Anda di halaman 1dari 12

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II

“ KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK “

Dosen Pengampuh :
Dwi Debi Tampa’i, S.Kep, Ns, Mm

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Angelica Margareth Lioso NIM 22010003


2. Desliani R. Abd. Rahman NIM 22010010
3. Dimas Aditya Pratama NIM 22010014
4. Devita Sari NIM 22010011
5. Gita Gris Tiyanti Kopi NIM 22010018
6. Grasya Tanti Gantimo NIM 22010020
7. Jhoana Claodia Dongalemba NIM 22010024
8. Muh.Ilham Mangun NIM 22010028
9. Nanda Chintya Komuna NIM 22010031
10. Ryan Prasetyo NIM 22010039
11. Tyska Carolin Mangedo NIM 22010047
12. Vita Anggriani. Galib NIM 22010049

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.adapun makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Komunikasi dalam keperawatan II.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna, dan
memiliki kekurangan dari berbagai aspek. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan laporan penelitian ini.
Selain itu, kami sebagai penulis berharap bahwa dengan makalah ini dapat menambah
wawasan serta ilmu bagi pembaca.

Poso, 25 Oktober 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................................................
A. Definisi Dari Terapeutik Pada Anak.................................................................................................
B. Tahapan Dalam Komunikasi Terapeutik Pada Anak........................................................................
C. Teknik Dalam Komunikasi Terapeutik Pada Anak ..........................................................................
D. Faktor Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik Pada Anak..........................................................
E. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Anak.......................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................


A. Kesimpulan........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan terapeutik antara
perawat – klien. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi yang dapat
digunakan sebagai alat yang efektif dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak.
Dengan komunikasi terapeutik masalah-masalah psikologis anak usia prasekolah dapat
dikurangi, seperti kecemasan, ketakutan, perubahan perilaku dan lain-lain (Supartini, 2004)
Kemampuan terapeutik yang dimiliki perawat dalam berinteraksi dengan klien
merupakan sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan. Mampu terapeutik
berarti seseorang perawat mampu melakukan atau mengkomunikasikan perkataan,
perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi penyembuhan pada diri klien (Nurjanah,
2001). Keterlibatan secara emosional 2 yang disadari dalam komunikasi terapeutik
membuka kesempatan terjadinya hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien. Hal tersebut memungkinkan klien merasa bebas berkembang tanpa rasa cemas
dan takut. Melalui hubungan yang terapeutik perawat mampu mengungkap perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji serta memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan tugas perkembangannya sehingga perilaku anak mulai ketahap
kepatuhan.
Anak usia antara 3 sampai 6 tahun adalah usia pra sekolah. Anak mulai belajar
pada hal-hal yang bersangkutan dengan perilaku sosial. Anak belajar banyak hal yakni
mengembangkan kemampuan dalam menyusun bahasa, berinteraksi dengan orang
lain sebagai kehidupan sosial dari anak (Hawadi, 2001)
pengalaman sosial diri juga dapat mempengaruhi pola perilakunya terhadap
orang lain. Apabila anak memperoleh kesenangan melalui interaksi sosial dengan
orang lain maka anak akan mengulangi kegiatan sosial tersebut sebagai salah satu
kegiatan yang menyenangkan hatinya, akan tetapi sebaliknya jika dirasakan interaksi
sosial tersebut tidak menyenangkan maka anak akan enggan melakukannya kembali
(Hawadi, 2001).
Perawatan rumah sakit pada anak usia prasekolah berdampak sangat serius.
Bukti penelitian menunjukkan bahwa lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan
baik sikap maupun pakaian, alat-alat yang digunakan serta lingkungan sosial antar
pasien adalah stressor yang mengakibatkan trauma (Supartini, 2000). Stressor lain
perpisahan, pembatasan aktifitas serta prosedur 3 tindakan yang mengancam integritas

1
tubuh adalah penyebab stress pada anak. Bentuk reaksi terhadap perpisahan pada anak
prasekolah ditunjukkan dengan menolak makan, menangis perlahan dan tidak
kooperatif terhadap petugas Kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari terapeutik pada anak?

2. Apa saja tahapan dalam komunikasi terapeutik pada anak?

3. Apa saja Teknik dalam komunikasi terapeutik pada anak ?

4. Apa saja faktor hambatan dalam komunikasi terapeutik pada anak?

5. Bagaimana cara mengatasi hambatan komunikasi terapeutik pada anak?

C. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik pada anak serta untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah komunikasi dalam keperawatan II.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dari Komunikasi Terapeutik Pada Anak


Komunikasi merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki oleh perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Perawat sebagai petugas yang
selalu berhubungan dengan pasien harus memiliki banyak ketrampilan, salah satunya
adalah ketrampilan interpersonal yaitu ketrampilan dalam berkomunikasi dengan
pasien. Pada komunikasi terapeutik sounds interpersonal perawat merupakan bagian
penting dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu bentuk penyampaian pesan
antara dua orang atau lebih yang terproses dari komunikator atau pemberi pesan
kepada komunikan atau penerima pesan dengan tujuan tertentu (Suhaila et al., 2017).
Komunikasi terapeutik merupakan suatu bentuk interaksi yang terencana dan
tidak akan berlangsung dengan sendirinya. Komunikasi terapeutik harus
direncanakan, dipertimbangkan dan dilaksanakan secara profesional oleh seorang
perawat. Dalam melaksanakan komunikasi terapeutik seorang perawat harus
memperhatikan fase-fase komunikasi terapeutik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase
orientasi, fase kerja dan fase terminasi menurut Hildegard Peplau dalam (N. Siti &
Siregar, 2016).
Terapeutik pada anak adalah pendekatan atau intervensi terapeutik yang
dilakukan untuk membantu mengatasi masalah kesehatan mental atau emosional yang
dialami anak-anak. Terapis atau ahli terapi menggunakan berbagai teknik dan metode
yang sesuai dengan perkembangan anak-anak untuk membantu mereka dalam
mengungkapkan dan memahami perasaan, mengatasi konflik, dan mengembangkan
keterampilan sosial dan emosional yang sehat. Terapi dapat dilakukan secara individu
atau dalam kelompok yang terdiri dari anak-anak sebaya. Tujuan dari terapi ini adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan membantu mereka dalam
menghadapi tantangan serta mengembangkan potensi mereka secara optimal.

B. Tahapan Komunikasi Terapeutik Pada Anak


Tahapan terapeutik pada anak dapat bervariasi tergantung pada masalah yang
dihadapi oleh anak tersebut. Beberapa tahapan terapeutik yang umum dilakukan pada
anak antara lain:
a. Pengenalan dan hubungan terapeutik: Tahap ini adalah awal dari proses
terapeutik di mana terapis dan anak berkenalan, saling memahami, dan
membentuk hubungan yang baik. Terapis biasanya akan mencoba memahami
masalah yang dihadapi anak dan membangun kepercayaan serta keamanan dalam
hubungan terapeutik.

b. Evaluasi dan diagnosis: Setelah membangun hubungan terapeutik, terapis akan


melakukan evaluasi lebih lanjut untuk memahami masalah yang dihadapi anak
secara lebih detail. Hal ini meliputi wawancara dengan orangtua dan anak,
observasi perilaku anak, penilaian perkembangan, serta pemeriksaan psikologis
atau medis jika diperlukan.

c. Perencanaan dan penentuan tujuan: Setelah membuat diagnosis, terapis dan


orangtua akan bekerja sama untuk merencanakan terapi yang sesuai dengan
masalah yang dihadapi anak. Tujuan terapi haruslah jelas, spesifik, dan dapat
diukur agar perkembangan anak dapat dipantau. Terapis juga akan memberikan
informasi kepada orangtua tentang proses terapi yang akan dilakukan.

d. Intervensi terapeutik: Tahap ini merupakan implementasi terapi yang telah


direncanakan sebelumnya. Terapis akan menggunakan berbagai teknik dan
pendekatan terapi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi anak. Pada anak,
terapi biasanya dilakukan melalui bermain, bercerita, berkreasi, atau kegiatan lain
yang dapat menarik minat anak.

e. Evaluasi dan pemantauan: Selama proses terapi, terapis akan secara teratur
melakukan evaluasi untuk memantau perkembangan anak dan mengukur
pencapaian tujuan terapi. Orang tua juga dapat berperan aktif dalam memantau
perkembangan anak di luar sesi terapi.

f. Penutupan: Tahap ini terjadi ketika tujuan terapi telah tercapai atau ketika terapi
tidak lagi diperlukan. Terapis akan mengakhiri terapi secara perlahan dengan
membantu anak dan orangtua mengatasi perpisahan dan memberikan arahan
untuk melanjutkan perkembangan anak setelah terapi.
Penting untuk diingat bahwa tahapan terapeutik pada anak dapat berbeda-beda
tergantung pada masalah yang dihadapi, pendekatan terapi yang digunakan, dan
kebutuhan individu anak.

C. Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Anak-Anak


Ada beberapa teknik terapeutik yang dapat dilakukan pada anak, tergantung pada
masalah atau kondisi yang dialami anak tersebut. Beberapa teknik terapeutik yang
umum dilakukan pada anak antara lain:
a. Terapi bermain: Terapi bermain adalah salah satu teknik terapeutik yang sering
digunakan pada anak-anak. Terapi ini menggunakan berbagai macam permainan
untuk membantu anak mengungkapkan emosi, meningkatkan keterampilan sosial,
dan mengembangkan kepercayaan diri.

b. Terapi berbicara: Terapi berbicara melibatkan penggunaan kata-kata dan


percakapan dengan anak untuk membantu mereka mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan mengatasi masalah yang mereka hadapi. Terapi ini juga dapat
membantu meningkatkan keterampilan komunikasi anak.

c. Terapi seni: Terapi seni melibatkan penggunaan media seni, seperti melukis,
menggambar, atau membuat kerajinan tangan, sebagai cara anak mengungkapkan
diri dan mengatasi masalah. Terapi seni juga dapat membantu anak
mengembangkan kreativitas dan meningkatkan keterampilan motorik halus.

d. Terapi permainan pasien: Terapi permainan pasien melibatkan penggunaan


permainan atau aktivitas tertentu yang dirancang khusus untuk mengajarkan anak
keterampilan sosial, mengelola emosi, dan mengatasi masalah. Terapi ini juga
dapat membantu meningkatkan keterampilan komunikasi dan pemecahan
masalah.

e. Terapi perilaku kognitif: Terapi perilaku kognitif melibatkan pengenalan dan


pengubahan pola pikir dan perilaku yang negatif atau tidak sehat pada anak.
Terapi ini memungkinkan anak untuk mengidentifikasi pola pikir yang tidak
sehat, belajar untuk menggantinya dengan pola pikir yang lebih positif, dan
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
f. Terapi keluarga: Terapi keluarga melibatkan seluruh anggota keluarga untuk
mendukung perkembangan anak dan mengatasi masalah yang dialaminya. Terapi
ini fokus pada memperbaiki interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga,
meningkatkan keterampilan pengasuhan, dan mengatasi konflik keluarga.

g. Terapi bermain menggunakan hewan: Terapi bermain menggunakan hewan


melibatkan penggunaan hewan peliharaan atau hewan terlatih sebagai bagian dari
terapi anak. Terapi ini dapat membantu anak dalam hal relaksasi, pengurangan
stres, meningkatkan keterampilan sosial, dan meningkatkan keterampilan
motorik.

h. Terapi fisik: Terapi fisik melibatkan penggunaan gerakan atau latihan fisik untuk
membantu anak mengembangkan keterampilan motorik dan meningkatkan
kekuatan, keseimbangan, dan kebugaran fisik.

D. Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Anak-Anak


Hambatan dalam melakukan komunikasi terapeutik terhadap anak-anak dapat
terjadi karena beberapa faktor seperti mood anak yang kurang baik, kesulitan dalam
memahami pelajaran, lambat dalam merespon guru, kesulitan beradaptasi, kesulitan
dalam bersosialisasi, gangguan emosi dan perilaku, ketidakmandirian, dan
pelanggaran batas terapeutik. Untuk mengatasi hambatan tersebut, dapat dilakukan
dengan cara mengaplikasikan teknik-teknik komunikasi efektif seperti klarifikasi dan
refleksi perasaan, gali latar belakang, meningkatkan umpan balik, dan memberikan
sentuhan.
Selain itu, perawat harus memiliki pengetahuan tentang kebuntuan terapeutik
dan mengenali perilaku tersebut. Perawat juga harus siap untuk mengungkapkan
perasaan emosional yang sangat kuat dalam hubungan perawat-klien. Dalam proses
terapi, sikap perawat sangat mempengaruhi terhadap respon dan umpan balik yang
diberikan anak. Oleh karena itu, perawat harus selalu mengutamakan kebutuhan
utama dari pasien dan menghindari pelanggaran batas terapeutik.

E. Cara Mengatasi Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik Pada


Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu mengatasi hambatan
komunikasi pada anak-anak dengan kebutuhan khusus:
1. Memahami kebutuhan dan gaya komunikasi anak: Setiap anak dengan kebutuhan
khusus memiliki kebutuhan dan gaya komunikasi yang berbeda-beda. Penting
bagi orang tua dan pendidik untuk memahami kebutuhan dan gaya komunikasi
anak tersebut agar dapat berkomunikasi dengan efektif.

2. Menggunakan teknik komunikasi yang tepat: Beberapa teknik komunikasi yang


dapat digunakan antara lain:
a. Augmentative and Alternative Communication (AAC) : Teknik ini
melibatkan penggunaan gambar, simbol, atau alat bantu komunikasi lainnya
untuk membantu anak berkomunikasi.
b. Meniru anak: Meniru suara dan perilaku anak dapat membantu membangun
hubungan dan memperkuat komunikasi.

c. Menyederhanakan Bahasa : Menggunakan kata-kata yang sederhana dan


frasa pendek dapat membantu anak memahami dan merespons komunikasi
dengan lebih baik.

d. Menggunakan komunikasi efektif : Gunakan gerakan tubuh dan gaya bicara


yang jelas dan mudah dimengerti oleh anak. Hindari membentak atau
berkata kasar.

e. Melibatkan terapis dan tenaga medis : Terapis dan tenaga medis dapat
membantu dalam mengembangkan teknik komunikasi yang efektif untuk
anak dengan kebutuhan khusus.

f. Memberikan dukungan psikologis : Selain dukungan dalam pengembangan


keterampilan komunikasi, anak dengan kebutuhan khusus juga membutuhkan
dukungan psikologis. Peran perawat dan tenaga medis dalam memberikan
dukungan ini juga sangat penting.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki oleh perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Pada komunikasi terapeutik sounds
interpersonal perawat merupakan bagian penting dalam berkomunikasi. Komunikasi
terapeutik harus direncanakan, dipertimbangkan dan dilaksanakan secara profesional oleh
seorang perawat. Dalam melaksanakan komunikasi terapeutik seorang perawat harus
memperhatikan fase-fase komunikasi terapeutik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase
orientasi, fase kerja dan fase terminasi menurut .
Tujuan dari terapi ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan
membantu mereka dalam menghadapi tantangan serta mengembangkan potensi mereka
secara optimal.
Terapis akan menggunakan berbagai teknik dan pendekatan terapi yang sesuai dengan
masalah yang dihadapi anak. Terapis akan mengakhiri terapi secara perlahan dengan
membantu anak dan orangtua mengatasi perpisahan dan memberikan arahan untuk
melanjutkan perkembangan anak setelah terapi. Penting untuk diingat bahwa tahapan
terapeutik pada anak dapat berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi,
pendekatan terapi yang digunakan, dan kebutuhan individu anak.
Ada beberapa teknik terapeutik yang dapat dilakukan pada anak, tergantung pada
masalah atau kondisi yang dialami anak tersebut. Beberapa teknik terapeutik yang umum
dilakukan pada anak antara lain: Terapi ini menggunakan berbagai macam permainan
untuk membantu anak mengungkapkan emosi, meningkatkan keterampilan sosial, dan
mengembangkan kepercayaan diri. Terapi permainan pasien melibatkan penggunaan
permainan atau aktivitas tertentu yang dirancang khusus untuk mengajarkan anak
keterampilan sosial, mengelola emosi, dan mengatasi masalah.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu mengatasi hambatan komunikasi
pada anak-anak dengan menggunakan teknik gambar, simbol, atau alat bantu komunikasi
lainnya untuk membantu anak berkomunikasi. pengembangan keterampilan komunikasi,
anak dengan kebutuhan khusus juga membutuhkan dukungan psikologis.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/presentation/502405341/KOMUNIKASI-TERAPEUTIK
PADA-ANAK

Anda mungkin juga menyukai