Disusun oleh :
PRODI KEBIDANAN D3
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta hidayah-Nya kami
dapat meyelesaikan tugas mata kuliah Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan mengenai
Studi Kasus Yang Membutuhkan Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok Bayi, Balita
dan Anak. Pada penulisan tugas ini, kami berusaha memaparkan materi serta
pelaksanaan komunikasi terapeutik pada kelompok bayi, balita dan anak dengan sejelas
mungkin sehingga dapat mudah dicerna atau dimengerti oleh semua kalangan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik
dari segi bahasa, penulisan maupun penyusunannya. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang menjadi
kekurangan kami.
Kami berharap tugas ini dapat memberikan tambahan informasi dan dapat
dijadikan salah satu sumber pembelajaran yang dapat membantu rekan-rekan dalam
mencapai hasil belajar pada mata kuliah Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan agar
lebih baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................... 11
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai tambahan dan acuan pendidikan yang lebih unggul
dan lebih bermutu.
3. Bagi Pembaca
Dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang komunikasi terapeutik
pada bayi dan anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia di bawah tiga tahun)
mempunyai sikap egosentris,. Selain itu, anak juga memiliki perasaan takut
pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu apa yang akan terjadi
padanya.
Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan
mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan
melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan, untuk apa,
dan bagaimana caranya dilakukan. Anak membutuhkan penjelasan atas
pertanyaanya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan contoh
yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara
pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Melalui tangisan dia memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas,
lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi hanya akan menangis bila ia
merasa sakit atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal frekuensi tangisan
menurun pada usia enam bulan karena keinginan dan kebutuhan mreka cukup
terpenuhi. Frekuensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya
kemampuan bicara.
e. Biblioterapi
b. Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk
menggambarkan sesuatu terkait dengan dirinya, misalnya perasaan, apa
yang dipikirkan, keinginan. Pengembangan dari teknik menggambar ini
adalah anak dapat menggambarkan keluarganya dan dilakukan secara
bersama antara keluarga (ibu/ayah) dengan anak.
d. Ungkapan marah
e. Sentuhan
2. Penerapan komunikasi pada kelompok todler (1-3 tahun) dan prasekolah (3-6
tahun)
Pada usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara verbal maupun
non verbal. Ciri khas kelompok ini adalah egosentris, dimana mereka melihat
segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat segala
sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri.
Contoh penerapan komunikasi :
a) Memberitahu apa yang terjadi pada diri anak
b) Memberikan kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan
yang akan digunakan
c) Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika tidak menjawab harus diulang
lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana.
d) Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”
e) Mengalihkan aktifitas saat komunikasi misalnya dengan memberikan
mainan saat komunikasi.
f) Menghindari konfrontasi langsung
g) Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak
h) Bersalam dengan anak saat memulai interaksi, karena bersalaman dengan
anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas
c) Pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi, maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya
d) Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkomunikasi secara afektif.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal antara perawat dan
klien, yang direncanakan secara sadar yang bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kebutuhan pasien. Perkembangan komunikasi terapeutik pada bayi dan anak
sendiri dimulai pada masa bayi sampai anak usia remaja yang mana dari
perkembangan itu memeiliki bentuk perkembangan yang berbeda-beda. Selain itu
didalam komunikasi terapeutik terdapat bentuk komunikasi prabicara dimana
terdiri dari tangisan, ocehan, isyarat, dan ungkapan emosional seorang bayi dan
anak. Disisi lain dalam melakukan komunikasi kepada bayi terdapat beberapa
tekniknya, yaitu bisa menggunakan teknik verbal dan non verbal. Setelah
mempelajari semua komunikasi terapeutik pada bayi dan anak, terdapat cara
menerapkan komunikasi terapeutik tersebut pada usia bayi sampai anak usia
sekolah.
3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa dapat memperbaiki serta memperhatikan pembuatan makalah
selanjutnya, khususnya tentang komunikasi terapeutik bayi dan anak.
2. Bagi institusi
Memberikan masukan atau inovasi baru bagi institusi untuk lebih baik dalam
memberikan ilmu pengetahuan.
3. Bagi pembaca
Agar pembaca dapat menerapkan dan memahami tentang komunikasi
terapeutik bayi dan anak.
11
Pada suatu hari di sebuah rumah sakit terdapat seorang pasien yang masih bayi
berusia 10 bulan bernama ayu. Seorang bidan yang bekerja di RS tersebut akan
melakukan pemeriksaan fisik dan komunikasi terapeutik pada bayi tersebut. Sebelum
melakukan tindakan tersebut bidan itu berkonsultasi terlebih dahulu dengan kepala
ruangan yang ada di sana.
Kep. Ruang : Waalaikumsalam, mari masuk, silahkan duduk disini.. ada perlu
apa ya ?
Bidan : Iya bu, perkenalkan nama saya Martha rini, ibu bisa panggil
saya Martha. Pada hari ini saya akan melakukan komter pada
pasien bernama ayu yang berusia 10 bulan putri dari ibu ratna.
Dan dalam komter ini saya sering melakuakan blocking
sehingga membuat saya gugup, maka saya akan mengatasinya
dengan cara tarik napas dalam dan berdoa.
Kep. Ruang : Owh begitu, lalu apa yang akan anda lakukan dalam komter ini
?
12
Kep. Ruang : Kalau begitu silahkan lakukan dengan baik ya sesuai dengan
standar pastinya.
Bidan : Hari ini saya akan melakukan komter pada klien yang
bernama Ayu. Sebenarnya saya telah memahami tentang komter
ini, tapi tetap saja saya merasa sedikit tegang dan grogi saat
nanti berhadapan dengan orang tua dari klien, tapi
bagaimanapun juga saya harus tetap rileks agar orang tua klien
bisa percaya sepenuhnya kepada saya. Jika saya marasa gugup,
saya akan mengatasinya dengan menarik napas dan meyakini
diri bahwa saya bisa melakukan komter ini dengan baik.
2. Fase Orientasi/Perkenalan
Bidan : Assalamualaikum…
Ibu pasien : Ga tau bu dari kemaren belum ada kemajuan terus aja kaya yang
tersedak terus saja begini.
Bidan : Baiklah bu. Hari ini saya yang akan memeriksa putri ibu.
Sebelumnya perkenalkan nama saya Martha rini ibu bisa panggil
saya Martha saja. Ibu ayu akan saya periksa, mau kapan bu ayu
diperiksanya ?
13
Tak lama kemudian bidan pergi ke ruangan anak dan menyiapkan segalanya.
3. Fase Kerja
Bidan : Assalamualaikum
Bidan : Ayu akan saya periksa sekarang ya bu. Ibu disini ya di samping
ayu.
Bidan : Hai Ayu! Ayu diperiksa dulu ya biar Ayu cepat sembuh.
Bidan : Wah pintar sekali kamu nak udah nggak nangis lagi. Anak baik.
Ibu pasien : Iya bu, saya bersedia selama itu baik untuk Ayu.
14
4. Fase Terminasi
Bidan : Bu, saya sudah memasangkan selang di hidung Ayu.
Alhamdullillah sekarang Ayu sudah tidur.
Ibu pasien : Saya sudah merasa lebih tenang melihat keadaan ayu sekarang
dan saya juga berterima kasih bu bidan telah memeriksa Ayu.
DAFTAR PUSTAKA