Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

TEKNOLOGI DALAM PELAYANAN BBL DAN BALITA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknologi Tepat Guna
dalam Pelayanan Kebidanan Studi DIV Kebidanan Jambi

DOSEN PENGAMPU
AJENG GALUH WULANDARI

Oleh
YULIANI PUTRI DISTA
PO.71.24.1.1.900.44

POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI


PRODI D-IV ALIH JENJANG JURUSAN KEBIDANAN
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allh SWT karena atas rahmat dan karunia_Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ teknologi tepat guna
dalam pelayanan bbl dan balita”. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Sistem
informasi kesehatan”.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Ajeng Galuh W,
SST,MPH selaku salah satu pengampu mata kuliah sistem informasi kesehatan atas
pengarahannya selama penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah
membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat membutuhkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan agar dapat lebih baik lagi dalam penyusunan berikutnya.

Jambi , 13 April 2020

Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang............................................................................. 1
B.   Rumusal Masalah......................................................................... 2
C.   Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Obat dan vaksin diberikan dalam pelayanan bbl dan balita... 3

B. Alat Teknologi Terapan dalam Pelayanan Bayi dan Balita.... 9

C. Sistem Kunjungan neonatal.......................................................... 18


D. Prosedur........................................................................................ 19

BAB III PENUTUP


A.   Kesimpulan.................................................................................. 40
B.   Saran............................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan system usaha pembangunan masyarakat
supaya lebih produktif dan efisien, diperlukan teknologi. Pengenalan teknologi
yang telah berkembang dimasyarakat adalah teknologi yang telah dikemabngkan
secara tradisional, atau yang dikenal dengan “teknologi tepat guna” atau
teknologi sederhana dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan
lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat tertentu.
Pertumbuhan dan perkembangan teknologi, ditentukan oleh kondisi dan
tingkat isolasi, keterbukaan masyarakat serta tingkat pertumbuhan kehidupan
social ekonomi masyarakat tersebut. Untuk memperkenalkan teknologi tepat
guna perlu disesuiakan dengan kebutuhan, yaitu kebutuhan yang berorientasi
kepada keadaan lingkungan geografis atau propesi kehidupan masyarakat yang
bersangkutan. Teknologi yang demikian itu merupakan barang baru bagi
masyarakat dan perlu dimanfaatkan dan diketahui oleh masyarakat tentang nilai
dan kegunaanya. Teknologi tersebut merupakan faktor ekstern dan
diperkenalkan dengan maksud agar masyarakat yang bersangkutan dapat
merubah kebiasaan tradisional dalam proses pembangunan atau peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Secara teknis terapan teknologi tepat guna merupakan jembatan antara
teknologi tradisional dan teknologi maju, oleh karena itu aspek-aspek sosio-
kultural dan ekonomi juga merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam
mengelola TTG. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah
menerapkan metode hemat sumber daya, mudah dirawat dan berdampak polutitf
minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama yang pada umumnya
beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu
dan keluarganya. Sebagai bidan, kita berutung dapat berbagi peristiwa ini
bersama keluarga. Bidanberada pada posisi yang unik untuk meningkatkan
kemampuan ibu dalam melahirkan, sebagaimana juga kemampuan menemani

4
ibu dalam proses persalinan guna memberikan motivasi dan dorongan (Asrinah,
2010).
Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan
kematian, kesakitan dan kecacatan. Penurunan angka kematian neonatal
merupakan upaya bersama tenaga kesehatan dengan melibatkan keluarga dan
masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu
dan bayi baru lahir.
Oleh karena itu dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
khususnya dalam bidang kesehatan pada bayi baru lahir dan balita diperlukan
adanya teknologi terapan untuk membantu mengefektifkan pelayanan kesehatan
serta mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja obat dan vaksin yang diberikan pada bayi dan balita ?
2. Apa saja alat teknologi terapan dalam pelayanan bayi dan balita?
3. Apa saja sistem teknologi terapan dalam pelayanan bayi dan balita?
4. Apa saja prosedur teknologi terapan dalam pelayanan bayi dan balita?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami obat dan vaksin yang diberikan dalam pelayanan
bayi dan balita.
2. Mengetahui dan memahami alat teknologi terapan dalam pelayanan bayi dan
balita.
3. Mengetahui dan memahami sistem teknologi terapan dalam pelayanan bayi
dan balita.
4. Mengetahui dan memahami prosedur teknologi terapan dalam pelayanan bayi
dan balita.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Obat dan vaksin yang diberikan dalam pelayanan Bayi baru lahir dan
balita
1. Dalam pemberian imunisasi pada bayi dan anak dapat dilakukan
dengan beberapa imunisasi yang dianjurkan :
a. Imunisasi BCG (bacillus Calmette Guerin)
1) Indikasi : merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit
TBC yang primer atau yang ringandapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi
BCG untuk TBC yang berat seperti TBC yang selaput otak,
TBC milier (padaseluruh lapangan paru) atau TBC tulang.
Imunisasi BCG ini merupakan )aksinyang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu pemberian imunisasi
BCG pada umur 0-11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan
pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudiaan cara pemberiaan
imunisasi BCG melalui intra derma. efek samping  pada BCG
dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
limfadenitisregional, dan reaksi panas.
2) Kontra Indikasi
 adanya penyakit kulit yang berat atau menahun seperti
eksim, furunkolis,dan sebagainya.
 mereka yang sedang menderita TBC
3) efek Samping
Imunisasi BCG meninggalkan indurasi dan kemerahan di tempat
suntikanyang berubah menjadi pustule, kemudian pecah
menjadi luka. Luka tidak perlu  pengobatan akan sembuh secara
spontan dan akan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang

6
terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau di
leher,terasa padat tetapi tidak sakit, tidak perlu di obati akan
sembuh dengan sendirinya.
b. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
1) Indikasi : Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT ini merupakan
Vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi
pemberiaan imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan
maksud pemberiaan pertama zat anti terbentuk masih sangat
sedikit !tahap pengenalan tt e r h a d a p v a k s i n d a n o r g a n - o r g a n
t u b u h m e m b u a t z a t a n t i , k e d u a d a n k e t i g a terbentuk zay
anti yang cukup. waktu pemberian imunisasi DPT antar umur 2-11
bulan dengan interval empat minggu. cara pemberiaan imunisasi
DPT melalui intra muscular
2) efek Samping: e f e k s a m p i n g p a d a D P T m e m p u n y a i e f e k
ringan dan efek berat, efek  ringan seperti
pembengkakkan dan nyeri pada tempat penyuntikan,
demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat
kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi
kejang, ensefalopati, dan shock.
3) Kontra Indikasi gejala-gejala keabnormalan otak pada periode
bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf
merupakan kontra indikasi pertusis. anak yang m e n g a l a m i
gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen
pertusis harus d i h i l a n g k a n p a d a d o s i s k e d u a d a n
u n t u k m e n e r u s k a n i m u n i s a s i n y a d a p a t diberikan DT.

7
c. Imunisasi Polio 
1) Indikasi : merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan. frekuensi pemberiaan imunisasi polio a
adalah empat kali. waktu pemberiaan imunisasi
polio pada umur 0-11 bulan. dengan interval
pemberiaan empat minggu. cara pemberiaan
i m u n i s a s i p o l i o melalui oral.
2) efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping .
e f e k s a m p i n g b e r u p a  paralysis yang disebabkan oleh vaksin
sangat jarang (<0,17 : 1000.000).
3) kontra Indikasi
Pada individu yang menderita (immune deficiency). Tidak ada
efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak
yang sedang sakit. Aamun jika ada keraguan, misalnya sedang
menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
d. Imunisasi campak  
1) Indikasi
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat
menular. kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. frekuensi pemberiaan imunisasi campak adalah
satu kali. waktu pemberiaan imunisasi campak pada
u m u r 9 - 1 1 b u l a n . c a r a  pemberiaan imunisasi campak melalui
subkutan.
2) Efek Samping
efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada
t e m p a t s u n t i k a n d a n  panas selama 3 hari yang dapat terjadi 8-
12 hari setelah Vaksin.

8
3) Kontra Indikasi
Individu yang menderita penyakit immune deficiency atau
individu yang diduga menderita gangguan respon imun seperti
leukemia, lymphoma.
e. Imunisasi Hepatitis B
1) Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakith e p a t i t i s yang kandungannya adala h Hbsag
d a l a m b e n t u k c a i r . F r e k u e n s i  pemberian imunisasi hepatitis
tiga kali. waktu pemberiaan imunisasi hepatitis  pada umur 0-11
bulan. Cara pemberiaanya adalah intra muscular. 
2) efek Samping
reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar t e m p a t p e n y u n t i k a n . B e a k s i
yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah dua hari. 
3) kontra Indikasi
Hipersensitif pada komponen vaksin. Seperti vaksin-
v a k s i n y a n g l a i n , vaksin ini tidak boleh diberikan pada
penderita infeksi berat yang disertai kejang.
f. Imunisasi MMR (measles, umps, dan rubela)
1) Indikasi merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan
atau mencegahterjadinya penyakit campak (measles), gondong ,
parotis epidemika (mumps) dan rubela (campak jerman). Dalam
imunisasi MMR ini antige n yang dipakai adalah Virus
campak strainedmonson yang dilemahkan, Virus rubella strain RA
27/3 dan Virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada bayi usia
dibawah 1 tahun karenad i k h a w a t i r k a n t e r j a d i i n t e r f e r e n s i
dengan antibodi maternal yang masih ada,k h u s u s
pada daerah endemic sebaiknya diberikan
i m u n i s a s i c a m p a k y a n g monovalen dahulu pada usia 4-6

9
bulan atau 9-11 bulan dan boster dapat dilakukan MMR pada usia
15-18 bulan.
2) efek Samping
efek samping vaksin porotitis biasanya berupa
pembengkakan kelenjar liur yang timbul 10-14 hari setelah
vaksin. Sedangkan untuk vaksin rubella, efek sampingnya
terinfeksi rubella ringan seperti demam ringan, nyeri
tenggorokan, pusing ruam, dan pembengkakan kelenjar.
g. Imunisasi Tiphus Abdominalis 
1) Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah t e r j a d i n y a  penyakit tifus abdominalis, dalam
persediaannya khususnya Indonesia terdapattiga jenis Vaksin
tifus abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan,
kuman yang dilemahkan (vivotf, berna) dan antigen capsular
polysacchgaride (typhimi, Pasteur meriux) pada vaksin kuman
yang dimatikan dapat diberikan untuk   bayi 6-12 bulan adalah
0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml, pada
imunisasi awal dapat diberikan sebanyak dua kali dengan interval
empat minggu kemudian penguat setelah satu tahun kemudian.
Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk
capsulateric coated sebelum makan pada hari 1,2,5 pada
anak diatas usia di atas 6 tahun dan  pada antigen capsular
diberikan pada usia diatas dua tahun dan dapat diulang tiap tiga
tahun.
h. Imunisasi varicella
1) Indikasi
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit varicella (cacar air). vaksin varicella merupakan
virus hidup varicella zoozter  strain 570 yang dilemahkan
pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada

10
usia 12 tahun di daerah trop ic dan bila diatas usia 13 tahun
dapatdiberikan dua kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.
i. Imunisasi Hepatitis A
1) Indikasi
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit hepatitis A. pemberiaan imunisasi ini dapat diberikan pada
usia diatas dua tahun. Untuk imunisasi awal dengan menggunakan
Vaksin haVriX isinya Virus hepatitis A strain HM175 yang
inactivated dengan 6 suntikan dengan interval 8 minggu
dan boster pada enam bulan kemudiaan dan apabila
menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan tiga kali suntikan
pada usia 0,6 dan 12 bulan.
j. Imunisasi HIB (Haemophilus Influenza Tipe B)
1) Indikasi Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit i n f l u e n z a t i p e b . V a k s i n i n i a d a l a h
bentuk polisakarida murbi (PRP purifiedcapsular
polysacharide) kuman H.Influenzae tipe b , antigen
d a l a m V a k s i n tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-
protein lain seperti toksoid tetanus (PRP-OMPC). Pada
pemberiaan imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan dengan tiga
suntikan dengan interval dua bulan kemudian vaksin PRP OMPC
dilakukan dengan suntikan dengan interval dua bulan
kemudian bosternya dapat dilakukan  pada usia 18 bulan. 
2) Efek Samping
Efektivitas vaksi HIV sekitar 95% dan relative aman
meskipun menimbulkan reaksi local berupa rasa nyeri dan
kemerahan pada sekitar 5-15% bayi.

11
B. Alat Teknologi Terapan dalam Pelayanan Bayi dan Balita
1. Inkubator

Bayi dengan kelahiran yang tidak normal atau prematur kurang


mampu beradaptasi dengan temperature lingkungan luar yang mudah
berubah. Oleh karena itu, bayi prematur tersebut akan sangat mudah
mengalami kedinginan, sehingga dibutuhkan suatu perangkat pelindung
tertentu yang dapat dikondisikan suhu dan kelembapannya (Darmayanto,
2011).
Salah satu sistem instrumentasi kesehatan yang sangat penting bagi
kesehatan terutama bagi bayi prematur yang baru dilahirkan adalah
inkubator.Inkubator bayi adalah ruangan berdinding kaca yang suhunya
bias diatur agar tetap hangat, yakni 35oC-36 oC. kehangatan dibutuhkan
bayi premature karena beresiko mengalami hipotermi atau suhu tubuh
yang rendah, akibat kurangnya jaringan lemak di bawah kulit. Selain itu,
inkkubator bayi juga bias dipakai untuk meminimalkan resiko kontak
antara bayi premature dengan orang dan lingkungan yang berpotensi
menularkan kuman dan penyakit. Inkubator bayi adalah suatu peralatan
kesehatan yang berupa kotak yang diranc ang untuk mempertahankan suhu
internal yang konstan, sehingga dapat membantu bayi yang lahir secara
prematur untuk bertahan hidup. Karena bayi prematur memiliki kesulitan
untuk mempertahankan suhu tubuh yang konstan dan variasi yang mudah

12
terjadi, bayi prematur harus segera dimasukkan ke dalam inkubator agar
bayi dapat tumbuh memuaskan karena bayi yang baru lahir harus
memerlukan suhu antara 35,5°C - 37°C. Kegunaan inkubator adalah
menjaga suhu bayi tetap stabil(Ruby Hazrat, 2014)
Perawatan bayi dalam incubator merupakan metode merawat bayi
dengan dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya
suhu lingkungan yang cukup dengan suhu normal. Perawatan di dalam
unkubator ada dua cara, yaitu cara tertutup dan terbuka.
a. Alat dan bahan:
1) Set alat incubator
2) Oksigen

3) Lampu pemanas

b. Prosedur
1) Incubator tertutup
a) Incubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam
keadaan tertentu, seperti apnea, dan jika membuka incubator
usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan.
b) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui
hidung
c) Bayi harus dalam keadaan tidak berpakaian untuk
memudahkan pengamatan.
d) Pengaturan panas disesuaikan berat badan dan kondisi tubuh
bayi.
e) Pengaturan oksigen selalu diamati
f) Incubator harus ditempatkan dalam ruangan hangat dan suhu
270C
2) Incubator terbuka

a) Pemberian inkkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat


memberi perawatan pada abyi.

13
b) Menggunakan lampu pemanas untuk member keseimbangan
suhu norma; dan kehangatan.
c) Membungkus dengan selimut hangat.
d) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk
mencegah aliran udara.
e) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang
melalui kepala.
f) Pengaturan suhu incubator disesuaikan dengan berat badan
sesuai ketentuan di bawah ini
Berat badan 0-24 jam 2-3 hari 4-7 hari 8 hari (0C)
lahir (g) (0C) (0C) (0C)
1500 34-36 33-35 33-34 32-33
1501-2000 33-344 33 32-33 32
2001-2500 33 32-33 32 32
>2500 32-33 32 31-32 32
Sumber: jumiarni Ilyas, dkk., 1995
Keterangan:
Jika suhu kamar 28-290C, sebaiknya diturunkan 10C setaip minggu
dan jika berat bayi sudah mencapai 2000 gram, bayi boleh dirawat di
luar incubator dengan suhu 270C. (Aziz Alimul Hidayat, 2009)

Saat ini telah dibangun aplikasi pemantau inkubator bayi berbasis


internet untuk memantau suhu dan kelembapan. Aplikasi ini dapat bekerja
pada mode otomatis dan manual. Mode otomatis dapat bekerja sendiri
tanpa harus menunggu instruksi dari Server. Mode manual bekerja
berdasarkan instruksi yang dikirim dari Server. Aktuator bekerja otomatis
menyesuaikan kondisi suhudan kelembaban yang terpantau pada mode
automatis. Mode manual bekerja berdasarkan instruksi yang dikirim dari
PC Server. Aktuator bekerja ketika ada instruksi yang dikirimkandari
Server.Dari hasil pengujian, respon kecepatan pengendalian manual
melalui perangkat berbasis web yaitu lima detik.Aplikasi ini siap untuk di
implemtasikan dalam sistem Inkubator bayi jinjing (Yuliant,2015).

