Oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana atas berkah dan rahmat- Nya,
maka saya dapat menyelesaikan makalah roleplay “Komunikasi Terapeutik pada Pasien
Terminal”.
Dalam pembuatan makalah roleplay ini banyak pihak yang telah membantu. Tak
lupa saya ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya, juga kepada dosen mata kuliah
yang telah membantu dan membimbing saya. Saya juga menyadari bahwa apa yang saya
sampaikan disini masih belum atau masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca, agar makalah ini lebih
sempurna lagi, yang pada akhirnya akan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi
kita semua tenaga kesehatan dan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari.
Akhir kata saya sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadikan
sesuatu yang berguna bagi pelaksanaan tugas sehai-hari, menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca, dan semoga hal ini selalu mendapat ridho dari Allah SWT.
Amin
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang
diberikan berupa bantuan-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan kemauan dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. (Mungin, 2008).
A. Definisi Komunikasi
Istilah „komunikasi‟ (communication) berasal dari Bahasa Latin
„communicatus‟ yang artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan
demikian komunikasi menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk
mencapai kebersamaan. Secara harfiah, komunikasi berasal dari Bahasa Latin:
“Communis” yang berarti keadaan yang biasa, membagi. Dengan kata lain,
komunikasi adalah suatu proses di dalam upaya membangun saling pengertian.
Jadi kominukasi dapat diartikan suatu proses pertukaran informasi di antara
individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
(Riswandi, 2009).
Proses komunikasi merupakan aktivitas yang mendasar bagi manusia
sebagai makhluk sosial. Setiap proses komunikasi diawali dengan adanya
stimulus yang masuk pada diri individu yang ditangkap melalui panca indera.
Stimulus diolah di otak dengan pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman yang
dimiliki individu. (Wiryanto, 2004) Sosiologi menjelaskan komunikasi sebagai
sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi,
sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-
gerik, atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan, sehingga seseorang membuat
reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pada
pengalaman yang pernah dialami. (Mungin, 2008) Komunikasi merupakan suatu
proses karena melalui komunikasi seseorang menyampaikan dan mendapatkan
respon. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua tujuan, yaitu : mempengaruhi
orang lain dan untuk mendapatkan informasi. Akan tetapi, komunikasi dapat
digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi
2
informasi, pemikiran, perasaan) dan komunikasi yang tidak memiliki kegunaan
atau tidak berguna (menghambat/ blok penyampaian informasi atau perasaan).
Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik itu hubungan yang kompleks
maupun hubungan yang sederhana melalui sapaan atau hanya sekedar senyuman.
Pesan verbal dan non verbal yang dimiliki oleh seseorang menggambarkan
secara utuh dirinya, perasaannya dan apa yang ia sukai dan tidak sukai. Melalui
komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup, membangun hubungan dan
merasakan kebahagiaan. (Pendi, 2009)
3
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. (Suparyanto, 2010) Jadi, komunikasi
terapeutik merupakan suatu bentuk komunikasi yang di rencanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien.
4
sedangkan individu yang merasa hidupnya jauh dari ideal dirinya akan
merasa rendah diri.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Pasien
yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai
rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan
integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
e. Komunikasi terapeutik memberikan pelayanan prima (survey excellence
atau tanpa cacat), sehingga dicapai kesembuhan dan kepuasan pasien.
5
memberikan alternatif pemecahan masalah. Hubungan saling percaya
antara perawat dan pasien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
6
F. Karakteristik Komunikasi Teraupetik
Menurut Suparyanto (2010), ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri
komunikasi terapeutik yaitu :
a. Ikhlas (Genuiness) Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien
harus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non
verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk
mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
b. Empati (Empathy) Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi
pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien
dan tidak berlebihan.
c. Hangat (Warmth) Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan
diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa
rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih
mendalam.
7
perawat dapat memberi dorongan dengan cara mendengar atau
mengatakan “saya mengerti yang saudara katakan”.
c. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan pasien. Gunanya untuk
menguatkan ungkapan pasien dan memberi indikasi perawat mengikuti
pembicaraan pasien. Misalnya: “Ooh..jadi Saudara tadi malam tidak bisa
tidur karena....”.
d. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau pasien
berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang
diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah.
Contoh: “dapatkah Anda menjelaskan kembali tentang....?”. Gunanya
untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi perawat-
pasien.
e. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-pasien selama berlangsungnya
komunikasi. Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi
ide yang diekspresikan pasien dengan pengertian perawat.
Refleksi perasaan, yang bertujuan memberi respon pada perasaan
pasien terhadap isi pembicaraan agar pasien mengetahui dan
menerima perasaannya.
f. Memfokuskan
Membantu pasien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting
serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih
jelas, dan berfokus pada realitas. Contoh : Pasien : “Petugas kesehatan
yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian pada pasiennya”. Perawat :
“Apakah Saudara sudah minum obat?”
g. Membagi persepsi
Meminta pendapat pasien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan.
Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi
8
informasi. Contoh: “Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada
saya”.
h. Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami pasien yang
muncul selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan
mengeksplorasi masalah yang penting. Misalnya: “Saya lihat dari semua
keterangan yang anda jelaskan, anda telah disakiti. Apakah ini latar
belakang masalahnya?”
i. Diam (Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya untuk memberi kesempatan berpikir dan memotivasi pasien
untuk bicara. Pada pasien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat
menerima pasien. Misalnya : Pasien : Saya jengkel kepada suami saya.
Perawat : Diam (memberi kesempatan pasien) Pasien : Suami saya selalu
telat pulang kerja tanpa alasan yang jelas, kalau saya tanya pasti marah.
j. Informing
Teknik ini bertujuan memberi informasi dan fakta untuk pendidikan
kesehatan bagi pasien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab
panas yang dialami pasien. Pasien : Suster, kenapa suhu tubuh saya
masih tinggi? Padahal saya sudah minum obat, kira-kira kenapa ya
Suster? Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh
meningkat dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada
proses infeksi, dehidrasi atau karena metabolisme tubuh yang meningkat.
k. Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada
fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan. Misalnya : Kita tadi
sudah cukup banyak bicara tentang penyebab batuk dan sesak nafas,
salah satunya karena merokok. Kami berharap anda dapat mengurangi
atau berhenti merokok.
9
H. Definisi Penyakit Terminal
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual
bagi individu. (Carpenito, 2004) Penyakit terminal merupakan penyakit progresif
yaitu penyakit yang menuju kearah kematian contohnya seperti penyakit jantung,
dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis,
tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang
dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
(Nursedarsana, 2010) Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada
obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu bervariasi. ( Stuart &
Sundeen, 2009) Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat
diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala
dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup. (Heelya, 2009) Pasien penyakit
terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya
telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin
dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien penyakit terminal harus
mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun
tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi keadaan terminal adalah suatu
keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi yang sakit
untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu
kecelakaan.
10
2. Jenis-Jenis Penyakit Terminal
Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal menurut Stuart
& Sundeen (2009) adalah :
a. Penyakit-penyakit kanker
Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya yang ada. Diantara
beberapa jenis kanker, kanker payudara adalah jenis kanker yang paling
berbahaya dan paling sering terjadi. Kanker payudara sangat berbahaya
dikarenakan kanker jenis ini menyerang organ reproduksi luar yaitu
payudara dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Kanker payudara
juga dapat menyebabkan kematian. Kanker payudara yang dapat
menyebabkan kematian adalah kanker payudara stadium IV. Pada kanker
payudara stadium IV seseorang sudah menderita kanker payudara yang
sangat parah atau bahkan tidak memiliki harapan hidup (terminal).
Kondisi terminal pada penderita kanker payudara stadium IV tidak dapat
dihindari dan ini pasti akan dialami oleh setiap penderita yang akan
menjelang ajal. Pada kondisi terminal perubahan utama yang terjadi
adalah perubahan psikologis yang menyertai pasien. Perubahan
psikologis tersebut biasanya mengarah ke arah yang lebih buruk dan
membuat pasien menjadi tidak koperatif. Disini peran perawat sangat
dibutuhkan dan menjadi hal yang penting, dan untuk membuat klien
merasa lebih nyaman dan mampu membuat klien menjadi tenang pada
saat menjelang ajal.
b. Penyakit-penyakit infeksi
Meningitis merupakan infeksi pada selaput otak yang di sertai radang
membran pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang
belakang, yang mana keseluruhan tersebut di sebut meningen. Bahayanya
adalah Apabila Meningitis telah masuk stadium terminal dan tidak
ditangani segera, maka adanya resiko kematianlah yang akan terjadi
dalam waktu kurang lebih 3 pekan.
11
c. Congestif Renal Falure (CRF)
Chonic Renal Failure (CRF) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
berlangsung secara progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah nitrogen lain
dalam tubuh).
d. Stroke Multiple Sklerosis
Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakit dimana syaraf-syaraf dari
sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord)
memburuk atau degenerasi. Myelin, yang menyediakan suatu penutup
atau isolasi untuk syaraf-syaraf, memperbaiki pengantaran (konduksi)
dari impuls-impuls sepanjang syaraf-syaraf dan juga adalah penting
untuk memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf.
e. Akibat kecelakaan fatal
Cedera kepala telah menyebabkan banyak kematian dan cacat pada usia
kurang dari 50 tahun. Otak bisa mengalami cedera meskipun tidak
terdapat luka yang menembus tulang tengkorak. Berbagai cedera bisa
disebabkan oleh percepatan mendadak yang memungkinkan terjadinya
benturan atau karena perlambatan mendadak yang terjadi jika kepala
membentur objek yang tidak bergerak.
f. AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau : sindrom) yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV atau infeksi virus-virus lain. Virusnya sendiri bernama Human
Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus
ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan.
12
I. Tujuan Keperawatan Pasien Dengan Kondisi Terminal
1. Perawatan Penyakit Terminal Tujuan keperawatan pasien dengan kondisi
terminal secara umum menurut Stuart & Sundeen (2009) adalah sebagai
berikut:
a. Menghilangkan atau mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi
b. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna
c. Membantu pasien menerima rasa kehilangan
d. Membantu kenyamanan fisik
e. Mempertahankan harapan (faith and hope)
13
menggunakan komunikasi terapeutik. Membangun hubungan saling percaya
dan caring dengan pasien dan keluarga melaui penggunaan komunikasi
terapeutik membentuk dasar bagi intervensi pelayanan paliatif.
(Potter & Perry, 2009) Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan
jujur, tunjukkan rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka,
serta amati respon verbal dan nonverbal pasien dan keluarga. Saat
berkomunikasi mungkin saja pasien akan menghindari topik pembicaraan,
diam, atau mungkin saja menolak untuk berbicara. Hal tersebut adalah respon
umum yang mungkin terjadi. Respon berduka yang normal seperti kesedihan,
mati rasa, penyangkalan, marah, membuat komunikasi menjadi sulit. Jika
pasien memilih untuk tidak mendiskusikan penyakitnya saat ini, perawat harus
mengizinkan dan katakana bahwa pasien bisa kapan saja mengungkapkannya.
Beberapa pasien tidak akan mendiskusikan emosi karena alasan pribadi atau
budaya, dan pasien lain ragu - ragu untuk mengungkapkan emosi mereka
karena orang lain akan meninggalkan mereka. (Potter & Perry, 2009) Memberi
kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya akan membuat
hubungan terapeutik dengan pasien berkembang. Terkadang pasien perlu
mengatasi berduka mereka sendirian sebelum mendiskusikannya dengan orang
lain. Ketika pasien ingin membicarakan tentang sesuatu, susun kontrak waktu
dan tempat yang tepat.
14
yang dihadapi pasien. Ini berat bagi pasien karena tidak dapat mengekspresikan
kekuatannya.
c. Open Awareness
Pada kondisi ini pasien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada
diambang kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk membicarakannya. Pada
tahap ini pasien dapat dilibatkan untuk proses intervensi keperawatan.
15
secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya. Hal ini dapat
mempengaruhi idealisme diri dan harga diri rendah.
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga Contohnya : seorang ayah
yang memiliki peran dalam keluarga mencari nafkah akibat penyakit
teminalnya, ayah tesebut tidak dapat menjalankan peranya tersebut.
16
b. Remaja atau Dewasa muda
Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada usia muda
cukup tinggi, mereka memimpikan kematian yang tiba-tiba dan kekerasan. Jika
mereka mengalami terminal illness, mereka menyadari bahwa kematian tidak
terjadi semestinya dan merasa marah dengan “ketidakberdayaannya” dan
“ketidakadilan” serta tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan
kehidupannya. Pada saat seperti ini, hubungan dengan ibunya akan menjadi
lebih dekat. Menderita penyakit terminal terutama pada pasien yang memiliki
anak akan membuat pasien merasa bersalah tidak dapat merawat anaknya dan
seolah-olah merasa bahagia melihat anaknya tumbuh. Karena kematian pada
saat itu terasa tidak semestinya, dewasa muda menjadi lebih marah dan
mengalami tekanan emosi ketika hidupnya diancam terminal illness.
c. Dewasa madya dan dewasa tua
Penelitian membuktikan bahwa dewasa muda menjadi semakin tidak takut
dengan kematian ketika mereka bertambah tua. Mereka menyadari bahwa
mereka mungkin akan mati karena penyakit kronis. Mereka juga memiliki masa
lalu yang lebih panjang dibandingkan orang dewasa muda dan memberikan
kesempatan pada mereka untuk menerima lebih banyak. Orang-orang yang
melihat masa lalunya dan percaya bahwa mereka telah memenuhi hal-hal
penting dan hidup dengan baik tidak begitu kesulitan beradaptasi dengan
penyakit terminal.
17
c. Menawar (Bargaining) Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan
pasien dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi
dengan dirinya.
d. Kemurungan (Depresi) Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak
banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat
untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui
masa sedihnya sebelum meninggal.
e. Menerima atau Pasrah (Acceptance) Pada fase ini terjadi proses
penerimaan secara sadar oleh pasien dan keluarga tentang kondisi yang
terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat
membantu apabila pasien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau
rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya:
ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.
Teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal menurut Stuart &
Sundeen (2009), adalah sebagai berikut :
1. Denial
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi :
a. Listening
Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata dan
observasi komunikasi non verbal.
Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan
suasana tenang.
b. Silent
Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat pada
pasien secara non verbal.
Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak
menghindar dari situasi sesungguhnya.
c. Broad opening
Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang dipikirkan pasien.
18
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
2. Anger
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi listening :
a. Perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan pasien
lalu diklarifikasikan.
b. Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa
yang akan dan sedang terjadi pada mereka.
c. Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
d. Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah merupakan hal
yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut,
serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa
aman.
3. Bargaining
a. Focusing
1) Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
2) Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang
bermakna.
b. Sharing perception
1) Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk
meluruskan kerancuan.
2) Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya.
c. Depresi
1) Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
2) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada asal pengertian
harusnya diklarifikasi.
19
3) Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non
verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-
reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
4. Acceptance
a. Informing
Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai
dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien.
b. Broad opening
Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan-
harapannya.
c. Focusing
Membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga
agar tujuan komunikasi tercapai. Fase ini ditandai pasien dengan perasaan
tenang dan damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan
pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan
seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong
dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
Tujuan Khusus :
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian komunikasi
terapeutik pada pasien terminal.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan proses prinsip komunikasi
terapeutik pada pasien terminal.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan teknik komunikasi pada
pasien penyakit terminal.
20
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Judul
“Komunikasi Perawat dengan Pasien Terminal”
2.3 Penokohan
21
2.4 Skenario dan Naskah
Pada suatu hari, di RSUD Puri Husada ruang Dahlia terlihat seseorang yang
sedang berbaring terkulai lemah tak berdaya. Dia adalah seorang pasien penderita
jantung koroner yang sudah mendapat vonis dari dokter bahwa umurnya sudah tinggal
tujuh hari.
Di ruang keperawatan terdapat sebuah meja dan dua buah kursi dengan
tumpukan buku di atas meja. Diruang tersebut terdapat seorang perawat senior berusia
45 tahun sedang menulis dibuku catatan keperawatan, kemudian seorang perawat
praktek dengan name take yang berwarna merah datang dengan wajah lugunya sesaat
keduanya bercakap-cakap.
Fase Prainteraksi
Perawat Zizi : Kalau begitu sekarang kamu masuk ke ruang Dahlia, disana ada
pasien yang harus dibantu personal hygine karena jadwalnya dia pagi ini harus diberi
itu.
Perawat Zizi : Kamu lihat dulu status pasien di ruang keperawatan. (Jari
telunjuk menunjukkan disebuah lemari) Dan ingat jangan sampai keliru, paham kamu!
22
Perawat Syifa : Paham mbak.
Fase Orientasi
Perawat Syifa : Baik bapak, saya perawat Syifa yang bertugas pagi hari ini.
Disini saya mau membantu bapak melakukan personal hygine, bagaimana pak?
Perawat Syifa : Kalau begitu, saya mulai ya pak alat alatnya sudah saya siapkan,
kira kira sekitar 30 menit saja pak
23
Fase Kerja
Perawat Syifa : Sama sama bapak, saya permisi dulu, nanti saya akan kembali
lagi pak, untuk mengganti infuse bapak.
Dokter : Sama sama pak, kalau begitu saya kembali ke ruangan sebentar
ya pak
24
Pasien : Iya dokter
Sembari keluar ruangan pasien, dokter pun meminta perawat Sri untuk
memanggilkan keluarga pasien.
Perawat Sri pun kembali ke ruangan pasien dan bertanya kepada perawat
Syifa.
Perawat Sri : Ners, dokter Vinola ingin berbicara dengan keluarga pasien di
ruangnya. Keluarga pasien dimana ya? (kata perawat Sri pelan)
Perawat Syifa : Baik, keluarga pasien ada di luar, biar saya aja yang akan
mengantarkan keluarga pasien ke ruangan dokter Vinola, tolong gantikan saya sebentar
untuk merawat pak Nasril ya
Perawat Syifa : Ibu diminta keruangan dokter, karena ada hal yang ingin dokter
sampaikan mengenai perkembangan kesehatan bapak Nasril.
Dengan wajah harap-harap cemas, ibu Okti pun segera masuk ke ruangan
dokter.
25
Dokter : Waalaikumsalam, silahkan duduk bu
Dokter : Baik bu, saya akan membacakan hasil diagnose penyakit suami
ibu. Penyakit suami ibu sekarang sudah terlalu kronis, kami sudah melakukan semua
dengan semaksimal mungkin, tapi semua itu sudah menjadi kehendak yang Maha
Kuasa. Harapan hidupnya sudah sangat kecil. Tapi kami akan selalu memantau
perkembangan suami ibu, agar suami ibu tidak cemas menghadapi ini semua.
Dokter : Saya tahu, ini memang berat untuk ibu dan keluarga, tapi ini
diluar kuasa kami. Saya harap ibu dan keluarga bisa menerima kenyataan ini. Saya
harap ibu bisa mendampingi suami ibu, agar di hari-hari terakhirnya suami ibu tidak
merasa kesepian.
Ibu Okti pun keluar sambil menangis sejadi-jadinya. Anaknya pun segera
menghampiri ibunya dan berteriak setelah mendengar kabar tersebut.
Ibu Okti : Yang sabar yah nak, kita harus siap dengan kenyataan ini.
Ibu Okti : Penyakit bapak kamu sudah tidak bisa disembuhkan lagi, dan
harapan hidupnya kecil.
26
Esa : (Semakin histeris)
Perawat Indah selaku kepala ruang pun tiba tiba menghampiri keluarga
pasien
Perawat Indah : Ibu yang sabar ya, tenangkan diri ibu. Serahkan semua ini pada
Allah, karena kita semua pasti akan kembali pada-Nya.
Perawat Indah : Allah memberikan cobaan pada setiap makhluknya, dan setiap
manusia diberikan cobaan yang berbeda. Pasti dibalik ini semua akan ada hikmah untuk
keluarga ibu, ibu harus bisa mengikhlaskan semua ini.
Ibu Okti : Baik ners, saya akan berusaha untuk menerima semua ini, dan
mengikhlaskan semuanya, bantu saya untuk menyampaikan berita ini kepada suami saya
yah ners.
Perawat Indah : Iya bu, saya pasti membantu ibu dan tolong hubungi keluarga
jauh ibu, agar di hari terakhir semua keluarga bisa hadir.
Perawat Indah : Iya sama-sama ibu, itu sudah menjadi tugas saya.
Pasien : Bu? (dengan nada yang halus), bu? (nada agak tinggi), (ibu tetap
melamun) Pasien pun mulai bingung (sekali lagi), bu?.
Ibu Okti : Tidak apa apa, ibu hanya sedikit lelah, gimana pak keadaannya?
27
Pasien : Bapak mulai merasa tidak enak bu, tolong jaga anak-anak ya bu,
bapak harap kalian anak-anak menjadi anak-anak yang baik dan bermanfaat, dan jangan
selalu berharap sama bapak lagi ya..!!.
Ibu Okti : Iya pak, ibu akan jaga anak-anak, dan bapak juga harus tenang
dan ikhlas menghadapi semua ini ya.
Perawat Indah : Baik bapak, saya harap bapak bisa menerima dan mengikhlaskan
semuanya ya pak.
Pasien : (Pasien terkaget dan kemudian teriak). Tidak mungkin ners, saya
masih ingin hidup, dan saya masih punya keluarga yang membutuhkan saya.
Perawat Indah : Bapak yang tenang dan yang sabar ya bapak, bapak pasti kuat
dan bapak harus bisa melewati semuanya, percayakan semuanya pada yang Maha
Kuasa.
Pasien : Ners, apakah ada alternatif lain agar penyakit yang saya derita
sembuh?, saya mohon ners.
28
Perawat Indah : (Menghela nafas panjang, sambil menunduk), tim kami dokter
dan perawat akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan bapak, baiklah pak, saya
tinggal dulu karena ada keperluan lain dengan dokter apabila bapak butuh bantuan,
bapak bisa langsung panggil perawat Syifa atau perawat Septia. Bapak istirahat ya
(Sambil merapikan pasien)
Setelah itu pasien pun beristirahat dengan didampingi istri dan anaknya.
Keesokan harinya tepatnya pada Pukul 08.00 pagi tim pun kembali memeriksa
kondisi pasien, dan membawakannya sarapan.
Perawat Septia : Baiklah pak, saya perawat Septia yang hari ini menggantikan
perawat Syifa, sekarang saatnya bapak sarapan ya, apakah bapak ingin dibantu atau
melakukannya sendiri?
Perawat Septia : Oh baiklah pak.. kalau begitu saya tinggal dulu ya pak.
Ibu Okti : Pak, bapak kenapa, kok tiba-tiba sesak nafas? (Ibu terlihat
cemas)
29
Ibu Okti pun langsung pergi keluar menuju ruang IGD memanggil tim
kesehatan tergesa-gesa dan cemas.
Ibu Okti : Ners, dok tiba-tiba suami saya mengalami sesak nafas, tolong
dia dokter, ners.
Perawat Tasya : Baik bu, kami akan segera kesana ibu yang tenang
Perawat Tasya : Iya bu, ibu berdoa saja, semoga tidak terjadi apa-apa
Pak Nasril dibawa menuju ruang IGD bersama perawat yang lainnya.
Sesampainya di IGD
Perawat Tasya : Ibu maaf, untuk sekarang ibu tidak dapat masuk kedalam ruang
IGD.
Ibu Okti : Kenapa ners? Saya ingin masuk kedalam untuk menemani suami
saya.
Perawat Tasya : Ibu yang tenang semua pasrahkan kepada kita selaku tim medis.
Perawat Tasya : Maaf ibu sudah prosedurnya seperti ini tunggu kabar baiknya
ibu berdoa saja ya bu.
30
Dokter : Ners, tolong sampaikan kepada keluarga pasien jika bapak
Nasril sudah tiada.
Fase Terminasi
Perawat Tasya : Ibu, adek yang tenang, sabar dan tawakal. Iklas dan menerima
rencana sang kuasa ya bu, dek. Bapak Nasril sudah tiada.
Perawat Tasya : Yang sabar ibu, adek. Ini sudah menjadi takdir, kita semua pasti
akan kembali kepada sang Pencipta. Semoga bapak Nasril diberikan ketenangan dan
tempat terbaik di sisi-Nya. Ibu dan adek harus tabah dan berdoa untuk pak Nasril ya bu,
dek. (Sambil merangkul Ibu Okti dan Anaknya)
Ibu Okti : Iya ners, terimakasih banyak. Saya ikhlas untuk semuanya
(sambil menangis tersedu sedu)
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan perawat dan klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar
bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai
dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai tekhnik kmunikasi agar
perilaku klien berubah kearahyang positif secara optimal.
Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa
dirinya dari kesadaran diri, klasifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model
yang bertanggung jawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat
(verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk evaluasi klien.
Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu diakukan untuk evaluasi
perkembangan hubungan dan menentukan tekhnik dan keterampilan yang tepat
dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip disini dan saat
ini (here and now). Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada
anak agar anak bebas mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.
3.2 Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
secara spontan. Disamping itu perawat juga harus mampu menghargai klien
dengan menerima klien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui
duduk bersam klien yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,
dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu.
Perawat perlu menganalisa tekhnik komunikasi yang cepat setiap kali ia
berhubungan dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan
informasi yang akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan
seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses komunikasi dan menguasai
berbagai ketrampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai dirinya
secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek terapeutik kepada klien.
32
DAFTAR PUSTAKA
33