Anda di halaman 1dari 5

SKENARIO ROLE PLAY

“BIMBINGAN SPIRITUAL PADA PASIEN HIV/AIDS”


Kelompok 2
1. Rafidah Thaib (Pembaca Naskah)
2. Wahyuni Padu (Perawat 1)
3. Julfiani Sampurna (Perawat 2)
4. Megiwati Ano (Pasien)
5. Nuramelia Datuela (Keluarga)

Disalah satu rumah sakit di Kota Bandung, terdapat pasien yang menderita penyakit
HIV/AIDS. Pasien bernama Intan yang berusia 20 tahun pada awalnya dibawa ke Rumah Sakit
dengan keluhan BAB lebih dari 3x dalam sehari dan tubuhnya mengeluarkan keringat yang
berlebih. Pasien mendapatkan perawatan dan meminum obat secara rutin. Akan tetapi, setelah
mendapatkan perwatan yang intensif, kondisi pasien bukannya membaik akan tetapi
sebaliknya, kondisi pasien justru kian hari kian memburuk. Pasien mengalami peningkatan
suhu tubuh serta mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis. Dokter dan Perawat
pun melakukan pemeriksaan kembali berupa tes darah. Ternyata dari hasil pemeriksaan, pasien
positif terkena HIV/AIDS. Perawat pun memberitahukan hal tersebut kepada keluarga pasien.
Keluarga pasien sangat terkejut mendengar hal tersebut dan berniat untuk tidak
memberitahukan hal tersebut kepada pasien.

Perawat : “Assalamualikum, apakah benar ini dengan keluarga dari pasien yang bernama
Intan?”
Keluarga : “Wa’alaikum salam, iya saya ibunya. Ada apa sus?”
Perawat : “Ibu boleh bicara sebentar?”
Keluarga : “Oh..baik sus”
Perawat : “Baik, mari ikut dengan saya”

Perawat dan Ibu pasien pun pergi menuju Nurse Station.

Perawat : “Silahkan duduk bu” (sambil menunjuk kearah kursi)


Keluarga : (ibu pasien duduk)

Perawat : “Begini bu, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium ternyata anak ibu positif
terkena HIV/AIDS” (sambil memperlihatkan hasil pemeriksaan)
Keluarga : “Astagfirullah, itu bukannya penyakit yang berbahaya dan mematikan ya?”
(dengan raut wajah kaget)

Perawat : “Iya bu, HIV/AIDS termasuk salah satu penyakit yang sangat berbahaya.
HIV/AIDS adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga
pasien sangat rentang untuk terkena penyakit. Pada saat anak ibu batuk-batuk
yang tak kunjung henti, itu merupakan salah satu tanda bahwa sistem kekebalan
tubuhnya sudah terserang oleh virus. HIV/AIDS juga termasuk salah satu
penyakit yang menular. Oleh sebab itu anak ibu akan kami pindahkan ke
ruangan isolasi, guna mencegah terjadinya penularan pada pasien lainnya”
Keluarga : “Bagaimana dengan pengobatannya sus, bisa sembuh kan?” (sambil menangis
dan terlihat panik)

Perawat : “Untuk sembuh, kemungkinannya memang kecil, akan tetapi kita dapat
menekan pergerakan dari virus tersebut, agar virus tidak menimbulkan kerusakan
yang semakin parah”
Keluarga : “Tapi.. apa penyebabnya apa sus? (dengan wajah yang cemas)

Perawat : “Biasanya virus ini bisa ditularkan dari penggunaan jarum suntik, pergaulan
bebas, atau dari ibu yang terinfeksi HIV/AIDS yang kemudian menyusui
anaknya. Nah bagaimana dengan pola pergaulan dan lingkungan anak ibu
sendiri?”

Keluarga : “Setau saya anak saya sering keluar malam, dan saya tidak dapat memantau anak
saya selama 24 jam. Dikarenakan saya bekerja paruh waktu”

Perawat : “ohh... kalau begitu sebaiknya kita fokus saja ke pengobatan yang akan
ditempuh anak ibu”
Keluarga : “Iya sus.. tolong sembuhkan anak saya ya sus..”

Ibu pasien pun kembali menuju ke ruangan dimana anaknya dirawat, dan ia memberitahukan
hal tersebut kepada anaknya.

Keluarga : “Assalamualaikum” (dengan raut wajah yang lemas dan mata yang sembab)
Pasien : “Waalaikumsalam, mamah kenapa?”
Keluarga : (langsung memeluk anaknya)
Pasien : “kenapa mah?”
Keluarga : “Nak, ada yang ingin mamah sampaikan, kamu harus kuat ya nak...”
Pasien : “Memangnya ada apa mah? Aku sakit apa mah?”
Keluarga : “Tadi setelah mamah dipanggil sama perawat terkait dengan kondisi kamu saat
ini. (menghela nafas). Kamu harus rajin minum obat ya nak, biar kamu cepet
sembuh”
Pasien : “Memangnya aku sakit apa?”

Setelah beberapa hari mendapatkan perawatan, kondisi pasien tak kunjung membaik.

Pasien : “Mah aku tuh kenapa sih? Kok semakin hari aku merasa kalau kondisi aku
semakin lemah, badan aku juga jadi kurus”
Keluarga : “Sebenarnya kamu itu sakit HIV/AIDS”
Pasien : (hanya terdiam dan menangis)

Keluarga : “Kamu yang sabar nak, mamah juga mengusahakan yang terbaik buat
kesembuhan kamu”

Semenjak pasien mengetahui penyakit yang dideritanya, pasien sangat terpukul. Pasien
tidak mau makan, tidak mau bertemu dengan siapa pun, dan kondisinya semakin memburuk.
Semangat hidupnya seakan sudah hilang.

Dihari yang berbeda, perawat mengadakan doa bersama sebelum memulai aktivitas.
Perawat mendatangi pasiennya satu persatu untuk memimpin doa untuk kesembuhan pasien.

Salah satu perawat pun datang ke ruangan dimana Intan dirawat.


Perawat : “Assalamualaikum”
Keluarga : “Waaliakum salam”
Pasien : (hanya terdiam)

Perawat : “Ibu sekarang akan diadakan pergantian shift, sekarang saya yang akan
merawat anak ibu, jika ada yang harus dibantu ibu bisa panggil saya”
Keluarga : “ohh, iya sus”
Perawat : “Sekarang kita berdoa terlebih dahulu ya, untuk kesembuhan pasien, mari kita
berdoa bersama-sama ya bu. Bismillahirohmanirrohim, Allahumma
Rabbannaasi Adzhibil Ba'sa Wasy Fihu. Wa Antas Syaafi, Laa Syifaa-A Illa
Syifaauka, Syifaa-An Laa Yughaadiru Saqomaa. Ya Allah, Rabb manusia,
hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha
Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu,
kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari dan Muslim)
Keluarga : “aminn, terimaksih sus”
Perawat : “Sama-sama bu, sekarang saya permisi dulu ya bu”

Setelah beberapa saat perawat pun datang ke ruangan pasien.

Perawat : “Assalamualaikum”
Pasien : (tidak menjawab salam dan hanya terdiam)

Perawat : “Sekarang sudah waktunya makan dan minum obat ya intan”


(sambil menyodorkan obat)

Pasien : “Untuk apa makan dan minum obat, penyakit saya juga kan ga sembuh-
sembuh” (menepis obat yang dipegang oleh perawat)

Perawat : “Intan kamu ga boleh kaya gitu, kamu harus yakin kalau kamu akan sembuh.
Kamu harus percaya bahwa ada kekuatan yang lebih besar, yaitu Allah SWT.
Allah akan memberikan yang terbaik bagi umatnya yang berikhtiar dan sabar”

Pasien : “Engga, saya mending mati aja. Dari pada hidup, tapi saya hanya menyusahkan
dan mempermalukan keluarga saya”
Perawat : “Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, kamu harus percaya akan hal itu.
Kamu juga harus ingat bahwa orang di sekitar kamu itu sayang samu kamu, dan
menginginkan kamu sembuh. Keluarga kamu sudah berusaha untuk
kesembuhan kamu, sekarang tinggal kamu yang harus berjuang untuk melawan
penyakit kamu, kamu harus sembuh setidaknya untuk orang-orang yang sayang
sama kamu”
Pasien : (terdiam)
Perawat : “Apa yang kamu pikirkan?”

Pasien : “Saya merasa malu dengan masa lalu saya sus, jikalau saya hidup pun, saya
hanya akan membawa rasa malu yang akan di tanggung oleh keluarga saya”

Perawat : “Tidak ada orang tua yang akan membenci anaknya sendiri, jika kamu hidup
itu tidak akan membuat mereka malu, melainkan akan membawa kebahagiaan
bagi mereka”
Pasien : “Apa itu benar sus?”
Perawat : “Tentu saja”
Pasien : (mulai tersenyum)

Perawat : “Nah sekarang kan sudah waktunya sholat Dzuhur, Intan bisa sekalian berdoa
kepada Allah SWT agar diberikan kesembuhan. Apakah Intan sudah solat?”
Pasien : “Belum sus, saya tidak tahu caranya”

Perawat : “Baiklah saya akan menuntun Intan untuk melakukan sholat Dzuhur ya.
Apakah Intan bersedia?”
Pasien : “Iya sus”

Perawat : “Baiklah, sekarang kita lakukan tayamum dulu ya. Caranya intan pukulkan
kedua telapak tangan ke tembok, lalu tiup, kemudian usapkan pada telapak
tangan kanan dan kiri, lalu sebaliknya. Kemudian usapkan ke wajah dengan
kedua telapak tangan. Dilakukan sekali usap saja ya. (sambil mempraktekan)
Pasien : (mengkuti cara tayamum yang dicontohkan oleh perawat)
Perawat : “Nah tayamumnya sudah selesai, sekarang Intan sholatya, niatkan didalam hati
Intan dan mintalah kesembuhan kepada Allah, karena hanya Allah lah yang
maha menyembuhkan berbagai macam penyakit”
Pasien : “Baik sus, terimakasih banyak”

Perawat : “nah makan dan obatnya saya simpan disini, nanti jika Intan sudah selasai
sholatnya, Intan makan dan jangan lupa obatnya juga diminum ya. Kalau begitu,
saya permisi dulu ya”
Pasien : “Baik sus”
Perawat : “Assalamualaikum”
Pasien : “Waalikumsalam”

Setelah berbincang dengan perawat, pasien sudah mulai menerima penyakit yang di
deritanya. Sekarang pasien juga menjadi rajin sholat, mau makan dan menunjukan perubahan
kondisinya ke arah yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai