Anda di halaman 1dari 8

Naskah Role Play Komunikasi dengan Pasien

Penyakit Kronis (stroke)

Kelompok 3 :

Afita Sety Aji


Alisa Fikhul
Didik Prapto
Dina Rosmala
Kharisma Lala
Melita Oktaviani
Natasha Rachel
Nurrita Rizkiana
Rachma Kailasari
Septavianada Jihan
Suripno

Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan


Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa
Tahun 2019/2020

Pemeran role play :


Afita Sety Aji sebagai pasien
Natasha Rachel sebagai Keluarga Afita
Alisa Fikhul sebagai Dokter Saraf
Dina Rosmala sebagai Perawat
Kharisma Lala sebagai Perawat
Nurrita Rizkiana sebagai Perawat
Suripno sebagai Pasien dan suami Melita
Melita Oktaviani sebagai Istri Surip
Didik Prapto sebagai Anak pertama dan Suami Rahma
Rachma Kailasari sebagai Istri Didik
Septavianada Jihan sebagai Anak kedua

Surip adalah salah satu pasien di RS A,dia dirawat karena menderita stroke,Surip
mengalami kelumpuhan di kaki dan di tangan.Dia adalah orang kaya yang sibuk
mengurus perusahaan sehingga tidak memperhatikan kesehatannya selama di rumah
sakit.Kemudian pada hari senin Surip di jenguk oleh Didik anaknya dan Rachma
menantunya yang sebulan lalu baru menikah.
Didik&Rahma :”assalamualaikum wr wb”
Melita :”waalaikumsalam”
Didik :”aduh kenapa bapak bisa sakit seperti ini bu?”
Melita :”ya karna bapak sibuk kerja nak”
Didik :”pagi ini udah ada dokter yang ngecek bapak belum bu?
Melita :”belum nak”
Rahma :”bu,ini Rahma bawain makanan buat sarapan ibu disini”
Melita :”ya makasih,nanti ibu makan”
Rahma :”dimakan sekarang aja bu ,mumpung bapak lagi tidur”
Melita :”iya ibu mau makan dulu ya kamu sama Didik tungguin bapak”
Rahma :”iya bu”
Tidak lama kemudian Surip bangun dan marah-marah.
Surip :”Bu, ibu dimana? Bu ..”
Didik :”ini aku Didik pak”
Surip :”Ibu mana?”
Didik :”ibu lagi makan,sekarang gantian aku sama rahma yang jaga bapak”
Rahma :”iya pak.bapak mau apa?biar nanti rahma tau”
Surip :”minum”
Rahma :”iya pak,mau minum apa ?”
Surip :”iya”
Rahma :”ini pah(sambil memberikan minum)”
Kemudian dokter dan perawat tata menuju ke ruangan Surip.
Tata :”assalamualaikum selamat pagi”
Didik&Rahma :”waalaikumsalam,selamat pagi sus”
Tata :”perkenalkan saya perawat Tata dan ini dokter Alisa. Pagi ini dokter Alisa
akan mengecek kondisi pak Surip”
Didik :”ya silahkan sus”
Alisa :”saya cek dulu ya pak”
Surip :”iya”
Tata :”bagaimana kondisi bapak Surip apakah sudah lebih baik?”
Didik :”belum sus”
Surip :”beri obat yang mahal”
Tata :”kenapa pak?”
Surip :”beri obat yang mahal”
Rahma :”itu sus bapak saya bilang suruh kasih obat yang mahal”
Tata :”iya pak Surip kami berusaha kasih yang terbaik buat bapak”
Alisa :”jadi kondisinya masih sama ya hanya sedikit perbaikan”
Rahma :”oh baik dok,kira kira mash lama ya dok supaya bapak saya sembuh?”
Alisa :”ya butuh terapi yang agak lama”
Tata :”ya sudah ya pak,saya pamit dulu,nanti jika bapak ibu butuh sesuatu bisa
menghubungi saya di nurse stasion”
Didik :”ya sus”
Siang itu Surip yang ditmani Melita,marah berteriak ingin bunuh diri hingga
mengganggu pasien lain.
Surip :”berteriak”
Rahma :”sudah pak yang sabar ini lagi diobati kok”
Afita :”chel bilangin keluarga pasien sebelah jangan brisik mulu”
Rachel :”ya nih brisik banget,gatau tempat banget”
Rachel :”mohon maaf bu,bapaknya bisa disuruh diem ngga ya ? Ganggu banget nih
soalnya”
Rahma :”maaf ya bu,karna bapak saya brisik”
Rachel :”iya ,kalo engga bisa panggil susternya aja”
Kemudian Melita memencet tombol dan suster bergegas ke ruangan.
Lala :“assalamualaikum”

Melita :”waalaikumsalam”
Lala :”saya perawat Lala,apa ada yang bisa saya bantu?”
Melita :”ini sus,suami saya teriak ktnya pengen bunuh diri aja sus”
Lala :”oh yaa bu,nanti saya coba komunikasi dengan bapak Surip”
Melita :”baik sus”
Lala :”Pak Surip coba cerita ke saya kenapa bapak marah?
Surip :”saya pengen bunuh diri aja sus”
Lala :”bisa diulangi bapak ‘’
Surip :’’saya sudah ingin mati saja sus’’
Lala :’’ bapak surip tidak boleh bicara seperti itu, bapak harus tetap sabar ya pa,
bapak harus yakin dan punya kemauan juga untuk sembuh, jadi nanti saya akan
membantu bapak surip agar bapak surip bisa sembuh, nanti bapak surip bisa
beraktivitas seperti biasanya lagi ya pa.’’
Surip :’’ mengapa harus saya’’
Lala :’’ bapak surip harus menerima kehendakNYA ya pa, ini sudah menjadi jalan
pa surip jadi bapak harus bersabar dan menerima dengan ikhlas,kalo bapak punya
kemauan dan yakin untuk bapak sembuh pasti bapak bisa sembuh pa.’’
Surip : "Bagaimana bisa saya terima ini sus. Saya stres, saya ga terima!"
Lala : "Sudah pak, tenang dulu. Kalau bapak terus-terusan seperti ini maka akan butuh
lebih lama lagi untuk sembuh. Bukan kah bapak ingin sembuh? Kalau bapak
ingin segera sembuh maka bapak harus bisa mengontrol emosi bapak. Bapak lihat
sekeliling bapak, keluarga bapak sangat mendukung kesembuhan bapak. Jadi
bapak harus semangat ya pak."
Surip :’’iya sus terimakasih, saat ini saya bingung perusahaan siapa yang mengatur.
Saya ga bisa diam saja sus. Nanti bagaimana kalau saya bangkrut. Bagaimana
kalau pegawai saya engga bener kerjanya. Saya ga mau melarat sus."
Lala : ‘’ sudah pa jangan dipikirkan dulu, bapak juga jangan banyak pikiran,
bapak harus istirahat buat kesembuhan bapak, nanti rezeki sudah ada yang
mengatur pa’’
Surip : "baik sus"
Lala : "Ya sudah kalau begitu. Bapak banyak istirahat saja. Tidak perlu mikirin
yang tidak perlu dipikir. Utamakan kesehatan bapak. Nanti ada teman saya yang
meneruskan shift dan akan mengecek kondisi bapak ya pak. Kalau begitu saya
pamit dulu pak bu, lekas sembuh.’’
Melita :’’ terimakasih banyak sus’’
Lala : ‘’ sama- sama buk’’

Kemudian setelah beberapa saat perawat nana mengecek keadaan bapak surip dan
memberi obat untuk bapak surip.
Nana :’’ assalamualaikum’’
Melita : iya sus waalaikumsalam,silahkan sus’’
Nana : ‘’ baik di sini saya perwat dina rosmala, disini saya yang akan merawat
bapak ya pa, disini saya akan mengecek kondisi bapak dan akan memberi obat ya
pa.’’
Surip :’’ iya sus ‘’
Nana :’’ sebelumya apakah bapak surip sudah makan buk’’
Melita :’’ belum sus’’
Surip :’’ anak kita nada belum ke sini ya bu’’
Melita : ‘’ belum pa’’
Nana : ‘’ sambil saya cek kodisi bapak yaaa, sebaiknya bapak itu makan pa, agar
kondisi bapak makin membaik. Jadi nanti bapak bisa cepat sembuh .
Surip : ‘’ iya sus’’
Nana :’’ begini pak bu kondisi bapak surip alhamdulillah sudah sedikit membaik’’
Melita :’’ alhamdulillah’’
Nana :’’ jadi disini bapak jangan banyak beban pikiran ya pa’’
Kemudian anak surip yang bernama nada datang ke RS, dia sedih melihat kondisi
ayahya saat ini .
Nada :’’ assalamualaikum ayah ibu ‘’
Melita : ‘’ waalaikum salam nak
Nada : ‘’ bagaimana ayah bu ‘’
Melita :’’ sabar ya nak, kondisinya sedang di cek oleh suster’’
Nada : ‘’ sus tolong bantu ya sus’’
Nana : ‘’ iya mba, ini kondisi sudah sedikit membaik,diusahakan bapak surip
jangan bayak pikiran yaa, ini obatnya ya pa bu, diminum setelah bapak makan ya,jadi
sekarang bapak surip makan terlebih dahulu.’’
Surip :’’ iya sus’’
Nana :’’ bapak mau minum obat dengan saya atau degan ibu melita?’’
Surip :’’ dengan suster saja’’
Nana :’’ sekarang makannya ini di makan dulu ya pa, biar saya yang banatu ya pa’’
Nada :’’ ayah makan yaa ayah, ayah harus cepet sembuh ayah’’
Surip :’’ iya nak , doakan ayah’’
Nana : ‘’ bapak sudah makan, sekarang waktunya minum obat ya pa, ini obatnya
biar saya bantu’’
Surip :’’ iya sus’’
Nana :’’ baik, kondisi bapak sudah mulai membaik,dan bapak surip sudah makan
dan obatnya juga sudah di minum, sekarang saya pamit dahulu ya pa’’
Melita nada :’’ trimakasih sus’’
Nana : ‘’ sama- sama ibu, lekas sembuh bapak ‘’
Surip :’’ iya sus’’

Setelah perawat Nana meninggalkan ruangan. Malam harinya Bapak Surip bercakap-
cakap dengan Ibu Melita.

Surip : "Bu. Anak-anak kita dimana? Bapak udah engga kuat lagi."
Melita : "Bapak ngomong apa si?! Ga boleh ngomong kaya gitu lah. Nanti ibu sama
siapa kalau bapak enggak ada."
Surip : "Ibu ga perlu khawatir. Bapak akan selalu ada buat ibu. Di hati ibu."
Melita : "Udah pak, gausah ngomong seperti itu"
Surip : "Yauda Bu, bapak mau istirahat ya"
Melita : "Iya pak."

Keesok harinya. Di pagi hari.

Melita : "Bapak, ayo bangun. Kita sholat subuh dulu. Pak, bangun pak. Bapak ayo
bangun. Bapak kenapa pak. Pak. Bapak.!"

Kemudian Melita menekan tombol untuk memanggil perawat.


Dan datanglah salah satu perawat.
Lala : "Selamat pagi Bu. Ada yang bisa saya bantu"
Melita : "Suster (sambil menangis) tolong suami saya sus. Tolong selamatkan dia sus
saya mohon "
Lala : "Baik ibu, ibu tenang dulu. Saya panggil dokter"

Perawat Lala memanggil dokter Alisa dan mengambil beberapa alat pamacu jantung.

Lala : "Dok, ini pasien Surip mengalami henti jantung."


Alisa :"Bagaimana Bu, seperti bapak mengalami henti jantung. Apakah ibu ingin
kami memberikan obat pacu jantung?
Melita : "Sudah dok, tidak perlu. Saya ikhlas (sambil menangis)."
Alisa : "Baiklah Bu kalau begitu. Kami akan mempersiapkan pemulangan jenazah ke
rumah ibu."
Melita : "Suster Lala. Tolong sampaikan ke anak saya kalau pak Surip sudah tidak
ada. Saya engga kuat sus."
Lala : "Baik Bu."
Dokter Alisa dan perawat Lala akhirnya kembali ke ruangan.
Setelah sampai di ruangan, perawat Lala segera menghubungi anak-anak Pak Surip.

Dirumah Didik.

Rahma : "Pak, ayo sholat. Kita doakan bapak supaya lekas sembuh."
Didik : "Ayo Bu."
Tiba-tiba handphone Didik berdering. Kring-kring..
Didik : "Sebentar ya Bu, ada telepon."
Rahma : "Ibu pak."

