Anda di halaman 1dari 60

KOMUNIKASI PADA USIA REMAJA

KOMUNIKASI PADA USIA REMAJA


Makalah
Untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II
Dosen Pengampu : Ainur Rochmah, S.Kep. Ns.

Di susun oleh kelompok 6 :


1. Ardiana Nur Aflah [2013011529]
2. Haqqi Ainun Q [2013011539]
3. Nur Lailatul Zulfa [2013011551]
4. Ryan Ade Sudarlan [2013011554]
5. Yayuk Lestari [2013011562]

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Komunikasi Terapeutik pada Pasien
Remaja.
Mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan yang penulis miliki, maka penulis
menyadari tugas ini masih membutuhkan kritik yang membangun. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan Ibu Ainur Rochmah, S.Kep., Ns
selaku dosen pembimbing. Maka melalui kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada beliau.

Semoga Allah SWT melimpahkan semua bantuan dan keikhlasan beliau yang telah
membantu penulis dalam menyusun tugas makalah ini.

Kudus, Mei 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Komunikasi pada Remaja. ..................................................... 3
2.2 Proses Prinsip Komunikasi pada Remaja. ......................................................... 4
2.3 Komunikasi Terapeutik pada Remaja .............................................................. 5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Remaja .................................... 6
2.5 Teknik Komunikasi pada Remaja .................................................................... 6
2.6 Hambatan dalam Komunikasi pada Remaja ..................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan kesulitan untuk
melakukan komunikasi secara dua arah dengan anak. Masa-masa remaja untuk setiap anak
terkadang mejadi periode yang sulit dan ini dikarenakan anak remaja mulai mengalami beberapa
hal dalam hidupnya seperti mengembangkan identitas mereka sendiri secara individu. Adanya
perubahan biologis dan fisiologis , menghadapi tekanan dari teman sebayanya mengalami
ketertarikan pada lawan jenis, dll. Sementara orang tua juga mulai merasakan besarnya
kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya maupun perkembangan
kepribadiannya. Jadi, bagaimanakah cara terbaik untuk mengatasinya?
Disaat ini, salah satu cara terbaik adalah orang tua. Orang tua berkomunikasi dengan anak
remaja. Komunikasi yang efektif dengan anak-anak sangat penting dilakukan karena akan
membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap terjalin dengan baik meski pun saat ini
sering terjadi pertengkaran antara orang tua dengan anak ataupun komunikasi yang tidak
nyambung. Sebagai orang tua ada beberapa cara yang lebih baik yang dapat dilakukan dari
informasi mengenai remaja yang sedang bermasalah dengan komunikasi.
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas “Teori
Komunikasi pada Remaja”.

1.2 Rumusan Masalah


11. Apa pengertian Komunikasi pada remaja ?
22. Bagaimana proses prinsip komunikasi pada remaja ?
33. Bagaimana Komunikasi Terapeutik pada Remaja?
44. Bagaimana Teknik Komunikasi pada Remaja?
55. Apa hambatan dalam Komunikasi pada Remaja?

1.3 TujuanPenulisan
11. Mengetahui pengertian komunikasipadaremaja.
22. Mengetahui proses prinsip komunikasipadaremaja.
33. Mengetahui Komunikasi Terapeutik pada Remaja
44. Mengetahui Teknik Komunikasi padaRemaja
55. Mengetahui hambatan dalam Komunikasi pada Remaja
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari komunikator
atau penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk perilaku komunikan atau penerima
berita kepola dan pemahaman yang dikehendaki bersama.
Ada beberapa pengertian komunikasi yang di kemukakan oleh beberapa para ahli, yaaitu
:
1. Menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan
yang disampaikan melalui lambang - lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.
2. Menurut James A.F. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha memberikan
pengertian dengan cara pemindahan pesan.
3. Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi dalam mengirim dan
menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
4. Menurut Dr. Phill Astrid Susanto, komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang
yang mengandung arti.
5. Menurut Human Relation of Work, Keith Devis, komunikasi adalah proses lewatnya informasi
dan pengertian seseorang ke orang lain.
6. Menurut Oxtord Dictionary (1956), komunikasi adalah pengiriman atau tukar menukar
informasi, ide atau sebagainya.
7. Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, komunikasi mencangkup ekspresi wajah, sikap dan
gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegraf, telepon dan lainnya.
Masa remaja adalah pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa.Bila stress,
diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya dan keluarganya. Menolak orang yang
berusaha menjatuhkan harga dirinya dengan memberi support penuh perhatian.(Nur Himam,
2012:1)

2.2 Prinsip Komunikasi pada Remaja


1. Cara Membangun Hubungan Yang Harmonis Dengan Remaja
Hal yang sering orang tua lakukan dalam berkomunikasi.Dalam berkomunikasi,
orang tua ingin segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada hal-hal yang orang tua
yang sering lakukan, seperti :
a. Cenderung lebih banyak bicara dari pada mendengarkan,
b. Merasa tau lebih banyak dari pada remaja,
c. Cenderung memberi arahan dan nasihat,
d. Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang dialami remaja,
e. Tidak memberikan kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat,
f. Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan memahaminya,
g. Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan terhadap
remaja.
2. Kunci pokok berkomunikasi dengan remaja
Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang beranjak dewasa
seperti :
a. Mendengar supaya remaja mau berbicara,
b. Menerima dahulu perasaan remaja,
c. Bicara supaya didengar.
Oleh sebab itu orang tua harus mau belajar dan berubah dalam cara berbicara dan
caramendengar
3. Mengenal Diri Remaja
a. Pahami Perasaan Remaja
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang disebabkan karena orang tua
kurang dapat memahami perasaan anaknya yang diajak bicara.Agar komunikasi dapat lebih
efektif orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami perasaan anak
sebagai lawan bicara.
b. Bagaimana memahami perasaan remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus menerima dulu perasaan dan ungkapan
remaja terutama ketika ia sedang mengalami masalah, agar ia merasa nyaman dan mau
melanjutkan pembicaraan dengan orang tua. Orang tua akan lebih mengerti apa yang sebenarnya
dirasakan remaja.
4. Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat
Menghadapi Masalah Dan Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah.
a. Pesan kamu dan pesan saya
Pesan kamu adalah cara seperti ini bukanlah penyampaian akibat perilaku anak terhadap orang
tua tetapi berpusat pada kesalahan anak cenderung tidak membedakan antara anak dan
perilakunya sehingga membuat anak merasa disalahkan, direndahkan dan di sudutkan.
Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku anak
sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui
pesan saya akan mendorong semangat anak, mengembangkan keberaniannya, sehingga anak
akan merasa nyaman.
b. Menentukan masalah siapa
Ketika menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita perlu mengetahui
masalah siapa ini. Hal ini perlu dibiasakan karena :
1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan semua masalah.
2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam memecahkan masalahnya
sendiri.
3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang lain.
4) Anak perlu belajar mandiri
Setelah mengetahui masalah siapa maka akibatnya siapa yang punya masalah harus bertanggung
jawab untuk menyelesaikannya.Bila masalah itu adalah masalah remaja maka tekhnik yang
digunakan adalah mendengar aktif.

2.3 Komunikasi Terapeutik pada Remaja


Dalam melakukan komunikasi pada remaja, perawat perlu memperhatikan berbagai aspek
diantaranya adalah usia tumbuh kembang remaja, cara berkomunikasi dengan anak remaja,
metode berkomunikasi dengan anak remaja. Peran orang tua dalam membantu proses
komunikasi dengn remaja sehingga bisa di dapatkan informasi yang benar dan akurat.
a. Pada remaja, pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa
b. Bila stres, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang dewasa Diluar keluarga dan
terbuka terhadap perawat.
c. Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya
d. Beri support penuh perhatian
e. Jangan melakukan intrupsi
f. Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran
g. Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi)

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi pada Remaja


a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung secara efektif.
b. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung secara efektif.
c. Sikap
Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi.Bila komunikan bersifat pasif/tertutup maka
komunikasi tidak berlangsung secara efektif.
d. Usia tumbuh kembang status kesehatan anak
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi tersebut
berlangsung secara efektif.
e. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan ke komunikan
dengan baik.
f. Lingkungan

2.5 Teknik Komunikasi pada Remaja


Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
dengan remaja, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai
data yang terdapat pada diri remaja yang selanjutnya dapat diambil dalam menentukan masalah
keperawatan. Beberapa cara yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam menumbuhkan kepercayaan diri
remaja, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara
langsung yang sedangberada disamping anak. Selain itu dapat digunakan dengan cara
memberikan komentar tentang sesuatu.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya
sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang akan diekspresikan melalui tulisan.
3. Memfasilitas
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini ekspresi anak atau respon anak
remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan , tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan
negatif yang menunjukan kesan yang jelek pada anak remaja tersebut.
4. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukan persaan dan pikiran anak pada saat itu.
5. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukkan atau mengetahui perasaan
dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan
negatif yang sesuai dengan pendapat anak remaja.
6. Penggunaan skala
Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak
seperti pengguaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.
7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah
atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada remaja yang jengkel, marah dan diam.

