DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK D-6
1. ALDEITA DEDIT
2. ASTUTI
3. ELISKAWATI
4. HEKLANI
5. HENGKI
6. MUHAMMAD ZANI
7. TRIPUSA
8. VERIDIANUS VENUS
Mengetahuii,
Pembimbing Akademik
9. APD
a. Definisi APD
Occupational Safety And Health Administrasi On tahun 2010
mendefinisikan Alat Pelindung Diri (APD) adalah sebuah pakaian
khusus atau alat yang di pakai petugas dalam melindungi diri dari
luka atau penyakit yang disebabkan adanya bahaya di tempat kerja.
(KemenKes, 2012).
Sarung tangan, masker, alat pelindung mata (pelindung wajah
dan kaca mata), topi, gaun, apron dan pelindung lainnya merupakan
alat pelindung diri yang digunaakan petugas untuk melindungi
dirinya. Alat pelindung diri yang paling baik merupakan alat
pelindung yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau terbuat dari
bahan sintetik yang tidak mampu tembus air atau cairan lain (darah
atau cairan tubuh) (Depkes, 2012).
Jadi APD dapat disimpulkan adalah alat yang digunakan untuk
melindungi diri dari berbagai kontak yang yang dapat
membahayakan petugas kesehatan di tempat kerja baik kontak dari
pasien atau antar petugas. APD yang digunakan harus dalam kondisi
baik tidak rusak. Penggunaan APD pun harus disesuaikan dengan
resiko yang akan dihadapi perawat ketika merawat pasien.
4) Topi
5) Gaun pelindung
6) Apron
Apron berfungsi sebagai penghalang cairan atau air di
bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus
menggunakan apron dibawah gaun pelindung yang bertujuan
untuk melindungi gaun dari percikan air ataupun cairan tubuh
ketika melakukan perawatan yang memiliki resiko tinggi
terkena air dan cipratan cairan tubuh ke patugas. Apron harus
terbuat dari karet atau pelastik yang tahan air untuk mencegah
cairan menkongtaminasi tubuh petugas. (Nia, 2015)
7) Sepatu pelindung
1. Pengkajian
Hal yang perlu di kaji pada komunitas atau kelompok, antara lain
sebagai berikut :
a. Inti (Core), meliputi :
Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia
yang berisiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-
nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Mengkaji 8 susbsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain :
1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stressor bagi penduduk.
2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan dilingkungan tempat tinggal, apakah masyarakat
merasa nyaman atau tidak, apakah sering mengalami stress
akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi
dini dan merawat/memantau gangguan yang terjadi.
6) Sistem komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia
dan dapat dimanfaatkan di masyarakat tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit.
7) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyakarat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang diterima sesuai dengan
kebijakan Upah Minimun Regional (UMR) atau sebaliknya di
bawah upah minimum.
8) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat dijangkau oleh masyakarat.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penelitian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau
kerentanan respon dari seorang individu, keluarga, kelompok atau
komunitas. Perawat mendiagnosis masalah kesehatan, menyatakan resiko
dan kesiapan untuk promosi kesehatan. Diagnosis berfokus masalah tidak
boleh dipandang lebih penting daripada diagnosis dengan prioritas
tertinggi bagi pasien.
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam
medis dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
3. Perencanaan Intervensi
Perencanaan keperawatan didefinisikan sebagai berbagai perawatan,
berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh
seorang perawat untuk meningkatkan hasil klien atau pasien.
Perencanaan tindakan keperawatan adalah tulisan yang dibuat dan
digunakan sebagai panduan saat melakukan tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah yang muncul.
Perencanaan keperawatan sebaiknya memenuhi persyaratan berikut
ini (DeLaune, 2011) :
a. Bersifat individual, bergantung pada kebutuhan dan kondisi klien.
b. Bisa dikembangkan bersama-sama dengan klien, tenaga kesehatan
lain atau orang yang ada di sekitar klien.
c. Harus terdokumentasi.
d. Berkelanjutan.
4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan
tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independent), saling ketergantungan/kolaborasi dan tindakan rujukan/
ketergantungan (dependent) (Tartowo & Wartonah, 2015).
5. Evaluasi/penilaian
Evaluasi adalah proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak dan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Tartowo & Wartonah, 2015).
Untuk mempermudah mengevaluasi perkembangan pasien
digunakan komponen SOAP, yaitu :
S : Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
O : Data Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepada pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A : Analisa
Merupakan suatu masalah yang masih terjadi atau juga dapat
dituliskan suatu masalah baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data
subjektif dan objektif.
P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya (Tartowo & Wartonah, 2015).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian
1. Profil Singkat Puskesmas
Puskemas Jelimpo merupakan Puskesmas yang terletak di
Kecamatan Jelimpo Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Puskesmas ini
adalah tipe Puskmemas rawat inap yang merupakan Faskes Tingkat
Pertama BPJS Kesehatan di Kab. Landak.
No Pendidikan Jumlah
1 SMA 5
2 Diploma 39
3 Sarjana 10
4 S2 1
Jumlah 55
3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit masa kecil
Seluruh Pekerja mengatakan pernah sakit, seperti demam, batuk
pilek apalagi pada saat pandemi, banyak pekerja yang terpapat virus
Covid-19.
b. Dirawat di rumah
Pekerja mengatakan pada saat terdiagnosis Covid-19, rata-rata dari
mereka melakukan isolasi mandiri dirumah dan melakukan
perawatan di rumah, walaupan ada sebagian pekerja yang dirawat di
Rumah Sakit
c. Perilaku
Hasil pengkajian didapatkan ada beberapa pekerja yang masih lalai
dalam protokol kesehatan, khususnya dalam memakai Alat
Pelindung Diri (APD) dalam melakukan aktivitas di lingkungan
Puskesmas meskipun angka penyebaran Covid sudah mulai
berkurang.
d. Hubungan sosial
Pekerja di Puskesmas Jelimpo memiliki hubungan yang baik antar
sesama, baik di lingkungan Puskesmas maupun dengan masyarakat
sekitar.
4. Pengkajian Inti Komunitas
a. Sejarah
Puskemas Jelimpo merupakan Puskesmas yang terletak di
Kecamatan Jelimpo Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Puskesmas ini adalah tipe Puskmemas rawat inap yang merupakan
Faskes Tingkat Pertama BPJS Kesehatan di Kab. Landak.
b. Demografi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, terdapat 55 Pekerja
yang ada di Puskesmas Jelimpo. Perbandingan sex ratio dari jumlah
Pekerja yang dilakukan pengkajian adalah sebagian besar pekerja
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 orang (18%) dan berjenis
kelamin laki – laki sebanyak 45 orang (82%).
c. Etnisitas
Mayoritas Pekerja di Puskesmas Jelimpo adalah suku Dayak dan
sebagian ada yang suku melayu.
d. Nilai dan Keyakinan
Mayoritas Pekerja di Puskesmas Jelimpo beragama Katholik dan
sebagian ada yang beragama Islam.
Subsistem Komunitas
a. Lingkungan
Bangunan fisik Puskesmas telah memenuhi persyaratan Puskesmas
karena merupakan gedung baru yang dibangun oleh pemerindah
daerah Landak. Lingkungan Puskesmas memiliki bangunan yang
sudah tertata rapi, dan telah memenuhi standar. Perancangan interior
ruang bangunan Puskesmas sesuai dengan peraturan perundangan
tentang Puskesmas meliputi pelayaan kesehatan terintergrasi,
pencegahan dan pengendalian infeksi, tinjauan dari aspek 5R
(Ringkas, Rapi, Resik,Rawat, Rajin).
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Puskesmas Jelimpo dapat memberikan pelayanan Rawat Inap selain
pelayanan rawat jalan. Disamping itu program pelayanan preventif,
promotif dan rehabilitatif tetap dijalankn untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat khususnya di Desa Jelimpo Kec.
Jelimpo Kab. Landak baik melalui Upaya Kesehatan Peorangan
(UKP) atau Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
c. Ekonomi
Status Pekerjaan di lingkungan Puskemas Jelimpo ada yang
merupakan ASN ada juga yang tenaga Kontrak daerah.
d. Transportasi dan keamanan
Transportasi yang digunakan saat bekerja ada sebagian yang
menggunakan mobil ada yang menggunakan motor. Untuk
kendaraan operasional puskesmas telah disediakan mobil ambulance.
Di Puskesmas Jelimpo juga terdapat petugas keamaan yang berjaga.
e. Politik dan Pemerintahan
Untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan di lingkungan
Puskesmas Jelimpo, pemerintah memberikan dukungan berupa
pemberian alat kesehatan dan mendukung dalam pembangunan
Puskesmas Jelimpo.
f. Komunikasi
Komunikasi antar pekerja mayoritas menggunakan bahasa Dayak
dan Melayu.
g. Pendidikan
Pekerja ada yang latar belakang pendidikan SMA, Diploma dan
sarjana, dan Lulusan S2
h. Rekreasi
Puskesmas biasa mengadakan senam bersama masyarakat sekitar
untuk kebugaran.
B. Pengolahan Data
1. Komposisi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
18%
Laki-laki
Perempuan
82%
9%
2%
18% SMA
Diploma
Sarjana
S2
71%
perawat komunitas
Jumlah yg berisiko
Sesuai dg program
Minat masyarakat
Kemungkinan utk
Kemungkinan utk
Sesuai dg peran
Besarnya risiko
Orang/SDM
pemerintah
Total Skor
Peralatan
Prioritas
Tempat
penkes
Waktu
diatasi
Dana
No Masalah Kesehatan
Resiko
1 terjadinya peningkatan 5 3 1 4 4 5 4 5 5 4 4 4 46 1
penyakit
Manajemen kesehatan tidak
2 3 1 2 2 4 5 4 4 5 3 4 4 41 2
efektif
E. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan
komunitas pada pekerja di Puskesmas Jelimpo adalah sebagai berikut :
No
Diagnosa Keperawatan Score
.
Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat
ketidakpatuhan pemakaian APD berhubungan dengan
1. 46
Kurang pengetahuan pekerja tentang pentingnya APD bagi
kesehatan dan keselamatan pekerja
Manajemen kesehatan tidak efektif pada pekerja di
2. Puskesmas Jelimpo berhubungan dengan kurang terpapar 41
informasi tentang penggunaan APD .
F. Rencana Intervensi Keperawatan
P : Intervensi dilanjutkan
1. Resiko terjadinya peningkatan 20-04-2022 1. Libatkan pekerja untuk meningkatkan S:
penyakit akibat 10.30 kesadaran terhadap isu dan masalah Pekerja mengatakan sudah mengetahui
ketidakpatuhan pemakaian kesehatan yang dihadapi. permasalahan kesehatan yang ada di
APD berhubungan dengan 2. Berikan informasi terkait pemasangan APD lingkungan pekerjaanya setelah
Kurang pengetahuan pekerja dan resiko tidak dilaksanakan dijelaskan oleh perawat.
tentang pentingnya APD bagi 3. Berikan informasi terkasi kesehatan dan O:
kesehatan dan keselamatan kerja pekerja tampak bersemangat dalam
keselamatan pekerja 4. Berikan kesempatan untuk mengevaluasi membahas permasalahan kesehatan di
kegiatan lingkungan.
Keingintahuan pekerja tampak tinggi.
Pekerja tampak aktif dalam pelaksaan
sosialisasi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis asuhan keperawatan komunitas agregrat
Pekerja di Puskesmas Jelimpo dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tahap Pengkajian
Hasil pengkajian ditemukan jumlah pekerja di lingkungan
Puskesmas Jelimpo yaitu 10 laki-laki dan 45 pekerja jenis kelamin
perempuan.
2. Tahap Diagnosa
Pada diagnosa keperawatan ditemukan 2 diagnosa keperawatan,
yaitu Resiko terjadinya peningkatan penyakit dan manajemen kesehatan
tidak efektif .
3. Tahap Intervensi
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan masalah yang muncul
serta berpedoman berdasarkan Standar PPNI (SDKI, SLKI, SIKI).
Intervensi utama yang diberikan, yaitu berikan pendidikan kesehatan
(penyuluhan) tentang penggunaan APD
4. Tahap Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 kali kunjungan,
tindakan yang telah dilakukan adalah melakukan pengkajian,
mengobservasi kegiatan harian, memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan APD
5. Tahap Evaluasi
Pada evaluasi dengan proses keperawatan yang telah dilaksanakan
pada kelompok komunitas didapatkan hasil, yaitu tujuan tercapai dan
masalah teratasi pada ketiga diagnosa keperawatan yang diangkat.
B. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas, maka disampaikan
beberapa saran, sebagai berikut :
1. Kepada Puskesmas Setempat
Diharapkan dapat meningkatkan pengadaan penyuluhan kepada
pekerja di lingkungan Jelimpo Kab. Landak. Diharapkan lebih
meningkatkan perhatian kepada pekerja dan memanajemen kesehatan,
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta.
Potter, Patricia A. & Anne G. Perry. 2010. Fundamental Of Nursing, 7th Edition.
Penerjemah oleh Adrina Ferderika. Singapore : Elsevier.