Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT WANITA DEWASA

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok 5

1. Ayu putri 17.11.


2. Elsa munthe 17.11.
3. Destri sinaga 17.11.
4. Jenni sinaga 17.11.084
5. Julia mahendra 17.11.
6. Mainita 17.11.
7. Sri andini 17.11.

Dosen pengampu: Siti Marlina S.Kep,M,Kes

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA FAKULTAS KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.Makalah yang berjudul asuhan keperawatan kepada agregat
wanita dewasa ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas II.Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.

Delitua, 07 juni 2020


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah
kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati.
Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar
kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan kanker
nasofaring. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka
kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara merupakan
penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir
menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2
tertinggi (WHO). Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki
payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi berkembang
dan penting. Payudara merupakan salah satu organ paling penting bagi wanita yang erat
kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan). Karena itu gangguan
payudara tidak sekedar memberikan gangguan kesakitan sebagaimna penyakit pada
umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika dan psikologis khusus. Menurut World
Health Organization (WHO), 8-9 % perempuan akan mengalami cancer mammae. Setiap
tahun, lebih dari 250.000 kasus cancer mammae terdiagnosis di Eropa dan kurang lebih
175.000 di Amerika Serikat, sedangkan pada tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta perempuan
terdiagnosis cancer mammae dan lebih dari 700.000 meninggal karena cancer mammae.
(Mulyani & Nuryani, 2013).
Berdasarkan data dari Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang, jumlah pasien cancer mammae tahun 2011 sebanyak 872. Kemudian
meningkat 14,7 % menjadi 1000 orang. Kemudian pada tahun 2012 menurun 16,4 % menjadi
846 orang. Cancer mammae di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Moehammad Hoesin
Palembang menduduki peringkat pertama setelah kanker serviks. (RSUP. Dr. Mohammad
Hoesin Palembang, 2014). Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000 kasus baru
dan 40.000 kematian. Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada
wanita usia 50 keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun. Di Negara
Indonesia jumlah kanker payudara didapatkan kurang lebih 200 juta populasi atau 23.140
kasus baru setiap tahun (Emir & Suyatno,2010). Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan
jumlah penderita kanker payudara stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, Stadium IV
sebanyak 14,3 %, berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih
banyak dalam stadium dini.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II
Tinjauan Teori
A. Konsep Keperawatan Komunitas
1) Definisi
Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan. Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan (menurut CHN).
Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS)
yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan
kesehatan profesional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
secara komprehensif.
2) Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik
keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
1. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya
kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
2. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus
dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus
pelayanan keperawatan yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun
mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu
anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.
3. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat,
norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua
warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai
kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang
berlangsung mengarah kepada kreatifitas,konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L.
Blum ada empat faktoryang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah,
tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit
kulit akibat kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri
manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling
berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk
pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual
secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat
maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigm keperawatan
berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status
kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan
budaya dan lingkungan spiritual.
3) Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga,
dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah
kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas
dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu
2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya
tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan
lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan keluarga. Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat
difokuskan pada keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil
yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita
tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit
endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau
fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah
gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis
(KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi,
keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia
lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah.
4) Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif.Upaya promotif
dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan
perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan
seks. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap
individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan
kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A,
iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan, nifas dan menyusui. Upaya
kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan
melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut
dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan
buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir. Upaya rehabilitatif atau pemulihan
terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit
tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada
penderita kusta, patch tulang dan lain sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke,
batuk efektif pada penderita TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke masyarakat
yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan
wanita tuna susila.
B. Usia Dewasa sebagai Kelompok Resiko
Masa dewasa awal dan tengah adalah periode yang penuh tantangan, penghargaan dan
krisis. Tantangan ini meliputi tuntunan kerja dan membentuk keluarga, meskipun orang
dewasa juga dapat diberi penghargaan karena kesuksesan karier mereka dan kehidupan
pribadi mereka. Orang dewasa juga menghadapi krisis seperti merawat orang tua mereka
yang telah lanjut usia. Kemungkinan kehilangan pekerjaan dengan berubah lingkungan
ekonomi dan menghadapi kebutuhan perkembangan mereka sendiri seperti juga kebutuhan
anggota keluarga mereka. Peran orang dewasa (usia produktif) di masyarakat menjadi sangat
urgent sesuai dengan tugas perkembangan yang menunjukkan bahwa mereka memiliki
pengaruh yang besar pada taraf kesehatan di lingkungan tempat tinggalnya. Jumlah yang
mendominasi di masyarakat juga menjadi sebuah alas an yang tepat untuk menjadikan
kelompok khusus usia produktif mendapatkan perhatian lebih dalam asuhan keperawatan di
komunitas.

C. Pengertian Wanita Dewasa


1. Pengertian Wanita
Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan dewasa.
Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu. Untuk perempuan
yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga dengan anak
gadis.
2. Pengertian Dewasa
Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh menjadi
dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan
orang dewasa lainnya (Elizabeth Hurlock, Developmental Psychology, 1991). Dewasa awal
adalah masa peralihan dari masa remaja. Hurlock (1986) mengatakan bahwa dewasa awal
dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun. Secara umum, mereka yang
tergolong dewasa awal ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Santrock (1999), orang
dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara fisik, transisi secara intelektual serta
transisi peran sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari
perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya pandangan
egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang
peranan penting.
Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin
hubungansecara intim dengan lawan jemisya. Hurlock (1986) mengemukakan beberapa
karakteristik dewasa awal dan pada salah satu initinya dikatakan bahwa dewasa awal
merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan
kebebasan yang diperolehnya.
3. Ciri-ciri Umum Masa Dewasa Awal
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru
dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa
remaja, sehingga ciri-ciri masa dewasa awal tidak jauh berbeda dengan masa remaja. Ciri-ciri
masa dewasa awal menurut Hurlock :
1) Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif.
Masa dewasa awal adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk
rumah tangga. Pada masa ini khususnya wanita, sebelum usia 30 tahun, merupakan masa
reproduksi, dimana seorang wanita siap menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu. Pada
masa ini, alat-alat reproduksi manusia telah mencapai kematangannya dan sudah siap untuk
melakukan reproduksi.
2) Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah.
Setiap masa dalam kehidupan manusia, pasti mengalami perubahan, sehingga seseorang
harus melakukan penyesuaian diri kembali terhadap diri maupun lingkungannya. Demikian
pula pada masa dewasa awal ini, seseorang harus banyak melakukan kegiatan penyesuaian
diri dengan kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua dan sebagai warga negara yang
sudah dianggap dewasa secara hukum.
3) Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan emosional.
Ketegangan emosional seringkali ditampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau
kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya
bergantung pada tercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada
suatu saat tertentu atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam penyelesaian
persoalan.
4) Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan perubahan nilai.
Ketergantungan disini mungkin ketergantungan kepada orang tua, lembaga pendidikan
yang memberikan beasiswa atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman
untuk membiayai pendidikan mereka. Sedangkan masa perubahan nilai masa dewasa awa
lterjadi karena beberapa alasan seperti ingin diterima pada kelompok orang dewasa,
kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.
4. Pengertian Wanita Dewasa
Secara etimologis (istilah) fiqih seorang wanita dianggap dewasa apabila sudah memasuki
masa haid, biasanya saat usia 13 – 14 tahun. Setelah memasuki masa inilah berlaku
kewajiban dan larangan agama seperti kewajiban salat lima waktu dan larangan bergaul
dengan pria yang bukan muhrim. Menurut hukum negara, wanita baru dianggap dewasa saat
berusia 17 tahun saat di mana dia mulai memiliki hak dan kewajiban sebagai warga negara
penuh seperti hak untuk mengenyam pendidikan, berpartisipasi dalam pemilu, hak untuk
menikah, memiliki KTP atau SIM serta kewajiban untuk menaati peraturan pemerintah yang
berlaku. Dewasa dalam pengertian di atas adalah definisi dewasa yang formal yang terkait
dengan hukum tertentu baik hukum islam maupun hukum negara. Sedangkan dewasa dalam
tinjauan umum, termasuk dalam tinjauan psikologi, adalah sempurnanya pertumbuhan fisik
dan mental seseorang. Pertumbuhan fisik yang normal mudah diketahui karena dapat dilihat
oleh pancaindra. Akan tetapi pertumbuhan mental yang sempurna dan matang merupakan hal
yang berbeda.
D. Perkembangan pada Usia Dewasa
Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti sebagai berikut.
1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat dan atau mendalam/ meluas, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif (prinsip progressif)
2. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu terdapat
interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis (prinsip sitematik).
3. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan dan
berurutan dan tidak secara kebetulan dan meloncat-loncat (prinsip berkesinambungan).
Memerhatikan kompleksitas dari sifat perkembangan perilaku dan pribadi individu itu
maka untuk keperluan studi yang saksama, para ahli telah mencoba mengembangkan model
pentahapan (stages) mengenai proses perkembangan tersebut sehingga memungkinkan
pilihan fokus observasi pada aspek atau fase tertentu, baik secara longitudinal maupun cross
sectional. Beberapa contoh model tersebut antara lain dikembangka oleh beberapa ahli
sebagai berikut ini.
1. Aristoteles (384-233 SM)
Ia membagi masa perkembangan individu sampai menginjak dewasa dalam tiga
tahapan berdasarkan perubahan ciri fisik tertentu.
1. Masa kanak-kanak 0,0-7,0 Pergantian Gigi
2. Masa Anak Sekolah 7,0-14,0 Gejala pubertas
3. Masa remaja 14,0-21,0 Ciri-ciri primer dan sekunder

2. Hurlock (1952)
Ia membagi fase-fase perkembangan inndividu secara lengkap secara berikut ini.
1. Prenatal Conception-280 Days
2. Infancy 0-10 to 144 days psikofisis
3.Babyhood 2 weeks-2 years
4. Childhood 2 years- adolescence
5. Adolescence 13-21 years (girls) ;14-21 years (boys)
6. Adulthood 21-25 years
7. Middle age 25-30 years
8. Old Age 30 years-death
5. Penjelasan Teori Hurlock
Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh
Harvey A. Tilker, PhD dalam Developmental Psycology to day(1975) dan Elizabeth B.
Hurlock dalam Developmental Psycology(1980) tampak sudah lengkap mencakup sepanjang
hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak
konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya.Berikut periodisasi berdasarkan
didaktis menurut Elizabeth B. Hurlock:
1. Masa sebelum lahir (pranatal): 9 bulan
2. Masa bayi baru lahir (new born): 0-2 minggu
3. Masa bayi (babyhood): 2 minggu- 2 th
4. Masa kanak-kanak awal (early childhood):2-6 th
5. Masa kanak-kanak akhir (later chilhood): 6-12 th
6. Masa puber (puberty) 11/12 – 15/16 th
7. Masa remaja ( adolesence) : 15/16 – 21 th
8. Masa dewasa awal (early adulthood) : 21-40 th
9. Masa dewasa madya(middle adulthood): 40-60 th
10. Masa usia lanjut (later adulthood) : 60-…..
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai klasifikasi periode/fase perkembangan
manusia yang paling luas digunakan:
– Periode prakelahiran (prenatal period), ialah saat dari pembuahan hingga kelahiran.
Periodeini merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga
menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan
kira-kira dalam periode 9 bulan.
– Masa bayi (infacy), ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18
atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak
kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis,
koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.
– Masa awal anak-anak (early chidhood), yaitu periode pekembangan yang merentang dari
masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode
prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri
mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah,
mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman-
teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri
masa awal anak-anak.
– Masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood), ialah periode
perkembangan yang merentang dari usia kira-kira enam hingga sebelas tahun, yang kira-kira
setara dengan tahun-tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun-tahun
sekolah dasar. Keterampilanketerampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan
berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan
kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak danpengendalian diri
mulai meningkat.
– Masa remaja (adolescence), ialah suatu periode transisi dari masa awal anakanak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada
usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang
dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian
danidentitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin
banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
– Masa awal dewasa (early adulthood), ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir
usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir pada usia tiga puluhan
tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan
karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang
secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.
– Masa pertengahan dewasa (middle adulthood), ialah periode perkembangan yang bermula
pada usia kira-kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enam puluhan tahun. Ini
adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti
membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai
serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
– Masa akhir dewasa (late adulthood), ialah periode perkembangan yang bermula pada usia
enam puluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa
penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya,
pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.
6. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal (21-40)
 Memilih pasangan.
 Belajar hidup dengan pasangan.
 Memulai suatu kehidupan berkeluarga.
 Memelihara anak.
 Mengelola rumah tangga.
 Memulai bekerja.
 Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
 Menemukan suatu kelompok yang serasi.

E. Konsep Kanker Payudara


1. Anatomi Payudara
Kata payudara berasal dari bahasa Sansekerta payau yang artinya air dan dara yang
artinya perempuan. Dalam bahasa Latin, payudara disebut glandhula mammae. Salah satu
fungsi payudara adalah untuk menyusui. (Suryaningsih & Sukaca, 2009). Kelenjar mama atau
payudara adalah perlengkapan pada organ reproduksi perempuan yang mengeluarkan air
susu. Payudara terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara sternum dan
aksila dan melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau iga ketujuh.
Berat dan ukuran payudara berlain-lainan, pada masa pubertas membesar, dan bertambah
besar selama hamil dan sesudah melahirkan, dan menjadi atrofik pada usia lanjut.
Bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang terdiri atas kulit
dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini dilingkari daerah yang berwarna cokelat
yang disebut areola. Dekat dasar puting terdapat kelenjar sebaseus, yaitu kelenjar
Montgomery, yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas. Puting berlubang-
lubang 15-20 buah, yang merupakan saluran dari kelenjar susu. Payudara terdiri atas bahan
kelenjar susu atau jaringan aleolar, tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh
jaringan ikat dan jaringan lemak. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok aleolus yang
bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluaran air susu) yang bergabung dengan duktus-
duktus lainnya untuk membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir dalam saluran
sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekat puting, membesar untuk membentuk wadah
penampungan air susu, yang disebut sinus laktiferus, kemudian saluran itu menyempit lagi
dan menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.
Sejumlah besar lemak ada di dalam jaringan pada permukaan payudara, dan juga di
antara lobulus. Saluran limfe banyak dijumpai. Saluran limfe mulai sebagai pleksus halus
dalam ruang interlobuler jaringan kelenjar, bergabung dan membentuk saluran lebih besar,
yang berjalan ke arah kelompok pektoral kelenjar aksiler, yaitu kelenjar mammae bagian
dalam dan kelenjar supraklaikuler. Persediaan darah diambil dari cabang arteria aksilaris,
interkostalis, dan mama interna, dan pelayanan persarafan dari saraf-saraf kutan dada.
(Pearce, 2011).
2. Fisiologi Payudara
Organ payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya
menyekresi susu untuk nutrisi bayi yang dimulai pada minggu keenam belas. Sesudah bayi
lahir, dari payudara akan keluar sekret yang berupa cairan bening yang disebut kolostrum
yang kaya protein, dan dikeluarkan selama 2-3 hari pertama; kemudian air susu mengalir
lebih lancar dan menjadi air susu sempurna. Sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar
hipofisis, yaitu prolaktin penting dalam merangsang pembentukan air susu. (Pearce, 2011).
3. Definisi Cancer mammae
Cancer mammae disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah sebuah tumor ganas
yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam susu, jaringan lemak,
maupun pada jaringan ikat payudara. (Suryaningsih & Sukaca 2013). Cancer mammae adalah
keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara,
tidak termasuk kulit payudara. (Romauli & indari, 2013).Cancer mammae adalah
pertumbuhan sel yang tidak terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang
bertanggung-jawab atas pengaturan pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara yang tua
akan mati, lalu digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini berguna
untuk mempertahankan fungsi payudara, gen yang bertanggung-jawab terhadap pengaturan
pertumbuhan sel termutasi. Kondisi itulah yang disebut cancer mammae. (Satmoko, 2012).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa cancer mammae adalah suatu
keadaan dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada payudara, sehingga
menyebabkan terjadinya benjolan atau kanker yang ganas.
4. Faktor Resiko Cancer Mammae
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), Sukaca & Suryaningsih (2009) terdapat beberapa
faktor yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya cancer mammae, diantaranya:
1. Gender
Perempuan memiliki risiko terkena cancer mammae lebih besar dibanding pria.
Perbandingannya seratus banding satu perempuan yang terkena cancer mammae
dibandingkan pria.
2. Pemakaian hormon
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan
bermakna pada pengguna terapi Estrogen Replacement. Suatu metaanalisis menyatakan
bahwa walaupun tidak terdapat risiko cancer mammae pada pengguna kontrasepsi oral,
perempuan yang menggunakan obat ini untuk mengalami kanker ini sebelum menopause.
Oleh sebab itu jika kita bisa menghindari adanya penggunaan hormon ini secara berlebihan
maka akan lebih aman.
3. Kegemukan (obesitas) setelah menopause
Seorang perempuan yang mengalami obesitas setelah menopause akan beresiko 1,5 kali
lebih besar untuk terkena cancer mammae dibandingkan dengan perempuan yang berat
badannya normal.
4. Radiasi payudara yang lebih dini
Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harus menjalani terapi radiasi di dada
(termasuk payudara) akan memiliki kenaikan risiko terkena cancer mammae. Semakin muda
ketika menerima pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko untuk terkena cancer mammae di
kemudian hari.
5. Riwayat cancer mammae
Seorang perempuan yang mengalami cancer mammae pada satu payudaranya mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk menderita kanker baru pada payudara lainnya atau pada
bagian lain dari payudara yang sama. Tingkat risikonyo bisa tiga sampai empat kali lipat.
6. Riwayat keluarga
Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota keluarga inti yang terkena
cancer mammae dan semakin mudah ada anggota keluarga yang terkena kanker maka akan
semakin besar penyakit tersebut menurun.
7. Periode menstruasi
Perempuan yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia 12 tahun) atau yang telah
melalui perubahan kehidupan (fase menopause) setelah usia 55 tahun mempunyai risiko
terkena cancer mammae yang sedikit lebih tinggi. Mereka yang mempunyai periode
menstruasi yang lebih sehingga lebih banyak hormon estrogen dan progesteron.
8. Umur atau usia
Sebagian besar perempuan penderita cancer mammae berusia 50 tahun ke atas. Resiko
terkena cancer mammae meningkat seiring bertambahnya usia.
9. Ras
Cancer mammae lebih umum terjadi pada perempuan berkulit putih. Kemungkinan terbesar
karena makanan yangmereka makan banyak mengandung lemak. Ras seperti Asia
mempunyai bahan pokok yang tidak banyak mengandung lemak yang berlebih.
10. Perubahan payudara
Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudara yang dikenal sebagai
hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang perempuan memiliki peningkatan
risiko cancer mammae.
11. Aktivitas fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa aktivitas fisik pada
perempuan menopause yang berjalan sekitar 30 menit per hari dikaitkan dengan penurunan
20 persen resiko cancer mammae. Namun, pengurangan risiko terbesar adalah pada
perempuan dengan berat badan normal. Dampak aktivitas fisikk tidak ditemukan pada
perempuan dengan obesitas. Jika aktivitas fisik dikombinasikan dengan diet dapat
menurunkan berat badan sehingga menurunkan risiko cancer mammae dan berbagai
macam penyakit.
12. Konsumsi alkohol
Perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol akan beresiko terkena cancer mammae
karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati bekerja lebih keras sehingga
sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh dan jumlahnya akan meningkat.
13. Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko berkembangnya cancer mammae, apalagi bagi
perempuan yang memiliki riwayat keluarga yang mengidap cancer mammae.
5. Manifestasi Klinis
Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak terdapat tanda dan
gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat terlihat pada tahap lanjut antara lain :
1. Adanya benjolan di payudara,
2. Adanya borok atau luka yang tidak sembuh,
3. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah, darah, cairan encer
atau keluar air susu pada perempuan yang tidak hamil dan menyusui.
4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara,
5. Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
6. Nyeri di payudara.
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), jika metastase (penyebaran) luas, maka tanda dan
gejala yang biasa muncul adalah:
1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
2) Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
3) Gejala penyebaran yang terjadi di paru-paru ditandai dengan batuk yang sulit untuk
sembuh, terdapat penimbunan cairan antara paru- paru dengan dinding dada sehingga akan
menimbulkan kesulitan dalam bernafas.
4) Nyeri tulang dengan penyebaran ke tulang.
5) Fungsi hati abnormal.

6. Jenis Cancer mammae


Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009); Santoso (2009) menjelaskan
bahwa terdapat beberapa jenis cancer mammae yang sering terjadi :
1. Ductul Carcinoma In Situ (DCIS)
DCIS merupakan tipe cancer mammae noninvasif yang seringterjadi. DCIS terdeteksi
pada mamogram sebagaimicrocalsifications (tumpukan kalsium dalam jumlah kecil). DCIS
muncul dari ductal epithelium dan masuk ke duktus.
2. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)
LCIS merupakan kanker yang tidak menyebar. Pada LCIS, pertumbuhan jumlah sel
terlihat jelas dan berada di dalam kelenjar susu (lobulus).
3. Invasive (infiltrating) Ductal Carcinoma (IDC)
IDC terjadi di dalam saluran susu payudara lalu menjebol dinding saluran dan menyerang
jaringan lemak payudara. Bila dipalpasi akan terasa benjolan yang keras. Biasanya terjadi
metastasis ke nodus lympha aksila.
4. Invasive (Infiltrating) Lobular Carcinoma (ILC)
ILC mulai terjadi di dalam lobulus (kelenjar) payudara, tetapi sering mengalami
metastase (penyebaran) ke bagian tubuh yang lain.
Berikut adalah beberapa jenis cancer mammae yang jarang terjadi :
a. Medullary Carcinoma
Medullary carcinoma ialah jenis cancer mammae inasif yang membentuk satu batas yang
tidak lazim antara jaringan tumor dan jaringan normal.
b. Mucinous Carcinoma
Mucinous Carcinoma terbentuk oleh sel kanker yang memiliki mukus (lendir) dan biasanya
mucul bersama tipe kanker lainnya. Pertumbuhannya lambat, namun lama-lama
dapat meluas.
c. Tubular Carcinoma
Tubular carcinoma adalah tipe khusus dari cancer mammae invasif.
d. Inflammatory Breast Cancer (IBC)Inflammatory breast cancer
ialah kondisi payudara yang terlihat meradang (merah dan hangat) dengan cekungan
danpinggiran tebal yang disebabkan oleh sel kanker yang menyumbat pembuluh limfe kulit
pembungkus payudara. Pertumbuhannya cepat.
e. Paget’s Disease of The Nipple
Paget’s disease of the nipple ialah jenis cancer mammae yang berawal dari saluran susu,
lalu menyebar ke areola dan puting payudara. Gejala yang tampak seperti kulit payudara
akan pecah-pecah, memerah, timbul borok, dan mengeluarkan cairan.
f. Phylloides Tumor
Phylloides tumor ialah jenis kanker yang dapat bersifat jinak ataupun ganas dan
berkembang di dalam jaringan konektif payudara yang dapat ditangani dengan operasi
pengangkatan.

7. Stadium Cancer mammae


Stadium Keterangan
0 Cancer mammae non-invasif. Ada 2 tipe, yaitu DCIS(ductal carcinoma in situ) dan LCIS
(lobular carcinoma insitu).
I Kanker invasif kecil, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan tidak menyerang kelenjar getah
bening.
II Kanker invasif, ukuran tumor 2-5 cm dan sudah menyerang kelenjar getah bening.
III Kanker invasif besar, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan benjolan sudah menonjol ke
permukaan kulit, pecah, berdarah, dan bernanah.
IV Sel kanker sudah bermetastasis atau menyebar ke organ lain, seperti paru-paru, hati,
tulang, atau otak.
Dijelaskan lebih rinci tentang stadium cancer mammae, yaitu :
• Stadium 0
Disebut Ductal Carcinoma In Situ atau Noninvasive Cancer yaitukanker yang tidak
menyebar keluar dari pembuluh/ saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobulus) susu pada
payudara.
• Stadium 1
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah
bening.
• Stadium IIA
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-titik
saluran getah bening di ketiak.
• Stadium IIB
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm, telah menyebar pada titik-
titik di pembuluh getah bening ketiak, dan diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum
menyebar.
• Stadium IIIA
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar pada titiktitik di pembuluh getah
bening ketiak.
• Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka
bernanah di payudara dapat didiagnosis sebagai infalammatory breast cancer. Dapat juga
sudah atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan
lengan atas, tetapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
• Stadium IIIC
Seperti stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening dalam
group N3.
• Stadium IV
Ukuran tumor dapat berapa saja, tetapi telah menyebar pada lokasi yang jauh, seperti tulang,
paru-paru, liver atau tulang rusuk.

8. Program Deteksi Cancer mammae


Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009) terdapat beberapa proses
deteksi cancer mammae, yaitu :
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) :
Cara pemeriksaan:
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya
payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan
apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan
atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara. Kemudian
bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah dan periksa lagi.
c. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal
di bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada
benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan
pada ketiak kiri.
d. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba
dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor,
maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya).
Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah ke dokter. Makin dini
penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
2. Thermografi Payudara
Thermografi payudara adalah suatu prosedur diagnosis yang menggambarkan payudara
sebagai langkah deteksi dini cancer mammae. Prosesnya akan menghasilkan peningkatan
suhu di dalam payudara.
Thermografi payudara dapat dilakukan dengan :
a. Kamera inframerah ultra sensitif (ultra-sensitive infrared
cameras),
3. Mamografi
Mamografi adalah suatu metode pendeskripsian dengan menggunakan sinar X berkadar
rendah. Tes dalam mamografi disebut mammogram.
4. Ductography
Ductography merupakan bagian dari mamografi. Fungsi ductography adalah :
a. Memperlihatkan saluran air susu yang ada di dalam payudara.
b. Membantu dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan abnormal pada putting.
5. Biopsi payudara
Biopsi payudara adalah sebuah tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara dengan
lensa mikroskop. Dengan begitu maka dapat diketahui adanya sel cancer mammae yang
bersarang.
6. USG
USG merupakan kelanjutan pemeriksaan mamography atau uji klinis payudara. USG sering
digunakan untuk memerksa abnormalitas payudara.
9. Pencegahan Cancer Mammae
Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca , (2009) terdapat beberapa cara
mencegah cancer mammae, yaitu :
a. Strategi Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat
untuk menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai resiko. Pencegahan primer dapat
berupa deteksi dini dan melakukan pola hidup sehat untuk mencegah cancer mammae.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena cancer
mammae. Pada setiap perempuan yang normal serta memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk cancer mammae. Pencegahan ini dilakukan dengan melakukan deteksi dini
berupa skrining melalui mammografi yang memiliki akurasi 90% tetapi paparan yang terus-
menerus dapat menjadi risiko cancer mammae.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan ini diarahkan pada individu yang telah positif menderita cancer mammae.
Dengan penanganan yang tepat dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan
hidup.
b. Terapkan pola hidup sehat
1. Menjaga berat badan ideal;
2. Pemberian ASI;
3. Konsumsi sayuran, buah, dan kacang-kacangan;
4. Mengurangi konsumsi makanan dan gula yang diproses;
5. Kurangi konsumsi daging merah kurang dari 3 ons per hari;
6. Menghindari gorengan serta makanan yang banyak
mengandung lemak;
7. Hindari makanan yang terkontaminasi jamur;
8. Menyimpan makanan yang cepat rusak dalam lemari es;
9. Mengurangi makanan yang diasap;
10. Metode memasak dengan suhu rendah;
11. Menghentikan konsumai alkohol;
12. Olahraga yang teratur;
13. Hindari merokok;
14. Menghindari stress.
c. Konsumsi makanan pencegah cancer
Terdapat beberapa jenis makanan yang diteliti ahli dapat mencegah cancer mammae, yaitu
tomat, alpukat, blueberry, kunyit, teh hijau, brokoli, kembang kol, bawang putih, bayam,
buah delima, rumput laut, sayuran, gandum, ikan salmon dan tuna yoghurt, olahan kedelai,
dan jus jeruk.
d. Makanan Penderita Cancer Mammae
Makanan yang dianjurkan untuk penderita cancer mammae adalah sayuran seperti wortel,
lobak, pisang raja, belimbimg manis, seledri, kubis, apel, bawang, susu kedelai, dan tempe.

F. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
A. Data inti komunitas (core inti)
1. Demografi: jumlah kelompok dewasa, golongan umur, pengalaman sebelumnya. Etnis
terdiri dari suku bangsa dan ras.
2. Tipe keluarga: keluarga/ bukan keluarga, kelompok.
3. Status perkawinan: kawin, janda/duda, single.
4. Statistik vital: kelahiran, kematian kelompok usia dewasa dan penyebab kematian.
5. Nilai-nilai keyakinan dan agama: nilai agama dan keyakinan yang dianut oleh kelompok
dewasa berkaitan dengan nilai dan norma yang dianut.
B. Data Subsistem Komunitas
Delapan data subsistem yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian komunitas meliputi:
1. Lingkungan fisik
Dilihat di lingkungan kelompok usia dewasa, kebersihan lingkungan kualitas air,
pembuangan limbah, kualitas udara, kualitas makanan, akses dan aktifitas kelompok dewasa
dalam pemenuhan kebutuhan. Data dapat dikumpulkan dengan winshield survey dan
observasi.
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus kelompok dewasa melalui puskesmas, pengobatan
tradisional atau fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Ekonomi
Dilihat dari jumlah pendapatan keluarga, jenis pekerjaan penanggungjawab, jumlah
penghasilan dan pengeluarannya.
4. Transportasi dan keamanan
Dilihat dari jenis transportasi yang digunakan kelompok dewasa untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dan adanya rasa aman dan dukungan dari anggota keluarga untuk
kelompok usia dewasa.
5. Politik dan pemerintahan
Pemerintahan: kelompok pelayanan masyarakat seperti PKK, tahlil, kumpulan bapak-bapak,
dll. Terdapat kebijakan yang mendukung optimalnya peran ibu dalam memberikan ASI.
Politik: kegiatan politik yang ada diwilayah tersebut dan peran peserta partai politik dalam
pelayanan kesehatan.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal: media komunikasi yang digunakan oleh kelompok dewasa untuk
memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari
tenaga kesehatan.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/ diskusi yang dilakukan kelompok dewasa dengan tenaga kesehatan, orang yang
berpengalaman dan lingkungan dalam masyarakat dalam menyelesaikan masalah kelompok
dewasa.
7. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam meningkatkan derajat
kesehatan.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan oleh kelompok dewasa.
II. Diagnosa
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien cancer
mammae adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
b. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mastektomi.
e. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme ke jaringan.
III. Perencanaan
a. Diagnosa 1 nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang
atau dapat mentolerir nyeri.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri.
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan
tanda nyeri).
4. Menyatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi,karakteristik, durasi,
frekuensi, maupun kualitas.
2. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan
music atau menonton TV.
3. Evaluasi keefektifan control nyeri.
4. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
1. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan intervensi.
2. Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control.
3. Evaluasi dilakukan setelah mengajarkan teknik pengalihan, sehingga mengetahui
kebutuhan klien.
4. Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respons individual berbeda. Saat
perubahan penyakit/ pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan.
b. Diagnosa 2 Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan cemas berkurang.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik mengontrol cemas.
3. Vital sign dalam batas normal.
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
Intervensi Rasional
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan.
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
3. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
1. Pasien yang cemas memerlukan teman danketenangan dalam mengungkapkan
kecemasannya.
2. Prosedur, dampak dan segala yang berkaitan dengan terapi diberikan. Hal ini membuat
pasien tahu mengenai dampaknya, dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
3. Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep
tentang diagnosis.
c. Diagnosa 3 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi. Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x
24 jam diharapkan pasien dapat mengetahui tentang penyakitnya.
Kriteria hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim
kesehatan lainnya.
Intervensi Rasional
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik.
2. Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, dan memberikan dasar pengetahuan diamana
pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.
3. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan hubungannya dengan anatomi fisiologi dengan
cara yang tepat.
4. Informasi akurat dan mendetil dapat membantu menghilangkan ansietas dan mebmbuat
keputusan.
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
di masa yang akan datang.
5. Gaya hidup member pengaruh yang penting dalam mencegah komplikasi.
d. Diagnosa 4 Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit/
jaringan.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam waktu penyembuhan kulit
meningkat.
Kriteria hasil :
1. Perfusi jaringan baik.
2. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjdinya cedera berulang.
3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawaatan alami.
Intervensi Rasional
1. Kaji balutan/ luka untuk karakteristik drainase. Monitor jumlah edema, kemerahan, dan
nyeri pada insisi dan lengan, serta suhu.
2. Tempatkan pada posisi semifowler.
3. Jangan melakuka pengukuran TD, injeksi obat, atau memasukkan IV pada lengan ynag
sakit.
4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tidak sempit/ketat, perhiasan atau jam tangan pada
tangan yang sakit.
e. Diagnosa 5 Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam citra tubuh kembali efektif.
Kriteria hasil :
1. Gambaran tubuh positif.
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
3. Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh.
4. Mempertahankan interaksi sosial.
Intervensi Rasional:
1. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya.
2. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit.
3. Dorong klien mengungkapkna perasaannya.
4. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok keci.
f. Diagnosa 6 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme pada jaringan Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 3 x 24 jam, diharapkan nutrisi terpenuhi atau
adekuat.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
2. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
3. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi Rasional
1. Pantau masukan makanansetiap hari.
2. Ukur tinggi badan, berat badan, dan ketebalan lipatan kulit trisep.
3. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
4. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
5. Kolaborsi denga ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
.
IV. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan diamana rencana
perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah ditentukan. (Doenges,
Moorhouse, & Burley,
2000).
V. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses yang dilakukan secara
terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta ketepatan perawatan yang
diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon untuk menentukan keefektifan rencana
perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2013. Angka Kejadian Kanker Payudara Masih Tinggi.
h tt p :// www.d e pk e s . g o . i d / i nd e x .ph p ? vw = 2 & i d = 2233. 2013. Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA. Yogyakarta : Medi Action
Publishing.
Pearce, Evelyne C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Bengkulu : Nuha Medika.
https://id.wikipedia.org/wiki/Wanita
https://www.fatihsyuhud.net/wanita-dewasa/
Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai