Disusun oleh :
Riko
Riki
Iman
Windri Dewi Ayu
Nevi
Sandi
Regina
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi merupakan suatu sistem yang saling mempengaruhi antar anggota
dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi
adalah proses penggabungan pekerjaan yang harus dilakukan individu atau
kelompok-kelompok dengan bakat-bakat yang diperlukan untuk melakukan tugas-
tugas sedemikian rupa, memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang
efisien, sistematis, positif, dan terkoordinasi dari usaha yang tersedia (Oliver
Sheldon, 1923)
Di dalam organisasi pasti ada sumber daya manusia sebagai elemen penting
yang ada di organisasi tersebut. Dan didalam organisasi pun terdapat kinerja dari
pekerja yang bekerja di organisasi tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja pekerjaan. Keterampilan dan kemampuan, persepsi, sikap, karakteristik
kepribadian merupakan beberapa contoh dari perbedaan individu yang
memainkan peran dalam pembentukan kinerja. Sebagai tambahan, arah, intensitas,
dan ketekunan dari motivasi individu memainkan suatu peranan penting, demikian
juga dengan sistem evaluasi dan sistem penghargaan yang digunakan.
Saat ini kita ketahui bahwa pekerja sering berpindah tempat kerja dan kurang
produktif dalam bekerja. Hal ini salah satunya karena banyak pekerjaan yang
bersifat monoton . Pekerjaan yang dilakukan orang dalam organisasi merupakan
pembentuk semua struktur organisasi. Kita perlu menjelaskan tugas apa yang
seharusnya dilakukan oleh masing-masing individu. Akan tetapi kita juga tertarik
untuk melakukan pekerjaan secara efektif dan kita perlu memahami penyebab dari
kinerja pekerjaan yang efektif dan tidak efektif.
Suatu penyebab utama kinerja pekerjaan yang efektif adalah perancangan
pekerjaan apa yang kita dapatkan ketika kita memperjelas apa yang seharusnya
setiap karyawan lakukan. Dalam pengertian yang lebih teknis, perancangan
pekerjaan atau biasa dikenal dengan job designmerujuk pada proses dimana
manajer menetapkan tugas dan otoritas karyawan. Pekerjaan dapat menjadi
sumber stres psikologis dan bahkan ketidakseimbangan mental dan fisik. Oleh
karena itu,kesejahteraan organisasi dan orang di dalamnya berhubungan dengan
seberapa baik manajemen merancang pekerjaan (job design)
Perancangan pekerjaan (job design) merujuk pada tahap pertama saat
manajemen menciptakan suatu pekerjaan dengan merinci tugas dan tanggung
jawabnya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan berkembangnya alat dan
proses yang baru, ekspektasi manajemen dalam pekerjaan tersebut akan berubah
(sehingga pekerjaan tersebut akan dirancang ulang). Dalam pembahasan ini,
konsep job designdiimplementasikan melalui pendekatan job enlargement dan job
enrichment. Job enrichment merupakan sebuah konsep yang merujuk pada
pengembangan pekerjan secara vertikal. Sedangkan job enlargementmerupakan
konsep pekerjaan yang lebih kearah horizontal. Untuk lebih jelasnya mengenai
konsep-konsep dari job design, job enlargement dan job enrichment akan dibahas
pada bab selanjutnya.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian job design
2. Mengetahui tujuan job design
3. Mengetahui unsur-unsur dari job design
4. Mengetahui metode job design
5. Mengetahui pengertian job rotation
6. Mengetahui pengertian Job enlargement
7. Mengetahui pengertian Job enrichment
BAB II
PEMBAHASAN
Job Design (desain pekerjaan) adalah suatu alat untuk memotivasi dan
memberi tantangan pada karyawan. Oleh karena itu perusahaan perlu memiliki
suatu sistem kerja yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan secara
efektif dan efisien yang dapat merangsang karyawan untuk bekerja secara
produktif, mengurangi timbulnya rasa bosan dan dapat meningkatkan kepuasan
kerja, desain pekerjaan terkadang digunakan untuk menghadapi stress kerja yang
dihadapi karyawan (Sulipan, 2000).
Job design adalah pengorganisasian tugas-tugas, wewenang, dan tanggung
jawab ke dalam suatu unit pekerjaan yang produktif (Mathis et al, 2004). Faktor
penting yang dicermati dalam job design adalah “content of jobs and the effect of
jobs on employees.”
Perancangan pekerjaan (job design) adalah proses menentukan tugas tugas
spesifik untuk dikerjakan, metode-metode yang dipakai dalam menjalanakn tugas-
tugas tersebut, dan cara pekerjaan yang bersangkutan berhubungan dengan
pekerjaan lain dalam organisasi (Mondy, 2008)
Desain pekerjaan mutlak dimiliki oleh setiap perusahaan karena dalam desain
pekerjaan yang dilakukan adalah merakit sejumlah tugas menjadi sebuah
pekerjaan agar pekerjaan yang dilakukan menjadi terarah dan jelas. Menurut
(Sunarto, 2005) desain pekerjaan memiliki tujuan agar :
a. Efisiensi operasional, produktifitas dan kualitas pelayanan menjadi optimal.
2) Aliran kerja dipengaruhi oleh sifat komoditi yang dihasilkan oleh suatu
organisasi atau perusahaan guna menentukan urutan dan keseimbangan pekerjaan.
Job Job
Job Rotation
Enlargement Enrichment
Pekerjaan
Sempit Sempit
· Definisi Luas
Berulang- Berulang-
· Sifat Berubah
ulang ulang
· Kompleksitas Banyak
Terbatas Terbatas
· Variasi Banyak
Beberapa Beberapa
Pengambilan
Terbatas Terbatas Besar
Keputusan
Tanggung Jawab Terbatas Terbatas Besar
Beban Horizontal Horizontal Horizontal
dan
Vertikal
Tabel 2. Metode Job Design. Sumber Asia Pacific Management Co. Ltd, 2004.
Job enrichment sangat berguna baik bagi para pekerja maupun bagi organisasi.
Dan beberapa keuntungan job enrichment tersebut antara lain:
a. Para pekerja mendapat penghargaan, pengakuan aktualisasi diri.
b. Para pekerja merasa bahwa ia merupakan bagian / milik dari organisasi.
c. Para pekerja menemukan pekerjaan yang berarti.
d. Job enrichment menurunkan jumlah ketidak hadiran, pergantian kerja dan
keluhan – keluhan..
e. Memotivasi para pekerja unuk memberikan kinerja terbaiknya.
Kelemahan atau kekurangan atau batasan job enrichment antara lain:
a. Dalam banyak kasus, job enrichment tidak memberikan hasil yang diharapkan.
b. Membuat banyak perubahan dalam pekerjaan. Banyak pekerja yang menentang.
c. Memiliki kegunaan yang terbatas bagi para manajer dan profesional / para ahli
yang sangat terampil. hal ini di karenakan pekerjaan mereka memang telah
menantang.
d. Persetujuan dari para pekerja tidak di ambil sebelum melaksanakan job
enrichment.
e. Para manajer memaksa para pekerja untuk menerima job enrichment, dan hal ini
sangatlah tidak baik.
2.7.4 Langkah-langkah Job Enrichment
1) Memastikan bahwa tujuan yang jelas dan dipahami oleh semua orang.
Pernyataan misi perusahaan secara keseluruhan harus dikomunikasikan kepada
semua. Tujuan individu juga harus jelas. Setiap karyawan harus tahu persis
bagaimana dia cocok ke dalam proses keseluruhan dan menyadari betapa
pentingnya kontribusi mereka kepada organisasi dan pelanggan.
Di sebuah rumah sakit ada seorang karyawan di unit rekam medik. Oleh pihak
rumah sakit ia akan dinaikan jabatannya sebagai pimpinan di unit tersebut.
Sebelum ia naik ke jabatan tersebut, rumah sakit meminta agar ia mengambil
kuliah untuk mendapatkan gelar S2 dan juga ia diminta agar
mengikuti training yang disediakan oleh rumah sakit tersebut. Hal itu berguna
untuk menambah wawasan dan kemampuan yang ia miliki, agar kemampuan
tersebut dapat digunakan untuk membantu memajukan unit rekam medik di rumah
sakit tersebut.
2.7.6 Perbedaan antara job enrichment dan job enlargement
Penjelasan :
a) Job enrichment merupakan pengembangan pekerjaan secara vertikal. Yang
dimaksud disini adalah pekerja dibekali lebih banyak tanggung jawab dalam
pekerjaannya seperti misalnya kontrol dan pengambilan keputusan. Sedangkan
job enlargement merupakan pengembangan pekerjaan secara horizontal. Yang
dimaksud disini adalah pekerja diberi beban kerja lebih banyak dari pekerjaan
sebelumnya. Pekerja bisa melakukan pekerjaan lebih dari satu jenis pekerjaan.
c) Dalam job enrichment pekerja merasa puas karena dia diibatkan dalam
proses manajemen (planning, organizing dan controlling) dan pekerja juga lebih
berkembang potensinya. Sedangkan dalam job enlargement pekerja hanya diberi
pekerjaan dan tambahan sehingga yang bertambah bukan keahlian melainkan
kesibukan.
d) Yang dimaksud job enrichment bergantung pada job enlargement,
adalah job enrichment merupakan perkembangan lebih lanjut dari job
enlargement.
2.7.7 Hubungan Antara Job Rotation, Job Enlargement dan Job Enrichment
Job Rotation, Job Enlargement dan Job Enrichment masing-masingmemiliki
perbedaan, tetapi ketiganya tetap saling terkait.
Job rotation merupakan alternatif dari job specialization. Job rotationbisa
mengurangi kebosanan pekerja dan juga memfasilitasi pemahaman tentang
organisasi. Job rotation berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Pekerjaan
bisa diputar dari yang paling mirip jenis pekerjaannya sampai yang sangat
berbeda.
Sebagai contoh seseorang yang mengurusi laporan penerimaan bisa berganti
posisi menjadi pengurus laporan pembayaran. Seorang pekerja dapat menjadi
bagian pemasaran pada tahun ini, dan menjadi agen penjualan pada tahun
berikutnya.
Keuntungan tambahan dari job rotation adalah pekerja yang menyelesaikan
bermacam-macam tugas dapat lebih memahami organisasi. Dan bisa mengisi
kekosongan pekerja yang absen. Jika pekerja tidak menyelesaikan pekerjaan
dengan baik, dan digantikan oleh pekerja yang lain, maka kesalahan lebih mudah
untuk diatasi segera. Kekurangan Job Rotation adalah mahal dalam melatih
pekerja, sebagian pekerjaan membutuhkan informasi yang tidak bisa di bagikan
kepada orang banyak dan juga sangat sulit untuk melatih pegawai untuk memiliki
sederet kemampuan.
Ketika job rotation tidak mudah untuk dilakukan karena kapasitas pekerjaan
dalam organisasi, job enlargement merupakan pilihan lain. Ide dasar job
enlargement adalah kita memberi tugas yang beraneka ragam untuk dikerjakan
oleh pekerja. Dengan kata lain job description pekerjaan mereka bercampur aduk
dari bermacam-macam pekerjaan. Mereka bertanggungjawab pada tugas yang
sama, tetapi juga berbeda. Meskipun job enlargement menciptakan lingkungan
yang baik pada organisasi dan pekerja, tetapi mereka berpendapat jika melakukan
pekerjaan yang banyak maka mereka juga harus dibayar dengan gaji tinggi.
Akibat masih adanya kekurangan dalam proses job enlargement yang
menyebabkan pekerja tidak bisa ikut serta dalam merencanakan, mengatur, dan
mengontrol tugas – tugas yang dia lakukan, maka dari itulah, muncul sebuah ide
untuk memperluas pekerjan yang dibebankan kepada setiap pekerja vertikal yakni
dengan cara menambahkan beberapa kewenangan manajer seperti penambahan
tanggung jawab tugas, perencanaan tugas dan kontrol kualitas kerja, yang biasa
dikenal sebagai job enrichment. Job enrichment tidak hanya meningkatkan
jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seorang pegawai, tetapi juga
meningkatkan kemampuan pegawai terhadap pekerjaan yang ditanganinya. Tugas
– tugas pekerjaan dalam situasi ini biasanya diberikan unit yang lengkap. Hal ini
memastikan bahwa otoritas dapat diserahkan kepada karyawan dengan cara
khusus untuk menyelesaikan tugas.
BAB III
Studi Kasus
Berdasarkan hasil kajian ruang rawat inap di Rumah Sakit (RS) X. terdapat
uraian tugas sebagai perawat sebagai Berikut:
A. Ketua tim di Instalasi Rawat Inap RS X
Uraian tugas ketua tim antara lain :
1) Bertanggung jawab atas terselengggaranya pelayanan pada setiap shiftjaga
2) Bersama kepala ruangan melaksanakan timbang terima pasien
3) Membagi kerja sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien
4) Melakukan pengkajian atau melengkapi pengkajian dan yang dibuat oleh PA
5) Menyusun rencana asuhan keperawatan
6) Mengikuti visite dokter
7) Mengorientasikan pada pasien baru
8) Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama anggota tim lain
9) Melakukan renpra yang sudah ditetapkan kepada perawat pelaksana dibawah
tanggung jawabnya sesuai dengan pasien yang dirawat
10)Melakukan bimbingan dan evaluasi pada perawat pelaksana dalam implementasi
tindakan apakah sudah dilaksanakan sesuai dengan renpra
11)Memonitor pendokumentasian askep yang dilakukan oleh perawat pelaksana
12)Melakukan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh perawat
pelaksana
13)Mengatur pelaksaaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
14) Melakukan evaluasi atau catatan perkembangan pasien pada setiapshift jaga
15) Memberi HE pada pasien di bawah tanggung jawabnya
16) Membuat rencana pasien pulang
17) Menyelenggarakan hand over yang didelegasikan oleh kepala ruangan
Analisis Kritis
A. Fungsi perawat
Fungsi adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya.
Tujuh Fungsi Perawat (Phanaeuf, 1972) dalam Ali (2012) meliputi :
1) Melaksanakaninstruksi dokter
2) Observasi gejala dan respon pasien yang berhubungan dengan penyakit dan
penyebabnya
3) Memantau pasien, menyusun dan memperbaiki rencana keprawatan secara
terus menerus berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien
4) supervisi semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien
5) mencatat dan melaporkan keadaan pasien
6) melaksanakan prosedur dan teknik keperawatan
7) memberikan pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesehatan
fisik dan mental
B. Peran Perawat
Peran perawat menurut CHS (1989) dalam Ali (2012) adalah tingkah laku
yang diharapkan orang lain terhadap perawat untuk berproses dalam sistem
sebagai berikut :
1) Pemberi asuhan keperawatan
2) Pembela pasien
3) Pendidik tenaga perawat dan masyarakat
4) Koordinator dan pelayanan pasien
5) Kolabolator dalam membina kerjasama dengan profesi lain dan sejawat
6) Konsultan pada tenaga kerja dan klien
7) Pembaharu sistem, metodologi, dan sikap
Peran perawat menurut Lokakarya Nasional (1983) dalam Ali (2012) antara
lain sebagai berikut :
1) Pelaksana pelayanan keperawatan
2) Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan
3) Pendidik dalam keperawatan
4) Peneliti dan pengembang keperawatan
Peran perawat menurut sosiolog antara lain sebagai berikut :
1) peran terapeutik : kegiatan yang ditujukan langsung pada pencegahan dan
pengobatan penyakit
2) expressive atau mother substitute role yaitu kegiatan yang bersifat
langsung dalam menciptakan lingkungan dimana pasien merasa aman, diterima,
dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat, menurut Johnson dan Martin
dalam Ali (2012), peran ini bertujuan untuk menghilangkan ketegangan dalam
pelayanan (dokter, perawat, dan sebagainya)
Dari studi kasus serta data diatas kita menganalisis bahwa Rumah Sakit
Umum Haji Surabaya lebih menerapkan job enlargement pada ketua tim perawat
maupun perawat pelaksana. Hal tersebut ditunjukkan melalui kebijakan rumah
sakit tersebut yang lebih banyak membebankan tugas kepada ketua tim perawat
serta perawat pelaksananya yang juga mendapatkan tugas tambahan selain tugas
pokoknya sebagai perawat.
Kelebihan dari penerapan sistim ini yaitu pada terlaksananya semua tugas
yang diberikan baik kepada ketua tim perawat maupun perawat pelaksana.
Sehingga jenis tugas yang dijalankan ketua tim perawat maupun perawat
pelaksana dari Rumah Sakit Haji Surabaya dapat dikatakan kompleks atau
mencakup berbagai hal (bervariasi) yang terkait peranan terhadap profesi perawat.
Kemudian kekurangan system manajemen di rumah sakit tersebut tidak
menerapkan job enrichment pada perawat pelaksana, karena perawat pelaksana
tidak mempunyai kebebasan untuk melaksanakan tugasnya, mereka lebih
cenderung menunggu keputusan dari ketua tim pelaksana. Banyaknya pekerjaan
yang dibebankan pada perawat pelaksana tidak dibarengi menambahnya tingkatan
tanggung jawab, sehingga perawat pelaksana terkesan hanya menuruti apa
ketentuan dari ketua pelaksana. Yang seharusnya dilakukan yaitu menerapkan job
enrichment dan job enlargement. Agar kerja perawat maksimal karena perawat
merasa dihargai dan mempunyai rasa tanggung jawab. Karena setelah dianalisis
kerja ketua tim dengan perawat pelaksana seolah perawat pelaksana hanya sebagai
pengikut peraturan saja.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Job design merupakan tahap awal untuk menciptakan pekerjaan dengan cara
merinci tugas dan tanggung jawab dalam suatu organisasi dengan menentukan
apa, kapan, dan bagaimana tugas tersebut dapat berjalan. Tujuan utama dari job
design adalah untuk efektifitas dan efisiensi sehingga pekerjaan dapat
terselesaikan dengan hasil yang maksimum. Dalam job design terdapat metode
yang ditawarkan untuk dapat mewujudkan efektifitas dan efisiensi tersebut. Job
rotation, job enlargement, dan job enrichmentmerupakan metode dari job design.
Job Rotation, Job Enlargement dan Job Enrichment masing-masingmemiliki
perbedaan, tetapi ketiganya tetap saling terkait. Job rotation bisa mengurangi
kebosanan pekerja dan juga memfasilitasi pemahaman tentang organisasi dengan
berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dari yang paling mirip jenis
pekerjaannya sampai yang sangat berbeda. Ketika job rotation tidak mudah untuk
dilakukan karena kapasitas pekerjaan dalam organisasi, job
enlargement merupakan pilihan lain dengan memberi tugas yang beraneka ragam
untuk dikerjakan oleh pekerja.
Sedangkan job enrichment merupakan upaya memperluas pekerjan yang
dibebankan kepada setiap pekerja vertikal yakni dengan cara menambahkan
beberapa kewenangan manajer seperti penambahan tanggung jawab tugas,
perencanaan tugas dan kontrol kualitas kerja, serta meningkatkan kemampuan
pegawai terhadap pekerjaan yang ditanganinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Daya Hariandja, Marihot Tua Efendi. (2007) Manajemen Sumber
Daya manusia : Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan
Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta: Grasindo.
Gomes, Faustino Cardoso. (2003) Manajemen Sumber Daya
Manusia.Yogyakarta: ANDI
Hasibuan, Malayu S.P. (2010) Manajemen Sumber Daya Manusia edisi
revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Handoko, T Hani. (2012) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE
Flippo, B. Edwin. (1989) Manajemen Personalia edisi keenam, diterjemahkan
oleh Moh Masud. Jakarta: Erlangga
Raymond J. Stone. (2005) Human Resource Management fifth edition.
Australia: John Wiley & Sons
Hariandja, Marihot Tua Effendi. (2002) Manajemen Manusia. Jakarta:
Encarnion, Roberto. (2010) Job Design. Dapat diakses
pada:http://edweb.sdsu.edu/people/arossett/pie/Interventions/jobdesign_2.htm