Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Terapeutik
Dosen Pengampu : An’nisaa Heriyanti S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Chalara Claudia : 029PA19007
2. Dede Revi : 029PA19011
3. Erlis Nurjamilah : 029PA19041
4. Icha Alisia. P : 029PA19015
5. Rio Febrian : 029PA19024
6. Safitri Laelasari : 029PA19026
7. Safutri Luvia F : 029PA19027
8. Taufik Iskandar : 029PA19032
9. Teguh Hamidi : 029PA19034

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah
Komunikasi Terapeutik “Komunikasi Terapeutik Pada Remaja” dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan serta dukungan dan
do’a nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang Komunikasi Terapeutik Pada Remaja.
Kami mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena
keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan oleh kami
dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca maupun kami pribadi.

Sukabumi, 16 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 1
1.3 Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi ........................................................................ 3
2.2 Pengertian Komunikasi Terapeutik Pada Remaja ................................ 4
2.3 Perkembangan Komunikasi Pada Remaja .......................................... 5
2.4 Tujuan Komunikasi Pada Remaja ........................................................ 5
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Remaja .................................................... 6
2.6 Model Komunikasi Pada Remaja ......................................................... 9
2.7 Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik Pada
Remaja ................................................................................................. 12
BAB III PEMBAHASAN
Analisa Jurnal ............................................................................................. 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 22
4.2 Saran ..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya di pusatkan untuk kesembuhan pasien
(Purwanto, 1994).
Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina
hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan
pertukaran perasaan dan pikiram dengan maksud untuk mempengaruhi
orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk
menciptakan hubungan antara tenaga Kesehatan dan pasien untuk mengenal
kebutuhan pasien dan menentukan rencana Tindakan serta Kerjasama dalam
memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu komunikasi terapeutik
memepang peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada
dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proporsional yang
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang, tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui.
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian komunikasi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian komunikasi terapeutik
pada remaja.
3. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai perkembangan komunikasi
remaja.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan komunikasi pada remaja.
5. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi komunikasi
remaja.
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui model komunikasi pada remaja.
7. Agar mahasiswa dapat menerapan strategi pelaksanaan komunikasi
terapeutik pada remaja.

1
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai acuan maupun sebagai penambah ilmu pengetahuan
khususnya dalam mempelajari komunikasi terapeutik pada remaja.
2. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai tambahan dan acuan Pendidikan yang
lebih unggul dan lebih bermutu.
3. Bagi Pembaca
Dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang komunikasi
terapeutik pada remaja.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta
membentuk perilaku komunikan atau penerima berita kepola dan
pemahaman yang dikehendaki bersama.
Ada beberapa pengertian komunikasi yang di kemukakan oleh
beberapa para ahli, yaaitu :
1. Menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian
gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang -
lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan.
2. Menurut James A.F. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
3. Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi
dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi
kepentingan mereka.
4. Menurut Dr. Phill Astrid Susanto, komunikasi adalah proses pengoperan
lambang-lambang yang mengandung arti.
5. Menurut Human Relation of Work, Keith Devis, komunikasi adalah
proses lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.
6. Menurut Oxtord Dictionary (1956), komunikasi adalah pengiriman atau
tukar menukar informasi, ide atau sebagainya.
7. Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, komunikasi mencangkup
ekspresi wajah, sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis,
percetakan, kereta api, telegraf, telepon dan lainnya.

3
Masa remaja adalah pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak
ke dewasa. Bila stress, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya
dan keluarganya. Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya
dengan memberi support penuh perhatian. (Nur Himam, 2012:1).
2.2 Komunikasi Terapeutik pada Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa, oleh karena itu juga disebut sebagai masa pancaroba yang penuh
dengan gejolak dan pemberontakan. (Munandar, 1996).
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Remaja dimulai dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan
mulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun
atau awal dua puluhan tahun (Papalia & Olds, 2001). Berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual menuju dewasa, remaja akan melalui
tahapan remaja awal yaitu usia 11-13 tahun, remaja pertengahan yaitu usia
14-16 tahun, dan masa remaja akhir yaitu usia 17-20 tahun (Soetjiningsih,
2010).
Komunikasi pada remaja bertujuan untuk pencapaian identitas diri
agar kelak remaja menjadi individu dewasa yang memiliki sense of self
yang sesuai dan dapat berperan di lingkungan masyarakat (Papalia, Olds &
Feldman, 2001). Hambatan dalam pencapaian tugas perkembangan akan
menyebabkan masalah kesehatan jika tidak diselesaikan dengan baik.
Tujuan dari komunikasi remaja ini diantaranya untuk membangun
hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan
dan mendengar, membuat remaja mau berbicara Ketika mempunyai
masalah, membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka
berbicara, dan membantu remaja menyelasikan masalah.
Dalam melakukan komunikasi pada remaja, perawat perlu
memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh
kembang remaja, cara berkomunikasi dengan anak remaja, metode
berkomunikasi dengan anak remaja. Peran orang tua dalam membantu

4
proses komunikasi dengn remaja sehingga bisa di dapatkan informasi yang
benar dan akurat.
a. Pada remaja, pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa
b. Bila stres, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang
dewasa Diluar keluarga dan terbuka terhadap perawat.
c. Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya
d. Beri support penuh perhatian
e. Jangan melakukan intrupsi
f. Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran
g. Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi)
2.3 Perkembangan Komunikasi Remaja
Fase Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari anak-anak
menuju masa dewasa. Dengan demikian pola pikir dan tingkah lakunya
merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa. Anak harus
diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif.
Apabila anak merasa cemas dan stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak
bicara teman sebayanya dan/atau orang dewasa yang ia percaya terutama
orang tua dan termasuk juga perawat yang selalu bersedia menemani dan
mendengarkan keluhannya.
Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat ditunjukan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat. Pada usia remaja, pola perkembangan
kognisinya sudah mulai berpikir secara konseptual mengingat masa ini
adalah masa peralihan anak menjadi dewasa sedangkan secara emosional
sudah mulai menunjukan perasaan malu. Anak usia remaja sering kali
merenung kehidupan yaitu tentang masa depan yang di refleksikan dalam
komunikasi.
2.4 Tujuan Komunikasi Remaja
Tujuan melakukan komunikasi terapeutik pada klien remaja adalah
sebagai berikut.
1. Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja.
2. Membentuk suasana keterbukaan dan mendengar.

5
3. Membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masalah.
4. Membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka berbicara.
5. Membantu remaja menyelesaikan masalah.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Remaja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja,
yaitu sebagai berikut.
1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan perawat harus
mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi Bahasa maupun
proses berpikir seseorang tersebut berbeda. Cara berkomunikasi anak
usia remaja dengan anak usia balita jauh berdeda. Kepada remaja, Anda
mungkin perlu belajar bahasa “gaul“ sehingga remaja yang kita ajak
bicara akan merasa mengerti dan komunikasi berjalan lancar.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu
kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk oleh pengharapan atau
pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya
komunikasi. Misalnya, kata “beton“ akan menimbulkan perbedaan
persepsi antara ahli bangunan dengan orang awam.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga
penting untuk menyadari nilai seseorang. Berusaha mengetahui dan
mengklarifikasi nilai penting dalam membuat keputusan dan interaksi
yang tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan
perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.
4. Latar Belakang
Sosial BudayaBudaya akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi. Seorang remaja yang berasal dari daerah lain ingin
membeli makanan khas di suatu daerah. Pada saat membeli makanan
tersebut, remaja ini tiba- tiba menjadi pucat ketakutan karena penjual
menanyakan padanya berapa banyak cabai merah yang dibutuhkan

6
untuk campuran makanan yang akan dibeli. Apa yang terjadi? remaja
tersebut merasa dimarahi oleh penjual karena cara menanyakan cabai
itu seperti membentak, padahal penjual merasa tidak memarahi remaja
tersebut. Hal ini dikarenakan budaya dan logat bicara penjual yang
memang keras dan tegas sehingga terkesan seperti marah bagi orang
dengan latar budaya yang berbeda.
5. Emosi
Merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi
seperti marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Perlu mengkaji emosi klien dengan
tepat. mengevaluasi emosi yang ada pada diri agar dalam melakukan
komunikasi tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
6. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang
berbeda. Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki
mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia tiga tahun, wanita
bermain dengan teman baiknya atau dalam group kecil, menggunakan
bahasa untuk mencari kejelasan dan meminimalkan perbedaan, serta
membangun dan mendukung keintiman. Laki- laki di lain pihak,
menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian aktivitas dalam
grup yang lebih besar, dan jika ingin berteman, mereka melakukannya
dengan bermain.
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mempengaruhi komunikasi. Seseorang
yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespons pertanyaan
yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi. Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan seseorang
dengan baik dan akhirnya dapat berkomunikasi dengan benar.

7
8. Peran dan Hubungan
Gaya dan komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar
orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang bidan dengan
kolganya berbeda, tergantung peran. Demikian juga antara orang tua
dan anak.
9. Lingkungan
Lingkungan interkasi akan mempengaruhi komunikasi yang
efektif. Suasana yang bising, akan menimbulkan keracunan, dan
ketidaknyamanan. Misalnya, berdiskusi di tempat yang ramai tentu
tidak nyaman. perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman
sebelum interaksi dengan seseorang. Begitu juga dengan lingkungan
fisik. Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain.
Misalnya, saat seseorang berkomunikasi dengan sahabatnya akan
berbeda apabila berbicara dengan pimpinannya.
10. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunukasi. Jarak tertentu akan
memberi rasa aman dan kontrol. Misalnya, individu yang merasa
terancam ketika seseorang tidak dikenal tiba- tiba berada pada jarak
yang sangat dekat dengan dirinya. Untuk itu, perlunya
memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan komunikasi
dengan seseorang.
11. Citra Diri
Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya,
status sosial, kelebihan dan kekurangannya. Citra diri terungkap dalam
komunikasi.
12. Kondisi Fisik
Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi.
Artinya, indra pembicaraan mempunyai andil terhadap kelancaran
dalam berkomunikasi.

8
2.6 Model Komunikasi Pada Remaja
Menurut Wood et.al terdapat beberapa model komunikasi pada
remaja salah satunya model Shannon & weaver. Untuk dapat berkomunikasi
secara efektif dengan klien dewasa dapat diterapkan beberapa model konsep
komunikasi sebagai berikut:
a. Model Shanon & Weaver
Osgood berpendapat bahwa metode komunikasi model dari
Shannon dan weaver dirancang untuk masalah-masalah. Adapun model
Osgood dikembangkan atas dasar Theory of Meaning dan
psychologuistic. Karena menurutnya setiap individu dalam komunikasi
sekaligus berfungsi sebagai source dan sebagai destination.
Model Shanon & Weaver memperhatikan problem pada
penyampaian pesan informasi berdasarkan tingkat kecermatan. Model
ini mengilustrasikan sumber dalam bentuk sandi. Diasumsikan bahwa
sumber informasi menyampaikan sinyal yang sesuai dengan saluran
informasi yang digunakan. Gangguan yang timbul dapat mengganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Model ini dapat diterapkan pada
konsep komunikasi antarpribadi. Faktor yang menguntungkan dari
implementasi model ini ialah pesan yang disampaikan dapat diterima
langsung oleh pihak penerima. Meskipun demikian, pada model ini pun
terdapat kelemahan yang berupa hubungan antara sumber dan penerima
pesan tidak kasat mata. Karena itu klien dewasa lebih memilih
komunikasi secara langsung karena penerapan komunikasi melalui
perantara dapat mengurangi kejelasan pesan yang dikomunikasikan.
b. Model Komunikasi Leary
Model komunikasi Leary menekankan pengaruh hubungan
interaksi di antara dua pihak yang berkomunikasi. Model ini mengamati
perilaku klien yang dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Model
komunikasi Leary diterapkan dalam bidang kesehatan berdasarkan
keseimbangan informasi yang terjadi dalam komunikasi antara
profesional dan klien. Dalam pesan komunikasi pada model ini ada dua

9
dimensi yang perlu diperhatikan dalam penerapannya, yakni dimensi:
penentu vs ditentukan, dan suka vs tidak suka.
Dalam jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai penerima
pesan yang ditentukan dan harus dipatuhi di bawah dominasi
profesional kesehatan. Dalam komunikasi seharusnya terdapat
keseimbangan kepercayaan di antara pengirim danpenerima pesan.
Apabila model komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa
hanya dapat dilakukan pada kondisi darurat untuk menyelamatkan hidup
klien karena dalam kondisi darurat klien harus mentaati pesan yang
disampaikan oleh perawat/profesional kesehatan. Tetapi pada
klien/pasien dalam kondisi kronik model komunikasi ini tidak tepat
untuk diterapkan karena klien dewasa mempunyai komitmen
berdasarkan sikap dan pengetahuannya yang tidak mudah dipengaruhi
oleh perawat.
Pada kasus ini lebih tepat apabila diterapkan dimensi suka (hue)
dalam kadar tertentu, sebatas untuk sarana penyampaian pesan
profesional. Model ini ditekankan pada pentingnya hubungan dalam
membantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung.
c. Model Interaksi King
Model interaksi King menekankan arti proses komunikasi antara
perawat dan klien dengan mengutamakan penerapan system perspektif
untuk mengilustrasikan profesionalisme perawat dalam memberikan
bantuan kepada klien.
Model ini menekankan arti penting interaksi berkesinambungan
di antara perawat dan klien dalam pengambilan keputusan mengenai
kondisi klien berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi. Interaksi
merupakan proses dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik
antara persepsi, keputusan, dan tindakan perawat-klien. Umpan balik

10
pada model ini nienunjuknya arti penting hubungan antara perawat dan
klien.
Komunikasi berdasarkan model interaksi King lebih sesuai
diterapkan pada klien dewasa karena model ini mempertimbangkan
faktor intrinsik-ekstrinsik klien dewasa yang bertujuan untuk menjalin
transaksi. Umpan balik yang terjadi bermanfaat untuk mengetahui hasil
informasi yang disampaikan diterima dengan baik oleh klien.
d. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional
kesehatan-klien. 3 faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan
yaitu: 1) Relationship, 2) Transaksi, dan 3) Konteks. Hubungan
Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana
seorang professional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional
kesehatan adalah seorang yang memiliki latar belakang pendidikan
kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien adalah
individu yang diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk
mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk
mempertahankan kesehatan. Transaksi merupakan kesepakatan
interaksi antara partisipan didalam proses kumunikasi tersebut. Konteks
yaitu komunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang
kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan temapt dan situasi.
Penerapannya
Terhadap komunikasi klien Dewasa Model komunikasi ini juga
dapat diterapkan pada klien dewasa, karena professional kesehatan
(perawat) memperhatikan karekterisitik dari klien yang akan
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaski yang
dilakukan secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik.
Komunikasi ini juga tidak melibatkan orang lain yang berpengaruh
terhadap kesehatn klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan
tujuan, jenis pelayanan yang diberikan dalam berkomunikasi dengan
orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti : sopan santun,

11
bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, factor, budaya, nilai
yang dianut, factor psikologi dll, sehingga perawat harus
memperhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi kesakahpahaman.
Pada komunikasi pada orang dewasa diupayakan agar perawat
menerima sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat
menerima setiap orang berbeda satu dengan yang lain. Berdasarkan pada
hal tertentu diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat
diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi ini menunjukan
hubungan relationship yang memperhatikan karakteristik dari klien dan
melibatkan pengirim dan penerima, serta adanya umpan balik untuk
mengevalusi tujuan komunikasi.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia kearah yang lebih baik sehingga perawat perlu
untuk menguasai tehnik dan model konsep komunikasi yang tepat untuk
setiap karakteristik klien. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang menetap dalam dirinya yang sukar untuk dirubah
dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar
tujuan dapat tercapai.
2.7 Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik pada
Remaja
1. Strategi komunikasi terapeutik pada remaja
Strategi untuk berkomunikasi dengan remaja memang tidak
mudah. Komunikasi baik verbal maupun nonverbal pada dasarnya
merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses pendidikan anak
juga meupakan sumber rangsangan untuk membentuk kepribadian
anak. Apabila komunikasi antara perawat dan remaja dapat berlngsung
dengan baik maka masing-masing pihak dapat saling memberi dan
menerima informasi. Sebaliknya apabaila komunikasi ini terputus maka
kemungkinan besar kondisi kesehatan mentalnya mengalami hambatan.

12
Maka yang harus dilakukan perawat untuk mendapatkan
komunikasi yang efektif antara lain :
a. Membuka pintu, yaitu ungkapan orang tua yang memungkinkan
anak untuk membicarakan lebih banyak, mendorong anak untuk
anak, mendekat dan mencurahkan isi hatinya dan yang penting
menumbuhkan pada anak rasa diterima dan dihargai.
b. Mendengar aktif yaitu kemampuan orang tua untuk meguraikan
perasaan anak dengan tepat jadi orang tua mengerti perasaan ank,
yang dikirim anak lewat bahasa verbal maupun nonverbalnya.
Keuntungan dari mendengar aktif antara lain : menolong anak tidak
takut terghadap perasaan (positif – negatif), mengembangkan
hubungan ya g sangat erat dengan orang tua, memudahkan anak
memecahkan masalahnya, dan meninggkatkan tangungjawab anak.
c. Komunikasi dengan empatik adalah “berusaha mengerti lebih
dauhulu, baru dimengerti”. Dalam mendengarkan empatik, kita
sebagai orang tua berusaha masuk kedalam kerangka pikiran dan
perasaan anak remaja. Sebagai orang tua, tidak hanya mendengarkan
dengan telinga, tapi dengan mata dan hati.
Strategi pelaksanaan untuk mengatasi masalah remaja dapat
diberikan kepada remaja itu sendiri sebagai klien dan diberikan kepada
orang tua remaja
2. Strategi pelaksanaan (SP) komunikasi terapeutik pada remaja
Fase orientasi.
a. Salam terapeutik
Selamat pagi/siang/malam adik. Dik perkenalkan saya
suster, adik bisa panggil saya suster , saya yang bertugas pada
pagi/siang/mala ini. Jika boleh tahu nama adik siapa? .. ? Nama yang
sangat bagus.
b. Evaluasi/validasi
Baiklah Dik, bagaimana keadaannya sekarang? Sudah lebih
membaik? Syukurlah kalau begitu.

13
c. Kontrak topik, waktu, tempat
Nah Dik, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
mengenai masalah adik dan mengenai kecelakaan yang adik alami?
Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk berbincang-bincang?
20 menit cukup? Baiklah. Dimana kita akan berbincang-bincang?
Disini saja? Baiklah Dik.
Fase kerja:
Nah Dik sekarang bisa ceritakan dengan saya, kenapa bisa
terjadi kecelakaan? Saya akan mendengarkannya dengan baik. Jadi dik
adikini kecelakaan gara-gara balapan motor? Kenapa Dik bisa ikut
balapan motor? Apakah orang tua adik mengetahui kalau adik sering
ikut balapan motor? Lalu? Jadi adik ikut balapan karena orang tua
jarang memperhatikan adik? Saya mengerti apa yang Dik rasakan. Nah
berdasarkan apa yang adik jelaskan tadi, saya bisa pahami kalau
masalah Dik itu karena jarang berkomunikasi dan mendapat perhatian
dari orang tua, apa benar seperti itu? Iya, mungkin itu penyebab
masalah adik, tetapi kalau saya boleh berikan pemahaman, yang perlu
Dik ingat adalah orang tua Adik itu sibuk bekerja untuk mecukupi
kebutuhan adik juga. Itu karena mereka sayang dengan adik. Tapi nanti
saya juga akan beritahukan kepada orang tua adik agar memberikan
sedikit waktu untuk memberikan perhatian ke adik ya. Nah kalau boleh
saya sarankan, adik lebih baik berhenti ikut balapan liar, karena seperti
yang adik rasakan sekarang gak enak kan rasanya? Nah sebaiknya Dik
melakukan hal-hal yang positif mumpung masih muda, seperti
mengembangkan hobi yang adik miliki, bermain musik, belajar yang
giat, siapa tahu adik bisa berprestasi, tentunya akan membanggakan
orang tua dan secara otomatis mereka pasti akan lebih perhatian dengan
adik.

14
Fase terminasi:
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaimana perasaan Dik sekarang? Semoga bermanfaat. Nah
apakah adik masih ingat pesan saya tadi? Bagus sekali, adik sudah
mengingatnya dengan baik
b. Tindak lanjut klien
Nah Dik untuk sekarang bisa beristirahat terlebih dahulu ya.
c. Kontrak yang akan datang yaitu topik, waktu, tempat
Sebentar lagi saya akan kembali ke sini ya dik, saya akan
memindahkan Dik Adikke ruangan perawatan, tentunya setelah
urusan administrasi selesai ya. Terimakasih atas perhatian adik.
Selamat malam.

15
BAB III
PEMBAHASAN

No Isi Jurnal Isi


1 Nama Penulis Hemi Fitriani, Rirya Yulia Rahman
2 Tahun 2016
3 Judul Jurnal Pengaruh konseling terhadap kecemasan remaja putri
yang mengalami menarchine.
4 Nama Jurnal Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No.2
5 Metode Rancangan penelitian ini menggunakan quasi
ekprimental design dengan jenis one grup pretest-postest
design. Populasi penelitian ini pada remaja putri
6 Tujuan Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
konseling terhadap kecemasan remaja putri kelas IV, V dan
VI yang mengalami menarche.
7 Pembahasan Menarche merupakan salah satu penyebab kecemasan
yang dialami oleh remaja putri. Terjadinya kecemasan
dikarenakan kurangnya informasi dan pemahaman
mengenai menarche. Konseling adalah salah satu
penanganan kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konseling terhadap kecemasan remaja
putri kelas IV, V, VI yang mengalami menarche di SDN
Baros Mandiri 4 Cimahi. Menarche umumnya terjadi pada
usia 10 hingga 16,5 tahun. Menarche merupakan peristiwa
yang kompleks bagi remaja. Oleh karena itu remaja yang
mengalami menarche memiliki respon yang bermacam
macam dalam menghadapi menarche, ada yang berespon
positif ada juga yang negatif.
Respon positif diantaranya remaja dapat menerima
peristiwa menarche sebagai peristiwa yang normal dalam

16
kehidupannya. Hawari, menyatakan bahwa untuk mengukur
derajat kecemasan adalah dengan menggunakan Hamilton
Rating Scale For Anxiety. Alat ukur ini terdiri dari 14
kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi
dengan angka antara 0 – 4. Nilai 0 berarti tidak ada gejala,
nilai satu berarti terdapat satu dari gejala yang ada, nilai dua
berarti terdapat separuh dari gejala yang ada, nilai tiga
berarti lebih dari separuh gejala yang ada, nilai empat berarti
semua gejala ada.
8 Latar Belakang Pubertas pada remaja putri ditandai dengan datangnya
menstruasi untuk pertama kalinya yang dikenal dengan
istilah menarche. Respon remaja putri saat mengalami
menarche sangat bervariasi, terdapat remaja yang berespon
positif tetapi mayoritas yang berespon negatif. Respon
negatif yang umumnya terjadi adalah kecemasan. Hal ini
dikarenakan munculnya berbagai bayangan dan ketakutan
yang tidak rill, disertai perasaan bersalah atau berdosa yang
semuanya dikaitkan dengan proses menstruasi tersebut.
Kecemasan yang timbul secara terus menerus dan
tidak segera diatasi, dapat menimbulkan rasa takut yang
berlebihan dan berulang-ulang terhadap menstuasi. Dampak
dari perubahan psikologis mengakibatkan minimnya
kemampuan remaja untuk menguasai dan mengontrol
emosi.
Kondisi ini membuat remaja putri menjadi kurang
bertenaga, keengganan bekerja, bosan pada setiap kegiatan
yang melibatkan perorangan, kurang bergairah
melaksanakan tugas-tugas disekolah yang menyebabkan
tidak stabilnya prestasi remaja putri.
Metode untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan
dengan beberapa cara, menurut Hawari terdapat beberapa

17
cara untuk mengatasi kecemasan seperti terapi
humanistik, terapi
psikofarmaka, terapisomatik, psikoterapi, terapi
psikososial, pendekatan keluarga, terapi psikoreligius dan
konseling.
Konseling merupakan upaya yang paling efektif
mengatasi kecemasan. Konseling merupakan pelayanan
yang tepat untuk membantu siswi yang mempunyai
permasalahan dengan memberikan informasi yang cukup
tentang permasalahnnya tanpa adanya proses dan rasa
dihakimi atau menghakimi, siswi memiliki kesempatan
untuk membuat keputusan dan mengambil langkah tanpa
tekanan atau paksaan dari pihak manapun.
Latar belakang diatas mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh konseling terhadap
kecemasan pada remaja putri.
9 Hasil Menurut hasil observasi peneliti, berdasarkan
wawancara dalam proses konseling, paling banyak faktor
yang mempengaruhi kecemasan menarche pada remaja
yaitu faktor pengetahuan dan pendidikan. Responden dalam
penelitian ini. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Proverawati dan Misaroh perasaan bingung dan gelisah
selalu menyelimuti perasaan seorang wanita yang
mengalami menarche, hal ini akan semakin parah apabila
pengetahuan remaja mengenai menstruasi ini sangat kurang
dan pendidikan dari orang tua yang kurang. Hal tersebut
diperkuat oleh pernyataan Nursalam dalam Khoiriyah
pendidikan dan pengetahuan adalah bagian dari faktor yang
mempengaruhi kecemasan seseorang, semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah

18
seseorang tersebut dalam menerima informasi, sehingga
semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai
yang diperkenalkan. Menarche yang dialami responden
terjadi pada usia muda dan rata-rata usia responden yang
mengalami menarche yaitu 12 tahun. Dalam proses
konseling responden mengatakan belum siap menerima
peristiwa menarche yang menyebabkan responden
mengalami kecemasan saat mengalami menarche. Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan Suryani.
10 Kelebihan Konseling yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 3 kali pertemuan. Pemberian informasi ini sebagai
bentul motivasi kepada klien agar klien tidak cemas dengan
menarche yang remaja putri alami. Setelah mendapatkan
informasi yang benar maka terjadi perubahan persepsi yang
positif dan kecamasan menurun.
11 Kekurangan Penelitian ini memeliki beberapa keterbatasan yaitu
tidak dilakukannya identifikasi secara spesifik tentang
penyebab kecemasan karena factor yang lain. Intrumen
untuk mengukur kecemasan yang digunakan pada penelitian
ini tidak khusus untuk mengukur kecemasan remaja
12 Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini diantaranya adalah rerata
skor kecemasan remaja putri yang mengalami menarche
sebelum dilakukan konseling adalah 25,67, nilai ini
termasuk tingkat kecemasan sedang, rerata skor kecemasan
remaja putri yang mengalami menarche sesudah dilakukan
konseling adalah 17,50, nilai ini termasuk tingkat
kecemasan ringan dan terdapat pengaruh konseling terhadap

19
kecemasan remaja putri yang mengalami menarche dengan
p-value 0,000, nilai ini <a yaitu 0.05.
13 Saran Bagi peneliti selanjutnya adalah penelitian ini dapat
dilanjutkan dengan mengidentifikasi penyebab kecemasan
remaja Ketika mengalami menarche dan disarankan
kecemasan di ukur dengan alat ukur kecemasan yang khusus
mengukur kecamasan pada remaja.
14 Analisa Masa remaja merupakan masa transisi dari masa
anak-anak kemasa remaja masa ini diakui sebagai masa
yang penting dalam rentang kehidupan, seperti suatu
perubahan kematangan pada remaja putri yang ditandai
dengan menstruasi atau menarche.
Menstruasi merupakan sebuah tanda bahwa seorang
anak sudah memasuki masa remaja. Menarche terjadi pada
usia 10 hingga 16,5 tahun. Menarche merupakan peristiwa
yang kompleks bagi remaja.
Remaja yang mengalami manarche memiliki respon
yang bermacam-macam, respon positif diantaranya remaja
dapat menerima peristiwa yang normal dalam kehidupannya
sedangkan respon negatif yang umumnya terjadi adalah
kecemasan.
Pada tahun 2013 mayoritas remaja mengalami
kecemasan yaitu sebanyak 79.9% dan hanya 20,1% remaja
tidaj merasa cemas. Terjadinya kecemasan dikarenakan
kurangnya informasi dan pemahaman mengenai manarche
kecemasan yang timbul secara terus menerus dan tidak
segera diatasi dapat menimbulkan rasa takut yang berlebih
dan berulang-ulang terhadap menstruasi. Dampak dari
perubahan psikologis mengakibatkan minimnya

20
kemampuan remaja untuk menguasai dan mengontrol
emosi.
Seorang perawat melakukan sebuah penelitian dengan
menggunakan metode atau peran perawat sebagai
konselur/konseling. Konseling merupakan upaya yang
paling efektif mengatasi kecemasan serta dengan adanya
konseling dapat menunjukan penurunan tingkat kecemasan
seperti penilitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh
konseling kesehatan reproduksi tentang disminore terhadap
tingkat kecemasan pada remaja yang mengalami disminore.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa konseling
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kecemasan
pada remaja.

21
BAB III
PENUTUP

4.1 Simpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan
yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan
komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat
dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak
dan remaja, perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya
adalah cara berkomunikasi dengan anak, tehnik komunikasi, tahapan
komunikasi dan faktor yang mempengaruhi komuikasi.
Seperti pada anak dan remaja dalam berkomunikasinya sedang
membentuk jati dirinya, dia akan lebih diam dengan orang yang
dianggapnya tidak sama dengan dia. Masa remaja merupakan masa-masa
panjang yang dialami seorang anak. Saat remaja mereka mulai mengalami
berbagai perubahan, baik fisik maupun non fisik dalam kehidupan mereka.
Remaja adalah fase transisi dari masa anak-anak menuju masa
dewasa, oleh sebab itu diperlukan strategi khusus untuk berkomunikasi
dengan remaja. Tujuan komunikasi pada remaja adalah untuk membangun
hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterrbukaan
dan mendengar, membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai
masalah, membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka
berbicara dan membantu remaja menyelesaikan masalah. Faktor yang
mempengaruhi komunikasi remaja yaitu pendidikan, pengetahuan, sikap,
usia tumbang status kesehatan remaja, saluran dan Lingkungan.

22
4.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dengan penulisan
makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan remaja lebih efektif karena
telah mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan
remaja, serta mengetahui hambatan yang akan ditemui pada saat akan
berkomunikasi dengan remaja
2. Mahasiswa mampu menerapkan tehnik-tehnik komunikasi, cara
berkomunikasi, tahapan komunikasi serta faktor yang menghambat
komunikasi pada anak dan remaja.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan komunikasi pada remaja.

23
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik


Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama. Diakses pada Senin, 16
November 2020.
Hasanah Uswatun. 2017. Pengaruh terapi kelompok terapeutik remaja dan
psikoedukasi keluarga terhadap perkembangan identitas diri remaja.
Jurnal Keperawatan. (1) hal (13-23).
Karyoso. 1994. Komunikasi Bagi Siswa Perawat. Jakarta. EGC. Diakses pada
Senin, 16 November 2020.
Muhammad Akhyar Hasibuan, M.Si. 2019. Komunikasi Sirkular (Circular
Theory). Jurnal Network Media. (1).
Nasir, Abdul. Muhith, Abdul dkk. 2011. Komunikasi Dalam Keperawatan :
Teori Dan Aplikasi. Jakarta : Salema Medika. Diakses pada Senin, 16
November 2020.
Papilia, D.E., Sally Wendkos Old. 2001. Human Development, McGraw-Hill :
New York.
Sheldon, Lisa Kennedy. 2010. Komunikasi Untuk Keperawatan : Berbicara
Dengan Pasien, Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga. Diakses pada Senin, 16
November 2020.
Soetjiningsih. 2010. Psikologi remaja. Edisi 14. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Diakses pada Senin, 16 November 2020.
Stuart GW, Laraia MT. 2009. Principles and Practice of Psychiatric nursing.
(8th edition). St. Louis : Mosby. Diakses pada Senin, 16 November 2020.
Wood M, Wilson, D. Winkelstein, Kline N. 2002. Nursing Care of Infant and
Children. 7 ed. St. Louis, Missouri : Mosby Elsevier. Diakses pada Senin,
16 November 2020.

24

Anda mungkin juga menyukai