2.6 Hambatan dalam Komunikasi pada Remaja


Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan
interaksi dengan sesama.Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi yang kita lakukan
menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang kita diterima.Hal ini
terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang
disampaikan.
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu:
1. Hambatan Fisik :
a. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan
aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi
yang berlangsung.
b. Gangguan. Noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan
lain sebagainya.
c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta).
Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya yang dialami oleh
seorang Remaja. Terimalah mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang
perlu digali. Sebagai perawat, kita harus siap menerima kenyataan tersebut seraya mencari cara
agar tidak terjadi hambatan komunikasi dengan remaja tersebut, misalnya dengan cara belajar
bahasa yang mereka dapat pahami.
d. Teknik bertanya yang buruk.
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup menggali
pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan orang lain. Oleh karena
itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki
modalitas belajar yang berbeda-beda.
e. Teknik menjawab yang buruk.
Kesulitan seseorang memahami materi yang disampaikan karena komunikator tidak mampu
menjawab dengan baik.Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan dibiarkan.Pertanyaan justru
dijawab tidak tepat.Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah komunikator tidak
memberikan kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan lalu langsung di jawab oleh
komunikator.
f. Kurang menguasai materi.
Ini faktor yang sangat jelas.Begitu kita tidak menguasai materi, itulah hambatan
komunikasi.Kompetensi profesional salah satu maknanya adalah menguasai materi secara
mendalam bahkan ditambahkan lagi, meluas.
g. Kurang persiapan.
Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat optimal jika tidak
menyiapkan perencanaan dengan baik
2. Hambatan Psikologis :
a. Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di
sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi.Informasi yang menarik bagi
kita, itulah yang ingin kita dengar.
b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
Seringkali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai dengan ide, gagasan dan
pandangan kita padahal kalau dicermati sangat berhubungan dengan ide kita, padahal ada
kalanya gagasan kita yang kurang benar.
c. Menilai sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi.Jika ada seorang remaja yang
memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
d. Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau
informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
e. Kecurigaan.
Kembangkanlah sikap berbaik sangka pada semua orang.Hendaklah berpikir baik atau positif
bahwa materi ini bisa dipahami oleh remaja. Komunikator curiga pada komunikan akan
membawa suasana pembelajaran tidak kondusif.
f. Tidak jujur.
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran komunikasi pada remaja
berlangsung dan juga di luar pembelajaran.Kita harus jujur.Jangan bohong. Jujurlah jika memang
tidak tahu
g. Tertutup.
Jika ada kita yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses pembelajaran, sebaiknya
jangan menjadi komunikator. Sebab dalam proses itu diperlukan kerjasama, keterbukaan,
kehangatan, dan keterlibatan.
h. Destruktif.
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada remaja. Cegahlah sedini
mungkin oleh kita.Jika sikap destruktif itu muncul, lakukan segera penanganannya secara bijak
atau sesuai prosedur yang berlaku.
i. Kurang dewasa.
Kita memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan ketika kita
berbicara dengan anak-anak, karena kita berkomunikasi dengan seorang remaja.mampu, tetapi
ada hambatan psikologi.
3. Semantik :
a. Persepsi yang berbeda.
b. Kata yang berartilain bagi orang yang berbeda.
c. Terjemahan yang salah.
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda.
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.
(Nailul Himmah, 2013:03)
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai
pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak dan
remaja, perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi
dengan anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi komuikasi.
Seperti pada anak dan remaja dalam berkomunikasinya sedang membentuk jati dirinya,
dia akan lebih diam dengan orang yang dianggapnya tidak sama dengan dia. Masa remaja
merupakan masa-masa panjang yang dialami seorang anak. Saat remaja mereka mulai
mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun non fisik dalam kehidupan mereka.

B. Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dengan penulisan makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan remaja lebih efektif karena telah mengetahui
bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan remaja, serta mengetahui hambatan yang
akan ditemui pada saat akan berkomunikasi dengan remaja
2. Mahasiswa mampu menerapkan tehnik-tehnik komunikasi, cara berkomunikasi, tahapan
komunikasi serta faktor yang menghambat komunikasi pada anak dan remaja.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan komunikasi pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Himam, Nur. “Komunikasi pada Anak dan Remaja”.


keperawatan19.blogspot/2012/12/komunikasi-pada-anak-remaja-bab-i.html(20 Mei 2014)

Himmah, Nailul. “Hambatan pada Komunikasi”. Nailul-


nailul.blogspot.com/2012/08.Hambatan-dalam-komunikasi.html(20 Mei 2014)
KOMUNIKASI PADA ORANG DEWASA UNTUK MEMENUHI TUGAS
MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN

KOMUNIKASI PADA ORANG DEWASA

UNTUK MEMENUHI TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI


KEPERAWATAN

Disusun oleh :
Khoirotun Niswah
NIM : 12020020

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) Dr. SOEBANDI


PRODI : S1 KEPERAWATAN
Jl.Dahlia No. 1 Jember, telp/fax. (0331)7843584 / (0331)425446, E_mail:
jstikesdr.soebandi@yahooo.comBAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia,
sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-menerus. Komunikasi bertujuan
untuk memudahkan,melaksanakan, kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan
optimal,baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia Kemajuan
ilmu pengetahuan dan tehnologi Bidang Kedokteran dan Keperawatan serta perubahan konsep
perawatan dari perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta
peralihan dari pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus
pada orang yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Perawat dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka mempunyai sikap,pengetahuan dan
keterampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat
sulit. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi
dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang
mencoba menerapkan model konsep komunikasi yang tepat pada dewasa.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah komunikasi keperawatan ini kami membahas tentang komunikasi pada
orang dewasa.
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini betujuan untuk mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dengan
orang dewasa

1.4 Manfaat
Agar mengetahui bagaimana pentingnya mengetahui tehnik komunikasi pada orang
dewasa .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Komunikasi


Terapeutik Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Communication”. Kata
communucation itu sendiri berasal dari kata latin “communication” yang artinya pemberitahuan
atau pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengarnya (Suryani, 2005).
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby
dalam intan, 2005). Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu adalah komunikasi yang
direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuahan/pemulihan pasien. Komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat.
2.2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah
menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional
dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi. Tujuan komunikasi terapeutik
(Purwanto, 1994) adalah :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan fikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya. 3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya
sendiri.
2.3. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik ( Christina, dkk, 2003) adalah :
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui hubungan
perawat-klien.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan
yang dilakukan oleh perawat.

2.4 Syarat-syarat Komunikasi


Terapeutik Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk 2003) mengatakan ada 2 persyaratan dasar
untuk komunikasi terapeutik efektif :
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima
pesan.
2. Komunikasi yang diciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
memberikan sarana, informasi maupun masukan.

2.5. Bentuk Komunikasi


Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal (Potter dan Perry dalam
Christina, dkk.,2003) :
1. Komunikasi verbal Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan ringkas.
Pembendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotatif dan konotatif, intonasi
mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang memiliki tempo dan jeda yang tepat. a. Jelas dan
ringkas Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-
kata yang digunakan, makin kecil terjadi kerancuan. Ulang bagian yang penting dari pesan yang
disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan di
mana. Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. b.
Pembendaharaan Kata Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pasien. Komunikasi
tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. c. Arti
denotatif dan konotatif Perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak banyak
disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi
klien. Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan ati konotatif merupakan perasaan, pikiran, atau ide yang terdapat dalam suatu kata. d.
Intonasi Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang
dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
2. Komunikasi non Verbal Komunikasi non verbal berdampak yang lebih besar dari pada
komunikasi verbal. Stuart dan Sundeen dalam suryani, (2006) meengatakan bahwa sekitar 7 %
pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa paralinguistik dan
55% karena bahasa tubuh. Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara
yaitu : a. Penampilan fisik Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan keperawatanyang diterima. Adapun contohnya adalah cara berpakaian, dan berhias
menunjukan kepribadiannya. b. Sikap Tubuh dan Cara Berjalan Perawat dapat menyimpulkan
informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien.langkah dapat
dipengaruhi olehfaktor fisik, seperti rasa sakit, obat dan fraktur c. Ekpresi wajah Hasil penelitian
menunjukan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, terkejut,
takut,marah, jijik bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar peenting
dalam menentukan pendapat interpersonal.. d. Sentuhan Kasih sayang, dukungan emosional, dan
perhatian diberikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan
perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial.

2.6. Pengertian Dewasa


Istilah Adult berasal dari kata latin yang berarti telah tumbuh menjadi dewasa. Terdapat
berbedaan budaya tentang penentuan usia dewasa. Ada yang menganggap 21 tahun namun
secara hukum orang telah dapat bertanggung jawab akan perbuatannya di usia 18 tahun.
Sehingga usia ini orang dianggap telah syah menjadi dewasa di mata hukum. Masa dewasa dini
dimulai usia 18 sampai 40 tahunan, saat perubahan fisik dan psikologis menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif (Elizabeth B. Hurlock).
Istilah "kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa, yang memenuhi syarat hukum.
Sedangkan istilah "Pendewasaan" menunjuk kepada keadaan belum dewasa yang oleh hukum
dinyatakan sebagai dewasa.Hukum membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam
lintas masyarakat menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang pada orang
belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada anggapan itu ialah
bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan fisik dan psikisnya memerlukan
bimbingan khusus.
Karena ketidakmampuannya maka seorang yang belum dewasa harus diwakili oleh orang yang
telah dewasa sedangkan perkembangan orang kearah kedewasaan ia harus dibimbing.
1. Menurut konsep Hukum Perdata
Pendewasaan ini ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan pendewasaan untuk beberapa
perbuatan hukum tertentu (terbatas). Keduanya harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-
undang. Untuk pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan untuk
pendewasaan terbatas syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun penuh (pasal 421 dan 426
KUHPerdata).
Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan permohonan
kepada Presiden RI dilampiri dengan akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Presiden setelah
mendengar pertimbangan Mahkamah Agung, memberikan keputusannya. Akibat hukum adanya
pernyataan pendewasaan penuh ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status
hukum orang dewasa. Tetapi bila ingin melangsungkan perkawinan ijin orang tua tetap
diperlukan. Untuk pendewasaan terbatas, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan
permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang dilampiri akta kelahiran atau
surat bukti lainnya. Pengadilan setelah mendengar keterangan orang tua atau wali yang
bersangkutan, memberikan ketetapan pernyataan dewasa dalam perbuatan-perbuatan hukum
tertentu saja sesuai dengan yang dimohonkan, misalnya perbuatan mengurus dan menjalankan
perusahaan, membuat surat wasiat. Akibat hukum pernyataan dewasa terbatas ialah status hukum
yang bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa untuk perbuatan-perbuatan hukum
tertentu.
Dalam hukum Perdata, belum dewasa adalah belum berumur umur 21 tahun dan belum pernah
kawin. Apabila mereka yang kawin belum berumur 21 tahun itu bercerai, mereka tidak kembali
lagi dalam keadaan belum dewasa. Perkawinan membawa serta bahwa yang kawin itu menjadi
dewasa dan kedewasaan itu berlangsung seterusnya walaupun perkawinan putus sebelum yang
kawin itu mencapai umur 21 tahun (pasal 330 KUHPerdata). Hukum perdata memberikan
pengecualian-pengecualian tentang usia belum dewasa yaitu, sejak berumur 18 tahun seorang
yang belum dewasa, melalui pernyataan dewasa, dapat diberikan wewenang tertentu yang hanya
melekat pada orang dewasa. Seorang yang belum dewasa dan telah berumur 18 tahun kini atas
permohonan, dapat dinyatakan dewasa harus tidak bertentangan dengan kehendak orang tua.
Dari uraian tersebut kita lihat bahwa seorang yang telah dewasa dianggap mampu berbuat karena
memiliki daya yuridis atas kehendaknya sehingga dapat pula menentukan keadaan hukum bagi
dirinya sendiri. Undang-undang menyatakan bahwa orang yang telah dewasa telah dapat
memperhitungkan luasnya akibat daripada pernyataan kehendaknya dalam suatu perbuatan
hukum, misalnya membuat perjanjian, membuat surat wasiat. Bila hakim berpendapat bila
seseorang dinyatakan dewasa maka ia harus menentukan secara tegas wewenang apa saja yang
diberikan itu. Setelah memperoleh pernyataan itu, seorang yang belum dewasa, sehubungan
dengan wewenang yang diberikan, dapat bertindak sebagai pihak dalam acara perdata dengan
domisilinya. Bila ia menyalahgunakan wewenang yang diberikan maka atas permintaan orang
tua atau wali, pernyataan dewasa itu dicabut oleh hakim. \

2. Menurut konsep Hukum Pidana


Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa. Yang disebut umur dewasa
apabila telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun, akan tetapi sudah atau sudah
pernah menikah. Hukum pidana anak dan acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum
berumur 18 tahun, yang menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur 17 tahun dan
telah kawin tidak lagi termasuk hukum pidana anak, sedangkan belum cukup umur menurut
pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin
sebelumnya. Bila sebelum umur 21 tahun perkawinannya diputus, ia tidak kembali menjadi
"belum cukup umur".
3. Menurut konsep Hukum Adat
Hukum adat tidak mengenal batas umur belum dewasa dan dewasa. Dalam hukum adat tidak
dikenal fiksi seperti dalam hukum perdata. Hukum adat mengenal secara isidental saja apakah
seseorang itu, berhubung umur dan perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak
cakap, mampu atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungan hukum
tertentu pula. Artinya apakah ia dapat memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri
dalam perbuatan hukum yang dihadapinya itu.
Belum cakap artinya, belum mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri.
cakap artinya, mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri. Apabila
kedewasaan itu dihubungkan dengan perbuatan kawin, hukum adat mengakui kenyataan bahwa
apabila seorang pria dan seorang wanita itu kawin dan dapat anak, mereka dinyatakan dewasa,
walaupun umur mereka itu baru 15 tahun. sebaliknya apabila mereka dikawinkan tidak dapat
menghasilkan anak karena belum mampu berseksual, mereka dikatakan belum dewasa.
4. Menurut konsep Undang-undang R.I sekarang
Berdasarkan Undang-undang R.I yang berlaku hingga sekarang, pengertian belum dewasa dan
dewasa belum ada pengertiannya. Yang ada baru UU perkawinan No. 1 tahun 1974, yang
mengatur tentang:
a. izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan apabila belum mencapai umur
21 tahun (pasal 6 ayat 2);
b. umur minimal untuk diizinkan melangsungkan perkawinan, yaitu pria 19 tahun dan wanita 16
tahun (pasal 7 ayat 2);
c. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, berada didalam kekuasaan
orang tua (pasal 47 ayat 1);
d. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, yang tidak berada dibawah
kekuasaan orang tuanya, berada dibawah kekuasaan wali (pasal 50 ayat 1). Tetapi tidak ada
ketentuan yang mengatur tentang "yang disebut belum dewasa dan dewasa" dalam UU ini.

2.7 TUGAS PERKEMBANGAN AWAL MASA DEWASA (20-40)


1. Mulai Bekerja
2. Memilih pasangan
3. Belajar hidup dengan pasangan
4. Mulai membina keluarga
5. Mengasuh anak
6. Mengelola rumah tangga
7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
8. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan

2.8. DEWASA PERTENGAHAN


1. Masa dewasa pertengahan dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun, yakni saat baik
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.
2. Masa Usia Pertengahan
3. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga Negara
4. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan
bahagia
5. Mengembangkan kegiatan waktu senggang untuk orang dewasa
6. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu
7. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada
tahap ini.
8. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan.
9. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Komunikasi Pada Orang Dewasa


Menurut Erikson 1985,pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi VS isolasi, dimana
pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih,minat,masalah
dengan orang lain. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu,pengetahuan tertentu,
bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap pada dirinya, sehingga tidak mudah
untuk merubahnya. Juga pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum
tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama.
Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu.
Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk
merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri dengan belajar,
terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suatu
perilaku lain dimasa mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu.
Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu
yaitu :
1. Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang
dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya perasaan
dan pikiran.
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling member dan menerima,akan
belajar banyak,karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya
mengenai suatu masalah.

3.2. Suasana Komunikasi


Dengan adanya factor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa,
maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :
1. Suasana Hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya
dihormati,ia lebih senang kalau ia lebih turut berfikir dan mengemukakan fikirannya.
2. Suasana Saling Menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, system nilai yang dianut perlu dihargai.
Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam jalannya
komunikasi.
3. Suasana Saling Percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa
hasil yang diharapkan
4. Suasana Saling Terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lai, Hanya
dalam suasana keterbukaan segala alternative dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah sling mendukung satu sama lain. Seperti pada anak-
anak,perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa. Expresi wajah,gerakan tubuh dan
nada suara member tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan
bahwa orang dewasa mempunyai kendala hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak mampu
dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi
status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini
merupakan pengalaman yang mengancam dirinya, dimana orang dewasa tidak berdaya dan
cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi. Dengan dilakukan
komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para
professional,pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari imobilitas bio psikososialnya
untuk mencapai penerimaan terhadap maslahnya.

3.3. Model-model Konsep Komunikasi dan Penerapanya Pada orang


1. Model Shanon dan Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya.
Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan pesan dan
menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima.
Dengan kata lain Shannon & Weaver mengasumsikan bahwa sumber imformasi menghasilkan
suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar
(Transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) Yang dapat menganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan kepada konsep
komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber imformasi jelas dan
berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa perantara.
Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan transaksional
diantara sumber pesan dan penerima Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa : Bila
komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, Klien akan lebih mudah untuk menerima
penjelasan yang disampaikan kerena tanpa adanya perantara yang dapat mengurangi penjelasan
imformasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada
feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
2. Model Komunikasi Leary
Refleksi dari model komunikasi dari leary (1950) ini menggabungkan multidimensional yang
ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 orang,dimana antara individu saling
mempengaruhi dan dipengaruhi.Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah
laku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Dari gambaran model leary : pesan komuniksai dpat terjadi dalam 2 dimensi 1) Dominan-
subbmission 2) Hate-love Model leary dapt diterapkan dibidang kesehatan karena dalam bidang
kesehatan ada keseimbangan kesehatan antara professional dengan klien. Selama beberap tahun
pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mendominasi peran
dan klien ditempatkan dalm keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada
keseimbangan asertif dalm menerima dan member antara pasien dan professional.
Penerapan Pada Klien dewasa Bila konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh
perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan
klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat
menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalam keadaan kronik karena klien
dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar
untuk dirubah dalam waktu yang singkat.
Peran love yang berlebihan juga tidak boleh dterapkan pada klien dewasa, karena dapat
mengubah konsep hubungan professional yang dilakukan lebih kearah hubungan pribadi. Model
ini menekankan pentingnya “Relationsjhip” dalam membanmtu klien pada pelayanan kesehatan
secara langsung. Komunikasi therapeutic adalah keterampilan untuk mengatasi stress yang
menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif denagn orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi dan
kondisi), dan penghargaan yang positif (positif regard), Sedangkan hasil yang diharapkan dari
klien melalui model komunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih
efektif. Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi
dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis
3. Model Interaksi King
Model king memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat-klien. King
menggunakan system perspektif untuk menggambarkan bagaimana professional kesehatan
(perawat) untuk memberi bantuan kepada klien.
Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat-klien secara simultan membuat
keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka
terhadap situasi. Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi
merupakan proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan
tindakan perawat-klien. Transaksi adalah hubungan Relationship yang timbale balik antara
perawat-klien selama berpartisipasi. Feedback dalam model ni menunjukan pentingnya arti
hubungan perawat-klien.
Penerapannya Terhadap Komunikasi Klien Dewasa Model ini sesuai untuk klien dewasa karena
mempertimbangkan factor-faktor instrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya
bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya feedback yang menguntungkan untuk mengetahui
sejauh mana imformasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien untuk mengetahui ada
tidaknya persepsi yang salah tehadap pesan yang disampiakan. 4. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan-klien. 3 faktor utama
dalam proses komunikasi kesehatan yaitu :
1) Relationship,
2) Transaksi, dan
3) Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang
professional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang
memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan.
Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk mendukung terjadinya
interaksi khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.Transaksi merupakan
kesepakatan interaksi antara partisipan didalam proses kumunikasi tersebut. Konteks yaitu
komunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan biasanya
disesuaikan dengan temapt dan situasi.
Penerapannya Terhadap komunikasi klien Dewasa Model komunikasi ini juga dapat diterapkan
pada klien dewasa, karena professional kesehatan (perawat) memperhatikan karekterisitikdari
klien yang akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaski yang dilakukan secara
berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga tidak melibatkan orang
lain yang berpengaruh terhadap kesehatn klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan,
jenis pelayanan yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti : sopan
santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, factor, budaya, nilai yang dianut, factor
psikologi dll, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi
kesakahpahaman. Pada komunikasi pada orang dewasa diupayakan agar perawat menerima
sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu
dengan yang lain.
Berdasarkan pada hal tertentu diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan
pada klien dewasa adalah model komunikasi ini menunjukan hubungan relationship yang
memperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerima, serta adanya
umpan balik untuk mengevalusi tujuan komunikasi. Komunikasi merupakan alat yang efektif
untuk mempengaruhi tingkah laku manusia kearah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk
menguasai tehnik dan model konsep komunikasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
a. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menetap dalam dirinya yang
sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar
tujuan dapat tercapai.
b. Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi king dan
model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling member dan
menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah imformasi yang disampaikan sesuai
dengan yang ingin dicapai.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari uraian dan role play diatas maka dapat dipahami bahwa Terapeutik merupakan kata
sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan atau segala sesuatu yang memfasilitasi
proses penyembuhan.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional perawat yang direncanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Dengan memiliki keterampilan
berkomunikasi terapeutik pada orang dewasa perawat akan lebih mudah menjalin hubungan
saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan
meningkatkan profesi.
Disamping itu, salah satu tujuan komunikasi terapeutik dewasa adalah membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan atau pikirannya serta dapat mengambil tindakan
untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. penerapan
komunikasi pada dewasa.
4.2. Saran
1. Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami selaku penulis berpesan kepada tenaga kesehatan
khususnya perawat, ketika berkomunikasi pada pasien dewasa hendaknya perawat memiliki
sikap atetif (memperdulikan, sabar, mendengarkan dan memperhatikan tanda-tanda non verbal,
mempertahankan kontak mata)
2. Selain itu perawat juga harus bersikap merespon, serta memberi dukungan dan dapat
menimbulkan sikap saling percaya. Sehingga memudahkan bagi perawat untuk melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien dewasa dengan mengetahui permasalahannya dengan jelas. 3.
Kepada instansi keperawatan hendaknya dapat membimbing dan memfasilitasi mahasiswanya
agar menjadi perawat yang profesional dalam berkomunikasi guna memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dewasa.

DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktek Keperawatan. Refika
ADITAMA. Bandung.. Potter, Patricia A. (1997). Fundamental Keperawatan. EGC buku
Kedokteran. Jakarta. Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia. EGC Buku
Kedokteran. Jakarta.
KOMUNIKASI PADA KLIEN LANSIA

Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia ( WHO ) mengelompokkan usia lanjut menjadi
4 macam, meliputi :
- usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
- usia lanjut (elderly), kelompok usia antara 60-70 tahun.
- usia lanjut usia (old), kelompok usia antara 75-90 tahun
- usia tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan usia namun perubahan-perubahan
akibat dari usia tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada aspek fisik berupa
perubahan neurologis dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran. Perubahan-
perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interpretasi terhadap maksud
komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat intelegensia,
kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.

Perubahan emosi yang sering nampak adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang
terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya :
- tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan yang diberikan
petugas kesehatan
- mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru
- menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit
- menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang langsung
mengikutsertakan dirinya.
- menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila nasehat
tersebut demi kenyamanan klien.

Pendekatan Perawatan Lansia dalam Konteks Komunikasi


Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan
fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan serta penyakit
yang bisa dicegah progresifitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah dilaksanakan dan dicari
solusinya karena riil dan mudah di observasi.

Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya
membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat berperan
sebagai konselor, advokat, suporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai
penampung masalah-masalah rahsia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.

Pendekatan sosial
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan.
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan
kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan
sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan.

Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama
yang dianutnya terutama bagi klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Pendekatan
spiritual ini cukup efektif terutapa bagi klien yang mempunyai kesadaran yang tinggi dan latar
belakang keagamaan yang baik.

Teknik Komunikasi pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang
memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus mempunya
tehnik-tehnik khusus agar komunikasi yang dilakukan dpat berlangsung lancar dan sesuai dengan
tujuan yang di inginkan.
Beberapa tehnik komunikasi yang dapat diterapkan anatara lain :

1. Tehnik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan
sikap peduli, sabar mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud
komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan
yang terapeutik dengan klien lansia.

2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk
perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau
kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan
tersebut, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, "Apa yang sedang Bapak/Ibu pikirkan saat
ini ? Apa yang bisa saya bantu ?". Berespon berarti bersikap aktif, tidak menunggu bantuan dari
klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.

3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang
diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pernyataan-pernyataan diluar materi yang diinginkan,
maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan
karena umumnya klien lansia senang menceritakan yang mungkin tidak relevan untuk
kepentingan petugas kesehatan

4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap
menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga
kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum dan menganggung kepala
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai sesama lansia
berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak
merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien termotivasi untuk
mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara moril
maupun materil, petugas kesehatan jangan sampai terkesan menggurui atau mengajari klien
karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa
terkesan menggurui atau mengajari misalnya : "Saya yakin Bapak/Ibu lebih berpengalaman dari
saya, untuk itu kami yakin Bapak/Ibu mampu melaksanakan....dan bila diperlukan kami siap
membantu".

5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi
penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat
diterima dan dipersepsikan sama oleh klien. "Bapak/Ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan
tadi ? bisa minta tolong Bapak/Ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi?"

6. Sabar dan Ikhlas


Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umunya mengalami perubahan-perubahan yang
terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan. Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan
ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan
tidak terpeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan
menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila ada
sikap agresif dan sikap non asertif

1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku dibawah ini :
- berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawanbicara)
- meremehkan orang lain
- mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
- menonjolkan diri sendiri
- mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan

2. Non Asertif
Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah :
- menarik diri bila diajak berbicara
- merasa tidak sebaik orang lain atau rendah diri
- merasa tidak berdaya
- tidak berani mengungkapkan keyakinan
- membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
- tampil diam atau pasif
- mengikuti kehendak orang lain
- mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga ghubungan baik dengan orang lain

Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupakan hal yang wajar seiring dengan
menurunnya fungsi fisik dan psikologis klien. Namun sebagai tenaga profesional kesehatan,
perawat dituntut mampu mengatasi keadaan tersebut, untuk itu perlu adanya tehnik atai tips-tips
tertentu yang perlu diperhatikan agar komunikasi dapat berlangsung efektif, antara lain :

 selalu mulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien


 keraskan suara anda jika perlu
 dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia sehingga dia dapat melihat
mulut anda
 atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi
gangguan visual dan auditori. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
 ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan
menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
 jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak
mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya
memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
 berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat pendek dengan
bahasa yang sederhana.
 bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual
 serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil
tes yang diingingkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus
seharusnya dibuktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang
menggembirakan ( misalnya dengan senyum, ceria atau tertawa secukupnya )
 ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut
 berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
 biarkan dia membuat kesalahan, jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan
anda untuk menyelesaikan kalimat
 jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya
 arahkan kesuatu topik pada suatu saat
 jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan bersama anda. Orang
ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses
komunikasi.
KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

A. Dasar-dasar komunikasi dalam keluarga


Secara etimologis atau menurut asal katanya istilah komunikasi berasal dari bahasa
latin, yaitu comunication, yang akar katanya adalah communis, tetapi bukan partai komunis
dalam kegiatan politik. Arti communis adalah sama, dalamarti kata sama makna yaitu sama
makna mengenai suatu hal.[1]Secara terminologis komunikasi proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang pada orang lain. Dalam terminologi yang lain komunikasi dapat
dipandang sebagai proses penyampaian informasi dalam pengertian ini, keberhasilan komunikasi
sangat tergantung dari penguasaan materi dan pengaturan cara-cara penyampaiannya. Sedangkan
pengirim dan penerima pesan bukan merupakan komponen yang menentukan.

Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan
manusia. Mulyana pernah berujar, bahwa tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang
tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan
manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperrilaku tersebut harus dipelajari lewat
pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Jadi
komunikasi adalah inti dari semua hubungan dengan tingkat kedalaman yang bervariasi yang
ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, pengertian, dan saling percaya di antara kedua belah
pihak. Adapun proses komunikasi dapat di ilustrasikan seperti dibawah ini.
komunikan
pesan
komunikator

feedback
Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan.
Didalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena pernikahan.
Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan masyarakat
yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari satu lingkungan negara.
Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam
Noor, 1983) bahwa keluarga rumah tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa
keluarga rumah tangga berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa
kota berdiri daru propinsi, dan dari beberapa propinsi berdiridatu negara.[2]
Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”. Kesadaran
untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan saling interaksi dan berpotensi
punya anak akhirnya membentuk komunikasi baru yang disebut keluarga. Karenanya
keluargapun dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-
laki dan wanita perhubungan mana sedikit banyak bertsanggung lama untuk menciptakan dan
membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan
sosial yang terdiridari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai
sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.
Ketika sebuah keluarga terbentuk, komunikasi baru karena hubungan darahpun
terbentuk pula. Di dalamnya ada suami, istri dan anak sebagai penghuninya. Saling berhubungan,
saling berinteraksi di antara mereka melahirkan dinamika kelompok karena berbagai
kepentingan, yang terkadang bisa memicu konflik dalam keluarga.
Oleh karena itu, konflik dalam keluarga harus diminimalkan untuk mewujudkan
keluarga seimbang dan bagaimana cara berkomunikasi dalam keluarga dengan baik. Keluarga
seimbang adalah keluarga yang ditandai keharmonisan hubungan (relasi) antara ayah dan ibu
antara ayah dan anak serta antara ibu dan anak. Setiap anggota keluarga tahu tugas dan tanggung
jawab masing-masing dan dapat dipercaya.[3]
Tak dapat dipungkiri, hubunganyang menjadi kepedulian kebanyakan orang adalah
hubungan dalam keluarga, keluarga mewakili suatu konstelasi hubungan yang sangat khusus.[4]
Dilingkungan keluarga, komunikasi juga sangat besar kedudukannya dalam
mempertahankan kelangsungan hidup keluarga yang bersangkutan. Tanpa dibarengi dengan
pelaksanaan komunikasi yang terbuka antar anggota dalam suatu keluarga dipastikan tidak akan
terjadi keharmonisan di dalamnya.
Dalam keluarga juga paling sering terjadinya proses komunikasi dan informasi
pendidikan. Bukanlah pendidikan awalnya dari keluarga? Sebagian besar perilaku orangtua dan
lingkungannya dalam keluarga, akanselalu mendapatkan proses pendidikan sepanjang anak-anak
masih diasuh di dalamnya.
Didalam lingkungan keluarga memang tidak hanya terjadi proses komunikasi
pendidikanlain seperti komunikasi massa (setidaknya sebagai anggota audiens pemirsa dan
pembaca media massa).
Infromasi dalam lingkungan keluarga pun menyertai kehadiran proses komunikasi, baik
langsung ataupun tidak langsung. Seperti halnya proses komunikasi, proses perjalanan informasi
dalam lingkungan keluarga selalu sejalan sebagai penyerta proses komunikasi.[5]

B. Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga


Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga.
Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar
pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota – anggota keluarga pun
sukar untuk dihindari. Oleh karena itu, komunikasi antara suami dan sitri, komunikasi antara
ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak dan
komunikasi antar anak dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun
pendidikan yang baik dalam keluarga. Persoalannya adalah pola komunikasi bagaimana yang
sering terjadi dalam kehidupan keluarga? Berdasarkan kasusistik perilaku orang tua dan anak
yang sering muncul dalam keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga
adalah berkisar di seputar model stimulus – Respons ( S-R ), model interaksional, hubungan
antar peran, model ABX.
1. Model stimulus – respons
Pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah model stimulus – respons (
S-R ). Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat
sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –tulisan) isyarat-isyarat
nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk
memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai
pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan
mempunyai banyak efek.
2. Model Interaksional
Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R
mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif.
Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna yaitu penafsiran atas pesan atau
perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Berapa konsep penting yang digunakan adalah
diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.[6]
3. Hubungan antar peran
Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran hal
ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui
komunikasi.[7]
4. Model ABX
Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota
keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi-sosial.
Newcomb menggambarkan bahwaseseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang
lainnya (B) mengenai sesuatu (X). yaitu (1) orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap
X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dari atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan
kognitif), (2) orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama.

C. Aneka Komunikasi dalam Keluarga


1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau kelompok
yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan efektif tidaknya suatu kegiatan
komunikasi bergantung dari ketepatan kata-kata atau kalimat dalam mengungkapkan sesuatu.
Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga setiap hari
orang tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya., canda dan tawa menyertai dialog
antara orang tua dan anak.
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi
juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi nonverbal suatu ketika bisa
berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi komunikasi verbal sangat terasa jika,
komunikasi yang dilakukan secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas.
3. Komunikasi Individual
Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sering
terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi
antarpribadi, antara suami dan istri, antara ayah dan anak, antara ibu dan anak, antar anak dan
anak.
4. Komunikasi kelompok
Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam keluarga
keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi pertemuan antara orang tua dan anak dalam
suatu waktu dan kesempatan. Suadahwaktunya orang tua meluangkan waktu dan kesempatan
untukduduk bersama dengan anak-anak, berbicara, berdialog dalam suasana santai.[8]

D. Tahap – Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga[9]


a. Keluarga dengan anak – anak prasekolah
Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun puncak untuk
mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari keluarga khususnya dari
interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya. Anak – anak memulai kemampuan
berbahasa dengan menggunakan kata – kata tunggal. Anatara usia 18 – 24 bulan, ungkapan –
ungkapan dua kata muncul. Menjelangn usia 3 tahun anak- anak menguasai kira – kira seribu
kata, dan mulai usia 4-5 tahun mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan.
b. Keluarga dengan anak – anak usia sekolah
Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan usia. Mereka
memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang masih merupakan kekuatan
dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak – pihak di luar keluarga. Dua dimensi
komunikasi orang tua-anak menjadi penting ; penerimaan – penolakan dan kontrol otonomi.
c. Keluarga dengan anak – anak remaja
Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan dengan bertambahya
kebebasan anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan kontrol menjadi sangat tajam pada
tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga
kepada komunikasi dengan teman- teman sebaya . Karena perubahan – perubahan fisiologis dan
psikologis yang dialami remaja, topik –topik tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya, usia
remaja merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila orang tua dan anak dapat
mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih lancar. Selanjutnya dapat disimpulkan
dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan saudara- saudara kandung tetap penting.
Misalnya, penelitian di Universitas Purdue menunjukkan bahwa wanita yang mempunyai
hubungan akrab dengan seorang saudara perempuannya mengalami kurang depresi dalam
kehidupan lanjutnya. Klagsbrun melaporkan, berdasarkan survey, bahwa wanita lebih cenderung
merasa akrab dengan saudara- saudara perempuannya dibandingkan dengan pria terhadap
saudara-sudara prianya dan bahwa saudara-saudara kandung lebih cenderung akrab sebagai
orang – orang dewasa bila perbedaan usia mereka tidak lebih dari lima tahun antara yang satu
dengan lainnya.

E. Etika Komunikasi Keluarga dalam Islam


Dalam konteks komunikasi di masyarakat, ada 2 kata yang dirasa perlu dibicarakan di
sini, yaitu etika dan etiket. Etika adalah kata benda. Bahasa Inggrisnya adalah ethics yang berarti
etika atau tata susila.
Sementara itu etiket adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Prancis etiquette, yang
secara harfiah berarti peringatan. Secara maknawi berarti persyaratan konvensional mengenai
prilaku tata cara dalam masyarakat beradab memelihara hubungan baik antara sesama
manusianya.
Ketika di kaitkan dengan komunikasi, maka etika ibu menjadi dasar pijakan dalam
berkomunikasi antar individu atau kelompok. Etika memberikan landasan moral dalam
membangun tata susila terhadap semua sikap dan perilaku individu atau kelompok komunikasi.
Dengan demikian, tanpa etika komunikasi itu dinilai tidak etis.
Secara garis besar, etika komunikasi dalam Islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu etika
komunikasi transendental (hablum minallah) dan etika komunikasi insani (hablumminannas).
Etika komunikasi dalam Islam dibangun berdasarkan petunjuk yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an
dan Al-Sunnah. Islam mengajarkan berkomunikasi itu dengan penuh beradaban, penuh
penghormatan, penghargaan terhadap orang yang di ajak bicara, dan sebagainya.[10]
Ada 6 (enam) prinsip etika komunikasi dalam Islam yaitu prinsip qawlan karima
(perkataan yang benar/lurus), prinsip qawlan ma’rufa (perkataan yang baik), prinsip qawlan
layyina (perkataan yang lemah lembut), dan prinsip qawlan maisura (perkataan yang pantas)
1. Qawlan Karima ( Perkataan yang benar / lurus )
Komunikasi yang baik tidak dinilai dari tinggi rendahnya jabatan atau pangkat seseorang,
tetapi ia dinilai dari perkataan seseorang cukup banyak orang yang gagal berkomunikasi dengan
baik kepda orang lain disebabkan mempergunakan perkataan yang keliru dan berpotensi
merendahkan orang lain.
Islam mengajarkan agar memeprgunakan perkataan yang mulia dalam berkomunikasi
kepada siapapun seperti terdapat dalam ayat Al-Qur’an yang berbunyi :
ٍّ ُ ‫سانا ً إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعندَكَ ْال ِكبَ َر أَ َحد ُ ُه َما أ َ ْو ِكالَ ُه َما فَالَ تَقُل لَّ ُه َما أ‬
‫ف َوالَ تَ ْن َه ْر ُه َما َوقُل‬ َ ْ‫ضى َربُّكَ أَالَّ ت َ ْعبُد ُواْ إِالَّ إِيَّاهُ َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن إِح‬ َ َ‫َوق‬
ً ‫لَّ ُه َما قَ ْوالً ك َِريما‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.(Al-Israa : 23)
2. Qawlan Sadida ( Perkataan jujur )
Berkata benar berarti berkata jujur, apa adanya, jauh dari kebohongan orang yang jujur
adalah orang yang dapat dipercaya setiap perkataan yang keluar dari mulutnya selalu
mengandung kebenaran.
Dalam kehidupan keluarga, masalah berkata benar ini penting apalagi dalam konteks
pendidikan anak. Islam mengajarkan agar orang tua selalu berkata benar kepada anak. Berbicara
kepada orang lain harus benar katakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah.
3. Qawlan ma’rufa (berkata yang baik/pantas)
Qawlan ma’rufa dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas / baik.
Dalam surat al-baqarah ayat 263 Allah berfirman :
‫ي َح ِلي ٌم‬ٌّ ‫صدَقَ ٍّة َيتْ َبعُ َها أَذًى َوّللاُ َغ ِن‬
َ ‫وف َو َم ْغ ِف َرة ٌ َخي ٌْر ِمن‬ ٌ ‫قَ ْو ٌل َّم ْع ُر‬
“Perkataan yang baik dan pemberian ma'af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu
yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Al-Baqarah
: 263).
Islam mengajarkan agar ketika memberi orang lain yang minta sedekah disertai dengan
perkataan yang baik, bukan diiringi dengan perkataan kasar sebab perkataan yang kasar dapat
menyakiti perasaan orang lain.
4. Qawlan Baligha ( berkata yang bermanfaat / mengena jiwa )
Qawlan baligha adalah komunikasi yang efektif dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman :
ً ‫ظ ُه ْم َوقُل لَّ ُه ْم ِفي أَنفُ ِس ِه ْم قَ ْوالً َب ِليغا‬ْ ‫ض َع ْن ُه ْم َو ِع‬ْ ‫أُولَـئِكَ الَّذِينَ َي ْعلَ ُم ّللاُ َما ِفي قُلُو ِب ِه ْم فَأَع ِْر‬
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena
itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka
perkataan yang berbekas pada jiwa pada jiwa seseorang. Dalam keluarga komunikasi mereka”.
(An-Nisaa : 63)
Ayat diatas memberikan isyaratbahwa komunikasi itu efekif bila perkataan yang
disampaikan itu berbekas yang berbekas di jiwa adalah penting. Komunikasi seperti ini hanya
terjadi bila komunikasi yang berlangsung itu efektif mengenai sasaran. Artinya apa yang
dikomunikasikan itu secara terus terang, tidak bertele-tele sehingga tepat mengenai sasaran yang
dituju.
5. Qawlan Layyina ( berkata yang lemah lembut )
Islam mengajarkan agar menggunakan komunikasi yang lemah lembut kepada siapapun.
Dalam keluarga orang tua sebaiknya berkomunikasi pada anak dengan cara lemah lembut, jauh
dari kekerasan dan permusuhan. Dengan menggunakan komunikasi yang lemah lembut, selain
ada perasaan bersahabat yang menyusup ke dalam telung hati anak. Ia juga berusahamenjadi
pendengar yang baik, perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam
Al-Qur’an yang berbunyi:
‫وال لَهُ قَ ْوالً لَّ ِينا ً لَّ َعلَّهُ َيتَذَ َّك ُر أَ ْو َي ْخشَى‬
َ ُ‫فَق‬
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut". ( Thaahaa : 44)

6. Qawlan Maiusura ( perkataan yang pantas )


Dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan dianjurkan untuk mempergunakan bahasa
yang mudah ringkas, dan tepat sehingga mudah dicerna dan dimengerti. Dalam Al-Qur’an
ditemukan istilah qawlan manusia yang merupakan salah satu tuntunan untuk melakukan
komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan
perasaan.[11]

F. Faktor –faktor yang mempengaruhi Komunikasi Keluarga


Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan baik
kepada orang lain. Dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik
kepada orang lain.
Dalam keluarga, ketika dua orang berkomunikasi, sebetulnya mereka berada dalam
perbedaan untuk mencapai kesamaan pengertian dengan cara mengungkapkan dunia sendiri yang
khas, mengungkapkan dirinya yang tidak sama dengan siapapun. Sekalipun yang berkomunikasi
ibu adalah antara suami dan istri antara ayah dan anak antara ibu dan anak, dan antara anak dan
anak, hanya sebagian kecil mereka itu sama-sama tahu, sama-sama mengalami, sama pendapat,
dan sama pandangan.[12]
Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi kimunikasi da,am keluarga, seperti
yang akan duraikan berikut ini :
a. Citra diri dan citra orang lain
Citra diri atau merasa diri, maksudnya sama saja. Ketika orang berhubungan dan
berkomunikasi dengan orang lain, dua mempunyai citra diri dia merasa dirinya sebagai apa dan
bagaimana. Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya,
kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia
berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya
terhadap segala yang berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi
dan persepsi orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan orang
berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran tang khas bagi dirinya. Jika seorang ayah
mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur,
maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan,
saling lengkap-melengkapai. Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dancara komunikasi.
b. Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung
bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi
prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
c. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yang
berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah.
Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan
suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam
masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi
yang berlangsungpun harus taat norma.
d. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan.
Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan
berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan tersebut. Menurut Cragan dan
Wright, kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk
bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan
keefektifan komunikasi kelompok.
e. Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat
untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang
tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat.
Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang
dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
f. Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara
sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil
berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus
dipahami.[13]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian didalam pembahasan dari kelompok kami dapat menarik kesimpulan :
1. Komunikasi adalah dimana ada masyarakat yang melakukan hubungan sosial disitu ada
kegiatan komunikasi.
Keluarga merupakan sebuah lembaga yang didalamnya hidup bersama pasangan suami istri
secara sah karena pernikahan.
Komunikasi dalam keluarga adalah sebuah penyampaian pesan atau informasi yang berlangsung
dalam keluarga. Disitu diperlukan keterbukaan di dalam berkomunikasi antar anggota dalam
suatu keluarga. Segala perilaku orang tua dan lingkungannya dalam keluarga akan selalu
mendapatkan proses pendidikan sepanjang anak – anak masih di asah di dalamnya.
2. Berdasarkan kasuistik yang sering terjadi dalam kehidupan keluarga, maka pola komunikasi
berkisar seputar model sebagai berikut :
a. Stimulus – Respons ( S-R )
b. Model interaksional
c. Hubungan antar peran
Aneka komunikasi dalam keluarga meliputi :
a. Komunikasi verbal
b. Komuniksai nonverbal
c. Komunikasi individual
d. Komunikasi kelompok
3. Etika komunikasi keluarga dalam Islam ada 6 prinsip yaitu :
a. Qawlan Karima (perkataan yang mulia)
b. Qawlan Sadida (perkataan yang benar/lurus)
c. Qawlan ma’rufa (perkataan yang baik/pantas)
d. Qawlan Baligha (perkataan yang efektif)
e. Qawlan Layyina perkataan yang lemah lembut)
f. Qawlan Maisura (perkataan yang pantas)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga adalah
a. Citra diri dan citra orang lain
b. Suasana psikologis
c. Lingkungan fisik
d. Kepemimpinan
e. Bahasa
f. Perbedaan usia

B. Saran
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka kritik
terutamannya saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyusunan
makalah kami ke depan yang lebih baik. Atas saran yang diberikan disampaikan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri, 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, Jakarta :
Rineka Cipta.
M. Yusuf, Pawit, 2009. Ilmu Informasi Komunikasi dan Kepustakaan, jakarta : bumi Aksara.
Mulyona, Deddy, 2005. Nuansa-nuansa Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya
Tubss L.Stewart dan Sylvia Moss,Human Communication, Bandung : Remaja rosda Karya
http://aliyahnuraini.wordpress.com/2009/04/04/komunikasi-keluarga.
http://pondokhikmat.tripod.com/komunikasikelurga_efektif.htm
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak berkomunikasi. We
can’t not communicate begitupun halnya saat kita berkelompok. Komunikasi seakan menjadi
pengaruh dalam jasad sebuah kelompok. Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
sukses atau gagalnya suatu kelompok/komunitas bergantung pada komunikasinya. Seberapa
intens dan efektif suatu komunikasi dapat dibangun. Dalam komunikasi kelompok sering kali
ada kegiatan penting yang sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut. Kegiatan tersebut
adalah kegiatan Diskusi Kelompok.Saat ini, banyak permasalahan yang terjadi di kalangan
sebuah kelompok dan inti masalahnya adalah kurangnya komunikasi. Permasalahan komunikasi
yang terjadi pun tak hanya intern saja tapi juga eksternalnya.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain,
niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah
sebuah kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Teori
dasar Biologi menyebut adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyasuaikan diri dengan lingkungannya.
Berdasarkan permasalahan di atas, penting kiranya penulis yang berkutat di dalam
beberapa kelompok, mengkaji dan mencarikan solusi terbaik untuk semua pihak. Maka dari itu,
penulis mencari informasi dan menyusun makalah mengenai komunikasi kelompok yang
mudah-mudahan bisa menjadi solusi. Hal ini pun merupakan salah satu upaya pemenuhan tugas
mata kuliah Komunikasi Keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari komunikasi kelompok ?
2. Apa prinsip – prinsip dasar komunikasi kelompok ?
3. Bagaimana pengaruh kelompok pada prilaku komunikasi ?
4. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi kelompok ?
5. Apa saja bentuk – bentuk dari komunikasi kelompok ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi kelompok.
2. Untuk mengetahui prinsip – prinsip dasar komunikasi kelompok.
3. Untuk mengetahui pengaruh kelompok pada prilaku komunikasi.
4. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi kelompok.
5. Untuk mengetahui bentuk – bentuk dari komunikasi kelompok.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya
adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang
tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga
melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam
suatu kelompok kecil masyarakat seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya.
Definisi lain mengenai komunikasi kelompok adalah suatu iteraksi dengan bertatap muka antara
tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi infomasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai
kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu
umtuk mencapai tujuan kelompok.
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka
2. Kelompok memiliki partisipan
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain

Jadi, ada dua tanda kelompok secara psikologis, yaitu:


1. Anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok (sense of belonging) yang tidak
dimiliki orang yang bukan anggota kelompok.
2. Nasib anggota-anggota saling bergantung, sehingga hasilnya setiap orang terkait dalam cara
tertentu dengan hasil anggota yang lainnya.

2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok


Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari.
Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang
untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hampir semua
aspek kehidupan. Kelompok bisa menjadi media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan
pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), Kelompok juga dapat menjadi sarana untuk
meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan kelompok juga bisa menjadi
alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan
masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam suatu kelompok
yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi
dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain
(misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan di atas, yaitu:
a. Elemen pertama, interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena
melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang
disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam
aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi antara satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang
hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai
kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan
pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
b. Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang
singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi
dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau
ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
c. Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok. Tidak
ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi
batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota
tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota
kelompok untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya.
Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal
dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar
anggota yang lain atau seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama.
d. Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu
kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan
satu atau lebih tujuannya.

2.3 Pengaruh Kelompok Pada Prilaku Komunikasi


1. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok
sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam
kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk
mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, jika Anda merencanakan untuk menjadi ketua
kelompok, aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika Anda meminta
persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan Anda secara menyetujuan pendapat Anda.
Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-
anggota berikutnya untuk setuju juga.
Contohnya, pada waktu pemilihan Ketua Umum sebuah partai politik yang dihadiri oleh
33 orang perwakilan daerah. Salah seorang calon ketua umum (misalnya A) merancang 5 orang
perwakilan daerah tersebut untuk berbicara dalam rapat pemilihan tersebut dan menyatakan
pilihannya pada A. Maka setelah kelima orang tersebut selesai berbicara, anggota-anggota
perwakilan daerah lainnya tanpa sadar akan ”terbawa” pada pendapat atau pilihan kelima orang
tersebut, sehingga akan terpilih Calon A menjadi Ketua Umum.

2. Fasilitasi Sosial
Fasilitasi berasal dari bahasa Prancis facile, yang berarti mudah, ini menunjukkan kelancaran
atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton oleh kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran
orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini
terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya di depan orang yang menggairahkan kita.
Energi yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan.
Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang
benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan
prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena
itu peneliti melihat kelompok mampu mempertinggi kualitas kerja individu.
Contohnya, seorang anak sekolah ketika berada di rumah akan terlihat baik perilakunya.
Akan tetapi, ketika anak ini berada di tengah-tengah kelompoknya (contoh: Geng Nero), maka
perilakunya akan berubah menjadi nakal dan agresif. Bahkan ibunya terheran-heran dibuatnya,
karena tidak menyangka anaknya bisa seperti itu, padahal di rumah ia terlihat pendiam dan
kalem.

3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok
para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan
lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok
agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. Jadi
polarisasi adalah proses mengkutub, baik ke arah mendukung atau positif atau pro maupun ke
arah menolak atau negatif atau kontra dalam suatu masalah yang diperdebatkan.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok


Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan, yaitu:
a. Melaksanakan tugas kelompok
b. Memelihara moral anggota-anggotanya.

Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok atau prestasi (performance), tujuan
kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk
saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari
beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat
memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Efektivitas kelompok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor situasional atau
karateristik kelompok dan faktor personal atau karateristik para anggota kelompok. Faktor
situasional meliputi: ukuran kelompok, jaringan komunikasi, kohesi kelompok, dan
kepemimpinan. Sedangkan faktor personal meliputi: kebutuhan interpersonal, tindak
komunikasi, dan peranan.
Ada 4 faktor situasional yang mempengaruhi efektifitas komunikasi kelompok sebagai
berikut:
1) Ukuran kelompok
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok atau performance
bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Sehubungan dengan hal
tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu tugas koaktif dan tugas interaktif. Pada tugas koaktif,
masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas
interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara terorganisasi untuk menghasilkan
produk, atau keputusan.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan
kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang konvergen (mencapai satu
pemecahan yang benar), maka hanya diperlukan kelompok kecil supaya sangat produktif,
terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, ketrampilan, dan kemampuan
yang terbatas. Bila tuga memerlukan kegiatan yang divergen (menghasilkan berbagai gagasan
kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
2) Jaringan komunikasi
Pada jaringan komunikasi model roda, seseorang (biasanya pemimpin) menjadi fokus perhatian.
Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya
bisa berhubungan dengan pemimpinnya. Pada jaringan komunikasi rantai, A dapat
berkomunikasi dengan B, B dapat berkomunikasi dengan dengan C, C dapat berkomunikasi
dengan dengan D, dan begitu seterusnya. Pada jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota dapat
berhubungan dengan orang-orang di sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang
yang hanya dapat berkomunikasi dengan hanya seseorang di sampingnya. Pada jaringan
komunikasi lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping
kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin. Pada jaringan
komunikasi bintang, disebut juga jaringan komunikasi semua saluran (all channel), setiap
anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok, Leavit menemukan bahwa jaringan komunikasi
roda, yaitu yang paling memusat dari seluruh jaringan komunikasi, menghasilkan produk
kelompok yang tercepat dan terorganisasi. Sedangkan kelompok lingkaran, yang paling tidak
memusat, adalah yang paling lambat dalam memacahkan masalah. Jaringan komunikasi
lingkaran cenderung melahirkan sejumlah kesalahan. Penelitian-penelitian selanjutnya
membuktikan bahwa pola komunikasi yang paling efektif adalah pola semua saluran. Karena
pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin, dan pola ini juga paling
memberikan kepuasan kepada anggota serta paling cepat menyelesaikan tugas bila tugas itu
berhubungan dengan masalah yang sulit. Pola roda adalah pola komunikasi yang memberikan
kepuasan paling rendah.
3) Kohesi kelompok
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan interpersonal yang
akrab, kestiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam. Kohesi kelompok merupakan kekuatan
yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya
meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok dapat diukur dari: keterikatan anggota secara
interpersonal antara satu sama lain, ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan
sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personalnya.
Menurut Bestinghaus, ada beberapa implikasi komunikasi dalam kelompok kohesif, sebagai
berikut:
a) Komunikator dengan mudah berhasil memperoleh dukungan kelompok. Jika gagasannya sesuai
dengan mayoritas anggota kelompok.
b) Pada umumnya kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin dipengaruhi persuasi. Ada tekanan
ke arah uniformitas dalam pendapat, keyakinan, dan tindakan.
c) Komunikasi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan distribusi komunikasi di
antara anggota-anggota kelompok.
d) Dalam situasi pesan tampak sebagai ancaman kepada kelompok, kelompok yang lebih kohesif
akan cenderung menolak pesan.
e) Sebagai konsekuensi dari poin 4 di atas, maka komunikator dapat meningkatkan kohesi
kelompok agar kelompok mampu menolak pesan yang bertentangan.
4) Kepemimipinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak
ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan
komunikasi kelompok. Ada tiga gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez
faire.

2.5 Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok


Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun
dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
 Kelompok Primer dan Sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa
kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab,
personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder
adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai
berikut:
o Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur
backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit
sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
o Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder
nonpersonal.
o Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan
kelompok primer adalah sebaliknya.
o Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
o Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
 Kelompok Keanggotaan Dan Kelompok Rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group)
dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang
anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan
kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai
diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif,
dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur
dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan
kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk
membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif).
Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara
mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai
objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-
satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
(ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun
kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam
berkomunikasi.
·

 Kelompok Deskriptif Dan Kelompok Presikriptif


John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan
peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses
pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok
deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok
penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau
merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan
diri mereka sebagai acara pokok.
Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok
terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai
tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di
AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota
kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format
kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium,
dan prosedur parlementer.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka kami dapat menyimpulkan bahwa komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok
kecil masyarakat seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya. Dalam komunikasi
kelompok ada prinsip dasar, yang terdiri dari empat elemen yaitu elemen pertama interaksi
dalam komunikasi kelompok merupakan hal yang sangat penting, elemen yang kedua adalah
waktu, elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok,
elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan akan membantu
individu dalam anggota kelompok dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.Pengaruh
kelompok pada komunikasi yaitu konformitas, fasilitasi sosial, polarisasi. Faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi kelompok yaitu ukuran kelompok, jaringan komunikasi,
kohesi kelompok, kepemimpinan. Bentuk-bentuk komunikasi kelompok yaitu kelompok primer
dan sekunder, kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan, kelompok deskriptif dan kelompok
presikriptif.

3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka dalam komunikasi kelompok agar memperhatikan
tatacara dalam berkomunikasi di dalam kelompok sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi
lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Komunikasi Kelompok (dalam http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-


kuliah/komunikasi-kelompok/). Akses: 21 Maret 2013.
Anonim. 2010. Komunikasi Kelompok. (dalam
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/02/komunikasi-kelompok.html). Akses: 21
Maret 2013.
Anonim. 2009. Komunikasi Kelompok (dalam
http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2009/01/komunikasi-kelompok.html). Akses: 21 Maret
2013.
Arjamudin. 2012. Makalah Sistem Komunikasi Kelompok (dalam
http://arjaenim.blogspot.com/2012/11/makalah-sistem-komunikasi-kelompok.html). Akses: 21
Maret 2013.
Lestari, Sri. 2012. Makalah Komunikasi Kelompok (dalam http://humaira-
301090.blogspot.com/2012/01/makalah-komunikasi-kelompok.html). Akses: 21 Maret 2013.
Parkosa, Adi. 2008. Komunikasi Kelompok (dalam http://adiprakosa.blogspot.com/2008/07/komunikasi-
kelompok.html). Akses: 21 Maret 2013.
Saputra, Robby. 2012.Sistem Komunikasi Kelompok(dalam
http://robbysaputrasiakper.blogspot.com/2012/04/sistem-komunikasi-kelompok.html). Akses: 21
Maret 2013.
Satuan Acara Penyuluhan
6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Masalah : Kurangnya Informasi Tentang 6


langkah cuci tangan

Pokok Bahasan : Pengendalian Infeksi


Sub Pokok Bahasan : 6 Langkah cuci tangan yang benar
Sasaran : klien dan keluarga
Waktu : 15 menit
Pertemuan : ke 1
Tanggal : 15 Desember 2014
Tempat : Ruang Obgyn Gd.Kemuning Lt.III

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan , klien mampu memahami tentang 6 Langkah cuci
tangan yang benar
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan klien dapat :
a. Menyebutkan pengertian dari cuci tangan
b. Menyebutkan alasan dari pentingnya mencuci tangan
c. Meyebutkan manfaat melakukan 6 Langkah cuci tangan yang benar
d. Menyebutkan 5 waktu penting melakukan cuci tangan sehari-hari
e. Menyebutkan 5 waktu penting melakukan cuci tangan di lingkungan rumah sakit
f. Mampu menjelaskan dan memperagakan 6 langkah cuci tangan dengan benar
menggunakan sabun dan hand rub
III. Materi Penyuluhan
a. Pengertian mencuci tangan
b. Pentingnya mencuci tangan
c. Manfaat melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar
d. 5 waktu penting melakukan cuci tangan sehari-hari
e. 5 waktu penting melakukan cuci tangan di lingkungan rumah sakit
IV. Metode Pembelajaran
a. Metode : Ceramah dan diskusi
b. Langkah-langkah kegiatan :
1) Kegiatan pra pembelajaran
- Mempersiapkan materi, media dan tempat

- Kontrak waktu
2) Kegiatan membuka pembelajaran
- Memberi salam

- Perkenalan

- Menyampaikan pokok bahasan

- Menjelaskan tujuan

- Apersepsi
3) Kegiatan inti
- Penyuluh memberikan materi

- Sararan menyimak materi

- Sasaran mengajukan pertanyaan

- Penyuluh menjawab pertanyaan


4) Kegiatan menutup pembelajaran
- Melakukan post test (memberi pertanyaan secara lisan)

- Menyimpulkan materi

- Memberi salam

V. Media dan Sumber


Media : Leaflet
Sumber :
VI. Evaluasi
Prosedur : Post test
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
Butir-butir pertanyaan :
a. Sebutkan pengertian mencuci tangan
b. Sebutkan pentingnya mencuci tangan
c. Sebutkan manfaat 6 langkah cuci tangan dengan benar
d. Sebutkan 5 waktu melaksanakan cuci tangan dalam kegiatan sehari-hari
e. Sebutkan 5 waktu melaksanakan cuci tangan di lingkungan rumah sakit
f. Peragakan 6 langkah cuci tangan yang benar

LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN

A. PENGERTIAN MENCUCI TANGAN


Mencuci tangan adalah menggosok kedua pergelangan tangan dengan kuat secara bersamaan
menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas dengan air mengalir dengan tujuan
menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin. Ada dua prosedur pencucian tangan yang
dapat dilakukan.
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai
sebab utama infeksi nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan, penyebaran
mikroorganisme multiresisten dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap
timbulnya wabah

B. PENTINGNYA MENCUCI TANGAN


Penularan lewat Tangan
 Infeksi fecal-oral: gastroenteritis (virus, kuman, parasit), kolera, disenteri, tifus, cacingan,
hepatitis A, leptospirosis, candidiasis, polio.
 Tak langsung lewat tangan: SARS, flu burung.
 Langsung lewat kuku tangan: bisul, jerawat, makanan tercemar (basi)
C. MANFAAT MENCUCI TANGAN
Hal utama dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
-sederhana dan efektif mencegah infeksi
-menciptakan lingkungan yang aman
-pelayanan kesehatan menjadi aman
-bila tangan kotor,cuci dengan sabun atau antiseptic di air mengalir
-bila tangan tak tampak kotr,bersikamn denga gosok cairan berbasis alcohol atau hand
sanitizer

D. 5 WAKTU PENTING MELAKUKAN CUCI TANGAN SEHARI-HARI


*sebelum memasukan makanan ke dalam mulut
*sebelum mengolah makanan
*sebelum memegang bayi
*setelah menceboki anak
*setelah buang air kecil(BAK) dan buang air besar (BAB)

E. 5 WAKTU PENTING MELAKUKAN CUCI TANGAN DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT


1. Sebelum Kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan asepsis
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

F. Cara Cuci Tangan 6 Langkah Pakai Sabun Yang Baik dan Benar

1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir,
ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan .Bersihkan kedua
pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri
dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu
keringkan memakai handuk atau tisu

Anda mungkin juga menyukai