Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN TENTANG

KARAKTERISTIK PERAWAT YANG MEMFASILITASI


HUBUNGAN TERAPEUTIK

OLEH : KELOMPOK 1
ZAHARA KURNIA RAMADHAN (201211721)
DINI ALFIT (201211704)
MUJURNIATI ( 201211709 )
Grivellia Dekesya Putri Yeza (201211746)
Desi Ratna Sari (20121703)
Dita rahmadani (201211705)
Yola Yolanda Andespa (201211718)
Miranti ( 201211708 )
Annisa 201211701
Nadila putri 201211724
Tifa Yuliami (201211743)
Endang ( 201211730)
Citra Purnama Sari (201211702)
Netalia (201211710)

Dosen Pengampu :
Ns. YOLA YOLANDA S.Kep M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES MERCUNAKTIJAYA PADANG
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa , karena atas ijin dan

bimbinganNya penulisan makalah ini dapat berjalan dengan baik.

Penulisan makalah dengan judul “KARAKTERISTIK PERAWAT YANG

MEMFASILITASI HUBUNGAN TERAPEUTIK ” memiliki banyak kendala namun dapat

diatasi dengan masukan-masukan dan berbagai saran yang membangun dan mendidik, tak

lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut mengambil bagian

dalam penulisan makalah ini.

Tak lepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini memiliki benyak kekurangan

baik dalam segi isi maupun dalam penyusunan tata bahasa yang terdapat dalam makalah ini.

Untuk itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran dari siapapun yang hendak

memberikan kritik maupun saran yang membangun bagi penulisan makalah ini.

Penyusunan makalah ini kami harapkan dapat mmberikan informasi dan manfaat bagi

sisapapun yang membacanya.


DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................................4
BAB II : ISI
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik.....................................................................5
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik...........................................................................5
C. Tujuan Terapeutik Akan Tercapai Bila Perawat Memiliki Kaeakteristik...........7
D. Karakteristik Seorang Perawat Memfasilitasi Hubungan Terapeutik.................7
E. Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik.............................................................8
F. Sikap Komunikasi Terapeutik.............................................................................11
G. Teknik Komunikasi Terapeutik..........................................................................11
H. Hambatan Komunikasi Terapeutik.....................................................................13
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................21
B. Saran....................................................................................................................21
Daftar Pustaka

Contoh Skenario Yang Mampu Memfasilitasi Hubungan Terapeutik.


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan komponen penting dalam kehidupan bermasyarakat.


Sebeb hanya dengan berkomunikasi, seseorang bisa menyampaikan apa yang ada
dalam pikirannya kepada orang lain. Baik itu untuk menyampaikan informasi maupun
untuk mendapatkan informasi dan semacamnya. Dalam bidang keperawatan,
komunikasi juga mutlak diperlukan. Salah satunya komunikasi antara perawat dengan
pesiennya.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayana profesional yang berdasarkan
pada ilmu keperawatn. Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti
perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang
selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
Komunikasi teraupetik merupakanhubungan perawat dan klien yang dirancang
untuk memfasilitasi tujuan therapy dalam pencapaian tingkatan kesembuhan yang
optimal dan efektif. Menurut Sruart G.W (1998), bahwa komunikasi terapeutik
merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungannya ini
perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dengan rangka
memperbaiki pengalaman emosional klien.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Komunikasi Terapeutik ?
2. Apa Tujuan Komunikasi Terapeutik ?
3. Apa Tujuan Terapeutik Akan Tercapai Bila Perawat Memiliki Kaeakteristik ?
4. Bagaimana Karakteristik Seorang Perawat Memfasilitasi Hubungan Terapeutik ?
5. Bagaimana Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik ?
6. Bagaimana Sikap Komunikasi Terapeutik ?
7. Bagaimana Teknik Komunikasi Terapeutik ?
8. Apa Hambatan Komunikasi Terapeutik ?
9. Bagaimana Contoh Skenario Yang Mampu Memfasilitasi Hubungan Terapeutik ?
C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mampu memahami pengertian komunikasi terapeutik.
2. Agar mahasiswa mampu memahami tujuan terapeutik.
3. Agar mahasiswa mampu memahami tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat
memiliki kaeakteristik.
4. Agar mahasiswa mampu memahami karakteristik seorang perawat memfasilitasi
hubungan terapeutik.
5. Agar mahasiswa mampu memahami fase hubungan komunikasi terapeutik.
6. Agar mahasiswa mampu memahami sikap komunikasi terapeutik.
7. Agar mahasiswa mampu memahami teknik komunikasi terapeutik.
8. Agar mahasiswa mampu memahami hambatan komunikasi terapeutik.
9. Agar mahasiswa mampu memahami
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Komunikasi terpeutik adalah ketika dalam berkomunikasi dengan klien,
perawat mendapatkan gambaran yang jelas yang di alami tentang kondisi klien yang
sedang di rawat mengenai tanda dan gejala yang ditampakkan serta keluhan yang
dirasakan. gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan masalah
keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan, dengan harapan tindakan
yang akan dilakukan sesuai dengan keluhan dan msalah keperawatan yang sedang
dialami klien atau bisa dikatakan bahwa tindakan keperawatan tepat sasaran sehingga
membantu mempercepat proses penyembuhan. Menurut As Homby (1974), yang di
kutip oleh Nurjannah, I (2001) bahwa therapeutic merupakan kata sifat yang di
hubungkan dengan seni dari penyembuhan. Ini menggambarkan bahwa dalam
menjalani proses komunikasi terpeutik, seorang perawat melakukan kegiatan dari
mulai pengkajian, menetukan masalah keperawatan, menentukan rencana tindakan,
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan yang telah direncanakan sampi pada
eveluasi yang semuanya itu bisa di capai dengan maksimal ketika terjadi proses
komunikasi efektif dan intensif. Hubungan perawat dengan klien menggambarkan
hubungan take and give.
Komunikasi terpautik merupakan hubungan perawat dengan klien yang
dirancang untuk memfasiklitasi tujuan therapy dalam pencapaian tingakatan
kesembuhan yang optimal dan efektif. Terjadinya komunikasi terapeutik adalah
apabila didahului hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Menurut Stuart
G.W (1998), bahwa komunikasi terpeutik merupakan hubungan interpersonal antara
perawat dan klien, dalam hubungannya ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalam emisional klien.

B. TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Tujuan komunikasi terapeutik antara lain adalah :
a. Terjadinya perubahan dalam diri pasien dalam bentuk kesadaran diri serta
penerimaan dari yang diikuti peningkatan akan penghormatan diri, sehingga
pasien terhindar dari rasa stress dan depresi akibat penyakit kronis yang
dideritanyaa.
b. Pasien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain, sehingga memiliki
kemampuan dalam membina hubungan interpersonal yang tidak superficial serta
saling bergantung.
c. Meningkatkan fungsi dan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan dan
penetepan tujuan yang realistis, sesuai dengan kemampuan pasien. Tidak terlalu
tinggi (ideal) atau terlalu rendah (rendah diri).
d. Meningkatkan integritas diri pasein, dan kejelasan akan identitas dirinya.
Biasanya pasien mengalami gangguan identitas personal, dan rendah diri.

Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik :


a. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
mempertahakan kekuatan egonya.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada.
c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan
mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.

Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi
yaitu:

a. Tingkah laku perawat


perawat memegang peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu
dinilai oleh masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat berita-berita
tentang perawat rumah sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh
klien perawat judes, jahat dan sebagainya.
b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata,
sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan
yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi :
 Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan
keturunan.
 Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah yang
ada hubungnnya dengan jiwa.
 Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dari
klien di dalam masyarakat.
c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta kurang
memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat hubungan
baik.

Menurut Stuart dan Sundeen Hamid (1996), yaitu :

a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri.


b. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling
tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.
d. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan personal yang realistik.

C. TUJUAN TERAPEUTIK AKAN TERCAPAI BILA PERAWAT MEMILIKI


KAEAKTERISTIK
a. Kesadaran diri
b. Klarifikasi nilai
c. Eksplorasi perasaan
d. Kemampuan untuk menjadi model peran
e. Motivasi altruistik (perhatian terhadap kesehajteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri)
f. Rasa tanggung jawab dan etik (Hamid, 1999)

D. KARAKTERISTIK SEORANG PERAWAT MEMFASILITASI HUBUNGAN


TERAPEUTIK
Karakteristik komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Genuineness (keikhkasan)
Dalam rangka membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap,
dan perasaan yang dimiliki terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu
menunjukan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai
terhadap pasien sehingga mampu belajar untuk mengomunikasikan secara tepat.
Perawat tidak akan menolak segala bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien,
bahkan ia akan berusaha berinteraksi dengan klien.
2. Empathy (empati)
Merupakan perasaan “pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap
perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan “dunia pribadi pasien”.
Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buta (objektif)
didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati berbeda dengan simpati.
Simpati merupakan kecenderungan berfikir atau merasakan apa yang sedang
dilakukan atau dirasakan oleh pasien. Empati cenderung bergantung pada
kesamaan pengalaman di antara orang yang terlibat komunikasi.
3. Warmth (kehangatan)
Hubungan saling membantu (hepling relationship) dibuat untuk emberikan
kesempatan klien mengeluarkan “unek-unek” (perasaan dan nilai-nilai) secara
bebas. Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk
mengekspresikan ide0ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa
takut dimaki atau dikonfrontasi. Suasana yang hangat menunjukan adanya rasa
penerimaan perawat terhadap pasein.
Karakteristik yang lainnya, adalah :
a. Jujur
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
c. Bersikap positif
d. Embati bukan empati
e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien
f. Meneriman klien apa adanya
g. Sensitif terhadap perasaan klien
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri.

E. FASE HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


a. Tahap Pra Interaksi (Kemampuan Intelektual Perawat)
Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum
berinteraksi dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada tahap ini perawat menggali
perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini
perawat juga mencari informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang
strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahap ini harus dilakukan oleh
seorang perawat untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan
meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien (Suryani,
2005).
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
1. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi
dengan klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri (Stuart, G.W dalam
Suryani, 2005).
2. Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat penting
dilakukan agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal
pada saat berinteraksi dengan klien.
3. Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena
dengan mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien.
4. Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu
merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
b. Tahap perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu
atau kontak dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada saat berkenalan, perawat
harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer dalam
Suryani, 2005). Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap
terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka
dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi keakuratan
data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta
mengevaluasi hasil tindakan yang lalu (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:


1. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi
terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan
hubungan terapeutik. (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005)
2. Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Kontrak ini sangat
penting untuk menjamin kelangsungan sebuah interaksi (Barammer dalam
Suryani, 2005).
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada
tahap ini perawat mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
4. Merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi
bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai.
Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.
c. Tahap kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,
G.W dalam Suryani, 2005). Tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama
untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tahap kerja ini dituntut
kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan
pikirannya.
Perawat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi
terhadap adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat
pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active
listening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi,
bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif
pemecahan masalah yang telah dipilih.
Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien.
Tehnik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan
hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran
dan ide yang sama (Murray, B & Judth dalam Suryani, 2005). Tujuan tehnik
menyimpulkan adalah membantu klien menggali hal-hal dan tema emosional yang
penting (Fontaine & Fletcner dalam Suryani, 2005)
d. Tahap terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien (Christina,
dkk, 2002). Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir
(Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
 Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien,
setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien
pada waktu yang telah ditentukan.
 Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara keseluruhan.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
Evaluasi ini juga disebut evaluasi objektif.
2. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan
ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien.
4. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat
agar terdapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan
berikutnya.

Stuart G.W. (1998 sebelumnya.

F. SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Menurut Devi (2012) terdapat 5 sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara
fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik, yaitu:
1. Berhadapan; arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
2. Mempertahankan kontak mata; kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk kearah pasien; posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan
atau mendengarkan sesuatu.
4. Memperlihatkan sikap terbuka; tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap membantu.
5. Tetap rileks; tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang
kurang menyenangkan.
G. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Teknik komunikasi menurut Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson
& Kneisl (1920), yaitu :
1. Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat
mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara.
Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberi kesempatan untuk memilih, contoh: apakah yang sedang saudara
pikirkan?, apa yang akan kita bicarakan hari ini?. Beri dorongan dengan cara
mendengar atau mengatakan, saya mengerti atau oohh .…
3. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk
menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien.
4. Klarifikasi Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien
berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak
lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: dapatkah anda
menjelaskan kembali tentang …? Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide,
perasaan dan persepsi perawat-klien.
5. Refleksi
Refleksi isi, memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
6. Memfokuskan
Untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih
spesifik dan dimengerti
7. Menyatakan hasil observasi
Klien dapat menguraikan apahak pesanya diteriam dengan benar atau tidak.
Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya.
8. Menawarkan informasi
Memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. Perawat tidak dibenarkan
memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan informasi.
9. Diam
Memberikan kesempatan lepada perawat dan klien untuk mengorganisasi
pikirannya.
10. Meringkas
Untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan
pembicaraan berikut. Misalnya “Selama 15 menit ini anda dan saya telah
membicarakan.”
11. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Perawat dapat merangsang untuk mengambil insiatif dan merasakan bahwa ia
diharapkan untuk membuka pembicaraan. Misalnya “Apakah ada sesuatu yang
ingin anda bicarakan?”
12. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraan.
13. Renungan
Memberikan kesempatan klien untuk mengemukan dan menerima ide dan
perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

H. HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Hambatan komunikasi terapeutik yang bisa terjadi yaitu :
1. Masalah penglihatan
Masalah penglihatan pada pasien, terutama pasien lansia tentunya juga akan
memberikan pengaruh pada lambatnya komunikasi terapeutik yang dilakukan.
Penglihatan yang menjadi kabur atau bahkan tidak dapat melihat sama sekali
tentunya akan menghambat komunikasi non verbal atau bahasa tubuh yang
digunakan.
Namun masalah ini dapat diatasi dengan lebih menaikan volume suara yang
digunakan ketika berbicara selama indra pendengaran pasien masih berfungsi
dengan baik. Namun menaikkan volume suara tidak terlalu menekan klarena
justru akan lebih terdengar seperti membentak.
2. Dominasi dalam pembicaraan
Komunikasi terapeutik juga bisa terhambat jika pasien bukanlah tipe
pendengar yang baik.Pasien yang dihadapi sering kali adalah tipikal yang selalu
ingin menjadi orang yang mendominasi dan tokoh utama dalam topik
pembicaraan. Meskipun terasa kurang nyaman, namun ada bainya jika perawat
menjadi pendengar yang baiuk agar pasien menjadi lebih nyaman. Ketika ia sudah
selesai bicara barulah bergantian perawat yang berbicara sehingga pasein pun
merasa lebih dihargai dan dihormati.
3. Mudah tersinggung
Pasien yang diajak berkomunikasi kadang kala menjadi sangat mudah
tersinggung. Hal ini bisa terjadi karena memang sifat pasien atau efek obat-obatan
yang mebuatnya menjadi mudah emosi. Dlam komunikasi yang menyebabkan
pasien menjadi mudah tersinggung seperti ini, perawat sebaiknya lebih banyak
meminta maaf agar pasien menjadi lebih nyaman dalam berkomunikasi, bahkan
meskipun perawat tersebut tidak memiliki kesalahan.
4. Trauma masa lalu
Trauma masa lalu juga bisa membuat pasien menjadi lebih mudah
tersinggung, mudah menangis, bahkan marah tanpa alasan pada perawat. Maka
dari itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai riwayat medis atau latar
belakang pasien sebelum melakukan komunikasi terapeutik. Sebisa mungkin
hindari pembicaraan yang mengigatkan pasien pada masa lalunya dan yakinkan
bahwa masa depannya begitu indah.
5. Keterbatasan fisisk
Salah satunya adalah masalah pendengara yang menjadi hambatan besar
dalam komunikasi terapeutik. Komunikasi verbal yang menjadi bentuk omunikasi
utama akan sangat sulit dilakukan. Hal ini bisa diatasi dengan menaikan volume
suara atau pasien diberikan alat bantu dengar jiak sudah terlaku parah. Bantuan
komunikasi dengan isyarat atau bahasa tubuh juga akan sangat membantu.
6. Sepele
Beberapa pasien sering mengaggap remeh atau sepele pada perawat yang
berusaha melakukan komunikasi dengannya. Sikap sepele inibiasanya sering
ditemukan pada pasien yang telah lanjut usia. Merasa lebih tua dan lebih bijak
dalam menghadapi kehidupan membuat mereka sering cuek dan tidak peduli pada
perawat yang lebih muda sehingga terkesan sepele. Biasanya diatasi dengan
kelembuatn dan kesabaran dari perawat yang melakukan komunikasi terapeutik.
7. Menyerang perawat
Menyerang disini bukan mempunyai arti berupa serangan fisik, namun lebih
kepada serangan mental. Pasien sering kali secara dara maupun tidak sadar
mempertahankan hak mereka dengan menyerang perawat. Serangan yang
dilakukan berupa penghinaan dengan menyalahkan perawat sehingga seolah-olah
meraka adalah yang paling benar.
8. Stres
Stres menyebabkan terhambatnya komunikasi teraputik yang dijalankan.
Pasien yang mengalami stres akan lebih mudah jatuh ke dalam emosi, baik mudah
marah atau menangis sehingga menyebabkan komunikasi menjadi kacau.
9. Mempermalukan perawat
Secara sadar maupun tidak sadar, mereka berusaha terlihat lebih kuat dan lebih
baik berwenang dibandingkan dengan perawat. Kondisi inin justru akan semakin
memperburuk komunikasi terapeutik yang dilakukan bahkan bisa saja komunikasi
terputus begitu saja karena rasa sakit hati yang dialami oleh perawat.
10. Lupa
Lupa atau pikun yang alami oleh pasien sering kali membut perawat harus
mengulangi lagi apa yang telah dikatakannya. Kondisi ini sebaiknya dimaklumi
oleh perawat karena merupakan hal di luar kemapuan si pasien. Sebagiknya
diperlakukan dengan sangat lembut agar komunikasi tetap berjalan dengan baik
meskipun harus sering mengulang.
11. Ketidaksabaran perawat
Beberapa perawat ada yng tidak memiliki kesabaran dalam melakukan
komunikasi terapeutik. Ketidaksabaran inilah yang dapat menyebabkan
terhambatnya bahkan terputusnya komunikasi terapeutik yang dijalankan.
12. Wawasan yang kurang
Wawasan disini maksudnya adalah kemapuan dalam menggunakan dan
mengaplikasikan ilmu dalam komunikasi terapeutik. Setiap perawat tentunya telah
mendapatkan bekal mengenai cara menghadapi pasien yang baik dan bener. Jika
wawasan perawat kurang, maka komunikasi terapeutik yang dilakukan tentunya
juga tidak dapat berjalan dengan baik.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Komunikasi terpeutik adalah ketika dalam berkomunikasi dengan klien,
perawat mendapatkan gambaran yang jelas dan alami tentang kondisi klien yang
sedang sedang di rawat mengenai tanda dan gejala yang ditampakkan serta keluhan
yang dirasakan. gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan masalah
keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan, dengan harapan tindakan
yang akan dilakukan sesuai dengan keluhan dan msalah keperawatan yang sedang
dialami klien atau bisa dikatakan bahwa tindakan keperawatan tepat sasaran sehingga
membantu mempercepat proses penyembuhan.
B. SARAN
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien
untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.

2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa


yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawatan.
CONTOH SKENARIO YANG MAMPU MEMFASILITASI
HUBUNGAN TERAPEUTIK
Inisial pasien : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat :Jalan Delima 37 Yogyakarta
Penyakit : luka bersih dibagian lutut akibat kecelakaan
Keluhan : nyeri dibagian lutut
Tanggal MRS : 09 Mei 2015

Fase Painteraksi
1. Perawat menyiapkan mental dan rasa percaya diri
2. Perawat telah memahami tentang penyakit luka dan lingkupnya
3. Perawat telah mendapatkan data-data pasien

Pagi hari pukul 07.30 ..


Perawat : “Selamat pagi ibu.. “(tersenyum)
Pasien : “ ia selamat pagi mbak ..”(tersenyum)
Perawat : “ perkenalkan ibu nama saya Asifa Mubarroh, saya mahasiswa dari
Respati,mulai pagi ini saya akan merawat ibu dari pukul 07.00 sampai
14.00 siang.Kalau boleh saya taunama ibu siapa? Dan senangnya
dipanggil apa ibu ?”
Pasien : “ iya salam kenal juga mbk, nama saya siti khodijah, mbk bisa
panggil saya bu siti saja.”
Perawat : “Baik bu siti, bagaimana keadaan ibu sekarang? Apa yang ibu
rasakan?“
Pasien : “Sejak kecelakaan kemarin luka dibagian lutut saya masih agak
sedikit nyeri mbak.”(menyentuh lutut dan merenung)
Perawat : “mm..” (menganggukkan kepala) ”iya ibu itu memang efek dari luka
yang ibu alami, karena pada luka ibu terjadi respon peradangan.
Pasien : “apa itu berbahaya mbak?.”(sedikit cemas)
Perawat : “tidak ibu, peradangan itu merupakan gejala yang menguntungkan
dan merupakan pertahanan tubuh yang bekerja untuk menetralisir dan
menghancurkan agen pencedera dalam persiapan penyembuhan
luka.Jadi ibu siti tidak usah begitu khawatir.”(menjelaskan)
Pasien : “emm..begitu.”(sedikit lega)
Perawat : “iya ibu, baiklah saya permisi dulu, silakan ibu siti beristirahat
kembali, nanti saya akan datanglagi sekitar jam 10.00 siang untuk
melakukan tindakan perawatan luka, tidak lama ibu kira-kira 5menit
dan kita melakukannya disini saja, apakah ibu siti bersedia?.”
Pasien : “iya mbak.”(menganggukkan kepala)
Perawat : “apabila ibu memerlukan bantuan saya silakan ibu panggil saya,
selamat pagi.”(tersenyum)
Pasien : “iya, selamat pagi.”(tersenyum)

Fase Kerja
Siang hari pukul 10.00 ..
Perawat : “selamat siang ibu
siti?.”(tersenyum) Pasien : “siang
mbk.”(tersenyum)
Perawat : “ibu, sesuai perjanjian yang telah disepakati tadi sekarang saya akan
melakukan tindakan perawatan luka, apakah ibu bersedia?.”
Pasien : “iya.”
Perawat : “baiklah saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu.”(pergi ke luar
ruangan pasien)

Setelah proses tindakan perawatan luka ..

Fase Terminasi
Perawat : “ibu siti saya sudah selesai melakukan tindakan perawatan luka,
dijaga kesehatannya ya ibu,semoga cepat sembuh.”(tersenyum)
Pasien : “iya, terimah kasih mbak.”(tersenyum)
Perawat : “sama-sama, selamat siang!.”
Setelah melakukan perawatan luka perawat membereskan alat-alat dan mencuci
tangannya..

Ke esokan harinya, pukul 07.00 ..

Fase Prainteraksi
1. Perawat menyiapkan mental dan rasa percaya diri
2. Perawat telah memahami tentang penyakit luka dan lingkupnya

