Etnis adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu.
Sekelompok etnis adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik
serta menurunkannya kepada generasi berikutnya (Handersen dan Primeaux, 1981)
2.1.2.5 Ras
Ras adalah sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik,
pigmentasi, dan bentuk tubuh. Ada 3 ras yang umumnya dikenal, yaitu kuakasoid, negroid,
dan mongoloid.
2.1.2.6 Etnografi
Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau
etnik, misalnya tentang adat istiadat, kebiasan, hukum, seni, religi, dan bahasa. Pendekatan
metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.
2.1.2.7 Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
2.1.2.8 Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan
individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia
2.1.2.9 Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi
digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberikesempatan individu, keluarga atau
kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai
2.1.2.11 Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
2.1.3 Model Sunrise Keperawatan Lintas Budaya
Add caption
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup,
bahasa dan atribut yang digunakan.
2.1.4.4 Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi
yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan / mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger,
1991).
2.2 Proses Keperawatan Lintas Budaya
2.2.1 Pengkajian Keperawatan Lintas Budaya
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar,
1995). Perawat harus memberikan perawatan yang sensitif dan kompeten secara kultural
kepada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas. Satu cara di mana berkembang
sensitivitas dan penghargaan terhadap individu, keluarga, kelompok, komunitas tertentu
adalah ketika perawat keluar dan menyaksikan kehidupan sehari hari dari individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat tersebut Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu
menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem
perawatan melalui asuhan keperawatan.
Tujuan dari pengkajian keperawatan lintas budaya adalah menetapkan data dasar
tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktek kesehatan, nilai
dan gaya hidup yang dilakukan klien.
Prinsip prinsip pengkajian yaitu Jangan menggunakan asumsi, Jangan membuat
streotif bisa menjadi konflik (misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus), Menerima dan
memahami metode komunikasi, Menghargai perbedaan individual, Tidak boleh membedabedakan keyakinan klien, Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.
2.2.1.1 Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji:
Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari
bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.
2.2.1.2 Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan
kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus
dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.
2.2.1.3 Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
2.2.1.4 Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada
factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.
2.2.1.5 Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
2.2.1.6 Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.
2.2.1.7 Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali
2.2.2 Diagnosa Keperawatan Lintas Budaya
Pengkajian memberdayakan perawat untuk mengelompokan data yang relavan dan
mengembangkan diagnosa keperawatan potensial dan aktual yang berhubungan dengan
kebutuhan kultural dan etnik klien. Selain itu diagnosa keperawatan harus menyatakan
penyebab yang mungkin. Identifikasi terhadap penyebab masalah lebih jauh
mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan dan mendorong pemilihan intervensi
yang sesuai. Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensikeperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
2.2.3 Intervensi Keperawatan Lintas Budaya
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalahsuatu proses memilih strategi
yang tepat. Ada 3 komponen dalam perencanaan keperawatan cara pertama Cultural care
preservation/maintenance adalahMempertahankan budaya bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan
atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi yaitu
dengan cara 1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat, 2) Bersikap tenang
dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien, 3) Mendiskusikan kesenjangan budaya
yang
dimiliki
klien
dan
perawat. Cara
kedua Cultural
careaccommodation / negotiation adalah Intervensi dan implementasi keperawatan pada
tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan
budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani yang lain dengan cara 1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
klien, 2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan, 3) Apabila konflik tidak
terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan
klien
dan
standar
etik. Cara
ketiga Cultual
care
repartening/reconstruction adalah Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang
dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien
yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya
yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut dengan cara 1) Beri
kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya, 2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok, 3) Gunakan pihak ketiga bila perlu, 4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke
dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua, 5) Berikan informasi
pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
2.2.4 Implementasi Keperawatan Lintas Budaya
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya
klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ketika menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan
perawatan dan merencanakan intervensi spesifik, perawat sekali lagi mempertimbangkan
variabel kultural karena variabel ini berkaitan dengan klien. Keluarga besar harus dilibatkan
dalam perawatan, misalnya jika keluarga merupakan kelompok pendukung terkuat klien.
Praktik dan keyakinan kultural, seperti penggunaan doa khusus dan jimat, dapat diterapkan
kedalam terapi (berg & berg, 1989). Warisan budaya kultural klien, tingkat pendidikan, dan
keterampilan berbahasa harus dipertimbangkan ketika merencanakan aktivitas penyuluhan.
Untuk menghindari kebingunan, kesalahpahaman, atau konflik kultural, penjelasan aspek
asuhan yang biasanya tidak dinyatakan oleh klien yang menyesuaikan diri mungkin perlu
bagi klien yang tidak berbicara dalam bahasa perawat atau bagi mereka yang dapat
menyesuaikan diri (DeSantis, Thomas, 1990). Perawat mungkin harus merubah cara
berinteraksi untuk menghindari perlawanan klien dengan sikap berbeda yang ditunjukan
dengan etiket dan interaksi sosial. Misalnya, klien yang ramah dan sadar mengenai tubuhnya
mungkin membutuhkan persiapan psokologis sebelum suatu prosedur atau pemeriksaan yang
biasanya dipandang rutin (misalnya melakukan ronsen dada atau EKG)
2.2.5 Evaluasi Keperawatan Lintas Budaya
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Ny. H seorang ibu rumah tangga yang berusia 24 tahun datang dari UGD ke ruang
perawatan penyakit dalam bersama perawat, suami, dan anaknya. dengan keluhan Ny. H
adalah badannya terasa panas sudah 3 hari, kepala terasa sakit, mual, muntah, tidak nafsu
makan dan lemas. Pendidikan terakhir Ny. H adalah SMP (MTS). Ny. H beragama Islam, iya
berpandangan bahwa sakitnya karena ujian dari Allah SWT. Setelah dilakukan pemeriksaan
oleh perawat didapatkan TTV TD 100/ 70 mmHg, suhu 38o C, Nadi 60 x/mnt, pernafasan 17
x/ mnt, bercak merah pada kulit, uji bendung positif, terdapat hematomegali dan hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan Ht > 20 %, penurunan trombosit < 50
Rb/ul, dan penurunan leokosit sampai 4 rb/ul . dan dokter mendiagnoasa Ny. H DHF. Dokter
menyarankan Ny. H harus dirawat kurang lebih 5 hari dan harus melakukan transfusi
trombosit sampai pada keadaan normal karena penurunan trombosit yang rendah. Ny. H
langsung menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit
dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh
menerima tranfusi dari orang lain. Ny. H jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit Akan
tetapi Ny. H pernah jatuh sakit dan hanya berobat keklinik dokter saja. Sesekali dokter pernah
menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium namun Ny. H mengabaikannya dengan
alasan kedokterpun sudah bisa sembuh. Dalam biaya pengobatan Ny. H dan suaminya tidak
ada masalah karena Ny. H dan suaminya sudah mempunyai tabungan. Ny. H dan keluarga
mempunyai kebiasaan makan sehari hari adalah makanan hewani jarang memakan
makanan nabati. Makanan yang dipantang adalah daging baby.
3.2 Anatomi dan Fisiologi
hati. Empedu merupakan hasil ekskresi di dalam hati. Zat warna empedu memberikan ciri warna cokelat pada
feses.
Selanjutnya makanan dibawa menuju usus halus. Di dalam usus halus terjadi proses pencernaan
kimiawi dengan melibatkan berbagai enzim pencernaan. Karbohidrat dicerna menjadi glukosa. Lemak dicerna
menjadi asam lemak dan gliserol, serta protein dicerna menjadi asam amino. Jadi, pada usus dua belas jari,
seluruh proses pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein diselesaikan. Selanjutnya, proses penyerapan
(absorbsi) akan berlangsung di usus kosong dan sebagian besar di usus penyerap. Karbohidrat diserap dalam
bentuk glukosa, lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, dan protein diserap dalam bentuk asam
amino. Vitamin dan mineral tidak mengalami pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus halus.
Makanan yang tidak dicerna di usus halus, misalnya selulosa, bersama dengan lendir akan menuju ke
usus besar menjadi feses. Di dalam usus besar terdapat bakteri Escherichia coli. Bakteri ini membantu dalam
proses pembusukan sisa makanan menjadi feses. Selain membusukkan sisa makanan, bakteri E. coli juga
menghasilkan vitamin K. Vitamin K berperan penting dalam proses pembekuan darah. Sisa makanan dalam usus
besar masuk banyak mengandung air. Karena tubuh memerlukan air, maka sebagian besar air diserap kembali ke
usus besar. Penyerapan kembali air merupakan fungsi penting dari usus besar. Selanjutnya sisa-sisa makanan
akan dibuang melalui anus berupa feses. Proses ini dinamakan defekasi dan dilakukan dengan sadar.
masuk ke serambi kiri masuk ke bilik kiri melalui katup bikuspid keluar kejantung melalui
katup semilunar aortik keseluruh tubuh dan kembali kejantung lagi.
3.2.5 Patofisiologi DHF ( Dengue Hemoragik Fever )
Daftar Pustaka