Di Susun Oleh :
V-C Keperawatan
Kelompok 7
HARDI USIA
NURAMELIA DATUELA
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan taufik serta
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul “ Asuhan
Keperawatan Dengan LEUKEMIA Pada Anak “.
Selawat dan salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti kita rasakan saat ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Keperawatan Anak II yaitu Ibu
Ns.Petronela Mamentu, S,kep, M. kep, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini
sesuai dengan sesuai harapan.
Penulis menyadari sebagai manusia biasa, tentunya banyak kesalahan dan kekurangan.
Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca, untuk perbaiki tugas selanjutnya.
Manado 20 oktober 2019.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang
disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah
yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan
sel darah normal.
B. TUJUAN PENULISAN
1
BAB II
PEMBAHASAN LEUKAMIA
A. KONSEP MEDIK
1. DEFINISI
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada
tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu
atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan
pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala
klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga
terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang,
kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat
menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.
2. ETIOLOGI
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya
penyakit leukemia.
2
a. Host
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-
University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa
penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang
mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical
Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%),
Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
3
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam
keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita
naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
b. Agent
Virus
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus
leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis
di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar
radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan,
ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar
dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan
Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi
4
LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai
7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing
spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14
kali lebih banyak.
Zat Kimia
Merokok
5
c. Lingkungan (Pekerjaan)
3. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai
dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada
sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah
normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel
darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga
merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah
dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
6
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian
normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan
tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga
bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening,
ginjal, dan otak.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh
sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk
purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari
100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada
dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu
hiperurisemia dan hipoglikemia.
7
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan
kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin
parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada
fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan
limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung
lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat,
petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Kemoterapi
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-
sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia.
Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
vincristin, prednison dan asparaginase.
8
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang
bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan
juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan
kemudian.
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang
digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada
tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak
dan sistem saraf pusat.
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini
biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak
hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar
80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan
hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada
sumsum tulang dan SSP.
Fase induksi
Fase konsolidasi
9
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi
konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat
dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada
fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup
masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan
prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan
kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I
atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau
IV diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup
lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata
10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat
bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
Fase Kronik
10
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien
bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat
yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada
tindakan transplantasi sumsum tulang.
Fase Akselerasi,
b. Radioterapi
d. Terapi Suportif
11
penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
6. KOMPLIKASI
1. Kelelahan
2. Perdarahan, epistaksis, ptekie
3. Splenomegali
4. Stroke
5. Infeksi
7.PATHWAY
12
2.2. Asuhan Keperawatan
ILUSTRASI KASUS
An.D kelihatan lesu, lemas dan pucat. Pasien baru masuk bagian anak untuk yangke
dua kalinya atas indikasi ALL. Prositostatika.
Pemeriksaan Fisik :
I. Identitas Pasien
Nama anak : An.D
Tanggal masuk : 20-10-2009
No.RM : 613096
Tempat/tgl lahir : Pondok/ 05-10-2004
BB/TB saat lahir : 3500 gram/ 111 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan anak : Taman Kanak-kanak
Anak Ke : 1 (satu)dalam keluarga
Nama ayah : Mahatir
Pekerjaan : Sopir Pendidikan :D3
Nama ibu : Nike
Pekerjaan : Ibu RT
Pendidikan : D3
Alamat : Pondok, Kota Padang
Diagnosa Medis : LLA. Prositostatika
13
Ibu mengatakan, an.D lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir dengan cukup
umur yaitu 9 bulan. Berat badan lahir 3500 gram dan panjang badan 42cm. Saat
lahir, An. R menangis spontan.
3. Postnatal:
Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelahmelahirkan.
Kondisinya normal.
IV. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Penyakit yang diderita sebelumnya :
Ibu mengatakan, an.D pernah menderita ALL. Prositostatika.
2. Pernah dirawat di RS :
Sebelumnya, an.D pernah di rawat di RS
3. Obat-obatan yang pernah digunakan :
Orang tua an.D mengatakan bahwa dulu an.D pernahmengkomsumsi
kortikosteroid, sitostatik dan imunoterapi.
4. Alergi :
An.D tidak memiliki riwayat alergi.
5. Kecelakaan :
An.D tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya.Kalaupun jatuh, an.D
tidak sampai mengelami luka berat.
6. Riwayat imunisasi :
I II III
BCG 1BLN 2BLN 3BLN
DPT 1BLN 2BLN 3BLN
POLIO 9BLN
CAMPAK 1BLN
HEPATITIS B 0BLN 2BLN 6BLN
14
an.D muntah. An.D mengeluhkan nyeri padasendinya dan terasa pegal-
pegal. An.D meraba-raba perutnya danmengatakan sakit pada perutnya.
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu an.D mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit turunan yang
seperti dialami oleh an.D
VII. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Kemandirian dan bergaul :
Sebelum sakit, an.D mampu melakukan aktivitas sehari-hari sepertimakan sendiri,
pasang baju sendiri. An.D berteman baik dengan temansebaya. Tapi semenjak sakit,
An. D sudah tidak mampu melakukanaktifitas sehari-hari dan memiliki
keterbatasan dalam bermain denganteman-temannya.
2. Motorik kasar :
Umur 3 bulan, an.D sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah bisaduduk, umur
9 bln berdiri dan umur 10,5 bulan sudah bisa berjalan.
3. Motorik halus :
Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa menulis coret-coretan
4. Kognitif dan bahasa :
Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa memahami perintah dari orang lain,an.D
mengerti apa yang ditanyakan orang padanya. Perkembanganbahasa normal, anak
mulai bisa bicara umur 12 bulan.5. Psikososial :Saat pengkajian, An.D mau
berinteraksi dengan orang lain selain orangtua bila di beri mainan terlebih dahulu.
5. Lain-lain : Emosi an.D saat ini labil
VIII. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh klien :
Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
2. Hubungan dengan anggota keluarga :
An.D merupakan anak kandung dari Ibu Nike dan Bpk mahatir. Saatpengkajian,
Bapak dari An.D sering memaksa anaknya makan-minumdengan paksa dan sedikit
marah-marah pada an.DMenurut Ibunya, An.D sangat sayang sama adiknya.
Mereka jarang sekali ribut.
3. Hubungan dengan teman sebaya :
15
Sebelum sakit, an.D berteman baik dengan teman sebayanya.
4. Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah(anak tidak
sinroma down)
5. Lingkungan rumah :
- Luas rumah 8 x 10 m
- Ventilasi cukup, penerangan cukup
- Pakai sumur gali- Sampah dibakar
- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalujauh kira-kira 10 m
IX. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : sadar/compos mentis
2. TB/BB (cm) :111 cm/ 15 kg
3. Kepala :46 cm
a. Lingkar kepala :
b. Rambut :
kebersihan.(bersih)
warna. (hitam)
Tekstur (kasar)
distribusi rambut.(merata)
Kuat/mudah tercabut....( kuat )
4. Mata :
a) Sklera :Normal/non ikterik
b) Konjungtiva :anemis
c) Palpebra :
d) Pupil : ukuran ........ 2mm ......... bentuk ..... isokor ......... reaksi cahaya ........+ /
normal .........
5. Telinga :
a) Simetris : ya
b) Serumen : Ada
c) Pendengaran : Baik
16
6. Hidung :
a) Septum simetris :ya
b) Sekret :tidak
c) Polip :tidak
7. Mulut: Kebersihan(kurang). Warna(merah) Kelembaban(kering),gusi berdarah
3 hari yang lalu.
a) Lidah :Ada sariawan ± 1 cm
b) Gigi : caries pada gigi atasnya (keropos semua gigi yangdi atas)
8. Leher :
a) Kelenjer getah bening :Teraba di colli dextra diameter 1x1/2x1 ½ cm dan
diinguinal dextra ada 3 bh diameter ½ x 1 ½ x 2 cm
b) Kelenjer tiroid :Tidak ada pembengkakanc. JVP : 5-2 cm H2O
9. Dada :
a) Inspeksi :Normal
b) Palpasi :Normal
10. Jantung :
a) Inspeksi : iktus cordis di RIC V
b) Auskultasi :-
c) Palpasi :-
11. Paru-paru :
a) Inspeksi :simetris
b) Palpasi :fremitus kiri = kanan
c) Perkusi :-
d) Auskultasi :vesikuler
12. Perut :
a) Inspeksi :ada purpura
b) Palpasi :Hepar kenyal dan pinggirnya tajam
c) Perkusi :timpanid. Auskultasi :bising usus normal (4x/menit)
13. Punggung :bentuk normal
14. Ekstremitas :Kekuatan dan tonus otot baik
15. Genitalia :-
17
16. Kulit :
a) Warna :sawo matang
b) Turgor :kembali dalam waktu 2 detik
c) Integritas :ada purpura di abdomen
d) Elastisitas :elastis
17. Pemeriksaan Neurologis : an.D dalam kondisi sadar/compos mentis
X. Pemeriksaan Tumbuh Kembang
a. DDST (terlampir)
b. Status Nutrisi (terlampir)
XI. Pemeriksaan Psikososial
An. D saat dilakukan pengkajian, kurang mau berinteraksi denganorang lain. Ketika
diberi mainan, an. D baru mau berkomunikasidengan orang .
XII. Pemeriksaan Spritual
Orang tua anak mengatakan mereka juga berdoa untuk kesembuhan anaknya.
XIII. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : - Hb : 8,4 gr % - Trombosit : 34.000/mm3
a. - Leukosit : 1800/mm3 - Ht : 26 %
b. Rontgen :-
c. Lain-lain :-
XIV. Kebutuhan Dasar Sehari-hari
18
Eliminasi BAB 1X/hari
Bermain sendiri
Normal seperti anak seb dengan permainan
Bermain
ayanya seadanya seperti
topeng - topengan
ANALISA DATA
Nama : An.D
Umur : 5 Tahun
NO Sympthom Etiologi Problem
Ds :
Do :
kafilarevil 4 detik
akral klien teraba dingin
Hb : 6,7 gr %
Klien terlihat gelisah.
19
Ds :
1. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan (perifer) berhubungan dengan penurunan
komponen pengangkut O2.
2. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit
Diagnosa
N
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
O
Gangguan Tujuan :
perfusi Mandiri :
Setelah
jaringan Dengan
(perifer) diberikan
Kaji yang mengetahui
1. berhubungan tindakan
dengan mendasari penyebab
penurunan keperawatan
dan perawat dapa
komponen selama 3 x 24
pengangkut banyaknya t mengkaji dan
O2. jam,
menghilangkan
20
diharapkan darah yang penyebab.
perfusi keluar Banyaknya
jaringan perifer darah yang
kembali efektif dikeluarkan
dengan dapat diberikan
Kriteria hasil: intervensi yang
tepat
Kulit
Untuk menen
membr
tukan
an
Kaji TTV intervensi
mukosa
selanjutnya
tidak
Posisi kepala
pucat
lebih tinggi
Saturas
kira- kira 30 –
Bantu klie
i
450 dapat
n untuk
oksigen
mempertahank
meninggika
normal
an masukan O2
n posisi
(97 %)
yang adekuat,
kepala lebih
Capilla
agar kebutuhan
tinggi
ry refill
tubuh terhadap
daripada
normal
O2 dapat
badan
(2 – 3
terpenuhi
detik)
Intake Kolaborasi :
dan
Kolaborasi :
Pemberian O
output
2 sesuai
seimba Pemberian
indikasi dapat
ng O2 sesuai
memenuhi
indikasi
21
kebutuhan O2
klien
Mandiri :
Tujuan :
Setelah
Kaji
diberikan Perubahan
keluhan
tindakan lokasi atau
nyeri,
keperawatan karakter
perhatikan
selama 2 x 24 atau intensita
lokasi atau
jam diharapkan s nyeri dapat
karakter dan
nyeri klien mengindikasik
intensitas
terkontrol an terjadinya
(skala 0-10)
dengan komplikasi
22
tampak yang Menurunkan
gelisah tenang reaksi terhadap
TTV sesuai stimulasi dari
dalam indikasi luar atau
batas sensivitas pada
normal suara-
(TD: suara bising
120/80 dan
mmHg, meningkatkan
Nadi: istirahat/relaks
60 – asi.
100 kali
Dorong
per
ekspresi
menit,
perasaan Pernyataan
RR: 16
tentang memungkinka
– 20
nyeri n
kali pe
pengungkapan
menit,
emosi dan
Suhu:
dapat
36 -
meningkatkan
370C ±
mekanisme
0,50C)
Berikan koping.
kompres
hangat pada
Meningkatkan
lokasi nyeri
vasokontriksi,
penumpukan
resepsi sensori
yang
selanjutnya
23
akan
menurunkan
nyeri di lokasi
yang paling
dirasakan.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
Berikan
Mungkin
analgetik,
diperlukan
sesuai
untuk
indikasi.
menghilangkan
nyeri yang
berat serta
meningkatkan
kenyamanan
dan istirahat.
Catatan :
Narkotik
mungkin
merupakan
kontraindikasi
sehingga
menimbulkan
ketidak-
akuratan dalam
pemeriksaan
neurologis.
Hipertermi Setelah
3. Mandiri :
berhubungan dilakukan
24
dengan tindakan 1. Pantau suhu 1. Suhu 38 sampai 41,1
proses keperawatan tubuh pasien menujukan adanya
inflamasi selama 2 x 24 perhatikan adanya infeksius akut.
penyakit. jam diharapkan mengiggil/diafores.
suhu tubuh
klien kembali 2. Pantu suhu 2. Suhu ruangan
normal dengan lingkungan,batasi/t /jumlah selimut harus
KH : ambahkan linen di ubah untuk
tempat tidur sesuai mempertahankan suhu
Tidak
indikasi. mendekati normal.
mengal
ami
3. Berikan kompres 3. Dapat membantu
kompli
mandi hangat mengurangi demam,
kasi
hindari penggunaan penggunaan air
yang
alkohol. Pada es/aklhokol
berhub
daerah frontalis dan mungkinmenyebabkan
ungan.
aksila. kedinginan,peningkata
Tanda
nsuhu secaraactual.
tanda
4. Berikan selimut 4. Di gunakan untuk
vital
pendingin. mengurangi demam
normal.
umumnya lebih besar
S :
dari 39,5°csampai
36,5-
40°c pada waktu
37,5 0C.
terjadi kerusakan
Leukos
/gangguan pada otak.
it :
5000- 5. Anjurkan klien
5. Dengan pakaian
10000/ memakai pakaian
tipis dan menyerap
ml . 3 tipis dan mudah
keringat maka akan
menyerap keringat.
25
mengurangi
Kolaborasi: penguapan
1.Berikan
antipiretik, 1. Di gunakn untuk
Misalnya aspirin memgurangi demam
asetaminofen dengan aksi sentral
nya kepada
hipotalamus.
Tujuan:
Mandiri :
Setelah
melakukan
Gunakan Perdarahan
tindakan
semua memperberat
keperawatan
tindakan kondisi anak
selama 1 x 24
untuk dengan adanya
jam diharapkan
mencegah anemia
Resiko
cidera tidak
perdarahan
terhadap
terjadi.
khususnya
cedera/perdar
Kriteria Hasil :
pada daerah
ahan yang
ekimosis
4. berhubungan Klien
Kulit yang luka
Cegah
dengan tidak
cenderung
ulserasi oral
penurunan tampak
untuk berdarah
dan rectal
jumlah cedera.
trombosit. Klien
dapat
mobilis
Mencegah
asi Gunakan
menimbulkan
tanpa jarum yang
luka yang
tergang kecil pada
besar.
gu. saat
26
melakukan
injeksi
Mencegah
Menggunak
perdarahan
an sikat gigi
pada gusi.
yang lunak
dan lembut
Menyiapkan
Laporkan
kesiagaan
setiap
perawat dalam
tanda-tanda
menanggulangi
perdarahan
perdarahan.
(tekanan
darah
menurun,
denyut nadi
cepat, dan
pucat)
Memberikan
Hindari
intervensi dini
obat-obat
dalam
yang
mengatasi
mengandun
perdarahan
g aspirin
karena aspirin
mempengaruhi
fungsi
trombosit
untuk
Ajarkan mencegah
keluarga perdarahan
untuk
mengontrol
27
perdarahan
hidung
BAB III
PENUTUP
a. KESIMPULAN
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima
yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang
disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah
yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan
sel darah normal.
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas,
pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan
nyeri sendi.
28
leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat
setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009
diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
29
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-
anak-leukimia/
https://askep-lengkap-dhikar.blogspot.com/2012/01/askep-leukemia.html