PADA ANAK
2016 – 2017
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, dan Karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas
Komunikasi Dalam Keperawatan dengan judul “komunikasi terapeutik pada anak” tanpa ada
kendala suatu apapun. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Tak lupa kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat untuk
kita semua. Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penyusun
ii2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..........................
3.2 Saran………………………………………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA
iii
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Komunikasi dapat berbentuk verbal, non verbal, dan abstrak. Komunikasi verbal
seperti vocal dalam bentuk tertawa, merintih, berteriak, atau menangis. Komunikasi non
verbal yang sering disebut sebagai bahasa tubuh, seperti isyarat, gerak gerik, lenggak
lenggok, ekspresi wajah, postur tubuh, dan reaksi terhadap sesuatu, sedangkan
komunikasi abstrak seperti, permainan, ekspresi artistic (seni), simbol, photografi, dan
cara memilih pakaian.
Salah satu bagian dari keberhasilan dalam wawancara adalah tergantung pada
keadaan fisik dan psikologis si perawat itu sendiri. Perkenalan yang tepat, penjelasan
peranan, menerangkan alasan wawancara serta menjamin kebebasan dan rahasia. Untuk
mempermudah kelangsungan berkomunikasi dengan anak, maka perawat tidak dapat
melepaskan pendekatan kepada keluarga. Untuk itu agar intervensi tindakan keperawatan
dapat dilaksanakan dengan baik, maka sebelum berkomunikasi dengan anak, perawat
harus berkomunikasi dengan keluarga.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara komunikasi terapeutik pada anak?
2. Bagaimana komunikasi dengan keluarga?
1.3 Tujuan
1. agar dapat mengetahui komunikasi pada anak
2. agar dapat mengetahui komunikasi pada keluarga.
1.4 Manfaat
Kita dapat mengetahui atau memahami cara berkomunikasi terapeutik pada anak dengan
baik dan benar
5
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orangutan
dengan anak. Walaupun orangtua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segi
tiga. Saudara kandung, sanak keluarga lainnya dan prngasuhnya juga merupakan bagian
dari proses berkomunikasi. Dalam proses berkomunikasi dalam keluarga kita dapat
menggunakan langkah-langkah, seperti :
1. Mendorong orangtua untuk berbicara
Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan
gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin.
6
Misalnya : “bu, bisa dijelaskan bagaimana kondisi putra/putri Ibu sebelum dibawah
ke rumah sakit ini?”
2. Mengarahkan pada pokok permasalahan
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan
selama berwawancara adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi
efektif. Salah satu pendekatan adalah menggunakan pertanyakan terbuka dan luas.
Langkah ini dilakukan untuk menghindari komunikasi yang tidak relavan dan
mengefektifkan komunikasi yang terapeutik.
3. Mendengarkan
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam
komunikasi yang efektif. Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan
perhatiannya dengan sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena
konsentrasi dan perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan, yaitu : verbal, non
verbal, dan yang bersifat abstrak.
4. Diam sejenak
Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan teknik
wawancara yang sulit untuk dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran,
perasaan, dan untuk saling memahami, emosinya kadang-kadang perlu menghentikan
taktik diam ini dalam kembali berkomunikasi.
5. Bersikap empati
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara
obyektif. Perawat yang empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari
sudut pandang klien/keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu
ada unsur hubungan “membantu” dengan klien. Ungkapan empati tersebut, misalnya :
“kami bisa merasakan apa yang ibu rasakan saat ini, mudah-mudahan ibu sabar dan
mendapat kekuatan dari Allah SWT”.
6. Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik
dan ingin menunjukkan kemampuan dalam perannya. Orang tua membutuhkan
perawat yang menghargai dan memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin
7
agar perawat memperhatikan anaknya. Hindari pembicaraan yang menyinggung
harga diri sebagai orang tua.
7. Menentukan masalah
Perawat dan orangtua harus sepakat bahwa masalah itu ada.
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalah ini benar atau tidak.
Misalnya: “kalau saya perhatikan mata putra ibu ini cowong, mukosa bibrnya kering,
dan turgor kulitnya menurun, apa benar putra ibu tadi dehidrasi?”.
8. Memecahkan masalah
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh
orang tua kemudian mulai merencanakan pemecahannya. Perawat harus
mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari pemecahan
masalah yang lebih efektif.
9. Mengadaptasi bimbingan
Segera setelah masalah diidentifikasi dan disetujui oleh
perawat dan orang tua, maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua
yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berpartisipasi penuh selama perawatan
berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari
orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.
10. Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi, adalah :
Sosialisasi kepada sasaran yang tidak tepat
Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukan
Memberikan dorongan sepintas
Melindungi suatu situasi/opini
Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
Memberikan pujian secara stereotipi
Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
Menginterupsi dan menyelesaikan kalimat seseorang
Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervensi
Membuat konklusi yang menghakimi
Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja.
8
2.3 Komunikasi dengan anak
Kemampuan komunikasi pada anak merupakan salah satu indicator perkembangan
anak. Komunikasi sangat mempengaruhi tingkat perkembangan anak dalam beraktifitas
dengan lingkungannya. Dalam berkomunikasi dengan anak, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Esensi komunikasi
Dua unsur penting dalam berkomunikasi untuk memahami fungsi pertukaran pikiran
dan perasaan, yaitu:
a. Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang
mereka ajak komunikasi
b. Anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain.
2. Bentuk komunikasi pra-bicara
Bentuk komunikasi pra-bicara sifatnya sementara, sehingga bentuk komunikasi pra-
bicara ini sebaiknya ditinggalkan apabila keguaannya sudah berakhir. Bentuk
komunikasi pra-bicara, meliputi :
1) Tangisan
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara
pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Melalui tangisan dia memberi tau kebutuhannya seperti
lapar,dingin,panas,lelah dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhannya
segera dipenuhi, bayi hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau tertekan.
Perawat harus banyak berlatih minimal macam-macam arti tangisan bayi
karena ibu muda memerlukan bantuan ini.
2) Ocehan dan celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan. Ocehan timbul karena bunyi
ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme suara.
Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti
merengek,menjerit,menguap,bersin,menangis dan mengeluh.
3) Isyarat
9
Gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau
pelengkap bicara.
4) Ungkapan emosional
Ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman muka.
3. Peran bicara dalam komunikasi
Cara berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah menangis dan
menggunakan isyarat-isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain. Bicara
merupakan keterampilan yang harus dipelajari yang terdiri dari :
Pertama kata, yaitu aspek motorik bicara, kemampuan mengeluarkn bunyi tertentu
dalam komunikasi.
Kedua mengkaitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara, untuk
mendapat hasil yang baik dibutuhkan koordinasi otot-otot, kemampuan mengaitkan
kata-kata, mempelajarai tata bahasa.
Untuk memperkecil kesalahan anak, perlu mengkaitkan kata spesifik dengan
objek yang spesifik. Hal penting dalam belajar bicara yang perlu diperhatikan adalah :
1. Persiapan fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak terutama
dalam hal pematangan mekanisme bicara.
2.Persiapan mental
Tergantung pada kematangan otak (asosiasi otak), yang berkembamg antara 1-18
bulan, saat yang tepat diajak bicara.
3.Model untuk ditiru
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara adalah stimulus suara.
4. kesempatan praktek atau untuk bertatih
Agar bayi atau anak dapat segera berbicara, maka bayi perlu diajarkan atau diberi
kesempatan untuk menirukan kata-kata yang sering kita ucapkan.
5. motivasi dan tantangan
Ajarkan dan dorong bayi untuk mengucapkan apa yang bisa diucapkan oleh bayi.
6. Bimbingan
10
Upaya untuk membantu keterampilan bicara anak dapat dilakukan dengan cara:
menyediakan model yang baik,mengatakan dengan perlahan dan jelas, serta
membetulkan kesalahan yang diucapkan si anak.
4. Komunikasi sesuai tingkat perkembangan anak
1) Masa bayi (0-1 tahun)
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan
komunikasi non verbal. Mereka akan tersenyum dan mendekat bila situasi
menyenangkan dan akan menangis bila tidak menyenangkan. Bayi dapat
merespon tingkah laku non-verbal pemberi perawatan, mereka akan tenang
dengan kontak fisik yang dekat. Bayi juga akan merasa nyaman dengan suara
yang lembut meskipun dengan kata-kata yang tidak dimengerti.
Bayi yang lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya dan ibunya
sehinnga setiap orang asing akan merupakan ancaman baginya, untuk itu
orang tua harus mengawasi reaksi bayi ketika digendong orag lain.
2) Masa toddler dan prasekolah (1-5 tahun)
Pada usia ini umumnya anak sudah mampu berkomunikasi baik secara
verbal maupun non verbal. Anak di bawah usia 5 tahun, hampir semuanya
egosentris, mereka meilhat segala sesuatau hanya berhubungan dengan dirinya
sendiri dan hanya dengan sudut pandang mereka senidri. Anak tidak dapat
membedakan antara fantasi atau kenyataan.
3) Masa usia sekolah (5-11 tahun)
Anak berusia 5-8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat
tetapi lebih pada apa yang mereka ketahui bila di hadapkan pada masalah
baru. Mereka butuh penyelesaian utuk segala sesuatu tetapi tidak
membutuhkan pengesahan dari tindakan yang dilakukan. Pada masa ini anak
sudah dapat memahami penjelasan sederhana dan mampu
mendemonstrasikannya. Anak perlu di izinkan untuk mengekspresikan rasa
takut dan keheranan yang dialaminya.
4) Masa remaja (11-18 tahun)
Masa ini anak berfikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa. Oleh
karena itu pada saat anak mengalami ketegangan mereka mencrai rasa aman
11
yang biasa di dapatkan pada masa kanak-kanak. Remaja harus diberi
kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya. Remaja butuh diskusi dalam
menangani masalahnya sehingga penjelasan tentang persepsi remaja yang
kurang tepat sangat penting dilakukan.
12
6) Sentuhan
Jangan sentuh anak tanpa izin dari anak. Salaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan setres dan cemas khususnya pada anak
laki-laki.
13
Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata
kerja, kata sifat dan kata ketergantungan yang digunakan seseorang.
Dengan menggunakan sensori yang sama, perawat dapat meningkatkan hubungan
dan mengkomunikasikan informasi lebih efektif.
c. Facilitative Responding
Mendengarkan secara seksama dan membayangkan kembali perasaan-perasaan
pasien dan isi pernyataan anak.
Seperti :
-Respon yang empati
-Tidak menghakimi dan mengesahkan persaan-perasaan seseorang.
Rumus untuk Facilitative responding adalah :
“Engkau merasa........karena.........”
e. Bibliotherapy
Melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka proses terapeutik dan
supportif. Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan persaan-perasaan
dan perhatiannya melalui aktifitas membaca. Pada dasarnya buku tidak
mengancan karena anak dapat sewaktu-waktu menutup buku tersebut atau
berhenti membacanya.
14
f. Fantasy
Bentuk khusus dari Bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasi atau
dongeng yang wajar seperti “Bawang merah dan bawah putih, “Malin kundang”
dll. Perlu penjelasan pada anak arti dari dongeng dalam mencapai kebutuhan-
kebutuhannya.
g. Mimpi
Mimpi sering diartikan sebagai ungkapan sesuatu sasaran tidak sadar dan akan
menekan kembali perasaan dan pikiran seseorang. Salah satu cara pada
Psikoterapi dapat menggunaka interpretasi dari mimpi dengan menanyakan pada
anak dan orang tua tentang mimpi. Kemudian jelajahi perasan bersalah yang
sangat mengganggu.
j. Rating Game
Permainan ini terutama membantu anak-anaka ynag lebih besar untuk berani
berbicara. Dari pada menanyakan padanya bagaimana perasaanya, lebih baik
15
perawat bertanya bagaimana pengalaman dari hari ke hari dalam skala 1-10,
dengan skor 10 yang menjadi paling baik. Anak-anak pada tingkat usia sekolah
dpat menggunakan cara ini yaitu dengan menulis pengalaman atau perasaan
mereka selama dirawat dalam buku hariannya.
16
Suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra remaja.
Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa atau menyelidiki
tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian.
b. Menggambar
Slah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui pengamatan lgambar dasar
asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bawah anak-anak mengungkapkan
tentang dirinya.
d. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna
bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah Sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau
lingkaran keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan
orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran-
bundaran di dekat lingkaran menunjukkan keakraban /kedekatan.
17
f. Bermain
Salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi teknik
yang palin efektif untuk berhubungan dengan mereka. Dengan bermain dapat
dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, itelektual dan sosial.
Terapeutik Play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau
masuk Rumah Sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur
medis/perawatan.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan dan
kegiatannya di fokuskan untuk kesembuhan pasien dan merupakan komunikasi profesional yang
mengarah pada tujuan untuk penyembuhan klien. Komunikasi pada anak juga memerlukan
komunikasi kepada keluarga karena komunikasi dengan keluarga merupakan proses segitiga
antar perawat, orang tua dan anak. Komunikasi pada anak dapat dilakukan sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Dalam berkomunikasi dengan anak terdapat bermacam-macam teknik non
verbal dan verbal. Teknik non verbal seperti gerak isyarat, postur tubuh. Dan teknik verbal
seperti, ucapan langsung.
3.3 Saran
Semoga makalah ini berguna bagi pembaca dan penulis. Khususnya mahasiswa
keperawatan ataupun mahasiswa kesehatan lainnya dapat lebih memahi dan mempelajari lebih
dalam memberikaan komunikasi terapeutik pada anak agar nanti jika memberikan asuhan
keperawatan pada klien (anak) melakukan dengan baik dan benar.
19
DAFTAR PUSTAKA
20