Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KOMUNIKASI

“ MAKALAH TEKNIK KOMUNIKASI PADA BAYI“


DOSEN : Suriana, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

NAMA KELOMPOK :
1. ERLITA TRI WULANDARI (P27820320066)
2. FARAH ALMAIDAH .N (P27820320067)
3. FEBRIANTIKA ADITA .W (P27820320068)
4. FEBRIOLA DWI SAFIR (P27820320069)
5. FIRDAUSI NUZULA (P27820320070)
6. HEBRINA CELLIA (P27820320071)

TINGKAT 2 REGULER B
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SUTOPO TAHUN AJARAN 2020/2021
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
Jl. Parang Kusumo No.2, Kemayoran, Kec. Krembangan, Kota SBY, Jawa Timur 60176
Telepon: (031) 3550163
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , yang senantiasa Melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tanpa
mengalami hambatan yang berarti. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan
kita nabi Muhammad SAW. Kita mengucapkan terimakasih atas dukungan dan doa dari
kerabat, keluarga yang membantu sehingga tersusunnya makalah ini. Makalah ini berjudul
“Teknik Komunikasi Pada Bayi” pentingnya mengetahui tahapan dan teknik dalam
berkomunikasi dengan bayi.
Makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas Komunikasi. Semoga pembaca dapat
membaca dan memahami isi dari makalah tersebut. Penyusun menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bangkalan, 26 Juli 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...............................................................................................


Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


2.1 Tahapan Perkembangan Komunikasi Pada Bayi.. ...................... 3
2.2 Tujuan Komunikasi Pada Bayi.. .................................................. 6
2.3 Bentuk Komunikasi Pra-bicara Pada Bayi.. ................................ 7
2.4 Teknik Berkomunikasi Pada Bayi ............................................... 8
2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Bayi ....... 9
2.6 Peran Bicara Dalam Komunikasi Pada Bayi ............................... 10
2.7 Pentingnya Berkomunikasi Dengan Bayi .................................... 11
Dialog ................................................................................................ 12

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 16


3.1 Kesimpulan .................................................................................. 16
3.2 Saran............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah "suatu proses ketika seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain". Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Secara etimologis, kata komunikasi berasal
dari bahasa latin “communicare” yang artinya “menyampaikan”. Menurut asal katanya
tersebut, arti komunikasi adalah proses penyampaian makna dari satu entitas atau kelompok
ke kelompok lainnya melalui penggunaan tanda, simbol, dan aturan semiotika yang dipahami
bersama. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian komunikasi adalah suatu
aktivitas penyampaian informasi, baik itu pesan, ide, dan gagasan, dari satu pihak ke pihak
lainnya yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir 2006), komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien, (Siti Fatmawati 2010).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien, Indrawati, dalam Siti Fatmawati, (2010).
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan teknik-teknik tertentu yang mempunyai
efek penyembuhan. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk membina
hubungan saling percaya terhadap pasien dan pemberian informasi yang akurat kepada
pasien, sehingga diharapkan dapat berdampak pada perubahan yang lebih baik pada pasien
dalam menjalanakan terapi dan membantu pasien dalam rangka mengatasi persoalan yang
dihadapi pada tahap perawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja tahapan komunikasi pada bayi?
2. Apa tujuan komunikasi pada bayi?
3. Apa saja bentuk komunikasi prabicara pada bayi?
4. Bagaimana teknik berkomunikasi pada bayi?
5. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi komunikasi pada bayi?
6. Apa Peran Bicara Dalam Komunikasi?
7. Apa pentingnya berkomunikasi dengan bayi?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengtahui bagaimana perkembangan komunikasi pada bayi dan
anak
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana bentuk komunikasi prabicara
3. Mahasiswa dapat mengtahui apa peran bicara dalam komunikasi
4. Mahasiswa mengetahui bagaimana teknik komunikasi dengan bayi dan anak : tekhnik
verbal dan non verbal
5. Mahasiswa mengetahui bagaimana penerapan strategi pelaksanaan komunikasi
terapeutik pada bayi dan anak

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tahapan Perkembangan Komunikasi Pada Bayi


Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda. Pertumbuhan (growth)
adalah perubahan yang bersifat kuantitatif atau dapat diukur. Pertumbuhan biasanya
menyangkut ukuran dan struktur biologis pada tubuh anak. Yang dimaksud dengan
perkembangan (development) adalah perubahan kuantitatif dan kualitatif yang meliputi
bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
Perkembangan terjadi dalam pola yang teratur seiring dengan proses pematangan/maturitas
anak.
Tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda. karena ada beberapa faktor yang bisa
memengaruhi, seperti faktor biologis (genetik), psikologis, lingkungan, dan interaks.
Pertumbuhan dan perkembangan otak terjadi sangat pesat pada usia anak di bawah 2 tahun,
pada fase ini disebut dengan periode kritis perkembangan, dan merupakan waktu yang tepat
untuk melakukan terapi bila ada gangguan.
Perkembangan si Kecil dibagi menjadi beberapa area yaitu: motorik kasar (berjalan,
berlari), motorik halus (menggambar), sensorik (visual, mendengar, dll.), bahasa
(mengucapkan kata lalu kalimat), dan sosial & emosional (bermain bersama, bermain
bergantian).
Berikut adalah tahap pertumbuhan anak sesuai usia 0-12 bulan:
1. USIA 0-3 BULAN
A. MOTORIK KASAR
a) Mengangkat kepala & dada saat tengkurap
b) Menyokong tubuh bagian atas dengan lengan saat tengkurap
c) Membuka & menutup telapak tangan, mengangkat tangan ke mulut
d) Meraih & menggoyangkan mainan
B. VISUAL
a) Menatap wajah orang tuanya
b) Mengikuti obyek yang bergerak
c) Mengenali orang yang familiar pada jarak dekat
C. BICARA DAN PENDENGARAN
a) Tersenyum dan mendengar suara ibunya
b) Mulai echoing (bergumam mengeluarkan suara)

3
D. SOSIAL DAN EMOSIONAL
a) Mulai tersenyum
b) Mulai menikmati bermain bersama orang lain
c) Lebih komunikatif dan ekspresif dengan wajah dan tubuh
2. USIA 4-7 BULAN
A. MOTORIK
a) Tengkurap bolak balik
b) Duduk (awalnya dengan bantuan tangan kemudian tanpa bantuan tangan)
c) Mengambil benda dengan satu tangan
d) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
e) Memegang benda dengan grasping (menggenggam bukan dengan
menggunakan dua jari)
B. VISUAL
a) Dapat melihat beraneka warna
b) Mampu melihat gerakan benda yang bergerak
C. BAHASA
a) Berespon bila namanya dipanggil
b) Mulai bereaksi terhadap “tidak”
c) Membedakan emosi dengan nada bicara
d) Bersepon pada suara dengan membuat suara
e) Bersuara untuk mengekspresikan rasa senang/tidak nyaman
f) Babbling dengan beberapa konsonan
D. KOGNITIF
a) Dapat menemukan objek yang disembunyikan
b) Berekspresi dengan tangan dan mulut
c) Berusaha mendapatkan obyek yang jauh dari jangkauan
E. SOSIAL DAN EMOSIONAL
a) Mulai senang bermain bersama
b) Tertarik dengan bayangan di cermin
c) Berespon terhadap ekspresi emosi orang lain
3. 8-12 BULAN
A. MOTORIK KASAR
a) Duduk dari posisi tidur tanpa bantuan
b) Merangkak maju

4
c) Berjalan sambil berpegangan pada furniture
d) Mampu berdiri sebentar tanpa bantuan
e) Dapat berjalan 2-3 langkah tanpa bantuan
B. MOTORIK HALUS
a) Memegang benda dengan menggunakan dua jari
b) Membenturkan dua kubus bersamaan
c) Memasukkan dan mengeluarkan benda ke dalam/keluar wadah
d) Melemparkan benda dengan sengaja
e) Menusuk lubang dengan jari telunjuk
f) Mencoba mencorat-coret
C. BAHASA
a) Lebih memperhatikan gerakan mulut orang saat diajak bicara
b) Berespon dengan kalimat sederhana
c) Berespon terhadap “tidak”
d) Menggunakan gerakan sederhana untuk menyatakan keinginan misalnya:
menggelengkan kepala untuk “tidak”
e) Babbling dengan nada yang bervariasi
f) Bicara “dada” dan “mama” (2 suku kata)
g) Menggunakan kata-kata seri misalnya: “oh-oh!”
h) Mencoba meniru kata-kata
D. KOGNITIF
a) Mengeksplorasi obyek dengan berbagai cara (menggoncangkan,
membenturkan, melempar, dan menjatuhkan)
b) Menemukan dengan mudah obyek yang disembunyikan
c) Melihat gambar yang tepat bila suatu gambar disebutkan namanya
d) Menirukan gerakan isyarat
e) Mulai menggunakan benda dengan benar (gelas untuk minum, sisir untuk
menyisir rambut, dll)
E. SOSIAL DAN EMOSIONAL
a) Malu atau cemas pada orang yang tidak dikenalnya
b) Menangis saat ibu/ayahnya meninggalkannya
c) Menunjukkan ketertarikan khusus pada orang-orang dan mainan tertentu
d) Mungkin takut pada situasi tertentu
e) Lebih memilih ibu/pengasuhnya dibandingkan orang lain

5
f) Mengulang suara/gerak tertentu untuk menarik perhatian
g) Merentangkan lengan atau kaki untuk memudahkan saat dipakaikan
baju/celana.
2.2 Tujuan Komunikasi Pada Bayi
Berikut merupakan pemamparan mengenai tujuan berkomunikasi pada bayi :
1. Memberi rasa aman pada bayi
Dengan berkomunikasi dengan bayi , membuat bayi merasa lebih aman karena di
perhatikan oleh orang di sekitarnya, dan bayi tidak merasa takut akan tetapi bayi malah
merasa senang karena ada yang mengajaknya bercanda
2. Memenuhi kebutuhan bayi akan kasih sayang
Komunikasi pada bayi merupakan bentuk kasih sayang yang diberikan oleh orang
terdekatnya kepada bayi. Dengan berkomunikasi secara rutin bida membuat bayi merasakan
kasih sayang orangtuanya dan pentingan kehadiran orang terdekatnya di dalam hidupnya
3. Melatih bayi mengembangkan kemampuan berbicara, mendengar dan
menerima rangsangan.
Berkomunikasi dengan bayi dapat mengembangkan kemampuan berbicara si bayi karena
dengan begitu bayi merasa ingin mengikuti ucapan orang yg sedang di ajak berkomunikasi ,
dengan mendengar ucapan orang yg mengajaknya berbicara kemudian bayi memberi
rangsangan berupa ocehan ataupun menoleh ke sumber suara, mengedipkan mata, atau
bahkan tertawamembuat bayi terlatih untuk cepat berbicara.
4. Untuk membentuk dasar ikatan emosional ibu dan bayi
Berkomunikasi dengan bayi bisa menjadi dasar ikatan emosional yang kuat antara ibu dan
bayi.karena dengan berkomunikasi dengan bayi menciptakan kenyamanan pada bayi .
5. Untuk membantu perkembangan otak bayi
Berbicara tidak hanya menunjang kemampuan bahasanya akan tetapi dengan
berkomunikasi kepada bayi dapat membantu perkembangan otaknya, menjadai lebih cepat
merespon, lebih cepat berkembang dan bayi lebih cepat pintar.
2.3 Bentuk Komunikasi Pra-bicara Pada Bayi
1. Tangisan
Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian, membuat sebaris senyum
kesyukuran terpancar pada wajah seorang ibu. Tangisan seorang bayi merupakan bentuk
komunikasi dari seorang bayi kepada orang dewasa dimana dengan tangisan itu, bayi dapat
memberikan pesan dan orang dewasa menangkap pesan yang diberikan sang bayi.

6
Pada awal kehidupan paska lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang
dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia memberi
tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi
hanya akan menangis bila dia merasa sakit atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal
frekuensi tangisan menurun pada usia enam bulan karena keinginan dan kebutuhan mreka
cukup terpenuhi. Frekuensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya
kemampuan bicara.
2. Ocehan atau Celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan” (cooing) atau “celoteh” (babbling).
Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang disebabakan oleh perubahan gerakan
mekanisme „suara‟. Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek,
menjerit, menguap, bersin, menangis dan mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Sebagian
bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke
enam dan kedelapan. Celoteh merupakan indikator mekanisme perkembangan otot saraf bayi.
Nilai celoteh :
a) Berceloteh adalah praktek verba sebagai dasar perkembangan gerakan terlatih yang
dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.
b) Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh membantu
bayi merasakan bahwa dia merupakan kelompok sosial.
3. Isyarat
Isyarat yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau
pelengkap bicara. Bahasa isyarat bayi dapat mempercepat komunikasi dini pada anak.
Contoh :
a) Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak lapar.
b) Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin digendong
c) Menggeliat, meronta, menangis pada saat ibu mengenakan pakaiannya atau
memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan pembatasan gerak.
4. Ungkapan Emosional
Ungkapan Emosional adalah melalui perubahan tubuh dan roman muka.
Contoh :
a) Tubuh yang mengejang atau gerakan – gerakan tangan atau kaki disertai jeritan dan
wajah tertawa adalah bentuk ekspresi kegembiraan pada bayi.

7
b) Menegangkan badan, gerakan membanting tangan atau kaki, roman muka tegang dan
menangis adlah bentuk ungkapan marah atau tidak suka. (Kemenkes,2013)
2.4 Teknik Berkomunikasi Pada Bayi
Teknik berkomunikasi pada bayi. Ada 2 teknik yaitu :
1. Teknik Verbal
• Melalui orang atau pihak ketiga
Khususnya mengahadapi anak usia bayi dan todler, hindari berkomunikasi secara
langsung pada anak, melainkan gunakan pihak ketiga yaitu dengan cara berbicara terlebih
dahulu dengan orang tuanya yang sedang berada disampingnya, mengomentari pakaian yang
sedang dikenakanya. Hal ini pada dasarnya adalah untuk menanamkan rasa percaya anak
pada terapisan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan yang menjadi tujuan.
2. Teknik non verbal
• Sentuhan
Adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang sebagian tangan atau bagian
tubuh anak misalnya pundak, usapan di kepala, berjabat tangan atau pelukan, bertujuan
untuk memberikan perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara
anak dan orang tua.
a. Penerapan komunikasi pada bayi (0-18 bulan), bayi terlahir dengan kemampuan
menangis karena dengan cara itu mereka berkomunikasi. Bayi menyampaikan
keinginanya melalui komunikasi non verbal. Bayi akan tampak tenang dan merasa
nyaman dan aman jika ada kontak fisik yang dekat terutama dengan orang yang
dikenalnya (ibu). Tangisan bayi itu adalah cara bayi memberitahukan bahwa ada
sesuatu yang tidak enak dia rasakan, lapar, popok basah, kedinginan, lelah dan lain-
lain.
b. Bayi ( 1 – 18 bulan ) terutama berkomunikasi melalui bahasa non verbal seperti
menangis. Bayi juga berespons terhadap tingkah laku komunikasi non verbal orang
dewasa, seperti menggendong, mengayun dan menepuk.
c. Bayi merespon baik kontak fisik yang lembut dengan orang dewasa, namun bayi yang
lebih tua biasanya lebih memilih kontak fisik dengan orangtuanya. Melakukan
pengkajian kondisi bayi saat digendong orang tuanya akan memberikan kondisi yang
nyaman pada bayi
d. Berikanlah objek yang aman dan nyaman untuk bayi, seperti selimut, dot dll.

8
2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Bayi
1. Fase prelinguistic / pralinguistik
Terjadi pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru
lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk, dan pemakaian bahasa.
Selain belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga
belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif dari pada terencana. Periode ini
disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk
bahasa konvensional, mereka mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik.
Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila
tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya, intervensi
direncanakan untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk
mengamati dan bereaksi terhadap suara.
2. Kata pertama
Terjadi pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone
adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai
satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya
pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif, adanya kontrol, dan
interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada kata-kata pertama anak. Arti
kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di
seputar lingkungan awal anak.
3. Kalimat pertama
Terjadi pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak dan
dimulainya produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata
berlangsung cepat pada sekitar umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda
dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya dengan orang
dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk, dan pemakaian bahasa dalam
percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai
bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari
pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk kata benda dan kata kerja.
4. Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
Terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat
memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi
semakin dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan

9
peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan pemakaian
bentuk fonem dewasa
2.6 Peran Bicara Dalam Komunikasi Pada Bayi
a. Berikut ungkapan sayang pada bayi
b. Mengajak bicara bayi akan meningkatkan kinerja otak dan meningkatkan
pendengaran untuk membangunkan indra pendengaran
c. Membuat rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa diabaikan dan selalu
diperhatikan.
d. Melatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga lambat laun bayi
akan menirukanya.
2.7 Pentingnya Berkomunikasi Dengan Bayi
1. Mengasah kemampuan memahami dan merespons.
Bayi sudah memahami secara kasar kata-kata yang diucapkan kepadanya lewat nada
bicara dan mimik wajah.Walau pin bayi belum sepenuhnya mengerti apa yang orang katakan,
tetapi yang pasti, bayi senang setiap kali mendengarkan suara orang tua dan orang yg
mengajaknya berkomunikasi. Biasanya, bayi akan merespons dengan menoleh ke sumber
suara, mengerjapkan mata, atau bahkan tertawa.
2. Mengasah kemampuan berbicara
Berkomunikasi dengan bayi juga bermanfaat untuk mengasah kemampuan berbicaranya.
Hal ini karena bayi belajar berbicara dengan meniru suara yang didengarnya dan
memperhatikan gerak bibir ibunya atau orang berkomunikasi dengan nya . Bayi mulai
berbicara dengan menggunakan lidah, bibir, langit-langit mulut, dan gigi yang tumbuh untuk
membuat suara, seperti teriakan oh dan ah. Kata-kata tersebut kemudian akan menjadi kata
yang nyata, seperti mama dan papa.Selanjutnya, bayi akan mengambil lebih banyak kata dari
ibu dan orang-orang di sekitarnya, sehingga dia mulai bisa membentuk kalimat dengan
menggunakan 2–4 kata.
3. Merangsang pendengaran bayi
Sebagian besar proses perkembangan indra pendengaran bayi terjadi di dalam
kandungan. Selama proses ini berlangsung, ibu hamil dianjurkan untuk rutin memberikan
rangsangan berupa suara kepada janin, misalnya dengan sering berbicara, menyanyikan lagu
atau memutar musik yang pelan untuknya.Suara-suara yang didengar bayi dapat merangsang
sistem saraf dan otaknya agar fungsi pendengarannya dapat menjadi lebih peka. Dengan
demikian, kemampuan mendengar bayi akan lebih optimal ketika dilahirkan.
4. Memperkenalkan bahasa yang digunakan
10
Walaupun bayi belum mengerti apa yg dibicarakan tetapi bayi mulai belajar banyak hal,
termasuk bahasa yg digunakan sehari- hari. Semakin sering diajak berbicara atau bernyanyi,
maka semakin banyak kata yang bisa ia dengar. Bahasa yang sering iya dengar ini nantinya
akan di ingat hingga bayi besar dan akan membantu memudahkan bayi untuk berbicara
mengucapkan kata – kata dengan bahasa yg dia ingat.
5. Membuat bayi merasa lebih nyaman
Saat mendengar suaraorang tua atau orang yg sedang berkomunikasi dengan bayi
membuat bayi merasa tenang dan nyaman.Di saat-saat tertentu, ia juga bisa lebih aktif
bergerak saat diajak berbincang.
6. Membangun kedekatan emosional
Bayi yang sudah terbiasa mendengar suara ibunya akan merasa lebih tenang dan tidak mudah
rewel setiap kali ibu mengajaknya berbicara. Maka dari itu dengan mengajak berbicara
dengan bayi maka membuat hubungan dengan bayi makin dekat .

