Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Komunikasi Fasilitatif”.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangunakan sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.................................................................................... 1
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
4
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..
1.8 Kesimpulan……………………………………….................. 8
1.9 Saran……………………….................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam
kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi
merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama
dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari
apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan,
ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah
merupakan kunci dalam komunikasi. Komunikasi merupakan fasilitatif praktek keperawatan.
Perawat dalam 24 jam prakteknya selalu berhubungan dengan klien dan relasi kerja apakah
itu perawat-klien, perawat-keluarga, perawat-perawat dan perawat-dokter serta perawat
dengan petugas kesehatan lain. Sehingga seorang perawat sudah seharusnya menyadari
bahwa setiap perilaku merupakan komunikasi baik verbal maupun nonverba
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini memiliki beberapa
rumusan masalah, yaitu :
1. Apa pengertian dari komunikasi?
2. Bagaimana proses komunikasi?
3. Apa saja yang menjadi hambatan komunikasi?
4. Apa saja jenis-jenis komunikasi?
5. Mengapa komunikasi menjadi inti kepemimpinan?
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi Fasilitatif
Teori komunikasi berhubungan dengan praktik keperawatan jiwa untuk tiga alasan utama.
2. Komunikasi adalah cara yang digunakan untuk mempengaruhi prilaku orla lain. Oleh karena
itu,
komunikasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan intervensi keperawatan karena proses
keperawatan ditujukan untuk meningkatkan perubahan perilaku adaptif.
3. Komunikasi adalah hubungan itu sendiri, tanpa komunikasi, hubungan terapeutik perawat-
pasien tidak mungkin tercapai.
Komunikasi Fasilitatif
Terdiri dari perilaku verbal, perilaku nonverbal, analisis masalah dan
teknik terapeutik.
ASPEK-ASPEK ANALISA KESADARAN DIRI PERAWAT
A. Kesadaran Diri
Helper yang efektif adalah mampu menjawab pertanyaan, siapa saya?
Perawat adalah orang yang care akan kebutuhan pasien baik biologi, psikologik dan
sosiokultural dengan melihat rata-rata penampilan yang dimilikinya. Perawat belajar tentang
kecemasan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan dalam membantu pasien terhadap
kontinyu sehat dan sakit.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perawat perlu menjawab
pertanyaan “siapa saya”. Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi dan perilakunya
secara pribadi maupun sebagai pemberi perawatan. Kesadaran diri akan membuat perawat
menerima perbedaan dan keunikan klien.
Campbell (1980) mendefenisikan kesadaran diri menurut model keperawatan
secara holistik meliputi komponen psikologik, fisik, lingkungan dan pilosopi :
1. Komponen psikologi
Termasuk pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri dan personaliti.
2. Komponen fisik
Adalah pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum, juga termasuk sensasi
tubuh, gambaran diri dan potensial fisik.
3. Komponen lingkungan
Berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain, dan
pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan alam.
4. Komponen pilosopi
Adalah perasaan tentang makna kehidupan. Pilosopi diri berupa tentang
kehidupan dan kematian baik yang disadari maupun tidak disadaritermasuk
kemampuan superior, tetapi juga meliputi tanggung jawab terhadap perilaku
baik secara etik dan nyata.
1 2
3 4
Kuadran 1 adalah kuadran yang terdiri dari perilaku, pikiran dan perasaan yang
diketahui oleh individu dan orang lain disekitarnya. Kuadran 2 sering disebut kuadran buta
karena hanya diketahui oleh orang lain. Kuadran 3 disebut rahasia karena hanya diketahui
oleh individu. Ada 3 prinsip yang dapat diambil dari Johari Window yaitu :
1. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain.
2. Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau kesadaran
dirinya kurang.
3. Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri yang
tinggi.
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara (Stuart dan Sundeen, 1987,h.98 –
99) yaitu :
1. Mempelajari diri sendiri. Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran,
perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan
hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi. Caranya meningkatkan
pengetahuan diri, diperlukan dengan belajar tentang diri sendiri. Individu perlu
menampilkan keikhlasan dalam menampilkan emosinya, identifikasi kebutuhan
dan kemampuan personal, dan penampilan bentuk tubuh terhadap kebebasan,
kegembiraan, dan spontan. Yang termasuk penampilan personal meliputi
pikiran, perasaan, memori dan rangsangan.
2. Belajar dari orang lain. Belajar dan mendengar orang lain. Pengetahuan
tentang diri tidak bisa diketahui oleh diri sendiri. Juga berhubungan dengan
orang lain, individu mempelajari diri sendiri, juga belajar untuk mendengar
secara aktif dan terbuka menerima umpan balik dari orang lain. Kesediaan dan
keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan
tentang diri sendiri. Aspek yang negatif memberi kesadaran bagi individu untuk
memperbaikinya sehingga individu akan selalu berkembang setiap menerima
umpan balik.
3. Membuka diri. Keterbukaan merupakan salah satu kriteria kepribadian yang
sehat. Untuk ini harus ada teman intim yang dapat dipercaya tempat
menceritakan hal yang merupakan rahasia.
Proses peningkatan kesadaran diri sering menyakitkan dan tidak mudah khususnya jika
ditemukan konflik dengan ideal diri. Tetapi merupakan tantangan untuk berubah dan
tumbuh.
B. Klarifikasi Nilai
Perawat harus mampu menjawab, apa yang penting untuk saya? Kesadaran membantu
perawat untuk sayang dan tidak menjauhi pasien dan membantu sesuai dengan
kebutuhannya.
Walaupun hubungan perawat – klien merupakan hubungan timbal balik, tetapi
kebutuhan klien selalu di utamakan. Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan
rasa aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dan
keamanannya.
Jika perawat mempunyai konflik, ketidakpuasan, sebaiknya perawat menyadari dan
mengklarifikasi agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan perawat – klien.
Dengan menyadari sistem nilai yang dimiliki perawat, misalnya kepercayaan, seksual,
ikatan keluarga, perawat akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan
sistem nilai yang dimiliki.
E. Altruisme
Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain? helper yang
baik harus interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara mencintai dari manusia
tersebut. Secara benar bahwa seseorang selama hidupnya membutuhkan kepuasan dan
penyelesaian dari kerja yang dilakukan. Tujuannya mempertahankan keseimbangan antara
kedua kebutuhan tersebut.
Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri
sendiri
Efektif “helper”
o Interes pada orang lain
o Membantu dengan tulus dan cinta kasih
o Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain
Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara
altruistik diri juga tidak menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau
pengingkaran secara praktis atau pengorbanan diri.
Akhirnya, altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang
dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya
adalah semua profesional harus dapat membantu orang lain dalam pemberian pelayanan dan
mengembangkan kemampuan sosial. Secara legitimasi diperlukan peran perawat dalam
melakukan pekerjaannya untuk mengadakan perubahan struktur yang besar dan proses
perubahan sosial dalam meningkatkan kesehatan individu dan kemampuan dirinya.
Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab untuk merubah
perilaku. Dimana harus diketahui batasan dan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Juga
dilakukan oleh anggota tim kesehatan, perawat yang setiap waktu siap untuk menggali
pengetahuan dan kemampuan dalam menolong orang lain; sumber-sumber yang digunakan
guna dipertanggung jawabkan.