14
2. Blue light

Ikterus neonatorum atau penyakit kuning adalah gejala umum yang


sering dijumpai pada bayi baru lahir normal. Munculnya warna kuning
pada kulit dan sklera karena terjadinya peristiwa hiperbilirubinemia saat
bayi berusia 72 jam sampai 120 jam dan akan kembali normal setelah 7
hari sampai 10 hari. Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi
peningkatan kadar serum bilirubin dalam darah yaitu diatas 5 mg/dL
Bilirubin adalah hasil dari produk pemecahan hemoglobin. Dalam dunia
medis, ketika konsentrasi bilirubin mencapai level tertentu, bilirubin
tersebut berubah menjadi neurotoixic yaitu racun yang berasal dari sel
saraf sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan dan kerusakan otak pada
bayi. Efektivitas fototerapi digunakan untuk penurunan kadar bilirubin
pada bayi(C.O.P.I.T.NEWBORN, 1974).

Jaundice atau hiperbilirubinemia terjadi karena kadar bilirubin yang


terlalu tinggi dalam darah. Keadaan ini terjadi karena belum sempurnanya
fungsi organ hati (liver) pada bayi baru lahir untuk memecah dan
mengeluarkan bilirubin dari tubuh. Ketika hal ini terjadi, maka kulit dan
bagian putih pada mata bayi berwarna kuning (ikterus). Berdasarkan kadar
bilirubinnya maka ikterus pada tubuh bayi terbagi menjadi lima bagian
dengan daerah yang terbesar terletak pada telapak tangan dan kaki
(Saifuddin, A. B. 2007).

Kadar bilirubin tidak terkonjugasi pada kelahiran cukup bulan dapat


mencapai 6-8 mg/dL pada usia 3 hari, setelah itu berangsur turun.

15
Sedangkan pada bayi prematur, hiperbilirubinemia terjadi lebih dini
dengan kadar bilirubin yang naik perlahan tetapi dengan kadar puncak
lebih tinggi, yaitu mencapai 10-12 mg/dL pada hari ke-5 dan dapat naik
menjadi >15 mg/dL (IDAI, 2011). Bila kuning terlihat pada bagian tubuh
manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan
kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan
memerlukan terapi sinar secepatnya (Khosim, MS. 2004).

Tindakan memberikan terapi sinar (phototherapy) merupakan salah


satu cara untuk menurunkan kadar bilirubin dalam darah (Gomella, T. L.
2009). Pada awalnya terapi sinar dilakukan dengan mempergunakan cara
alami, yaitu dengan sumber dari sinar matahari. Tetapi karena terbatasnya
waktu yang efektif untuk penyinaran, yaitu hanya dapat dilakukan antara
rentang waktu pukul 07.00-09.00 pagi maka terapi ini tidak dapat
dilakukan sepanjang hari (Maulida, L. F. 2013). Untuk mengatasi hal
tersebut maka dipergunakan alat terapi yang bersumber dari cahaya
buatan, yang sering disebut dengan blue light therapy. Alat terapi ini
mempergunakan lampu yang memancarkan spektrum cahaya biru dengan
panjang gelombang berkisar antara 450-490nm (American Academy of
Pediatrics (AAP), 2004). Adapun jarak penyinaran antara bayi dengan
sumber sinar (lampu) saat dilakukan terapi adalah + 30-50 cm (Maulida, L.
F. 2013).

Blue light atau cahaya biru adalah spektrum pada gelombang


elektromagnetikdengan panjang gelombang 400 – 500 nanometer dan
berada dalam spektrum cahaya tampak sehingga dapat dilihat oleh mata
manusia. Sumber cahaya biru terdapat pada matahari, lampu LED (Light
Emitting Diode) dan lampu flourescant(T. W. Leung, 2017.)

Dalam bidang kesehatan sinar biru berfungsi sebagai terapi sinar biru
ini akan mengubah bilirubin menjadi senyawa yang larut dalam air
sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh bayi. Berapa lama bayi menjalani
terapi sinar biru tergantung pada kadar bilirubin, biasanya sekitar 2-4 hari.

16
Bila kadar bilirubin 12-15 mg/dl, terapi dilakukan selama 2-3 hari. Bila
kadarnya mencapai 15-20 mg/dl terapi dilakukan selama 3-4 hari(R. A.
Koestoer,2013).

Umumnya lampu fluorescent bentuk tabung memanjang merupakan


jenis lampu yang dipergunakan untuk blue lighttherapy di puskesmas,
klinik bersalin dan rumah sakit. Selainmenggunakan lampu fluorescent
(TL) maka saat ini peralatan blue light therapy ada pula yang
menggunakan lampu LED (light emitting diode) sebagai sumber
penyinarannya. Lampu LED merupakan lampu jenis semikonduktor yang
dapatmemancarkan cahaya monokromatik. Ditemukannya diode yang
mampu memancarkan cahaya warna biru merupakan langkah awal
penggunaan lampu ini pada bidang kesehatan khususnya fototerapi.

Peralatan blue light therapy yang saat ini dipergunakan pada ruang
Cempaka di rumah sakit Sanglah ada dua jenis, yaitu blue light therapy
dengan lampu fluorescent tabung panjang dan blue light therapy dengan
lampu LED. Blue lighttherapy dengan tube lamp 20W memiliki bentuk
persegipanjang. Sedangkan blue light therapy dengan lampu LED
memiliki bentuk yang lebih kecil dengan dua sisi yang berbeda. Satu sisi
permukaan berbentuk persegi panjang sedangkan sisi yang lain berbentuk
melengkung, tempat terpasangnya 5 buah lampu super LED. Kedua
peralatan bluelight therapy ini memiliki spesifikasi panjang gelombang
yangmemenuhi rentang spektral cahaya yang ditentukan untuk fototerapi,
yaitu berkisar 450-490nm (American Academy of Pediatrics (AAP),
2004).

Efektifitas fototerapi yang selain dipengaruhi oleh panjang


gelombang sinar lampu, juga tergantung pada intensitas cahaya
(irradiance), jarak antara lampu dengan bayi, dan luas area tubuh bayi
yang terpapar sinar lampu (American Academy of Pediatrics (AAP),
2004). Semakin tinggi intensitas sinar dan semakin dekat jarak fototerapi
dengan tubuh bayi maka semakin cepat penurunan kadar bilirubin

17
(Stokowski, L. A. 2006). Luasnya permukaan tubuh neonatus (bayi) yang
terpapar sinar membawa dampak pengobatan lebih baik dibandingkan dari
banyaknya jumlah lampu yang digunakan (Buthani, 2011).

Penggunaan fototerapi sebagai pengobatan untuk bayi kuning telah


aman digunakan selama lebih dari empat puluh tahun. Fototerapi untuk
bayi kuning menggunakan sinar biru. Sinar biru yang digunakan cukup
aman dan tidak memiliki efek yang sama seperti paparan langsung
terhadap sinar UV yang berbahaya.

Fototerapi akan segera dihentikan ketika tingkat bilirubin sudah


dalam batas aman. Lama penggunaan fototerapi untuk bayi kuning
biasanya membutuhkan satu atau dua hari. Fototerapi umumnya sangat
efektif untuk penyakit kuning pada bayi baru lahir dan memiliki sangat
sedikit efek samping.

Fototerapi adalah perawatan untuk menghilangkan bilirubin dalam


darah dengan menggunakan cahaya. Kulit dan darah bayi Anda akan
menyerap gelombang cahaya melalui fototerapi.

Gelombang cahaya ini diserap oleh kulit dan darah bayi Anda dan
menurunkan tingkat bilirubin dalam darah bayi Anda melalui proses yang
disebut foto-oksidasi. Foto-oksidasi yaitu proses menambahkan oksigen ke
bilirubin sehingga mudah larut dalam air. Hal ini memudahkan hati bayi
untuk memecah dan mengeluarkan bilirubin dari darahnya.

a. Jenis fototerapi
Ada dua jenis utama fototerapi.
1) Fototerapi konvensional
Fototerapi di mana bayi kuning diletakkan di bawah lampu
halogen atau fluorescent dengan mata tertutup. Bayi kuning
berada dalam kondisi tersebut dalam 1-2 hari dan hanya memakai
popok saja.

18
2) Fototerapi fibreoptic
Fototerapi di mana bayi kuning berbaring di atas selimut yang
menyatukan kabel-kabel fibreoptic. Cahaya berjalan melalui kabel
fibreoptic dan menyinari punggung bayi kuning.

b. Manfaat fototerapi
Menurut dokter Khalaf Mreihil, seorang dokter anak di Rumah Sakit
Anak dan Remaja Akershus University Hospital (Ahus), mengatakan
bahwa penggunaan fototerapi adalah pengobatan bayi kuning yang
paling efektif.
Selain manfaat yang telah disebutkan, terdapat beberapa manfaat
fototerapi lainnya yang perlu Anda ketahui. Manfaat fototerapi
sebagai upaya pengobatan bayi kuning bisa Anda lihat di bawah ini.
1) Efektif menurunkan kadar bilirubin dalam darah bayi
2) Tidak menghasilkan produk pecahan bilirubin yang beracun
3) Pecahan bilirubin cepat dihilangkan melalui ginjal dan hati
4) Mengurangi risiko kerusakan otak
5) Mudah didiagnosis
6) Mempersingkat waktu
7) Meminimalisir pemisahan bayi dari orang tua
8) Memberi jalan agar ibu bisa tetap memberikan ASI

c. Efek samping fototerapi


Bayi kuning di bawah semua jenis perawatan fototerapi akan memiliki
beberapa efek samping. Akan tetapi, tidak perlu khawatir karena efek
samping fototerapi pada bayi kuning hanyalah sedikit dan bersifat
sementara waktu asalkan fototerapi yang dilakukan secara jangka
pendek.
Berikut ini adalah efek samping fototerapi pada bayi kuning :
1) Penurunan waktu transit usus, dengan tinja yang encer dan
kehijauan
2) Penambahan berat badan yang lambat

19
3) Ruam pada kulit
4) Perubahan warna urin
5) Kulit bayi menjadi memerah, memutih atau kecokelatan

d. Komplikasi Fototerapi Bluelight


1) Dehidrasi, terjadi peningkatan insensible water loss karena
menyerap energi foton
2) Bronze baby syndrome, kulit dan urin berwarna bronze  yang bisa
kembali normal saat fototerapi dihentikan
3) Ruam kulit, karena terjadinya fotosensitasi terhadap sel mast kulit
dengan pelepasan histamin
4) Diare, karena bilirubin indirek menghambat laktase
5) Pemisahan ibu dengan bayi

3. Infant warmer

Bayi baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada
orang dewasa, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu. Pada
30 menit pertama bayi dapat mengalami penurunan suhu 3-40C. Pada
ruangan dengan suhu 20-250C suhu kulit bayi turun sekitar 0,30C per
menit. Penurunan suhu diakibatkan oleh kehilangan panas secara

20
konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi. Kemampuan bayi yang belum
sempurna dalam memproduksi panas maka bayi sangat rentan untuk
mengalami hipotermia. (Hutagaol, Darwin, and Yantri 2014)
WHO mendefinisikan suhu normal pada bayi baru lahir 36,5-37,5
°C, dan gradasi hipotermia termasuk ringan (36-36,5 °C), sedang (32-36 °
C) dan berat (<32 ° C). Bahkan di tempat suhu hangat, bayi baru lahir bisa
mengalami kesulitan mempertahankan panas, terutama karena cairan
amnion menguap dari cairan kulit. Sementara hipotermia membunuh lebih
banyak bayi, efeknya hipotermia juga bisa mematikan. (Products
n.d.,2006)
Infant warmer adalah salah satu alatelektromedik yang digunakan
untuk memberikan kenyamanan dan kehangatan pada bayi yang baru
dilahirkan, dimana bayi tersebut membutuhkan suhu yang sesuai dengan
suhu didalam rahim ibu yaitu antara 34 °C – 37 °C, ini dimaksudkan agar
suhu tubuh bayi dapat disesuaikan dengan lingkungannya, maka alat ini
dibuat agar bayi yang baru lahir dapat merasakan suhu diluar rahim ibu
akan sama dengan suhu yang ada di dalam rahim ibu. Suhu yang
dikondisikan dalam ruang bayi infant warmer tersebut haruslah stabil.

C. SISTEM
1. Kunjungan Neonatal
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika
terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24
jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi baru lahir di fasilitas kesehatan
sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama. Waktu pemeriksaan pertama BBL yaitu setelah lahir saat bayi
stabil (Sebelum 6 jam).
Waktu kunjungan neonatal
1) Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
2) Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
3) Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3) (Kemenkes RI, 2015).

21
D. PROSEDUR
1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini mempunyai arti permulaan kegiatan menyusu
dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Bayi menyusu pada ibunya,
bukan disusui ibunya ketika bayi baru saja lahir, yang dapat diartikan juga
sebagai cara bayi menyusu satu jam perrtama setelah lahir dengan usaha
sendiri bukan disusui. Cara bayi melakukan inisisasi menyusu dini ini
dinamakan “the breast crawl” atau mernagkak mencari payudara
(kemampuan alami yang ajaib).
Saat IMD, pada menit-menit pertama bayi menunjukkan
kemampuan yang menakjubkan. Ketika diletakkan di atas perut ibunya,
perlahan bayi dapat merangkak kea rah putting susu ibu dan menyusui
sendiri. Setiap bayi mempunyai kemampuan untuk menemukan payudara
ibunya dan mengambil minum pertamanya dengan kemampuannya sendiri.
Bau air ketuban yang masih menempel di tangan bayi sama dengan
bau cASI. Bau inilah yang membimbing bayi merangkak, menghentakkan
kepala ke dada ibu, sampai akhirnya menemukan payudara, menjilat
putting susu ibu, kemudian membuka mulutnya lebar-lebar dan mulai
menyusu. Pada saat inilah bayi mendapatkan kolostrum, yaitu cairan ASI
pertama yang keluar dari payudara ibu.
Ibu di ruang bersalin yang melahirkan secara normal hendaknya
diberi penjelasan menerapkan IMD, dan petugas kesehatan menawarkan
bantuan dalam menyusui.
Inisiasi menyusu dini dapat memunculkan reflex bayi untuk
menyusu dan berperan penting dalam menyusui ASI eksklusif. Bayi tidak
akan kedinginan, karena bila bayi kedinginan, suhu dada ibu akan
meningkat hangat sampai 2 derajat, dan bila bayi kepanasan, secara
otomatis suhu dada ibu menurun sampai 1 derajat. IMD memberikan
motivasi yang sangat besar dan mengurangi kesulitan ibu untuk menyusui.
IMD juga berlaku untuk bayi yang lahir dengan tindakan, misalnya dengan
cara Caesar atau vakum ekstraksi.

22
a. Manfaat IMD
Beberapa penelitian membuktikan manfaat IMD:
1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan
menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat
menyusui menurunkan risiko kematian karena hipotermia.
2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernapasan
dan detaka jantung bai lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan
lebih jarang rewl sehingga mengurangu pemakaian energy.
3) Bayi memperoleh bakteri yang tidak berbahaya (bakteri baik) dari
ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit
bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4) Bayi mendapatkan kolostrum yaitu cairan berharga yang kaya
antibody dan factor pertumbuhan seel usus. Usus bayi ketika
dilahirkan masih mudah dilalui oleh kuman dan antigen lainnya.
ASI merupakan makanan separuh cerna sehingga mudah dicerna
dan diserap oleh usus.
5) Antibody dalam ASI pentning untuk ketahanan terhadap infeksi,
sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi. Bayi
memperoleh ASI yang tidak menyebabkan alergi. Makanan lain
selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia,
yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
6) Bayi yang menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI
eksklusif dan memperrtahankan menyusu setelah 6 bulan.
7) Sentuhan, kuluman, dan jilatan bayi pada puting ibu akan
merangsang keluarnya hormone oksitosin. Hormone ini penting
karena perannya dalam:
a) Mengurangi perdarahan pascapersalinan dan mempercepat
pengecilan uterus.
b) Merupakan hormone yang membuat ibu menjadi tenang,
relaks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit (karena

23
hormone meningkatkan ambang nyeri), dan menimbulkan
rasa bahagia.
c) Mengontraksikan otot-otot di sekitar kelenjar ASI sehingga
ASI dapat terpancar keluar.
8) Pada menit-menit ketika bayi merayap di perut dan dada ibunya,
bayi mulai mengecap-ngecapkan bibir dan menjilat permukaan
kulit ibunya, sebelum akhirnya berhasil mengecap area putting
dan areola. Mengecap dan menjilati permukaan kulit ibu sebelum
mulai mengisap putting adalah cara alami bayi mengumpulkan
bakteri-bakteri baik yang ia perlukan untuk membangun system
kekebalan tubuh layaknya suatu imunisasi alami.
9) Memelihara kemampuan mempertahankan diri.
Manfaat lain IMD membantu spesies manusia menjaga
kemampuan survival alaminya. Jika kita tidak memberi
kesempatan pada bayi baru lahir untuk melakukan IMD, maka
kita sebenarnya sedang menghilangkan kemampuan survival
alami pada satu generasi spesies manusi. Alam tetapi, bayi-bayi
itu tidak pernah mendapatkan kesempatan menguji kemampuan
survival untuk menemukan sendiri sumber kehidupan mereka,
yaitu air susu ibu.

b. Langkah-langkah IMD
1) Tahap 1
Taha pertama disebut istirahat siaga (rest/quite alert stage). Dalam
waktu 30 menit biasanya bayi hanya terdiam. Akan tetapi jangan
menganggap proses menyusu dini gagal bila setelah 30 menit
sang bayi tetap diam. Bayi jangan diambil. Paling tidak 1 jam
melekat.

24
2) Tahap 2
Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan
gerakan mengisap pada mulutnya. Pada menit ke 30 sam pai 40
ini bayi memasukkan tangannta ke mulut.
3) Tahap 3
Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air liur. Namun, air liur yang
menetes dari mulut bayi itu jangan dibersihkan. Bau inilah yang
dicium bayi. Bayi juga mencium bau air ketuban di tangannya
yang baunya sama dengan bau putting susu ibunya. Jadi bayi
mencari baunya.
4) Tahap 4
Tahap keempat, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya. Kaki
mungilnya menghentak untuk membantu tubuhnya mermanuver
mencari putting susu. Khusus tahap keempat, ibu juga merasakan
manfaatnya. Hentakan bayi di perut bagian Rahim membantu
proses persalinan selesai, hentakan itu membantu ibu
mengeluarkan ari-ari.
5) Tahap 5
Pada tahap kelima, bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri yang
masuk lewat mulut akan menjadi bakteri baik di pencernaan bayi.
Jadi biarkan melakukan kegiatan itu.
6) Tahap 6
Tahap terakhir adalah saat bayi menemukan putting susu ibunya.
Bayi akan menyusu untuk pertama kalinya. Proses sampai bias
mneyusu bervariasi, ada yang sampai 1 jam.

2. Metode kanguru
Kehangatan tubuh ibu ternyata merupakan sumber panas yang
efektif untuk bayi yang lahir cukup bulan maupun BBLR. Hal ini terjadi
bila terdapat kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi. Prinsip ini
dikenal sebagai skin to skin contact atau metode kanguru (MK). Metode

25
kanguru diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dua orang ahli
neonatologi dari Bogota, Colombia Amerika Selatan pada tahun
1983Metode ini merupakan cara sederhana yang bermanfaat untuk
meningkatkan kelangsungan hidup bayi baik sesaat maupun jangka lama,
terutama BBLR dengan berat 1200–2000 g (Rulina Suradi, 2000).
Dengan ditemukannya metode kanguru telah terjadi revolusi
perawatan BBLR/ bayi kurang bulan (BKB). Metode ini bermanfaat bagi
bayi prematur untuk membantu memulihkan akibat dari prema-turitasnya
dan menolong orangtua agar lebih percaya diri serta dapat berperan aktif
dalam merawat bayinya.Metode kanguru berperan dalam perawatan bayi
baru lahir secara manusiawi dan meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi
(Rulina Suradi, 2000).

b. Keuntungan metode kanguru:


Metode Kanguru adalah suatu metode perawatan BBLR yang
diilhami oleh cara seekor kanguru merawat anaknya yang selalu lahir
prematur. Bayi dalam posisi tegak (upright) atau prone (bila ibu
berbaring), hanya memakai popok dan penutup kepala, didekap di
antara kedua payudara ibu, bersentuhan kulit dengan kulit, dada
dengan dada secara berkesinambungan.
Berbagai penelitian mengenai metode kanguru telah dilakukan
baik di negara berkembang maupun negara maju, dan didapatkan
beberapa keuntungan meng-gunakan metode kanguru dibandingkan
perawatan bayi secara tradisional (menggunakan inkubator).
Meskipun demikian metode kanguru tidak dapat menggantikan namun
dapat melengkapi, cara-cara mutakhir untuk memperbaiki pernapasan,
namun sangat bermanfaat untuk membantu tercapai-nya stabilisasi
pernapasan tersebut. Berikut ini akan diuraikan beberapa keuntungan
menggunakan metode kanguru (Rulina Suradi, 2000):

26
1) Peningkatan hubungan emosi ibu-bayi
Hubungan emosional ibu dengan bayi dimulai sejak
kehamilan. Ikatan emosional yang disebut attachment atau
bonding ini merupakan suatu proses hubungan bayi dengan
orangtuanya. Kebutuhan bayi terhadap orangtua bersifat absolut,
tetapi kebutuhan orangtua terhadap bayi bersifat relatif. Neonatus
secara total sangat tergantung secara fisik dan emosional kepada
yang merawatnya.Bayi dengan kontak yang dini dengan ibunya,
lebih sedikit menangis, lebih sering tersenyum, dan lebih banyak
memanfaatkan ASI daripada bayi yang kontak dengan ibunya
terlambat atau tidak adekuat.
Tessier dkk melaporkan bahwa ibu-ibu yang menggunakan
metode kanguru merasa lebih percaya diri dalam merawat
bayinya dibanding kelompok kontrol, dan apabila bayinya
bermasalah sehingga perlu dirawat lebih lama di rumah sakit,
perasaan khawatir akan keadaan anaknya lebih besar daripada
kelompok kontrol.Di samping itu metode kanguru juga
meningkatkan rasa kedekatan ibu dengan bayinya,mengurangi
perasaan stres pada ibu sebagaimana pada bayi, serta membuat
ibu dan bayi lebih tenang dan rileks.Semakin dini metode kanguru
diterapkan hasilnya akan semakin baik.
Di Colombia, ibu dari bayi yang lahir prematur sering
menolak kehadiran bayinya karena dianggap tidak akan bertahan
hidup. Akibatnya banyak BKB yang mati karena kurang
diperhatikan dan terjadi sindrom gagal tumbuh. Dengan
diterapkannya metode kanguru penolakan terhadap BKB menjadi
berkurang dan sebaliknya ikatan emosi ibu-bayi meningkat.

2) Stabilisasi suhu tubuh


Terdapat beberapa cara untuk menjaga suhu tubuh bayi
tetap hangat yaitu dengan metode kanguru, ruangan hangat, botol
yang dihangatkan, radiantwarmer, tempat tidur berisi air yang

27
dihangatkan, daninkubator. Ditinjau dari segi efektivitas,
keamanan dan higiene metode kanguru sama dengan inkubator
tipe 3 yang paling canggih, namun dari segi biaya berbeda jauh.
Metode kanguru tanpa biaya, kecuali cinta kasih orangtuanya.
Suatu fenomena menarik tentang pengaturan suhu tubuh ibu
yang menggunakan metode kanguru ditemukan oleh Ludington–
Hoe, dkk. Didapatkan bahwa suhu ibu akan meningkat bila bayi
mulai ‘dingin’ dan bila bayi telah ‘hangat’ maka suhu ibu
menurun kembali. Hal ini tanpa disadari oleh ibu tersebut.
Mereka menyebut fenomena ini sebagai maternal-neonatal
thermal synchrony.
Christenson K dkk. melakukan penelitian terhadap 80 bayi
yang berisiko rendah terhadap hipotermia di RS Pendidikan di
Lusaka, Zambia. Secara acak bayi-bayi tersebut dibagi menjadi
dua kelompok, kelompok I mendapat perawatan metode kanguru
(skin-to-skin / STS) dibandingkan dengan kelompok II yang
dirawat di inkubator dengan suhu 35ºC; kemudian suhu rektal
diukur secara berkala. Hasilnya pada menit ke-240 didapatkan
bahwa 90% bayi kelompok I (metode kanguru) mencapai suhu
normal (36,5ºC), sedangkan pada kelompok II (inkubator) hanya
60%.
Pada metode kanguru tidak terjadi proses kehilang-an panas
baik melalui radiasi, konveksi, evaporasi, maupun konduksi;
sedangkan dengan inkubator masih dapat terjadi proses
kehilangan panas melalui radiasi yang dapat mencapai >50%.10
Penggunaan inkubator di negara berkembang memerlukan
perhatian khusus terutama terhadap ketersediaan sumber listrik
yang memadai, tenaga terlatih untuk supervisi, pemeliharaan, dan
perbaikan alat, sterilisasi inkubator, dan jumlah inkubator.
Seringkali dijumpai satu inkubator digunakan untuk lebih dari

28
satu bayi karena jumlahnya terbatas, hal ini meningkatkan risiko
terjadinya infeksi nosokomial.

3) Stabilisasi laju denyut jantung dan pernapasan


Ludington-Hoe dkk. dalam penelitiannya meng-gunakan
alat monitor kontinyu, menemukan bahwa selama perawatan
menggunakan metode kanguru laju denyut jantung bayi relatif
stabil dan konstan sekitar 140-160 kali per menit. Ketika bayi
tidur saat perawatan metode kanguru, denyut jantung menjadi
teratur.
Penelitian lain dengan menggunakan pneumo-kardiogram,
melakukan pengamatan terhadap pola respirasi dan denyut
jantung sepanjang tiga interval di antara empat waktu penyusuan.
Pada interval ke-1 bayi dirawat dalam boks, pada interval ke-2
dengan metode kanguru, dan pada interval ke-3 dalam boks
kembali. Pencatatan dilakukan setelah satu jam
penyusuan.Didapatkan bahwa laju napas dan denyut jantung
selama metode kanguru lebih stabil dibanding perawatan dalam
boks sebelum dan sesudah metode kanguru.
Mengenai pola pernapasan, Ludington-Hoe melaporkan
bahwa selama metode kanguru frekuensi pernapasan bayi menjadi
lebih dalam, kejadian apneu berkurang empat kali lipat, lama
episode apneu, dan periodic breathing menjadi lebih singkat.

4) Pengaruh terhadap berat badan dan pertumbuhan


Pertumbuhan secara keseluruhan bukan hanya berat badan,
dapat meningkat selama perawatan dengan metode kanguru. Hal
ini terjadi karena bayi dalam keadaan rileks, beristirahat dengan
posisi yang menyenangkan, mirip dengan posisi dalam rahim,
sehingga kegelisahan bayi berkurang dan tidur lebih lama.28 Pada
keadaan demikian konsumsi oksigen dan kalori berada pada
tingkat paling rendah, sehingga kalori yang ada digunakan untuk

29
menaikkan berat badan. Selain itu peningkatan berat badan juga
disebabkan oleh produksi ASI yang meningkat dan frekuensi
menyusu yang lebih sering.

5) Pengaruh terhadap tingkah laku bayi


Apabila kita mengetuk inkubator bayi maka reaksi yang
ditunjukkan oleh bayi kurang bulan adalah sebagai berikut:
frekuensi jantung meningkat, pernapasan menjadi lebih cepat,
warna kulit berubah dari merah menjadi kebiruan, bayi
menggerakkan semua anggota tubuhnya, kepalanya dipalingkan,
mukanya me-nyeringai, dan dagunya diangkat. Respons tersebut
dapat berlangsung selama dua menit.Hal tersebut disebabkan pada
bayi kurang bulan sistem saraf pusatnya belum matang sehingga
kurang mampu menyeleksi atau mengurangi pengaruh lingkungan
yang membuatnya bingung. Respons tersebut akan menghabiskan
oksigen dan kalori yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
Pada bayi yang dirawat dengan metode kanguru, respons
seperti di atas tidak terjadi. Apabila kita mengetuk punggung bayi
perlahan-lahan atau membuat keributan di dekatnya, reaksi bayi
hanya berupa kerutan wajah serta pergerakan jari tangan dan kaki
yang berlangsung singkat. Selanjutnya bayi melanjutkan tidurnya
dengan tenang tanpa terbangun. Bahkan di Colombia bayi dengan
metode kangurutidak semuanya menangis saat diambil
darahnya.Anderson dkk. meneliti kadar kortisol saliva padabayi
yang dipisahkan dari ibunya dibandingkan dengan yang dirawat
sendiri oleh ibunya. Secara teoritis kadar kortisol akan meningkat
pada saat stres. Dilaporkan bahwa kadar kortisol saliva meningkat
bermakna pada bayi yang dirawat terpisah dari ibunya.
Pada perawatan metode kanguru bayi tidur dua kali lebih
sering, serta lebih lama dan dalam. Hal ini penting agar bayi dapat
‘waspada’ (alert), sehingga bayi dapat melakukan kontak mata
dengan ibunya dan memper-kuat ikatan ibu-bayi. Masa ‘waspada’

30
bayi berlangsung lebih lama saat perawatan metode kanguru
daripada bayi yang dirawat terpisah dari ibu.
Bayi yang dirawat di inkubator bisa menangis selama 2-3
menit sampai seseorang datang untuk merawatnya. Dengan
metode kanguru jumlah tangisan dalam satu episode menurun
bermakna bahkan banyak bayi yang tidak menangis sama sekali,
atau jika menangis biasanya berlangsung selama satu menit.
Tangisan yang terjadi selama metode kanguru biasanya terjadi
pada saat bayi sedang lapar dan dapat segera diketahui oleh ibu
dengan memberikan ASI.

6) Peningkatan produksi air susu ibu


Air Susu Ibu pada kelompok metode kanguru jumlahnya
lebih banyak secara bermakna dibanding kelompok
kontrol.Peningkatan produksi ASI dapat terjadi dengan
menguatnya ikatan emosi ibu-bayi sehingga terjadi letdown
refleks yang penting bagi pengeluaran ASI. Di samping itu, stres
yang biasa terjadi pada ibu-ibu yang bayinya dirawat di rumah
sakit akan berkurang bila ibu diberi kesempatan mendekap
bayinya dalam metode kanguru,hal ini berpengaruh positif
terhadap produksi ASI.

7) Pengaruh terhadap kejadian infeksi


Tidak satu pun laporan tentang penggunaan metode kanguru
yang menyatakan adanya peningkatan kejadian sepsis. Sloan dkk.
bahkan melaporkan bahwa pada perawatan dengan inkubator
lebih sering terjadi infeksi berat dibanding perawatan dengan
metode kanguru. Hal ini tampaknya disebabkan flora normal kulit
ibu lebih ‘aman’ bagi bayi prematur yang mendapat ASI
dibandingkan organisme yang resisten terhadap antibiotik yang
terdapat di rumah sakit.

8) Berkurangnya hari rawat di Rumah Sakit

31
Dengan diterapkannya metode kanguru hari rawat di rumah
sakit menjadi jauh berkurang, meskipun jumlah kunjungan untuk
kontrol meningkat. Hal ini menyebabkan penghematan biaya
perawatan, ber-kurangnya beban perawat di rumah sakit serta
menurunnya kejadian infeksi nosokomial (Rulina Suradi, 2000).

c. Beberapa Kendala dan Upaya Penanggulangannya


Faktor budaya, tingkat pengetahuan dan kebijakan pemerintah
dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan metode kanguru di
masyarakat. Di negara dengan penggunaan ASI tidak populer maka
metode kanguru akan sulit berkembang.Salah satu rahasia
keberhasilan penerapan metode kanguru di Colombia adalah karena
penggunaan ASI sudah merata di seluruh daerah.
Kebijakan pemerintah dalam menyebarluaskan informasi
mengenai berbagai manfaat metode kanguru juga akan membantu
penerapan metode ini di masyarakat. Di beberapa negara, media cetak
dan elektronik turut berperan dalam men - sosialisasikan metode ini
kepada masyarakat. Demikian pula di Indonesia, penyebarluasan
informasi secara terus menerus akan mampu mempopulerkan metode
ini (Rulina Suradi, 2000).

d. Tatalaksana yang Dianjurkan


Kriteria untuk mengikuti program perawatan bayi dengan
metode kanguru antara lain ditetapkan oleh ISS world laboratory
kangaroo mother program yaituberat badan2000 g, tidak ada masalah
patologis yang menyertai, refleks isap baik, koordinasi refleks isap
dan menelan baik, perkembangan selama dalam inkubator baik,
mempunyai orangtua yang me-nyetujui peraturan metode kanguru dan
mematuhi jadual pertemuan, memiliki catatan medik yang lengkap
serta memperoleh informed consent dari orangtua.29 Dalam
pelaksanaannya perlu diperhati-kan persiapan untuk ibu, bayi, posisi
bayi, observasi bayi, cara pemberian ASI, serta kebersihan ibu dan

32
bayi. Ilustrasi metode kanguru dapat dilihat pada gambar berikut ini
(Rulina Suradi, 2000) :

3. Asi

eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif
adalah bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti
formula, jeruk, madu, air the, air putih dan tanpa pemberian tambahan
makanan padat seperti pisang, papaya, bubuk susu, biscuit, bubur nasi, dan
tim.
WHO merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
kehidupan. Pada usia 6 bulan, bayi diperkenalkan makanan padat seperti
buah-buahan dan sayuran yang dihaluskna untuk melengkapi ASI sampai
anak berusia 2 tahun. Selain itu:
a. Menyusui harus dimulai segera dalam 1 jam setelah melahirkan.
b. Menyusui harus “on deand” sesering yang diinginkan bayi siang dan
malam.
c. Menghindari botol atau dot.
ASI eksklusif berperan penting untuk bayi bagi masa depannya.
ASI ini sangat banyak manfaatnya baik untuk bayi, ibu, keluarga, Negara
bahkan dunia.

a. Manfaat ASI dan Menyusui

33
Pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan
hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai
dengan usia 6 bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya (PP-ASI). Selain itu, menyusui adalah suatu proses
pemberian makanan berupa air susu dari ibu kepada bayi.
Dampak yang terjadi jika bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif
yaitu bayi yang tidak mendapatkan ASI atau mendapatkan ASI tidak
eksklusif memiliki resiko kematian karena diare 3,94 kalai lebih besar
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa bayi yang diberikan
susu formula lebih sering mengalami diare dibandingkan dengan bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif (Khrist Gafriela Josefa & Ani
Margawati, 2011 & Citra Puspitaningrum, 2006). Di Amerika, tingkat
kematian bayi pada bulan pertama berkurang sebesar 21% pada bayi
yang disusui. Bayi yang tidak memperoleh kekebalan tubuh dan tidak
mendapatkan makanan yang bergizi tinggi serta berkualitas dapat
menyebabkan bayi mudah mengalami sakit yang mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasannya terhambat (Mursyida
A. wadud, 2013)
1) Manfaat ASi bagi ibu:
a) Wanita yang menyusui akan mengalami peningkatan kadar
hormone oksitosin dalam tubuhnya. Hormone ini akan
membantu untuk merangsang kontraksi Rahim sehingga
dapat menurunkan resiko perdarahan selama masa
postpartum. Ibu bersalin akan pulih lebih cepat dan lebih
sedikit mengalami kehilangan darah pada saat persalinan.
b) Walaupun tidak selalu, ASI eksklusif membantu menunda
proses mentruasi dan ovulasi selama kira-kira 20 sampai 30
minggu atau lebih. Hal ini dapat dijadikan sebagai metode
kontrasepsi alami, tentunya dengan frekuensi menyusui dan

34
jumlah ASI yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku (on
demand).
c) Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi.
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibuu karena
menyusui akan merasakan kasih saying ibunya. Ia juga akan
merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat
mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenal sejak
dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah
yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual
yang baik.
d) Menyusui menurunkan risiko untuk mengalami kanker
ovarium dan kanker payudara pramenopouse, serta penyakit
jantung pada ibu. Hasil penelitian (The Lancet Medical
Journal, Juli 2002) menemukan bahwa risiko kanker
payudara turun 4,3% pada ibu yang menyusui. Menyusui
juga dapat menurunkan risiko osteoporosis di kemudian hari.
Manfaat ini akan meningkat seiring lamanya menyusui.
e) Wanita menyusui yang tidak memiliki riwayat diabetes
gestasional akan memiliki kemungkinan lebih kecil untuk
mengalami diabetes tipe 2 di kemudian hari.
2) Manfaat menyusui bagi bayi:
a) System kekebalan tubuh bayi belum sepenuhnya sempurna
sampai sekitar usia 2 tahun. ASI mengandung banyak sel-sel
darah putih yang ditransfer dari ibu ke bayi, yang dapat
bekerja untuk melawan infeksi virus, bakteri dan parasite
usus.
b) ASI mengandung factor yang dapat meningkatkan respon
imun terhadap inokulasi bakteri polio, tetanus, difteri, dan
influenza.

35
c) Menyusui dapat mengurangi mengurangi kejadian beberapa
infeksi termasuk infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga,
bakteri meningitis, pneumonia, infeksi saluran kemih dan
sangat membantu dalam mengurangi kejadian diare pada
bayi.
d) Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang disusui
memiliki risiko rendah untuk mengalami sindrom kematian
mendadak (SIDS)
e) Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko diabetes
tipe 1 (diabetes mellitus tergantung insulin) untuk anak-anak
dengan riwayat keluarga diabetes, dan dapat mengurangi
timbulnya diabetes tipe 2 di kemudian hari.
f) Pemberian ASI dapat mengurangi risiko obesitas obesitas,
tekanan darah tinggi, dan menurunkan peningkatan kadar
kolesterol tinggi di kemudian hari.
g) ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian asma dan
eksim, terutama pada keluarga yang berisiko tinggi
mengalami alergi
h) Menyusui dan memberikan ASI merupakan salah satu
perlindungan bagi bayi premature.
i) Pemberian ASI eksklusif mendorong untuk menningkatkan
kecerdasan melalui pertumbuhan otak yang optimal. Hal ini
terjadi karena ASI mengandung nutrient khusus yang
diperlukan otak bayi untuk tumbuh secara cepat dan optimal.
Hal ini terjadi karena ASI mengandung nutrient khusus
tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat dalam susu
sapi, seperti taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang
(AA, DHA, omega-3, dan omega-6). Memperhatikan hal
tersebut, dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak bayi
yang diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal
dengan kualitas optimeal pula.

36
j) Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa ASI dapat membantu pematangan otak. Dibandingkan
dengan bayi premature yang mengonsumsi susu formula,
bayi premature yang mengonsumsi ASI menunjukkan skor
IQ yang lebih tinggi di kemudian hari.
4. Baby massage

a. Pengertian
Pijat adalah teknik yang menyentuh dan menekan bagian tubuh utnuk
mempengaruhi syaraf dan otak agar mengendur sehingga dapat
bekerja dengan optimal sesuai dengan fungsinya.
Pijat bayi adalah terapi tertua untuk sentuhan yang dikenal manusia,
yang juga merupakan seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang
dipraktikkan sejak dahulu kala dimana sentuhan adlaah indra pertama
ketika bayi memberrikan reaksi.
Pemijatan sangat bermanfaat untuk memperrlancar peredaran darah,
meningkatkan rasa percaya diri terhadap orangtua, menguranngi
dpresi dan ketegangan, menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan
dan yang terpenting mempererat ikatan kasih saying antar orangtua
dan buah hatinya.
Pijat bayi adalah melakukan penekanan pada bagian tubuh untuk
melemaskan otot sehingga peredaran darah lancer yang dilakukan
pada seluruh permukaan tubuh bayi. Seni pijat adalah terapi sentuhan
kuit dengan menggunakan tangan. Pijat meliputi manipulasi terhadap
jaringan atau organ tubuh dengan tujuan pengobatan serta istilah yang
digunakan untuk menggambarkan gerakan manipulsai tertentu dari
jaringan lunak tubuh.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pijat bayi
adalah suatu terapi sentuhan pada seluruh bagian tubuh bayi untuk
melemaskan otot sehingga peredaran darah pada tubuh menjadi
lancer.

37
b. Manfaat pijat bayi
Manfaat pijat bayi (parenting, 2015) adalah sebagai berikut:
1) Pijat memberi sentuhan yang menenangkan, serta mengingatkan
bayi akan rasa nyaman selama berada dalam kandungan ibu.
2) Membuatnya lebih jarang sakit, tidur lebih nyenyak, dan makan
lebih baik. Juga, pencernaan bayi akan lebih lancer.
3) Mempererat kelekatan (bounding) antara anak dan orangtua, serta
membuat bayi merasa nyaman.
4) Memperlancar peredaran darah serta membuat kulit bayi terlihat
lebih sehat. Bayi yang sering dipijat jarang mengalami kolik,
sembelit dan diare.
5) Membuat otot-otot bayi lebih kuat, dan koordinasi tubuhnya lebih
baik.
6) System kekebalan tubuh bayi akan lebih kuat, serta membuatnya
lebih tahan terhadap infeksi dan berbagai masalah kesehatan lain.
7) Bayi yang sering dipijat tumbuh menjadi anak yang lebih riang
dan bahagia. Selain itu, ia jarang reweldan tantrum. Secara
umum, anak-anak ini jarang mengalami masalah psikologis dan
emosional.

c. Petunjuk praktis pijat bayi


1) Kapan pijat bayi dimulai
Pijat bayi yang dilakukan segera setelah bayi lahir dengan
berbagai manfaat yang dapat diperoleh jika bayi diberikan pijatan
lebih awal. Bayi dapat mulai dipijat sejak umur 1 bulan-1 tahun.
2) Waktu pemijatan
Pemijatan dapat dilakukan pada waktu berikut:
a) Pada hari sebelum mandi, ibu dapat melakukan pijatan
dengan lembut
b) Malam hari, sebelum tidur, agar setelah dilakukan pemijatan
bayi dapat tidur lebih nyenyak.
c) 1-2 jam setelah makan/minum susu

38
3) Persiapan sebelum memijat
Sebelum melakukan pemijatan pastikan persiapan sebagai
berikut:
a) Tangan harus bersih dan hangat
b) Lepaskan semua perhiasan agar bayi tidak terkena goresan
akibat perhiasan dan kuku
c) Ruangan harus hangat dan tidak pengap
d) Bayi sudah selesai makan dan tidak dalam keadaan lapar
e) Menyediakan waktu khhusus yang tidak diganggu oleh hal
lain minimum 15 menit guna melakukan semua tahapan
pemijatan
f) Duduk dengan posisi yang nyaman dan tenang
g) Baringkan bayi diatas kasur lembut dengan di atasnya
diberikan kain yang lembut dan bersih
h) Siapkan handuk, popok, baju ganti dan minyak atau baby
oil/lotion.
i) Mintalah izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan
dengan cara membelai wajah dankepala bayi sambil
mengajaknya bicara.
Selama pemijatan sebaiknya dilakukan hal berikut:
a) Pandanglah bayi disertai pancaran kasih saying dan ajak
berbicara selama pemijatan berlangsung
b) Bernyanyilah dan putarkan lagu-lagu yang tenang/lembut
untuk menciptakan suasana tenang selama pemijatan
c) Lakukan pemijatan dengans entuhan ringan, kemudian secara
bertahap tambahkan sedikit tekanan pada sentuhan tersebut,
terutama bila sudah yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan
pijatan yang sedang dilakukan.

39
d) Tanggap terhadap isyarat yang diberikan bayi. Jika bayi
menangiis, coba untuk menenangkan terlebih dahulu sebelum
mealnjutkan pijatan. Bila bayi menangis lebih keras, hentika
pemijatan, gendong bayi, dekap bayi bias dengan disusui atau
bayi sudah mengantuk dan ingn tidur.
e) Mandikan bayi segera setelah pemijatan agar bayi merasa
segar dan bersih setelah terlumuri minyak atau baby oil.
f) Lakukan konsultasi pada dokter atau oerawat untuk
mendapatkan keterangan lebih lanjut mengenai pemijatan
bayi.
g) Hindarkan mata bayi dari percikan atau lelehan minyak atau
baby oil.
4) Peralatan yang digunakan dalam memijat
a) Minyak pijat
Terdapat beberapa jenis minyak yang dpat digunakan dalam
kegiatan memijat bayi diantaranya minyak kelapa, baby oil,
minyak zaitun atau minyak almond, safflower oil dan
grepeseedd oil.
b) Alas pijat
Untuk memijat, gunakan alas yang bersih dengan permukaan
rata. Bias menggunakan matras bayi yang dilapisi perlak dan
alas pijat dengan handuk lembut agar bayi nya,an saat dipijat.
c) Handuk
Handuk digunakan sebagai alas memijat atau diletakkan di
dada bayi agar bayi saat dipijat tidak merasa kedinginan
d) Music
Bunyikan music saat dilakukan pemijatan. Karena dengan
mendengarkan music, perasaan akan menjadi rileks,
ketenangan adalah manfaat yang pasti didapatkan lewat terapi
music. Tubuh akan mengalami relaksasi yang sempurna
karena dalam kondisi yang tenang, seluruh sel dalam tubuh

40
akan mengalami reproduksi, sehingga penyembuhan alami
pun akan berlangsung, produksi hormone tubuh
diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran. Music
adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menstimulasi tumbuh kembang pada bayi.
e) Aromaterapi
Agar berkembang dengan baik, indera penciuman bayi harus
diberi stimulasi. Stimulasi diberrikan dengan cara
memperkenalkan berbagai jenis aroma pada bayi. Hindari
mengenalkan aroma yang berbau tajam, dan gunakan dengan
secukupnya. Aromaterapi merupakan terapi alternative
menggunakan minyak esensial wangi yang dirancang untuk
memberikan manfaat fisik dan mental. Pada bayi,
aromaterapi dapat membantu agar bayi lebih tenang, tidur
lebih lelap, dan tidak rewel atau gelisah. Beberapa minyak
esensial lembut yang sering digunakan untuk bayi antara lain:
geranium, lavender, mawar, roman chamomile, lemon,
grapefruit, dan jeruk mandarin.
f) Mainan
Saat dilakukan pemijatan pada bayi, jangan llupa berikan
mainan untuk merangsang stimulasi indranya. Gunakan
mainan dengan warna-warna cerah untuk merangsang indra
visualnya.
5) Tindakan yang tidak dianjurkan dalam pijat bayi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan,
tindakan yang tidak dianjurkan dalam pemijatan antara lain:
a) Jangan memijat bayi langsung setelah bayi makan
b) Jangan membangunkan bayi khusus untuk pemijatan
c) Jangan memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak
sehat
d) Jangan memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat

41
e) Jangan memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi

6) Teknik memijat bayi


Cara pemijatan untuk berbagai kelompok umur
a) Bayi umur 0-1 bulan
Untuk bayi umur 0-1 bulan, berikan gerakan pemijatan
dengan lebih mendekat sentuhan secara halus. Perlu diingat
bahwa sebelum tali pusat bayi lepas, sebaiknya tidak
dilakukan pemijatan di daerah perrut.
b) Bayi umur 1-3 bulan
Untuk bayi umur 1-3 bulan berikan gerakan pemijatan secara
halus namun disertai tekanan ringan dalm waktu yang lebih
singkat.
c) Bayi umur 3 bulan – 3 tahun
Untuk bayi umur 3 bulan – 3 tahun, berikan gerakan
pemijatan yang dilakukan dengan tekanan dan waktu yang
makin meningkat. Total waktu pemijatan disarankan sekitar
15 menit. (LKP HLI, 2019)

42
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapan teknologi tepat guna merupakan jembatan antara teknologi
tradisional dan teknologi maju, oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan
ekonomi juga merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam
mengelola TTG. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah
menerapkan metode hemat sumber daya, mudah dirawat dan berdampak
polutitf minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama yang pada
umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.

B. Saran
Diharapkan bidan mampu memberikan pelayanan kesehatan pada bayi dan
balita dengan memanfaatkan terapan teknologi tepat guna, dengan efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

43
DAFTAR PUSTAKA

AlvienYuliant, Anacostiana Kowanda, Nur Sultan Salahuddin.2015. Rancang


Aplikasi Pemantau Suhu Dan Kelembapan Pada Inkubator Bayi Berbasis
Internet. Yogyakarta: Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
(SANTI) 2015.

American Academy of Pediatrics (AAP), Subcommitte on Hyperbilirubinemia. 2004.


Management of Hyperbilirubinemia in theNewborn Infant 35 or More Weeks
of Gestation. Pediatrics. 114 : 297-316.

Azis alimul hidayat, A. 2009. Asuhan neonatur, bayi dan balita: buku praktikum
mahasiswa kebidanan. Jakarta: EGC

Buthani, VK. MD. and The Committee on Fetus and Newborn. 2011. Phototherapy
to Prevent Severe Neonatal Hyperbilirubinemia in the Newborn Infant 35 or
More Weeks of Gestation. Pediatrics. 128 :1046-1052.

C.O.P.I.T.NEWBORN,“Final_Report_of_the_Committee_on_Phototh.pdf,” Natl.
Acad. Sci., vol. 74-7911-, pp. 1–41, 1974.

Darmayanto, Catur., & Iskandarianto, Fitra. 2011.“AOptimization of Air Humidity In


Tube Baby.Incubator Through Integration And Humidity Control
tempratur”.Surabaya : Sepuluh November Technology Institute.

Gomella, T. L. 2009. Hyperbilirubinemia Indirect (Unconjugated


Hyperbilirubinemia) : Management, Procedures, on-call, Disease and Drug.
Seventh edition. Lange Medical Books

Hutagaol,H.S., Darwin, E. dan Yantri, E. 2014. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini


(IMD) Terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. Jurnal
Kesehatan Andalas. No.3:32-338.

IDAI, 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Edisi II.
Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Khosim, MS. 2004. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk
Dokter, Bidan, dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta : IDAI

Kemenkes RI. 2015. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.

44
LKP HLI. 2019. Pelatihan Kompetensi Baby, Kids, Mom Spa And Treatment.

Maulida, L. F. 2013. Ikterus Neonatorum. PROFESI. Volume 10 / September 2013


-Februari 2014

R. A. Koestoer. 2013. “Fototerapi untuk Bayi Kuning”.Available:


https://koestoer.wordpress.com/pengabdian-masyarakat/fototerapi-untuk-bayi-
kuning/. Diunduh Tanggal : 01-Jan-2017.

Ruby Hazrat. H, P. 2014. The Warning System of baby’s Incubator via SMS. Tesis.
Depok : Teknik Elektro Universitas Gunadarma.

Rulina Suradi, Piprim B Yanuarso.Metode Kanguru Sebagai Pengganti Inkubator


Untuk Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 1, Juni 2000.

Saifuddin, A. B. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Stokowski, L. A. 2006. Fundamentals of Phototherapy for NeonatalJaundice.


Advancesin Neonatal Care, 11 (5S): S10-S21.

T. W. Leung, R. W. H. Li, and C. S. Kee, “Blue-light filtering spectacle lenses:


Optical and clinical performances,” PLoS One, vol. 12, no. 1, pp. 1– 15, 2017.

https://doktersehat.com/fototerapi/

___. 2017. Komplikasi Fototerapi Bluelight. https://drdicky.net. Di unduh tanggal 4


April 2019.
http://journal.umy.ac.id/index.php/berdikari/article/view/4475/3528Vol 4, No 2
(2016)>Sari

45

Anda mungkin juga menyukai