Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KOMUNIKASI PADA USIA TOODLER (1-3 TAHUN)

Dosen Pengampu:

Praba Diyan Rachmawati S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 1

1. Adelia Putri Yanmartika (131811133043)


2. Munasaroh (131811133044)
3. Firda Alicia Rahma (131811133045)
4. Muhammad Fikri Al-Faruq (131811133086)
5. Ike Ayunda Nasifah (131811133087)
6. Chintia Jessica M (131811133039)
7. M. Robith Ikhwana (131811133041)
8. An Nisa’u Sholeha (131811133048)
9. Anisa Roma Fitriani (131811133098)
10. Andhina Ayuning Puspa (131811133099)
11. Achmad Ferdynan Thomas (131811133100)
12. Nur ’Aeni Maghfiroh (131811133150)

Program Studi S1 Pendidikan Ners


Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Surabaya
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

            Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. karena berkat hidayah, ampunan,
dan karunia-Nya makalah ini dapat kami selesaikan dengan cukup baik namun pasti tidak
sempurna. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada manusia terbaik sepanjang masa,
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.

            Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa
mengenai mata kuliah keperawatan anak I, yaitu berhubungan tentang komunikasi pada anak
usia toodler. Besar harapan kami bahwa makalah kami dapat diterima oleh banyak orang dan
dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

            Kami menyadari bahwa makalah kami ini memang masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat membuka pintu serta mengharapkan kritik, saran, serta
informasi yang sekiranya dapat berguna untuk kelengkapan dan kesempurnaan makalah
kami.

Wassalamu’alaikum Wr . Wb.

Surabaya, Februari 2020


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 5

1.3 Tujuan ................................................................................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi ............................................................................................ 6

2.2 Tujuan dan Fungsi Komunikasi ............................................................................... 6

2.3 Definisi Anak Usia Toodler ..................................................................................... 7

2.4 Perkembangan Pada Anak Usia Toodler ................................................................. 7

2.5 Komunikasi pada Anak Usia Toodler ...................................................................... 8

2.6 Prinsip Komunikasi pada Anak Usia Toodler.......................................................... 9

2.7 Hambatan Komunikasi pada Anak Usia Toodler..................................................... 10

2.8 Komunikasi dengan Keluarga................................................................................... 11

BAB 3 KASUS

3.1 Study Kasus ............................................................................................................. 14

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 19

iii
4.1 Saran......................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 20

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan orang lain agar dapat bertahan hidup.
Untuk dapat membina hubungan dengan orang lain, maka butuh komunikasi sebagai alat untuk
berinteraksi. Komunikasi dapat mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang, pada proses
keperawatan komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan faktor penentu dalam
keberhasilan memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang pada makalah ini tertuju pada
klien pada usia toddler. Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia toodler. Hampir
sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara .Setiap
anak mengalami proses perkembangan yang berbeda. Cepat atau lambatnya tergantung dari
individu atau lingkungan. Faktor lingkungan ( orang tua ) merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah di miliki. Dan Saat tidak
terjadi interaksi antara kedua pihak yang saling berkomunikasi akan terjadi gangguan dalam
pencapaian potensi yang dimiliki pada anak. Selain itu faktor suku,agama,pendidikan dan
pekerjaan keluarga terutama pengasuhanak, juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

1.2  Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi ?
2. Apa tujuan dan fungsi Komunikasi?
3. Apa pengertian anak usia toddler ?
4. Bagaimana Perkembangan pada Anak Usia Toddler
5. Bagaimana  Komunikasi pada usia toodler ?
6. Bagaimana Prinsip komunikasi pada usia toodler ?
7. Apa hambatan komunikasi pada toodler ?
8. Bagaimana cara berkomunikasi dengan keluarga anak usia toodler?

1.3    Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian komunikasi.
2. Mengetahui tujuan dan fungsi komunikasi
3. Mengetahui pengertian todler.
4. Mengetahui Perkembangan Anak Usia Toddler
5. Mengetaui  komunikasi pada usia toodler dan
6. Mengetahui prinsip komunikasi pada usia toodler
7. Mengetahui hambatan komunikasi pada toodler

5
8. Mengetahui cara berkomunikasi dengan keluarga anak usia toodler

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare – communicatio dan


communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan dengan sistem penyampaian dan
penerimaan berita, seperti telepon, telegraf, radio, dan sebagainya. Secara sederhana
komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran, penyampaian, dan
penerimaan berita, ide, atau informasi dari seseorang ke orang lain. Dalam
berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat agar komunikasi
yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada kesungguhan atau
keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting, sedangkan pihak penerima
harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami makna informasi
yang diterima serta memberikan respons yang sesuai.

Komunikasi pada anak merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan


oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam pertukaran
informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan
anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang,
sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara
verbal maupun nonverbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga
tujuan komunikasi dapat tercapai. (Muhsin,2013:1).

2.2 Tujuan dan Fungsi Komunikasi


 Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
1. Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti
Sebagai komunikator kita harus menjelaskan pada komunikan sebaik-baiknya dan
tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.
2. Dapat memahami orang lain
Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang
diinginkan, jangan mereka menginginkan kemauannya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang-orang lain
Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan
persuasif bukan memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu

6
Menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan yang
lebih banyak mendorong, yang penting harus diingat adalah bagaimana yang baik
untuk melakukannya.
Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan
sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok
mengenai tukar-menukar data, fakta dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial
adalah sebagai berikut:
1.  Informasi, pengumpulan penyimpanan dan pemprosesan, penyebaran berita, data,
gambar, fakta, pesan, opini, komentar.
2. Sosialisasi dan penyediaan sumber ilmu pengetahuan
Agar orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif mengerti
akan fungsi sosialnya dalam masyarakat.
3. Motivasi
Tujuannya adalah mendorong orang untuk menentukan pilihan dan keinginannya.
4. Pedebatan dan diskusi
Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah publik yang menyangkut kepentingan umum.
5. Pendidikan dan ilmu pengetahuan
Dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk
ketrampilan dan kemandirian dalam berbagai bidang.
6. Memajukan kehidupan dan menyebarkan hasil kebudayaan dan seni
Mengembangkan kebudayaan maksudnya yaitu mengembangkan kebudayaan serta
imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetisnya.

2.3 Definisi Anak Usia Toddler


Toddler merupakan anak anak usia 1-3 tahun yang dapat dilihat peningkatan
ukuran tubuh terjadi secara bertahap bukan secara linier yang menunjukan karakteristik
percepatan atau perlambatan dalam tumbuh kembang (Muscari, 2005). Pada periode ini
anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan sekelilingnya, menyusun 6
balok, mulai cemburu pada ayahnya, belajar makan sendiri, mulai belajar dalam
mengontrol buang air kecil, mulai mengikuti apa yang dilakukan orang dewasa, dapat
menunjuk mata dan hidung, memperlihatkan minat dengan anak lain dan bermain dengan
teman-temannya (Soetjiningsih, 1995). Tindakan yang dapat dilakukan pada periode ini
dengan menganjurkan anak untuk melakukan perawatan diri sendiri, memberi stimulasi
untuk berbicara, memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya, dan
berperan aktif dalam perawatan anak (Hidayat, 2009).

7
2.4 Perkembangan Anak Toddler
Perkembangan psikoseksual anak toddler yang dikemukakan oleh Sigmund Freud
dalam Hidayat (2009) merupakan perkembangan psikoseksual pada fase kedua yaitu fase
anal (1-3 tahun) dimana kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja, anak akan
menunjukan keakuanya dan sifatnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri
dan sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Menurut Supartini (2004),
pada tahap ini anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan feses sesuai
keinginannya. Sehingga toilet learning adalah waktu tang tepat dilakukan pada tahap ini.
Selain itu pada tahap ini tugas lain yang dapat dilaksanakan adalah latihan kebersihan
zona erogenous pada toddler terdiri dari anus dan bokong serta aktivitas seksual yang
berpusat pada pembuangan dan penahanan sampah tubuh (Muscari, 2005). Manisfestasi
dari tahap anal pada toddler menurut Muscari (2005), anak akan mempelajari kata-kata
yang dapat dikaitkan dengan anatomi dan eliminasi, dan anak akan lebih jelas tentang
perbedaan jenis kelamin.. Masalah yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah bersifat
obsesif atau gangguan pikiran, pandangan sempit, introvert, dan dapat bersikap ekstrovet
impulsif yaitu dorongan membukan diri, tidak rapi, kurang pengendalian diri.
Perkembangan psikososial toddler menurut Ericson dalam Hidayat (2009), anak
sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam
motorik dan bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara dan pada tahap ini
pula anak akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi atau tidak
memberikan kemandirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.

2.5 Komunikasi pada Usia Todler


Pada masa ini anak masih belum dapat berbicara/berkomunikasi secara pasih. Jika
anak ingin sesuatu, akan memiliki caranya sendiri, seperti: menangis, melempar sesuatu
kearah yang diinginkan untuk dicapai. Perkembangan komunikasi pada masa ini dapat
ditunjunkkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan mampu memahami
± 10 kata. Usia 2 tahun 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan. Usia 3
tahun anak sudah mampu menguasai 900 kata dan kata-kata yang digunakan seperti :
mengapa, apa, kapan dan lain sebagainya.(Milka,2014:1)
Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya
sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa
kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada
dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih
belum fasih dalam berbicara (Richard, 1999).
Perkembangan yang mungkin paling dramatik pada periode ini adalah bahasa.
Memberi nama obyek bertepatan dengan kedatangan pemikiran simbol-simbolistik.
Anak-anak mungkin menunjuk suatu benda dengan menggunakan jari telunjuknya bukan

8
dengan menggunakan semua jari, seolah-olah mencari perhatian kepada obyek, bukan
dengan tujuan untuk memilikinya, tetapi menyebutkan nama benda yang di maksud
tersebut. Ketika penamaan awal bahasa disertai dengan penggunaan kalimat,”apa tuh”?
maksud anak adalah jelas setelah menyadari bahwa kata-kata dapat berarti benda yang di
maksud.
Perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15 kata-kata pada usia 18 bulan
menjadi 100 atau lebih pada usia 2 tahun. Setelah memperoleh perbendaharaan kata kira-
kira 50 kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata tersebut untuk membuat kalimat
sederhana, permulaan tata bahasa. Pada tingkat ini, anak-anak sudah mengeri kata-kata
perintah seperti”berikan bola itu dan pakai sepatumu”. Kemunculan bahasa lisan
menandai berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru belajar
jalan belajar untuk menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide dan
menyelesaikan masalah, kebutuhan untuk kognisi di dasarkan pada perasaan langsung
dan gerakan manipulasi berkurang. Bahwa mereka saling terus menyentuh benda
tersebut, menunjukkan adanya hambatan relatif kekuatan internalisasi. (Richard et al
1999:60).
Anak tidak mampu membedakan antara kenyataan dan fantasi sehingga tampak
jika mereka bicara akan banyak ditambahi dengan fantasi diri tentang obyek yang
diceritakan. Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan sebagai berikut :
a) Memberi tahu apa yang terjadi pada diri anak.
b) Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan.
c) Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika anak tidak menjawab, harus diulang lebih
jelas dengan pengarahan yang sederhana.
d) Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata, “jawab dong”.
e) Mengalihkan aktivitas saat komunikasi, misalnya dengan memberikan mainan saat
komunikasi.
f) Menghindari konfrontasi langsung. g) Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak.
g) Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi karena bersalaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas.
h) Mengajak anak menggambar, menulis, atau bercerita untuk menggali perasaan dan
fikiran anak.

2.6 Prinsip Komunikasi pada Usia Todler


         Prinsip komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang
terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak
dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, menghindari sikap

9
mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak,
adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan
penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak,
bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas,
menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat
melakukan komunikasi

Perkembangan psikososial toddler menurut Ericson dalam Hidayat (2009), anak sudah
mulai mencoba dalam mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik dan
bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara dan pada tahap ini pula anak
akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi atau tidak memberikan
kemandirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.