11
Dialog
Pada malam hari sepasang suami istri pak Anton dan ibu siti mendapatkan peristiwa yaitu
bayi mereka yang bernama cantika menderita panas tinggi. Dan bayi itu saat tengah malam
hanya menangis tidak berhenti.
Ibu :” Pak, bagaimana anak kita ini? Ibu tidak bias tidur pak?” (sambil jalan
kesana kemari kebingungan)
Pak Anton : :” sabar ya.. kita coba tenagin Cantika dulu ”
Ibu : “ Apa yang harus kita lakukan pak demi anak kita? Dari tadi sudah di
tenangin tapi tetap aja nangis terus!”
Pak Anton : “ Coba kamu beri dia minum dan diberikan kompres. Soalnya badannya
panas sekali.”
Ibu :” Diam ya Nak…ibu kasih minum kasihan sekali kamu.”
Tetapi banyak hal yang dilakukan oleh pasangan suami istri tersebut akan tetapi bayi
tersebut tetap saja tidak berhenti menagis malah semakin keras.
Waktu menunjukan pukul 04.00.
Ibu : “ Pak, ibu nggak kuat harus seperti ini menunggui anak kita yang sedang
sakit dan kasihan juga anak kita pak? Bagaimana kalau kita membawanya ke dokter?”
Pak antonl : “ Mana ada dokter subuh seperti ini buka bu ?”
Ibu :” Ya sudah kita bawa anak kita ke Rumah Sakit terdekat saja pak,
bagaimana?”
Pak anton : “ Ya sudah bapak keluarkan mobil dulu ya bu,ibu siap siap dulu,”
Ibu : “ Iya pak.Cepat…… ya paakkk….”
Tibalah bu Siti dan pak anton di Rumah Sakit citra husada
Ibu :” Suster…suster tolong anak saya…..”
Kemudian perawat firda memberikan pertolongan kepada bu Siti dengan menggendong bayi
Cantika menuju ruang pemeriksaan.
Perawat :” Mohon tunggu sebentar ya bu anak ibu akan segera diperiksa oleh dokter.”
Ibu :” Iya sus kasihan anak saya. Cepat ya sus.”
Perawat hanya tersenyum dan memanggil dokter.
Perawat :” Selamat malam dok. Di ruang pemeriksaan ada seorang bayi yang badanya
panas dan sudah saya ukur suhu tubuhnya.”
Dokter :” Baik saya akan segera kesana.”
Perawat : “Permisi Bu, siapa nama anak ibu ini?”
Ibu :” cantika sus.”

12
Perawat :” Berapa usia anak ibu ini?”
Ibu : “ 5bulan.”
Perawat :” Berapa hari anak ibu panas dan rewel seperti ini?”
Ibu : “ Sejak tadi siang sus. Sebenarnya dia kenapa sus?”
Perawat :” Silahkan ibu menemui dokter dulu untuk keterangan yang lebih jelas.”
Kemudian bertemulah ibu Siti dengan dokter Erlita. Dan pak anton menemani cantika .
Sementara itu perawat Dima mencoba mendiamkan Cantika yang menagis terus.
Ibu :” Bagaimana keadaan anak saya dok?”
Dokter :” Sebelumnya maaf bu anak ibu harus kami berikan rawat inap di sini apakah
ibu bersedia?”
Ibu :” Ya dok saya setuju karena saya ingin anak saya sembuh.”
Dokter :” Baiklah kalau begitu silahkan ibu mendaftarkan anak ibu ke bagian
resepsionist sekarang.”
Ibu :” iya dok. Permisi.”
Sampailah sang ibu ke bagian resepsionist.
Resepsionist :” Selamat malam bu. Ada yang bias saya bantu?”
Ibu :” Saya mau mendaftarkan anak saya untuk rawat jalan mbak.”
Resepsionist :” Baik bu isi formulir ini untuk persyaratan anak ibu agar dirawat di sini.”
Resepsionist :” Anak ibu akan ibu masukkan pada kamar kelas berapa? Disini kami
menyediakan kamar VVIP,VIP,kelas 1,kelas 2,maupun kelas 3.”
Ibu :” Saya memilih kamar kelas 2 saja mbak.”
Resepsionist :” Baiklah nanti anak ibu akan dirawat di bangsal Melati kamar No 5.”
Setelah semua pesyaratan di lengakapi kemudian sang anak sudah sampai pada kamar untuk
merawatnya hari mulai pagi. Pagi ini Perawat firda datang ke kamar cantika. Saat melihat
perawat yang masuk untuk melekukan pengukuran suhu tubuh bayi tersebut akan tetapi bayi
tersebut menangis. Kemudian Perawat cantika mendekatinya untuk melekukan pengukuran
suhu.
Perawat :” Selamat pagi pak,bu di sini saya akan melakukan pengukuran suhu tubuh
anak ibu.”
Ibu ,Pak Anton :” Silahkan sus.”
Perawat :” Adik,,,jangan menangis yaa... Ini kakak bawakan mainian loh untuk
kamu.” (sambil memberikan sebuah mainan ke tangan bayi itu).
Bayi :” oek…oek….” (sambil melihat perawat itu)

13
Perawat :” Cup..cup..cup…jangan nagis ya sayang. Kakak mau memasang ini di ketiak
kamu,biar kakak tau berapa suhu kamu ya sayang.cup…cup…cup…”
Kemudian bayi itu berhenti menangis.
Perawat :” Wah pintar sekali kamu Nak udah nggak nangis lagi. Dek cantika Anak
yang pintar.”
Ibu :” Berapa suhunya sus?”
Perawat :” Suhunya sudah mulai turun bu saat ini suhunya 37,5. Tetapi setelah ini anak
ibu akan diambil darahnya oleh petugas laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut.”
Ibu :” Iya mbak lakukan saja yang terbaik untuk anak saya.”
Perawat :” Baiklah bu saya permisi dulu.Cepat sembuh ya...”
Ibu :” Terima kasih sus.”
Perawat :” Iya sama-sama bu.”
Waktu menunjukkan pukul 09.00. Petugas laboratorium datang ke kamar Cantika untuk
mengambil darah guna untuk pemeriksaan.
Petugas Lab : ” Selamat pagi pak. Ini saya dari laboratorium ingin mengambil darah adik
Nur untuk pemeriksaan lebih lanjut. Nampaknya Cantika sudah tenang ya pak?”
Pak anton : ” Iya Bu silahkan.”
Langsung saja petugas Laboratorium mengambil darah bayi itu dengan hati-hati. Namun,
tiba-tiba bayi itu menangis dengan keras karena kesakitan. Saat itu juga Perawat Firda
sedang melintas kamar cantika, setelah mendengar tangisan bayi itu Perawat cantika langsung
masuk ke kamar bayi itu mencari tau apa penyebabnya.
Perawat :” Permisi,,,,loh kenapa kok adik menangis? Cup….cup..cup…..nggak apa-apa
sakit sebentar ya sayang,.Cup…cup…cup..” Ibu Siti datang.
Ibu :” Kenapa ini anak saya kok menangis lagi?”
Perawat :“ Ibu ini anaknya baru saja diambil darahnya oleh Ibu ola beliau adalah
petugas laboratorium.”
Ibu :” Oh begitu. Cup…cup..cup… Nak jangan menangis.”
Hasil laboratorium sudah selesai dan hasilnya ternyata bayi tersebut menderita Demam
Berdarah. Perawat datang ke kamar cantika tiba disana ternyata bayi Cantika
menangis.Perawat mendekati bayi tersebut dan mendekapnya.
Perawat : Adek, cup.. cup..cup jangan menangis yaaa? Ini tak bawain boneka??
Diamm yaa sayang.
Perawat mendekati Ibu siti

14
Perawat : Bu. Mohon maaf mengganggu saya kesini akan menyampaikan pemeriksaan
laboratorium, anakk ibu cantika menderita Demam Berdarah.saat ini ibu di tunggu oleh Mbak
hebrina bagian gizi dia akan memberikan penjelasan tentang menu makanan untuk penderita
Demam Berdarah.
Ibu : Baiklah saya akan ke sana, saya minta tolong untuk ibu menjaga anak saya
sebentar karena tidak ada yang menunggunya bapaknya sedang kerja.
Ibu siti tiba di ruang perawat
Ibu : Permisi bu, saya ingin bertemu Mbak hebrina.
Hebrina : Iya bu,saya sendiri, silakan duduk. Ini dengan Ibu Juni yaa??
Ibu : iya Mbak ini saya sendiri.
Hebrina : Begini bu, anak ibu itu terkena demam berdarah untuk saat ini harus
diberikan ASI unutk menunjang kekebalan tubuh bayi ibu dan ASI sangat baik untuk
pertumbuhan bayi ibu. Dan untuk pemenuhan ASI yang diberikan untuk bayi ibu, ibu
sebaiknya mengkonsumsi sayur dan buah-buahan yang banyak dan saya mengharapkan ibu
tidak memberikan susu formula pada anak ibu.
Ibu : Ohh, ya bu trimakasih atas sarannya, saya akan mengusahakan untuk
kesembuhan anak saya
Ibu Siti tiba di kamar cantika
Perawat : Bagaimana bu, sudah selesai konsultasi dengan bagian gizi?
Ibu : Sudah bu. Terimaksih sus sudah menjagakan anak saya.
Perawat : Sama-sama bu, semoga cepat sembuh. Ini anaknya sudah tidur bu.Saya
permisi dulu karena masih banyak pasien yang harus saya tangani.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Komunikasi merupakan proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang – lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan dan ditujukan kepada penerima pesan. Adapun tujuan komunikasi
yaitu pesan yang disampaikan oleh si bayi yang dapat dimengerti oleh orangtua.
Dalam melakukan komunikasi pada bayi dan anak, orangtua dan perawat perlu
memperhatikan berbagai aspek diantaranya yaitu cara berkomunikasi dengan bayi,
tehnik komunikasi pada bayi, tahapan komunikasi pada bayi, faktor yang
mempengaruhi komunikasi pada bayi, bentuk komunikasi prabicara pada bayi dan
tahu pentingnya berkomunikasi dengan bayi.
Berkomunikasi dengan bayi / anak ialah sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan bayi dan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri bayi yang selanjutnya
digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan.
Dalam proses berkomunikasi pada bayi terdapat bentuk komunikasi prabicara
dimana terdiri dari tangisan, ocehan, isyarat, dan ungkapan emosional seorang
bayi/anak. Disisi lain dalam melakukan komunikasi kepada bayi terdapat beberapa
tekniknya, yaitu bisa menggunakan teknik verbal dan non verbal.
3.2 SARAN
Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam
berkomunikasi dengan bayi lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana prinsip
dan strategi berkomunikasi dengan bayi, serta mengetahui hambatan yang akan
ditemui pada saat berkomunikasi dengan bayi.

16
DAFTAR PUSTAKA
https://rs-jih.co.id/readmore/kenali-tahapan-perkembangan-anak-usia-0-12-bulan
http://bnetpwj.blogspot.com/2016/09/makalah-komunikasi-terapeutik-pada-bayi.html?m=1
https://www.scribd.com/doc/41408900/MAKALAH-Komunikasi-Pada-Anak
https://id.scribd.com/doc/263365798/Komunikasi-Pada-Bayi
https://www.alodokter.com/benarkah-bayi-belum-dapat-berkomunikasi
http://pohoseng.com/teknik-komunikasi-terapeutik-pada-bayi-anak-dan-remaja/
D, S. G. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan . Jakarta: Gunung Mulia.
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Ermawati, D. (2009). Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

17

Anda mungkin juga menyukai