Lala : " Halo, assalamu'alaikum wr. wb selamat pagi. Saya perawat Lala dari rumah
sakit harapan kita. Apa benar ini dengan sorada Didik anak dari Pak Surip?"
Didik : "Iya waalaikumsalam. Selamat pagi sus. Benar saya Didik. Bagaimana
keadaan bapak saya? Apakah sudah ada kemajuan?"
Lala : "Maaf sebelumnya pak Didik kami ingin menyampaikan berita duka. Kami
sudah mencoba sebisa kami. Namun Allah berkehendak lain. Bapak Surip meninggal
dunia pagi ini pukul 04.30. Jenazah akan dipulangkan ke rumah pukul 08.00.
Demikian berita duka ini saya Sampaikan.
Didik : " innalillahi wainailaihi roji'un . Baik sus terimakasih atas informasinya."
Lala : "Iya pak sama-sama. Semoga bapak dan keluarga yang ditinggalkan diberi
ketabahan. Wassalamu'alaikum.
Didik : "waalaikumsalam"

Rahma : "Dari siapa pak? Kok bapak lemas gitu mukanya."


Didik : "Bapak meninggal Bu. Jenazahnya akan dipulangkan pukul 08.00 ini"
Rahma : innalillahi. Ya sudah pak. Mari kita sholat kemudian kita ke rumah sakit."
Didik :"Iya Bu."
-END-

Fase orang dengan penyakit kronis :


1. DENIAL -- Fase Penyangkalan dan Pengasingan Diri
Reaksi pertama setelah mendengar, bahwa penyakitnya diduga tidak dapat
disembuhkan lagi adalah, "Tidak, ini tidak mungkin terjadi dengan saya."
Penyangkalan ini merupakan mekanisme pertahanan yang biasa ditemukan pada
hampir setiap pasien pada saat pertama mendengar berita mengejutkan tentang
keadaan dirinya. Hampir tak ada orang yang percaya, bahwa kematiannya sudah
dekat, dan mekanisme ini ternyata memang menolong mereka untuk dapat
mengatasi shock khususnya kalau peyangkalan ini periodik. Normalnya, pasien
itu akan memasuki masa-masa pergumulan antara menyangkal dan menerima
kenyataan, sampai ia dapat benar-benar menerima kenyataan, bahwa kematian
memang harus ia hadapi.
2. ANGER -- Fase Kemarahan
Jarang sekali ada pasien yang melakukan penyangkalan terus menerus. Masanya
tiba dimana ia mengakui, bahwa kematian memang sudah dekat. Tetapi
kesadaran ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan kemarahan.
"Mengapa ini terjadi dengan diriku?", "Mengapa bukan mereka yang sudah tua,
yang memang hidupnya sudah tidak berguna lagi?" Kemarahan ini seringkali
diekspresikan dalam sikap rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan di
rumah sakit atau di rumah. Bahkan kadang-kadang ditujukan pada orang-orang
yang dikasihinya, dokter, pendeta, maupun Tuhan. Seringkali anggota keluarga
menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Umumnya mereka
tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien tidak masuk akal, meskipun normal,
sebagai ekspresi dari frustasi yang dialaminya. Sebenarnya yang dibutuhkan
pasien adalah pengertian, bukan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang
tersinggung oleh karena kemarahannya
3. .BARGAINING -- Fase Tawar Menawar
Ini adalah fase di mana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup sedikit
lebih lama lagi atau dikurangi penderitaannya. Mereka bisa menjanjikan macam-
macam hal kepada Tuhan, "Tuhan, kalau Engkau menyatakan kasih-Mu, dan
keajaiban kesembuhan-Mu, maka aku akan mempersembahkan seluruh hidupku
untuk melayaniMu
4. ."DEPRESSION -- Fase Depresi
Setelah ternyata penyakitnya makin parah, tibalah fase depresi. Penderita merasa
putus asa melihat masa depannya yang tanpa harapan. Sebagai orang percaya
memang mungkin dia mengerti adanya tempat dan keadaan yang jauh lebih baik
yang telah Tuhan sediakan di surga. Namun, meskipun demikian perasaan putus
asa masih akan dialami.
5. ACCEPTANCE -- Fase Menerima
Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan yang ia
alami. Pada umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat
menerima kenyataan, bahwa kematian sudah dekat, sehingga mereka mulai
kehilangan kegairahan untuk berkomunikasi dan tidak tertarik lagi dengan berita
dan persoalan-persoalan di sekitarnya. Pasien-pasien seperti ini biasanya
membosankan dan mereka seringkali dilupakan oleh teman-teman dan
keluarganya, padahal kebutuhan untuk selalu dekat dengan keluarga pada saat-
saat terakhir justru menjadi sangat besar.
Perawat perlu mendengarkan pasien dengan baik .dan jika pasien sudah di fase
menerima maka perawat bisa memberikan nasihat kepada pasien

Anda mungkin juga menyukai