Dosen Pengampu:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. karena berkat hidayah, ampunan,
dan karunia-Nya makalah ini dapat kami selesaikan dengan cukup baik namun pasti tidak
sempurna. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada manusia terbaik sepanjang masa,
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.
Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa
mengenai mata kuliah keperawatan anak I, yaitu berhubungan tentang komunikasi pada anak
usia toodler. Besar harapan kami bahwa makalah kami dapat diterima oleh banyak orang dan
dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini memang masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat membuka pintu serta mengharapkan kritik, saran, serta
informasi yang sekiranya dapat berguna untuk kelengkapan dan kesempurnaan makalah
kami.
Wassalamu’alaikum Wr . Wb.
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 KASUS
BAB 4 PENUTUP
iii
4.1 Saran......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 20
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan orang lain agar dapat bertahan hidup.
Untuk dapat membina hubungan dengan orang lain, maka butuh komunikasi sebagai alat untuk
berinteraksi. Komunikasi dapat mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang, pada proses
keperawatan komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan faktor penentu dalam
keberhasilan memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang pada makalah ini tertuju pada
klien pada usia toddler. Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia toodler. Hampir
sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara .Setiap
anak mengalami proses perkembangan yang berbeda. Cepat atau lambatnya tergantung dari
individu atau lingkungan. Faktor lingkungan ( orang tua ) merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah di miliki. Dan Saat tidak
terjadi interaksi antara kedua pihak yang saling berkomunikasi akan terjadi gangguan dalam
pencapaian potensi yang dimiliki pada anak. Selain itu faktor suku,agama,pendidikan dan
pekerjaan keluarga terutama pengasuhanak, juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi ?
2. Apa tujuan dan fungsi Komunikasi?
3. Apa pengertian anak usia toddler ?
4. Bagaimana Perkembangan pada Anak Usia Toddler
5. Bagaimana Komunikasi pada usia toodler ?
6. Bagaimana Prinsip komunikasi pada usia toodler ?
7. Apa hambatan komunikasi pada toodler ?
8. Bagaimana cara berkomunikasi dengan keluarga anak usia toodler?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian komunikasi.
2. Mengetahui tujuan dan fungsi komunikasi
3. Mengetahui pengertian todler.
4. Mengetahui Perkembangan Anak Usia Toddler
5. Mengetaui komunikasi pada usia toodler dan
6. Mengetahui prinsip komunikasi pada usia toodler
7. Mengetahui hambatan komunikasi pada toodler
5
8. Mengetahui cara berkomunikasi dengan keluarga anak usia toodler
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan yang
lebih banyak mendorong, yang penting harus diingat adalah bagaimana yang baik
untuk melakukannya.
Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan
sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok
mengenai tukar-menukar data, fakta dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial
adalah sebagai berikut:
1. Informasi, pengumpulan penyimpanan dan pemprosesan, penyebaran berita, data,
gambar, fakta, pesan, opini, komentar.
2. Sosialisasi dan penyediaan sumber ilmu pengetahuan
Agar orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif mengerti
akan fungsi sosialnya dalam masyarakat.
3. Motivasi
Tujuannya adalah mendorong orang untuk menentukan pilihan dan keinginannya.
4. Pedebatan dan diskusi
Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah publik yang menyangkut kepentingan umum.
5. Pendidikan dan ilmu pengetahuan
Dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk
ketrampilan dan kemandirian dalam berbagai bidang.
6. Memajukan kehidupan dan menyebarkan hasil kebudayaan dan seni
Mengembangkan kebudayaan maksudnya yaitu mengembangkan kebudayaan serta
imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetisnya.
7
2.4 Perkembangan Anak Toddler
Perkembangan psikoseksual anak toddler yang dikemukakan oleh Sigmund Freud
dalam Hidayat (2009) merupakan perkembangan psikoseksual pada fase kedua yaitu fase
anal (1-3 tahun) dimana kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja, anak akan
menunjukan keakuanya dan sifatnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri
dan sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Menurut Supartini (2004),
pada tahap ini anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan feses sesuai
keinginannya. Sehingga toilet learning adalah waktu tang tepat dilakukan pada tahap ini.
Selain itu pada tahap ini tugas lain yang dapat dilaksanakan adalah latihan kebersihan
zona erogenous pada toddler terdiri dari anus dan bokong serta aktivitas seksual yang
berpusat pada pembuangan dan penahanan sampah tubuh (Muscari, 2005). Manisfestasi
dari tahap anal pada toddler menurut Muscari (2005), anak akan mempelajari kata-kata
yang dapat dikaitkan dengan anatomi dan eliminasi, dan anak akan lebih jelas tentang
perbedaan jenis kelamin.. Masalah yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah bersifat
obsesif atau gangguan pikiran, pandangan sempit, introvert, dan dapat bersikap ekstrovet
impulsif yaitu dorongan membukan diri, tidak rapi, kurang pengendalian diri.
Perkembangan psikososial toddler menurut Ericson dalam Hidayat (2009), anak
sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam
motorik dan bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara dan pada tahap ini
pula anak akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi atau tidak
memberikan kemandirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
8
dengan menggunakan semua jari, seolah-olah mencari perhatian kepada obyek, bukan
dengan tujuan untuk memilikinya, tetapi menyebutkan nama benda yang di maksud
tersebut. Ketika penamaan awal bahasa disertai dengan penggunaan kalimat,”apa tuh”?
maksud anak adalah jelas setelah menyadari bahwa kata-kata dapat berarti benda yang di
maksud.
Perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15 kata-kata pada usia 18 bulan
menjadi 100 atau lebih pada usia 2 tahun. Setelah memperoleh perbendaharaan kata kira-
kira 50 kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata tersebut untuk membuat kalimat
sederhana, permulaan tata bahasa. Pada tingkat ini, anak-anak sudah mengeri kata-kata
perintah seperti”berikan bola itu dan pakai sepatumu”. Kemunculan bahasa lisan
menandai berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru belajar
jalan belajar untuk menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide dan
menyelesaikan masalah, kebutuhan untuk kognisi di dasarkan pada perasaan langsung
dan gerakan manipulasi berkurang. Bahwa mereka saling terus menyentuh benda
tersebut, menunjukkan adanya hambatan relatif kekuatan internalisasi. (Richard et al
1999:60).
Anak tidak mampu membedakan antara kenyataan dan fantasi sehingga tampak
jika mereka bicara akan banyak ditambahi dengan fantasi diri tentang obyek yang
diceritakan. Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan sebagai berikut :
a) Memberi tahu apa yang terjadi pada diri anak.
b) Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan.
c) Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika anak tidak menjawab, harus diulang lebih
jelas dengan pengarahan yang sederhana.
d) Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata, “jawab dong”.
e) Mengalihkan aktivitas saat komunikasi, misalnya dengan memberikan mainan saat
komunikasi.
f) Menghindari konfrontasi langsung. g) Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak.
g) Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi karena bersalaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas.
h) Mengajak anak menggambar, menulis, atau bercerita untuk menggali perasaan dan
fikiran anak.
9
mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak,
adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan
penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak,
bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas,
menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat
melakukan komunikasi
Perkembangan psikososial toddler menurut Ericson dalam Hidayat (2009), anak sudah
mulai mencoba dalam mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik dan
bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara dan pada tahap ini pula anak
akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi atau tidak memberikan
kemandirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
10
Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut.
3) Pola bermain
4) Perilaku khas
5) Emosi
Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa hambatan dalam
proses komunikasi tersebut, yaitu:
11
4) Ucapan kata tidak jelas
12
memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin agar perawat memperhatikan
anaknya. Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang tua.
7) Menentukan Masalah
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada. Perawat akan bersama ibu
menetapkan apakah masalah ini benar atau tidak. Misalnya: kalau saya perhatikan mata
putra ibu ini cowong , mukosa bibirnya kering dan torgor kulitnya menurun, apa benar
putra ibu tadi dehidrasi?
8) Memecahkan Masalah
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai
merencanakan pemecahannya. Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga
dan mencoba mencari pemecahan masalah yang lebih efektif.
9) Mengadaptasi Bimbingan
Segera setelah masalah diidentifikasi dan disetujui oleh perawat dan orang tua, maka
dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam
memecahkan masalah berpartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi
memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat
berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah. 10.
10) Menghindari Hambatan-Hambatan Komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi:
Sosialisasi kepada sasaran yang tidak tepat
Memberi nasehat- nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang diperlukan
Memberikan dorongan sepintas
Melindungi suatu situasi / opini
Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
Memberikan pujian secara stereotipi
Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
Menginterupsi dan menyelesaikan kalimat seseorang
Lebih banyak bicara daripada orang yang diintervensi
Membuat konklusi yang menghakimi
Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja
13
BAB 3
KASUS
Seorang anak berusia 3 tahun An Fn megalami buang air terus menerus dengan konsistensi cair selama
lebih dari 3 kali sejak malam (17/1/20), An F mengeluh sakit dan tidak enak badan. Karena khawatir
dengan obat diare yang dijual bebas, Ny. I, ibunya tidak memberi obat apapun dan hanya meminumkan
teh hangat dan memberi miyak kayu putih kepada An F. Karena merasa membaik, An F tertidur.
Keesokan paginya Ny. I mengecek kondisi An F. An F mengeluh sakit dibagian perut dan merasa demam.
Ny. I memeriksa suhu tubuh anaknya. An F demam. Segera Ny I dan Tn F membawa An F ke klinik
kesehatan terdekat untuk diperiksa dan mendapat perawatan medis.
1. Kesadaran : Composmentis
2. BB saat sakit : 14 kg
3. BB sebelum sakit : 12 kg
4. Suhu : 37.5°C
5. Nadi : 90 x/menit
6. Tekanan darah :100/70 mmhg
7. RR : 25x/menit
Analisis kasus
Keluhan Utama : Klien BAB lebih dari 3x sehari dengan konsistensi cair
14
Tema : Komunikasi Terapeutik pada anak yang mengalami demam dan diare
Pemeran :
Anak : Firda
Ibu : Ike
Ayah : Ferdy
Perawat : Andhina
Resepsionis : Nurin
Narator : Fikri
Peralatan :
Termometer anak
Kostum
Jas Lab
Stetoskop anak
Boneka
15
Jumat, 18 Januari 2020 Suami isti membawa anaknya yang mengalami demam tinggi ke
sebuah klinik kesehatan. Segera setelah mereka sampai di klini, sang ayah mendaftar di meja
resepsionis
Resepsionis : “ Baik, kalau begitu silahkan tunggu dulu, nanti akan kami panggil.”
Fase Prainteraksi
Bapak Ferdy, Ibu Ike dan anaknya, Firda menunggu di ruang tunggu. Tidak beberapa lama,
resepsionis memanggil mereka untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Ibu Ike dan anaknya masuk ke
ruang pemeriksaan. Mereka disambut oleh perawat dan mempersilahkan mereka untuk duduk
Perawat : “Silahkan duduk bu, kenalkan saya ners Andhina. Saya perawat yang bertugas pada pagi
hari ini. Eh adek cantik ini namanya siapa? “
Anak : (tidak menjawab dengan wajah ketakkutan dan memegang baju ibunya)
Ibu : “Saya Ike, ini anak saya Firda, maaf ya ini anak saya pemalu soalnya
Fase Interaksi
Perawat : “Iya bu tidak apa, kalau boleh tahu bisa diceritakan keluhannya apa ya?”
Ibu : “Gini ners, dari kemarin malam si Firda ini buang buang air terus terus mengeluh sakit perut.
Saya gak berani kasih obat takut gak cocok buat anak seusia Firda. Cuman saya bikinkan teh anget
saja kemarin”
Perawat : ”Ooo begitu, tadi pagi bagaimana bu, apa masih sama atau mulai membaik?”
Ibu : “Nah tadi pagi itu suhu badannya panas banget ners, saya takut, terus tadi pagi juga sempat
buang air dan cair begitu ners. Langsung saya bawa kesini soalnya saya takut Firda kenapa kenapa.”