Fase Orientasi
Perawat : “selamat p : “iya,selamat
pagi.”(tersenyum)
Perawat : “bagaimana tidurnya semalam bu siti?.”
Perawat : “alhamdulillah mbak semalam saya bisa tidur nyenyak, tidak seperti
malam-malam sebelumya.”
Perawat : “mm..”(menganggukkan kepala) “mungkin sekarang keadaan ibu
sudah lebih membaik darihari-hari sebelumnya disini, sehingga
berdampak baik pula pada pola tidur ibu semalam, apakah benar begitu
ibu siti?.”
Pasien : “iya mbak,memang sekarang saya sudah merasa lebih baik,” (sedikit
tersenyum)
Perawat : “terus bagaimana dengan rasa nyeri yang ibu rasakan sebelumnya?,
bisakah ibu siti menceritakannya?.”
Pasien : “alhamdulillah mbak setelah perawatan luka yang telah dilakukan
selama 2 hari ini lukasaya sudah sedikit mendingan, sehingga saya bisa
tidur nyenyak tanpa merasakan nyeri dilututsaya.”(berusaha
menjelaskan)
Perawat :(tersenyum)“iya, itu juga karna bantuan ibu siti yang selalu
bersemangat untuk sembuh, dansemoga keadaan ibu sekarang bisa
berdampak baik pula pada kesembuhan luka yang ibu siti alami.”
Pasien : “amin.”
Perawat : “ohya, apakah ibu sudah mandi pagi ini?.”
Pasien : “belum.”(menggelengkan kepala)
Perawat : “baiklah, karena pagi ini ibu belum mandi, dan sepertinya keadaan
ibu tidak memungkinkanuntuk mandi sendiri, saya akan memandikan
ibu siti pagi ini, agar ibu merasa lebih segar dan ibu bisa cepat sembuh.
Kita melakukan disini saja, tidak lama kira-kira 20 menit. Bagaimana,
apakah ibu bersediah??.”
Pasien : “iya mbak.”
Perawat : “baiklah saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu.”(meninggalkan
ruangan pasien)
Setelah proses memandikan ..
Perawat : “Bagaimana perasaan ibu setelah dimandikan pagi ini? Apa yang ibu
rasakan.
Pasien : (tampak segar, rambut, dan pakaian tampak rapi.)”rasanya segar
sekali mbak, terasa bersih sekali badan saya.”
Perawat :“baiklah bu siti, saya sudah selesai memandikan ibu, untuk nanti sore
atau besok pagi apabilaibu ingin mandi ibu bisa melakukannya seperti
yang saya lakukan tadi, dengan minta bantuan ke keluarga ibu, apakah
ibu mengerti?.”(dengan wajah menanyakan)
Pasien : “iya mbak.”
Perawat : “ibu, setelah ini kemudian saya akan melakukan perawatan luka
untuk membersihkan luka ibukembali.apakah ibu bersedia.?”
Pasien : “iya mbak.”
Perawat : “baiklah bu, saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu.”(pergi
keluar ruangan pasien dankembali lagi untuk melakukan perawata
luka)

Siang hari pukul 14.00 ..

Fase Terminasi
Perawat : “selamat siang bu siti?.”(tersenyum)
Pasien : “iya,selamat siang.”(tersenyum)
Perawat :“bagaimana keadaan ibu sekarang?.”
Pasien :“alhamdulillah mbak terasa lebih baik.”(sedikit tersenyum dan
mengambil posisi duduk)
Perawat : “iya ibu, karna keadaan ibu sekarang sudah membaik dan luka yang
ibu alami sudah. Dalam tahap penyembuhan saja, kata dokter hari ini
ibu sudah boleh pulang.”(tersenyum)
Pasien : (tersenyum) ”iya mbak.”
Perawatan : “Apakah ada pertanyaan ibu?.”
Pasien : “tidak, hanya saya minta bantuan kepada mbak untuk menghubungi
keluarga saya agar menjemput saya sore ini.”
Perawat : “baiklah bu siti saya akan melakukannya, apakah ada yang lain bu?.”
Perawat : “oh ya, terimah kasih ya mbak atas perawatannya selama
ini.”(tersenyum)
Perawat :“oo..”(sedikit tertawa) “sama-sama ibu siti,ini sudah menjadi
kewajiban saya sebagai seorang perawat untuk merawat dan melayani
ibu sebaik mungkin.”
Pasien : (tersenyum)
Perawat :“baiklah bu siti saya permisi dahulu, semoga dirumah ibu siti bisa
kembali sehat dan dapat kembali beraktivitas.selamat
siang...!”(terseyum dan meninggalkan ruangan pasien)
Pasien : “iya selamat siang.”
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/306475189/MAKALAH-KEPERAWATAN

https://wijanarkosite.wordpress.com/2016/01/01/makalah-komunikasi-terapeutik/

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/komunikasi_terapeutik.pdf

http://pelajaralways.blogspot.com/2016/03/dialog-komunikasi-terapeutik-perawat.html?m=1

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/9000/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai