghadapi


Masalah Dan Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah

a. Pesan kamu dan pesan saya Pesan kamu adalah cara seperti ini
bukanlah penyampaian akibat perilaku anak terhadap orang tua tetapi
berpusat pada kesalahan anak cenderung tidak membedakan antara anak
dan perilakunya sehingga membuat anak mereka disalahkan, direndahkan
dan disudutkan. Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian
orang tua sebagai akibat perilaku anak sehingga anak belajar bahwa
setiap perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui pesan saya
akan mendorong semangat anak, mengembangkan keberaniannya,
sehingga anak akan merasa nyaman.

b. Menentukan Masalah Siapa Ketika menghadapi remaja sebagai lawan


bicara yang bermasalah, kita perlu mengetahui masalah siapa ini. Hal ini
perlu dibiasakan karena:

1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan semua


masalah.

2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam


memecahkan masalahnya sendiri.

3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang lain.
4) Remaja perlu belajar mandiri Setelah mengetahui masalah siapa yang
punya masalah harus bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila
masalah itu adalah masalah remaja maka teknik yang digunakan adalah
mendengar aktif.

2.5 Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Remaja

Konsep Komunikasi Pada Remaja


Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa
transisi ini remaja banyak mengalami kesulitan yang membutuhkan
kemampuan adaptasi. Remaja sering tidak mendapat tempat untuk
mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan. Hal ini akan
dapat mempengaruhi komunikasi remaja terutama komunikasi dengan
orang tua atau orang dewasa lainnya. Terkait dengan permasalahan di
atas, dalam berkomunikasi dengan remaja perawat atau orang dewasa
lain harus mampu bersikap sebagai “sahabat” untuk remaja. Komunikasi
dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan remaja, melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri remaja
yang selanjutnya dapat diambil dalam menentukan masalah keperawatan.
Beberapa teknik yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja,
yaitu sebagai berikut:

1) Menjadi pendengar aktif Seorang perawat harus mampu untuk menjadi


pendengar yang aktif. Menjadi pendengar yang aktif disini adalah memiliki
konsentrasi dan perasaan yang baik dengan menggunakan seluruh indra
dengan tujuan untuk menerima segala jenis keluhan, komplain, aduan
ataupun protes dari setiap pasien remaja. Cara untuk menjadi perawat
pendengar aktif antara lain adalah:

a. Membuat kontak mata dengan pasien dan berusaha menatap wajah


pasien ketika pasien berbicara

b. Jangan melalukan gerakan yang tidak diperlukan, tapi lakukanlah


gerakan ketika perawat merasa pasien butuh sentuhan. Seperti misalnya
dengan mengusap tangan, mengusap wajah atau menggenggam tangan
pasien.

c. Berikan jawaban setiap pasien bertanya, misalnya dengan langsung


berbicara atau hanya sekedar menggerakkan kepala pertanda kamu
mendengarkan pasien.

d. Hadapkan atau arahkan tubuh kepada pasien, dan usahakan untuk


tidak membelakangi pasien ketika berbicara

2) Menerima informasi Menerima informasi merupakan sebuah langkah


yang bertujuan untuk mendukung segala informasi yang kamu terima dari
pasien. Beberapa cara ataupun langkah-langkah yang harus kamu
lakukan untuk menunjukkan bahwa kamu menerima informasi dari pasien
adalah :

a.Ketika pasien bertanya, maka jawablah pertanyaan pasien tersebut


sesuai dengan pengetahuan kamu. Pada saat kamu menjawab
pertanyaan pasien, maka disitu kamu sudah melakukan klarifikasi apakah
kamu mengerti dengan pertanyaannya atau tidak. Jika mengerti, maka
cobalah untuk menjawab pertanyaannya.

b.Usahakan untuk tetap fokus pada topik yang dimulai oleh pasien, dan
kembalikan pembicaraan ketika kamu merasa bahwa pasien sudah tidak
membahas topik yang utama tadi.

c.Lakukanlah observasi terhadap pasien, misalnya dengan mengamati


tingkah laku, gerak gerik, ekspresi wajah hingga cobalah untuk memahami
perasaan pasien
3) Bercerita Memposisikan diri seorang perawat menjadi seorang sahabat
pasien di usia remaja dengan cara bercerita. Melalui cara ini pesan yang
akan disampaikan kepada remaja dapat mudah diterima. Cerita yang
disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan.

4) Diam Ketika pasien sedang berbicara, maka usahakanlah untuk tidak


berbicara dengan orang lain, atau bahkan diamlah sesaat dan dengarkan
seluruh informasi yang diberikan oleh pasien. Ketika kamu diam pada saat
pasien berbicara, maka pasien akan merasa bahwa kamu mau menunggu
dirinya selesai berbicara dan dia akan merasa dihormati. Tapi, diam juga
tidak boleh kamu lakukan terlalu lama karena akan membuat pasien
menjadi khawatir kepada kamu.

5)Teknik yang selanjutnya yang harus dipelajari oleh seorang perawat


adalah mencoba untuk mampu memberikan penghargaan ketika
percakapan atau komunikasi sudah berakhir. Misalnya dengan
memberikan semangat atau memberikan respon-respon yang sepertinya
diharapkan oleh pasien. Dengan memberikan penghargaan kepada
pasien, maka pasien akan merasa dihargai, dihormati dan dirawat dengan
baik.

6) Membuka komunikasi Ketika seorang pasien ingin menyampaikan


sebuah informasi, namun ia masih ragu untuk mengutarakannya, maka
seorang perawat harus mampu untuk membuka komunikasi. Membuka
komunikasi akan membuat komunikasi yang terjadi memiliki sifat terbuka
dan tidak ada saling tutup menutupi, sehingga pasien akan secara terus
terang dan berkata jujur untuk memberikan seluruh informasi kepada
perawat yang merawatnya. Membuka komunikasi bisa dengan melakukan
beberapa cara seperti :
a. Mendorong pasien untuk meneruskan komunikasi

b. Menunjukkan sikap bahwa kamu selaku perawat mau mendengarkan


dirinya

c. Memotivasi diri pasien untuk terbuka dan membuka diri

d. Mendominasi komunikasi dengan tujuan untuk memancing respon


pasien

7) Memberikan humor Memberikan humor atau bahan bercandaan


adalah salah satu hal terpenting yang harus bisa dipelajari dan
diaplikasikan oleh seorang perawat. Sebuah bahan bercandaan yang
berhasil membuat pasien tertawa akan menunjukkan sebuah keberhasilan
perawat dalam memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi pasien.
Adapun beberapa sikap yang dapat dilakukan untuk mendukung teknik
komunikasi terapeutik pada remaja yaitu:

1) Sikap kesejatian Menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai


dengan remaja menunjukkan kesiapan untuk berespon positif terhadap
keterbukaan, sikap kepercayaan kita pada pasien remaja.

2) Sikap empati Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada
posisi pasien dan orang tua.

3) Sikap hormat Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu


kepedulian/perhatian, rasa suka dan menghargai klien. contohnya:
senyum pada saat yang tepat, melakukan jabat tangan atau sentuhan
yang lembut dengan seizin komunikan. Keberhasilan berkomunikasi
dengan remaja dapat dipengaruhi oleh suasana psikologis antara perawat
dengan remaja. Berikut suasana yang mendukung dalam komunikasi
pada remaja:
1. Suasana hormat menghormati Remaja akan mampu berkomunikasi
dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau
ia boleh turut berfikir dan mengemukakan pikirannya.

2. Suasana saling menghargai Segala pendapat, suasana pikiran,


gagasan, sistem nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan
menyampingkan harga diri mereka karena dapat menjadi kendala dalam
jalannya komunikasi.

3. Suasana saling percaya Terbuka untuk mengungkapkan diri dan


terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam suasana
keterbukaan segala alternatif tergali.

2.6 Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja Komunikasi


merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam
melakukan interaksi dengan sesama. Kita pada suatu waktu merasakan
komunikasi yang kita lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan
dalam menafsirkan pesan yang kita terima. Hal ini terjadi karena setiap
manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang
disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan
karena tiga hal yaitu :

1) Hambatan fisik

a. Sinyal non verbal yang tidak konsisten

Konsep Komunikasi Pada Remaja


Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan bicara,
tetapi dengan aktifitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan
kita, mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.

b. Gangguan noises Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada
saat kita berkomunikasi, jarak jauh, dan lain sebagainya.
c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta) Adanya gangguan fisik seperti gagap,
tunawicara, tunanetra, dan sebagainya yang dialami oleh seorang remaja.
Terimalah mereka apa adanya, mereka pasti memiliki potensi unggul lain
yang perlu digali. Sebagai perawat, kita harus siap menerima kenyataan
tersebut seraya mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi
dengan remaja tersebut, misalnya dengan cara belajar bahasa yang
mereka dapat pahami.

d. Teknik bertanya yang buruk Ternyata kita yang tidak memiliki


kemampuan bertanya, tidak akan sanggup menggali pemahaman orang
lain, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan orang lain. Oleh
karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa
setiap individu memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda

e. Teknik menjawab yang buruk Kesulitan orang memahami materi yang


disampaikan karena komunikator tidak mampu menjawab dengan baik.
Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru
dijawab tidak tepat. Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah
komunikator tidak memberikan kesempatan individu menyelesaikan
pertanyaan lalu lngsung dijawab oleh komunikator.

f. Kurang menguasai materi Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak
menguasai materi, itulah hambatan komunikasi. Kompetensi professional
salah satu maknanya adalah menguasai materi secara mendalam bahkan
ditambahkan lagi untuk meluas.

g. Kurang persiapa,

Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran


dapat optimal jika tidak menyiapkan perencanaan dengan baik.
2) Hambatan psikologis

a. Mendengar Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar.


Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua
kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang
ingin kita dengar.

b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita


ketahui. Sering kali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak
sesuai denga ide, gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati
sangat berhubungan denga ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita
yang kurang benar.

c. Menilai sumber Kita cenderung menilai siapa yang memberikan


informasi. Jika ada seorang remaja yang memberikan informasi tentang
suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.

d. Pengaruh emosi Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk


menerima informasi. Apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak
akan diterima dan ditanggapinya.

e. Kecurigaan Kembangkan sikap berbaik sangka pada semua orang.


Hendaklah berpikir baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh
remaja. Komunikator curiga pada komunikan akan membawa suasana
pembelajaran tidak kondusif.

f. Tidak jujur Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama


pembelajaran komunikasi pada remaja berlangsung dan juga di luar
pembelajaran. Kita harus jujur, jangan berbohong, jujurlah jika memang
tidak tahu.

g. Jika kita memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses


pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam
prose situ diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan
keterlibatan. h. Dekstuktif Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran
komunikasi pada remaja. Cegahlah sedini mungkin oleh kita. Jika sikap
dekstruktif itu muncul, lakukan segera penanganannya secara bijak atau
sesuai prosedur yang berlaku. i. Kurang dewasa Kita perlu menyadari
sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan ketika kita berbicara
dengan anak, karena kita berkomunikasi dengan seorang remaja yang
mampu tetapi ada hambatan psikologi.

3) Semantik

a. Persepsi yang berbeda

b. Kata yang memiliki arti lain bagi orang yang berbeda

c. Terjemahan yang salah

d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda

e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.

2.7 Strategi Pelaksanaan (Tahap-Tahap) Komunikasi Terapeutik Pada


Remaja

Berikut tahap-tahap dalam melaksanakan suatu komunikasi terapeutik


pada remaja:

1) Tahap prainteraksi Mengumpulkan data tentang klien dengan


mempelajari status atau bertanya kepada orang tua tentang masalah yang
ada.

2) Tahap perkenalan

a. Memberi salam dan senyum pada klien

b. Melakukan validasi

c. Mencari kebenaran data yang ada


d. Mengobservasi

e. Memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu

f. Menjaga kerahasiaan klien.

3).tahap kerja
a. Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan
memberitahu tentang hal yang kurang dimengerti dalam berkomunikasi.

b. Menanyakan keluhan utama.

c. Saat berkomunikasi dengan klien remaja, usahakan berdiskusi atau


curah pendapat seperti teman sebaya.

d. Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu.

e. Jaga kerahasiaan yang dapat menimbulkan rasa malu.

f. Jaga kerahasiaan dalam komunikasi (masa transisi dalam bersikap


dewasa).

4) Tahap terminasi

a. Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil.

b. Memberikan reinforcement positif, tindak lanjut, kontrak, dan

c. Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.


2.8 Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja Berkomunikasi
dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja) sebenarnya
lebih mudah.

Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicara tentang masalah yang


kompleks. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bisa
memindahkan alur pembicaraan, mengatur dan memegang kendali secara
otoriter. Remaja sudah punya pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal
yang ia bicarakan. Contoh respon yang sering diungkapkan oleh orang tua
kepada anaknya yang memperingatkan, memerintah, menilai, mengkritik,
tidak setuju, menyalahkan, menasehati, menyelesaikan masalah,
menghindar, mengalihkan perhatian, menertawakan, mendesak memberi
kuliah, mengajari, mencemooh, membuat malu, menyelidiki dan
mengusut. Perhatikanlah bagaimana penerapan komunikasi terapeutik
pada remaja berikut ini:

1.Komunikasiterbuka.
2.Komunikasi dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang
mendengarkan. Jangan mendominasi pembicaraan, sediakan waktu untuk
remaja dalam menyampaikan pendapatnya.
3.Mendengar aktif artinya tidak hanya sekedar mendengar tetapi juga
memahami dan menghargai apa yang diutarakan remaja. Terima dan
refleksikan emosi yang ditunjukkan.
4.Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jika
sedang tidak bisa, katakan terus terang daripada anda tidak fokus dan
memutus komunikasi dengan remaja.
5.Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dia
rahasiakan karena akan membuatnya tidak nyaman dan enggan
berkomunikasi. Remaja sudah mulai memiliki privasi yang tidak boleh
diketahui orang lain termasuk orang tuanya.
6.Utarakan perasaan anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan
jangan memarahi atau membentak.
7.Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya.
8.Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap
sinyalsinyal emosi dari bahasa tubuhnya.
9.Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian
pada aspek terbaik yang dia lakukan sekecil apapun.
10. percakapan Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.

2.9 Role Play Komunikasi Terapeutik Pada Remaja

Berikut contoh sken komunikasi terapeutik sesuai dengan fasefase


komunikasi: Kondisi Pasien : Remaja usia 15 tahun, keluhan utama sering
menangis, tidak bisa tidur nyenyak dan sering terbangun di malam hari.
Anak mengatakan tidak bisa konsentrasi belajar, malas untuk ke sekolah
dan merasa malu karena telah gagal. Keadaan ini terjadi setelah anak
kalah berkompetisi dengan temannya. Masalah Keperawatan: Krisis
situasi Tujuan: klien mampu mengatasi krisis yang terjadi dan perilaku
efektif Rencana Keperawatan:

1) Identifikasi masalah yang terjadi bersama klien

2)Dengarkanungkapanperasaanpasien
SP Komunikasi Fase Orientasi Salam terapeutik : “Selamat pagi. Saya Ibu
Tri” (sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan). Evaluasi dan
validasi : “Apa kabar? Bagaimana perasaanmu pagi ini? Saya lihat mata
adik tampak merah dan sembab, bagaimana tidurnya semalam?”
Kontrak : “Sesuai perjanjian, sekarang kita akan mengidentifikasi krisis
yang terjadi pada adik. Mau di mana tempatnya?” “Baiklah tempatnya di
kamar saja, waktunya 10—15 menit. Sudah siap?” Fase Kerja: (Tuliskan
Kata-kata sesuai Tujuan dan Rencana yang Akan Dicapai/ Dilakukan)
Perawat : “Baiklah, sesuai kesepakatan kita akan diskusi masalah yang
adik

Perawat : “Coba jelaskan apa yang terjadi sehingga adik merasa sedih
dan sulit tidur”. Pasien : “Aku telah gagal, aku bodoh, aku malu dengan
semua yang terjadi pada diriku”. Perawat : “Coba jelaskan apa yang
menyebabkan kamu merasa gagal dan bodoh!” Pasien : “Aku bodoh
karena tidak bisa menjadi juara dalam kompetisi”. Perawat : (Diam,
mengangguk), “Apa yang menjadi keinginanmu?” Pasien : “Aku ingin
membuat mama bangga jika aku jadi juara”. Perawat : “Saya memahami
apa yang kamu rasakan. Setiap masalah pasti ada solusinya. Mama akan
sangat bangga jika kamu mampu bangkit dan menjadi orang yang kuat”.
“Kamu tidak sendiri. Jadikanlah kegagalan sebagai guru yang berharga.
Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”. Pasien : (Diam)

Perawat : “Lihatlah mama, dia sangat mengharapkan kamu bangkit dan


menjadi anak yang tangguh”. Pasien : (Melihat ke arah mamanya)
Perawat : “Pandanglah mama dan tersenyumlah untuk mama”. “Kamu
harus berjanji akan bangkit kembali, belajar lebih giat, untuk hari esok
yang lebih baik”. Pasien : (Memeluk mamanya) “Aku minta maaf, aku janji
mau bangkit kembali dan belajar lebih baik”. Fase Terminasi: Evaluasi
subjektif/objektif : “Bagaimana perasaanmu sekarang?” “Coba sebutkan
kembali masalah yang terjadi?” “Saya senang melihat kamu sudah bisa
tersenyum”. Rencana tindak lanjut : “Mulai sekarang kamu harus
menyiapkan diri lagi untuk belajar lebih baik. Tuliskan rencana kamu untuk
1 minggu ke depan”. Kontrak yang akan datang : “Besok saya minta kamu
datang lagi ke sini untuk menunjukkan rencanamu dalam 1 minggu ke
depan. Sampai jumpa besok, ya. Selamat siang”.
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,


harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu,
mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada
penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan
komunikasi pada remaja, perawat perlu memperhatikan berbagai aspek
diantaranya adalah cara berkomunikasi dengan remaja, teknik
komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi
komuikasi. Seperti pada remaja dalam berkomunikasinya sedang
membentuk jati dirinya, dia akan lebih diam dengan orang yang
dianggapnya tidak sama dengan dia. Masa remaja merupakan masa-
masa panjang yang dialami seorang anak. Saat remaja mereka mulai
mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun non fisik dalam
kehidupan mereka. 3.2 Saran Adapun saran yang ingin penulis sampaikan
dengan penulisan makalah ini yaitu

1) Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan remaja lebih efektif karena


telah mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan
remaja, serta mengetahui hambatan yang akan ditemui pada saat akan
berkomunikasi dengan remaja.

2)Mahasiswa dapat menjelaskan komunikasi pada remaja.


Daftar Pustaka

Ns. Rika Sarfika, S.Kep., M.Kep. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2.
Padang: Andalas University Press, 76-78 Anjaswarni Tri. 2016.
Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: PusdiSDM Kesehatan, 58-63

Anda mungkin juga menyukai