Fase Kerja
Perawat Andhina mulai melakukan komunikasi terapeutik kepada si anak agar mau diperiksa.
16
Perawat : “Adek, hai..... bagus banget bajunya dek, gambar apa ini? Panda ya? Adek suka panda ya?
Ike : “ Nggak papa, mbak ini itu perawat, dia nanti akan meriksa adek, biar adek nanti bisa sembuh.”
Perawat : “Adek, ikut kakak yuk, nanti kita main. Kakak punya boneka panda yang lucu loh, yuk kita
main sama-sama.”
Perawat : (Tersenyum) “kok gamau sih, yaudahh kakak ambilin boneka nya dulu yaaaaa (mengambil
boneka) “Ini dia boneka pandanya, lucu kan? Kayak adek lucu banget.”
Perawat : (mengambil stetoskop) “oke, adek, ini kakak punya sesuatu. Kakak mau periksa adek pakai
ini, mau ya? Nggak sakit kok cuma di tempel gini, mau ya?
Perawat : “ oke (memeriksa Firda dengan stetoskop) sudah selesai, mau coba pakai nggak ?”
(menyodorkan stetoskop)
Anak : ”boleh ? ( mendengarkan suara jantungnya sendiri dengan stetoskop) wah ada suara dug
dugya gitu. “
Perawat : “iya itu suara jantung adek, kalau mau mendengarkan bisa pakai alat ini, namanya
stetoskop.”
Perawat : “ Oke, kita lanjut pemeriksaan selanjutnya yaa, (mengambil termometer) Ini kakak taruh
disin ya, silahkan adek tahan ya termometernya, jangan sampai jatuh yaaa (menaruh di ketiak
Firda)”
Fase Terminasi
17
Setelah perawat selesai melakukan prosedur pemeriksaan dan mendokumentasikannya, perawat
bermain boneka dengan Firda. Setelah itu, perawat memanggil Ibu Ike dan menjelaskan kalau
prosedur pemeriksaan sudah selesai
Perawat : “Baik bu, pemeriksaannya telah selesai. Anak ibu mengalami diare, Obatnya bisa ditebus di
apotik depan. “
Ibu : “Iya nanti kita main dirumah ya, sekarang pammit dulu sama kakak perawatnya ya”
18
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi pada anak adalah upaya sistematis yang secara positif
mempengaruhi praktek-praktek komunikasi pada anak berdasarkan tingkat usia.
Dalam komunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip,
strategi, dan hambatan-hambatan yang mungkin akan timbul dalam komunikasi.
Teknik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi tergantung pada usia dari
anak tersebut.
Toddler merupakan anak anak usia 1-3 tahun yang dapat dilihat peningkatan
ukuran tubuh terjadi secara bertahap bukan secara linier yang menunjukan
karakteristik percepatan atau perlambatan dalam tumbuh kembang. Pada masa ini
anak masih belum dapat berbicara/berkomunikasi secara pasih. Jika anak ingin
sesuatu, akan memiliki caranya sendiri, seperti: menangis, melempar sesuatu
kearah yang diinginkan untuk dicapai.
Prinsip komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa
yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika
tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana,
menghindari sikap mendesak untuk dijawab, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi.
Dalam proses komunikasi pada anak usia toodler perawat juga harus dapat
melakukan komunikasi yang baik dengan keluarga toodler untuk membantu
perawat dalam berkomunikasi dengan toodler. Dalam proses komunikasi dalam
keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua
untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok permasalahan ; mendengar ; diam
sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ; memecahkan masalah ;
mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan komunikasi.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan penulis dan pembaca dapat memahami
tentang konsep komunikasi keperawatan anak usia toodler. Dan bagi pembaca yang
berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya dapat mengetahui
peranannya dalam proses konsep komunikasi pada anak usia toodler. Serta membawa
manfaat bagi lingkungan,Dengan cara berkomunikasi seperti ini perawat dapat lebih
merencanakan bantuan dan bimbingan bagi pasien dan juga perawat akan
mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri.
19
DAFTAR PUSTAKA
20