2.7 Hambatan Komunikasi pada Anak Usia Toodler


Menurut Muhsin(2013), anak dapat mengalami gangguan perkembangan yang kompleks
sehingga mereka juga disebut mengalami gangguan pervasif. Pervasif yaitu menderita
kerusakan jauh di dalam meliputi keseluruhan dirinya. Istilah pervasif juga dilandasi oleh
gangguan perkembangan yang diperlihatkan oleh anak anak.

1) Gangguan-gangguan itu hampir meliputi seluruh aspek kehidupannya,antara lain :


 komunikasi interaksi sosial
 Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
 Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara, tetapi kemudian
sirna.
 Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
 Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat
dimengerti oleh orang lain.
 Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
 Senang meniru atau membeo (echolalia)
 Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi tidak
mengerti artinya.
 Sebagian dari anak autis tidak bicara (non verbal) atau sedikit berbicara
sampai usia dewasa.
 Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia
inginkan.
2) Gangguan dalam sensoris

10
 Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
 Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
 Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
 Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut.

3) Pola bermain

 Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.


 Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
 Tidak kreatif dan tidak imajinatif.
 Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan , dielus-elus
kemudian diciumi dan diputar-putar rodanya.
 Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda,& lain-
lain.
 Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian dipegang terus
dan dibawa kemana-mana

4) Perilaku khas

 Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).


 Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang, mengepakkan
tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan pada layar TV,
lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakan yang berulang-ulang.
 Tidak suka pada perubahan.
 Dapat duduk bingung dengan tatapan kosong

5) Emosi

 Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa


alasan.
 Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau dipenuhi
keinginannya.
 Kadang-kandang suka menyerang dan merusak.
 Kadang-kadang anak autis berperilaku menyakiti dirinya sendiri.
 Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa hambatan dalam
proses komunikasi tersebut, yaitu:

1) Keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep, dan pengalaman


2) Keterbatasan dalam memahami konsep abstrak
3) Kadangkala kurang atau tidak tanggap saat diajak bicara

11
4) Ucapan kata tidak jelas

2.8 Komunikasi Dengan Keluarga


Dalam proses komunikasi pada anak usia toodler perawat juga harus dapat
melakukan komunikasi yang baik dengan keluarga toodler untuk membantu perawat
dalam berkomunikasi dengan toodler. Komunikasi dengan keluarga merupakan proses
segi tiga antara perawat, orang tua dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus
penting dalam  berkomunikasi segi tiga. Saudara kandungng, sanak keluarga lainnya dan
pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi. Melaksanakan penjajakan
terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri (verbal maupun non verbal),
informasi dari orang tua dan observasi dari perawat sendiri. Orang tua merupakan fokus
penting dalam komunikasi segi tiga (anak - orang tua - perawat ) walaupun tidak
mengabaikan saudara kandung , sanak saudara dan pembantunya. Dalam proses
komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti :

1) Mendorong Orang Tua Untuk Berbicara


Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan menggunakan pertanyaan-
pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin. Misalnya: “bu, bisa
dijelaskan bagaimana kondisi putra ibu sebelum dibawa ke rumah sakit ini?.
2) Mengarah Kepada Pokok Permasalahan
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama  berwawancara
adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu
pendekatan adalah menggunakan  pertanyaan terbuka dan luas. Langkah ini dilakukan
untuk menghindari komunikasi yang tidak relevan dan mengefektifkan komunikasi
terapeutik.
3) Mendengarkan
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi efektif. Dalam proses
mendengarkan perawat harus mengarahkan  perhatiannya dengan sungguh-sungguh pada
klien. Ini merupakan  proses aktif karena konsentrasi dan perhatian ditujukan pada semua
aspek percakapan yaitu: verbal, non verbal dan yang bersifat abstrak.
4) Diam Sejenak
Diam sebgai satu respon sering kali merupakan tehnik wawancara sulit untuk dipelajari.
diam bertujuan untuk mengalihkan  pikiran,perasaan dan untuk saling memahami
emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam inidan kembali
berkomunikasi .
5) Bersikap Empati
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang empati
berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien / keluarga. Empati
berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan “membantu” dengan
klien. Ungkapan empati tersebut, misalnya: “ Kami bisa merasakan apa yang ibu rasakan
saat ini, mudah-mudahan ibu sabar dan mendapat kekuatan dari Allah SWT”.
6) Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukan
kemampuannya dalam perannya. Orang tua membutuhkan perawat yang menghargai dan

12
memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin agar perawat memperhatikan
anaknya. Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang tua.
7) Menentukan Masalah
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada. Perawat akan bersama ibu
menetapkan apakah masalah ini benar atau tidak. Misalnya: kalau saya perhatikan mata
putra ibu ini cowong , mukosa  bibirnya kering dan torgor kulitnya menurun, apa benar
putra ibu tadi dehidrasi?
8) Memecahkan Masalah
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai
merencanakan pemecahannya. Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga
dan mencoba mencari  pemecahan masalah yang lebih efektif.
9) Mengadaptasi Bimbingan
Segera setelah masalah diidentifikasi dan disetujui oleh perawat dan orang tua, maka
dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam
memecahkan masalah berpartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi
memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat
berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah. 10.
 
10) Menghindari Hambatan-Hambatan Komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi:
 Sosialisasi kepada sasaran yang tidak tepat
 Memberi nasehat- nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang diperlukan
 Memberikan dorongan sepintas
 Melindungi suatu situasi / opini
 Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
 Memberikan pujian secara stereotipi
 Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
 Menginterupsi dan menyelesaikan kalimat seseorang
 Lebih banyak bicara daripada orang yang diintervensi
 Membuat konklusi yang menghakimi
 Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja

13
BAB 3
KASUS

Seorang anak berusia 3 tahun An Fn megalami buang air terus menerus dengan konsistensi cair selama
lebih dari 3 kali sejak malam (17/1/20), An F mengeluh sakit dan tidak enak badan. Karena khawatir
dengan obat diare yang dijual bebas, Ny. I, ibunya tidak memberi obat apapun dan hanya meminumkan
teh hangat dan memberi miyak kayu putih kepada An F. Karena merasa membaik, An F tertidur.

Keesokan paginya Ny. I mengecek kondisi An F. An F mengeluh sakit dibagian perut dan merasa demam.
Ny. I memeriksa suhu tubuh anaknya. An F demam. Segera Ny I dan Tn F membawa An F ke klinik
kesehatan terdekat untuk diperiksa dan mendapat perawatan medis.

Setelah dilakukan TTV didapatkan data :

1. Kesadaran : Composmentis
2. BB saat sakit : 14 kg
3. BB sebelum sakit : 12 kg
4. Suhu : 37.5°C
5. Nadi : 90 x/menit
6. Tekanan darah :100/70 mmhg
7. RR : 25x/menit

Analisis kasus

Keluhan Utama : Klien BAB lebih dari 3x sehari dengan konsistensi cair

1. Pola Aktivitas : Klien masih bisa bergerak aktif


2. Pola Istirahat : tadi malam klien tidur kurang nyenyak karena terganggu dengan rasa ingin BAB
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Kesadaran : Composmentis
b. BB saat sakit : 14 kg
c. BB sebelum sakit : 12 kg
d. Suhu : 37.5°C
e. Nadi : 90 x/menit
f. Tekanan darah :100/70 mmhg
g. RR : 25x/menit

14
Tema : Komunikasi Terapeutik pada anak yang mengalami demam dan diare

Sasaran : Toddler (Anak usia 1-3 tahun)

Tujuan : Memperagakan Komunikasi terapeutik pada anak usia 1-3 tahun/toddler

Setting : Klinik Kesehatan

Pemeran :

Anak : Firda

Ibu : Ike

Ayah : Ferdy

Perawat : Andhina

Resepsionis : Nurin

Narator : Fikri

Peralatan :

Termometer anak

Kostum

Jas Lab

Stetoskop anak

Boneka

15
Jumat, 18 Januari 2020 Suami isti membawa anaknya yang mengalami demam tinggi ke
sebuah klinik kesehatan. Segera setelah mereka sampai di klini, sang ayah mendaftar di meja
resepsionis

Resepsionis : “Selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu?”

Ayah : “Pagi mbak, saya ingin memeriksakan anak saya.”

Resepsionis : “ Baik, keluhannya apa ya pak?”

Ayah : “ Dari kemarin diare dan tadi pagi demam.”

Resepsionis : ” Baik, nama dan umur putri bapak ?”

Ayah : “ Firda, usia 3 tahun.”

Resepsionis : “ Baik, kalau begitu silahkan tunggu dulu, nanti akan kami panggil.”

Fase Prainteraksi

Bapak Ferdy, Ibu Ike dan anaknya, Firda menunggu di ruang tunggu. Tidak beberapa lama,
resepsionis memanggil mereka untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Ibu Ike dan anaknya masuk ke
ruang pemeriksaan. Mereka disambut oleh perawat dan mempersilahkan mereka untuk duduk

Perawat : “Silahkan duduk bu, kenalkan saya ners Andhina. Saya perawat yang bertugas pada pagi
hari ini. Eh adek cantik ini namanya siapa? “

Anak : (tidak menjawab dengan wajah ketakkutan dan memegang baju ibunya)

Ibu : “Saya Ike, ini anak saya Firda, maaf ya ini anak saya pemalu soalnya

Fase Interaksi

Perawat : “Iya bu tidak apa, kalau boleh tahu bisa diceritakan keluhannya apa ya?”

Ibu : “Gini ners, dari kemarin malam si Firda ini buang buang air terus terus mengeluh sakit perut.
Saya gak berani kasih obat takut gak cocok buat anak seusia Firda. Cuman saya bikinkan teh anget
saja kemarin”

Perawat : ”Ooo begitu, tadi pagi bagaimana bu, apa masih sama atau mulai membaik?”

Ibu : “Nah tadi pagi itu suhu badannya panas banget ners, saya takut, terus tadi pagi juga sempat
buang air dan cair begitu ners. Langsung saya bawa kesini soalnya saya takut Firda kenapa kenapa.”

Perawat : “Baik bu, saya periksa kondisinya Firda dulu ya”

Ibu : “Iya ners”

Fase Kerja

Perawat Andhina mulai melakukan komunikasi terapeutik kepada si anak agar mau diperiksa.

16
Perawat : “Adek, hai..... bagus banget bajunya dek, gambar apa ini? Panda ya? Adek suka panda ya?

Anak : (Mengangguk pelan, lalu melihat kearah ibunya)

Ike : “ Nggak papa, mbak ini itu perawat, dia nanti akan meriksa adek, biar adek nanti bisa sembuh.”

Perawat : “Adek, ikut kakak yuk, nanti kita main. Kakak punya boneka panda yang lucu loh, yuk kita
main sama-sama.”

Anak : “ Gak mauuuuu” (sambil memeluk ibunya)

Perawat : (Tersenyum) “kok gamau sih, yaudahh kakak ambilin boneka nya dulu yaaaaa (mengambil
boneka) “Ini dia boneka pandanya, lucu kan? Kayak adek lucu banget.”

Anak : (mengangguk senang dan mengambil salah satu boneka)

Perawat : “ yuk ikut kakak, kita main bareng ya”

Anak : (agak ragu, namun mengikuti ajakan perawat)

Perawat : (mengambil stetoskop) “oke, adek, ini kakak punya sesuatu. Kakak mau periksa adek pakai
ini, mau ya? Nggak sakit kok cuma di tempel gini, mau ya?

Anak : “ Iya, tapi nanti main boneka lagi ya?”

Perawat : “ oke (memeriksa Firda dengan stetoskop) sudah selesai, mau coba pakai nggak ?”
(menyodorkan stetoskop)

Anak : ”boleh ? ( mendengarkan suara jantungnya sendiri dengan stetoskop) wah ada suara dug
dugya gitu. “

Perawat : “iya itu suara jantung adek, kalau mau mendengarkan bisa pakai alat ini, namanya
stetoskop.”

Anak : (Menggangguk, mendengarkan penjelasan perawat)

Perawat : “ Oke, kita lanjut pemeriksaan selanjutnya yaa, (mengambil termometer) Ini kakak taruh
disin ya, silahkan adek tahan ya termometernya, jangan sampai jatuh yaaa (menaruh di ketiak
Firda)”

Adek : “lama nggak ? ih geli.”

Perawat : ”nggak kok, tunggu sampai berbunyi yaa.”

Perawat : (termometer berbunyi), oke sudah bunyi kakak ambil ya

Setelah itu, perawat mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan

Fase Terminasi

17
Setelah perawat selesai melakukan prosedur pemeriksaan dan mendokumentasikannya, perawat
bermain boneka dengan Firda. Setelah itu, perawat memanggil Ibu Ike dan menjelaskan kalau
prosedur pemeriksaan sudah selesai

Perawat : “Baik bu, pemeriksaannya telah selesai. Anak ibu mengalami diare, Obatnya bisa ditebus di
apotik depan. “

Ibu : ”Ayo anak, pamit dulu sama perawatnya, kita pulang”

Anak : “ nggak, mau main boneka saja disini.”

Ibu : “Iya nanti kita main dirumah ya, sekarang pammit dulu sama kakak perawatnya ya”

Anak : (Mengangguk mengerti, lalu berpamitan)

Perawat : “ kalau ada keluhan lagi datang lagi ya”

Ibu : “ Iya ners terimakasih ya”

Perawat : “ Iya, sama-sama bu”

18
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Komunikasi pada anak adalah upaya sistematis yang secara positif
mempengaruhi praktek-praktek komunikasi pada anak berdasarkan tingkat usia.
Dalam komunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip,
strategi, dan hambatan-hambatan yang mungkin akan timbul dalam komunikasi.
Teknik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi tergantung pada usia dari
anak tersebut.
Toddler merupakan anak anak usia 1-3 tahun yang dapat dilihat peningkatan
ukuran tubuh terjadi secara bertahap bukan secara linier yang menunjukan
karakteristik percepatan atau perlambatan dalam tumbuh kembang. Pada masa ini
anak masih belum dapat berbicara/berkomunikasi secara pasih. Jika anak ingin
sesuatu, akan memiliki caranya sendiri, seperti: menangis, melempar sesuatu
kearah yang diinginkan untuk dicapai.     
Prinsip komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa
yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika
tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana,
menghindari sikap mendesak untuk dijawab, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi.
Dalam proses komunikasi pada anak usia toodler perawat juga harus dapat
melakukan komunikasi yang baik dengan keluarga toodler untuk membantu
perawat dalam berkomunikasi dengan toodler. Dalam  proses komunikasi dalam
keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua
untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok  permasalahan ; mendengar ; diam
sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ; memecahkan masalah ;
mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan komunikasi.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan penulis dan pembaca dapat memahami
tentang konsep komunikasi keperawatan anak usia toodler. Dan bagi  pembaca yang
berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya dapat mengetahui
peranannya dalam proses konsep komunikasi  pada anak usia toodler. Serta membawa
manfaat bagi lingkungan,Dengan cara  berkomunikasi seperti ini perawat dapat lebih
merencanakan bantuan dan  bimbingan bagi pasien dan juga perawat akan
mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dalawi, E, Rachimah, G., Roselina, E., Banon, Endang.2009.Buku Saku Komunikasi


Keperawatan.Jakarta:Trans Info Media

Dodi Irawan.2017.EFEKTIVITAS PEMBERIAN HEALTH EDUCATION TERHADAP


PERAN ORANG TUA DALAM TOILET LEARNING PADA TODDLER DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS JANTI KOTA MALANG.Malang:Politekbik
Kesehatan Kemenkes Malang.

Hidayat, A. Aziz Alimul.2009.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2.Jakarta:Salemba Medika

Santoso, D. A., Haryani, S., & Meikawati, W. (2013). PENGARUH PENERAPAN


KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP PERILAKU
KOOPERATIF ANAK USIA TODDLER DI RSUD TUGUREJO
SEMARANG. Karya Ilmiah.

Yuliastanti, T. (2013). POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL


ANAK TODDLER. Jurnal Komunikasi Kesehatan (Edisi 7), 4(02).

20

Anda mungkin juga menyukai