Anda di halaman 1dari 22

Makalah Tekhnik dan Pengembangan Diri Perawat dalam

Menggunakan Komunikasi Terapeutik

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Mahajjatul Aliyah Putri / 151911913130


2. Idheanita Belinda E. A / 151911913176
3. Kaldera Yugi Perdana Febryanto /151911913151
4. Haris Rasyid Rusfa Pradana / 151911913197

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS VOKASI
PRODI D-III KEPERAWATAN GRESIK
TAHUN AJARAN 2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang

telah memberi kesempatan, taufik dan hidayah, serta inayahnya sehingga tugas

makalah Pendidikan Antropologi dengan judul “Komunikasi dalam Keperawatan”

ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar

Muhammad SAW. Keluarganya berserta para sahabatnya yang telah membimbing

kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi

oleh Allah SWT.

Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada teman-teman

kami yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk menyelesaikan

makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan

kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah yang

sangat sederhana ini.

Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik

demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya. Semoga makalah ni dapat berguna

dan bemanfaat untuk kita semua. Amin

Gresik , 5 Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................................................1

Kata Pengantar...........................................................................................................................2

Daftar Isi ...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................

2.1 Tekhnik Komunikasi Terapeutik 6


2.2 Pengembangan Diri Perawat dalam Penggunaan Diri Secara Terapeutik 11
2.3 Hambatan Komunikasi Terapeutik 16
2.4 Tahap – Tahap Hubungan Terapeutik Perawat kepada Klien 19

BAB III PENUTUP....................................................................................................................

3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan dengan
orang lain dalam menjalani hidupnya. Dalam hal ini, komunikasi menjadi sangat
penting, karena merupakan upaya seseorang dalam menjaga dan mempertahankan
dirinya untuk tetap berinteraksi dengan orang lain. Seseorang dalam melakukan
proses komunikasi akan melibatkan perilaku dan interaksi antar individu.
Effendy O.U (2002) dalam Suryani (2005) menyatakan ada lima komponen
dalam komunikasi yaitu; komunikator, komunikan, pesan, media dan efek.
Komunikator (pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau
melalui media kepada komunikan (penerima pesan) sehingga timbul efek atau akibat
terhadap pesan yang telah diterima. Selain itu, komunikan juga dapat memberikan
umpan balik kepada komunikator sehingga terciptalah suatu komunikasi yang lebih
lanjut.
Pada profesi keperawatan dikenal istilah komunikasi terapeutik. Komunikasi
ini harus dimiliki oleh seorang perawat untuk digunakan pada saat pengumpulan data
pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan dalam mempengaruhi
klien untuk mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring, memberikan rasa
nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien. 
Proses komunikasi terapeutik dibangun berdasarkan hubungan saling percaya
perawat terhadap klien dan keluarganya. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan
Amsyari (1995) menegaskan bahwa seorang perawat yang beragama, tidak dapat
bersikap masa bodoh, tidak peduli terhadap pasien, seseorang (perawat)  yang
tidak care dengan orang lain (pasien) adalah berdosa. Seorang perawat yang tidak
menjalankan profesinya secara profesional akan merugikan orang lain (pasien), unit
kerjanya dan juga dirinya sendiri.

4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam makalah
ini adalah :
1. Bagaimana penerapan tekhnik komunikasi terapeutik yang digunakan perawat
dalam menjali interaksi dengan pasien dan keluarga pasien?
2. Bagaimana seorang perawat dalam melakukan pengembangan diri
menggunakan komunikasi terapeutik?
3. Apa saja hambatan dalam melakukan komunikasi terapeutik?
4. Apa saja tahapan dalam melakukan hubungan komunikasi terapeutik perawat
terhadap klien atau pasien?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan agar :
1. Untuk mengetahui bagaimana seorang perawat dalam menerapkan tekhnik
dan melakukan pengembangan diri menggunakan komunikasi terapeutik
untuk berinteraksi dengan pasien ataupun keluarganya.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang hambatan dalam
melakukan komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tahapan yang harus dilakukan
seorang perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Teknik Komunikasi Terapeutik


Kita tahu bahwa setiap klien itu tidak sama, oleh karenanya diperlukan penerapan
teknik komunikasi yang berbeda pula. Teknik komunikasi berikut ini, terutama
menggunakan referensi dari Shives (1994), Stuart dan Sundeen (1995), Wilson dan
Kneisl (1992), yaitu
1)     Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien, menyampaikan pesan non verbal bahwa
perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan
dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan
verbal dan non verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan
mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan :
 pandang klien ketika sedang berbicara,
 pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan,
 sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki
atau tangan,
 hindarkan gerakan yang tidak perlu,
 anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan
umpan balik,
 condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

2)     Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak
setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua perilaku
klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau

6
menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap
perawat yang menerima apa yang dikatakan klien.
 Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
 Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.
 Memastikan bahwa isyarat non verbal cocol dengan komunikasi verbal.
 Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba
untuk mengubah pikiran klien.
 Perawat dapat menganggukkan  kepalanya atau berkata “ya”, “saya
mengikuti apa yang Anda ucapkan “ (Cook, 1997).

3)     Menanyakan pertanyaan yang berkaitan


Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang
dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama
pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.

4)     Mengulang ucapan klien dengan menggunakan  kata-kata sendiri


Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan
komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan
metode ini, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai
arti yang berbeda.

5)     Mengklarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan
untuk mengklarifikasikan dengan menyamakan pengertian, karena informasi
sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat
sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkret dan
mudah dimengerti klien.

7
6)   Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutuskan pembicaraan
berlanjut tanpa informasi yang baru.

7)   Menyatakan hasil observasi


Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih
jelas tanpa harus bertanya, memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

8)   Menawarkan informasi
Tambahan informasi memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap
keadaannya., memberikan tambahan informasi merupakan penyuluhan kesehatan bagi
klien perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu
mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasihat kepada klien
ketika memberikan informasi, tetepi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

9)   Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi
pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan ketrampilan dan ketepatan waktu,
jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses
informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.

10) Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas

8
sebelum meneruskan pada pembicaraan selanjutnya. Meringkas pembicaraan
membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat
melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.

11) Memberikan penghargaan
Memberikan salam kepada klien dengan menyebutkan namanya, menunjukkan
kesadaran tentang perubahan yang terjadi, menghargai klien sebagai manusia
seutuhnya mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan
sampai klien berusaha keras melakukan segalanya demi mendapatkan pujian dan
persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan
bahwa yang ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”.
Peplau mengatakan: “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat
dapat mengatakan yang demikian”.

12) Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain, atau
klien tidak mampu untuk membuat dirinya mengerti. Seringkali perawat hanya
menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, teknik komunikasi ini harus dilakukan tanpa
pamrih.

13) Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan


Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan. Biarkan klien merasa bahwa dia yang memimpin pembicaraan. Untuk
klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang peranannya dalam interaksi ini,
perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia
diharapkan untuk membuka pembicaraan.

9
14) Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang
mengidentifikasi bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan
tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk
menafsirkan daripada mengarahkan diskusi/pembicaraan.

15) Menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan


Mengurutkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk
melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun
perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang
pertama. Perawat akan dapat menemukan pola kesukaran interpersonal, dan
memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam
memenuhi kebutuhannya.

16) Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya


Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segalanya dari
perspektif. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat.
Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala
ansietas.

17) Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang
harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan, maka perawat dapat menjawab:
“Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian
perawat mengidentifikasi bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien
mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya, untuk membuat keputusan, dan
memikirkan dirinya sendiri. Menyadari bahwa perawat mengharapkan klien untuk
mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah

10
manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang
terintegrasi dan bukan sebagai bagian daripada orang lain.
2. 2 Pengembangan Diri Perawat dalam Penggunaan Diri Secara Therapeutic

Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan


dalam bentuk komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui
fungsi komunikasi dan sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam
komuikasi dengan klien. Hal-hal yang harus kita lakukan saan berhadapan dengan
pasien adalah :

1. Menghadirkan diri
Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi, tetapi
yang sangat penting adalah sikap dan penampilan komunikasi. Kehadiran fisik,
menurut Evans mengidentifikasi 4 sikap dan cara untuk menghadirkan diri secara
fisik, yaitu:
Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap utnuk anda"
Mempertahankan kontak mata : berarti mengahargai klien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi.
Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau mendengar
sesuatu
Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam merespon klien
Adapun fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan menurut Engel dan
Morgen yaitu
1.      Komunikasi dapat membina hubungan saling percaya dengan klien,
2.      Komunikasi dapat menetapkan peran dan tanggungjawab antara perawat-klien,
3.   Komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat dan akurat
dari klien.

11
    2.      Dimensi respon
Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, simpati
dan konkrit. Dimensi respon sangat penting pada awal hubungan klien untuk
membina hubungan saling percaya dan komunikasi terbuka. Respon ini terus
dipertahankan sampai pada akhir hubungan.
A. Keikhlasan
Perawat menyatakan keikhlasan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan
berperan aktif dalam hubungan dengan klien
B. Menghargai
Rasa menghargai dapat diwujudkan dengan duduk diam bersama klien yang
menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien.
C. Empati
Perawat memandang dalam pandangan klien, merasakan melalui perasaan klien dan
kemudian mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah
tersebut
D. Konkrit
perawat menggunakan terminologi yang spesifik, bukan abstrak. Fungsinya yaitu,
mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien, memberikan penjelasan
yang akurat dan mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik.

    3. Dimensi Tindakan


Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional
katarsis, dan bermain peran (Stuart da Sundeen, 1987 : 131).
A. Konfrontasi
·   Konfrontasi adalah perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai.
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan,
sikap, kepercayaan, dan perilaku. Konfrontasi sangat diperlukan klien yang telah

12
mempunyai kesadaran tetapi belum merubah perilakunya. Konfrontasi juga
merupakan proses interpersonal yang digunakan oleh perawat untuk memfasilitasi,
memodifikasi dan peluasan dari gambaran diri orang lain.
Tujuan dari konfrontasi : agar orang lain sadar adanya ketidaksesuaian pada
dirinya
Dua bagian konfrontasi
1) Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif/merusak
2) Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang lebih
produktif dengan jelas dan konstruktif

· Waktu yang tepat dilakukkannya konfrontasi


 Tingkah lakunya tidak produktif
 Tingkah lakunya merusak
 Ketika mereka melanggar hak kita atau hak orang lain

Cara melakukan konfrontasi


 Clarify : membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengerti
 Articulate : dapat mengekspresikan opini diri sendiri dengan kata – kata yang
jelas
 Request : permintaan
 Encourage : memberikan support, harapan dan kepercayaan

Tiga kategori konfrontasi yaitu:


1) Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal
diri (cita-cita/keinginan klien)
2) Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien
3) Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan perawat

B. Kesegeraan

13
Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan
segera. Kesegeraan terjadi jika interaksi perawat klien difokuskan dan digunakan
untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat
harus sensitive terhadap perasaan klien dan berkeinginan untuk membantu dengan
segera

C. Keterbukaan perawat
·       Membuka diri adalah membuat orang lain tahu tentang pikiran, perasaan,
pengalaman pribadi kita. Membuka diri diperlukan saat perawat ingin
meningkatkan pemahaman, kekuatan dan kepercayaan klien. Perawat membuka
diri tentang pengalaman yang sama dengan pengalaman klien. Tukar pengalaman
inim memberi keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan
memberikan sokongan.
 Cara membuka diri :
- Mendengar
- Empati
- Membuka diri
- Mengecek

D. "Emosional Catharsis"
Emosional katarsis tejadi jika klien diminta untuk bicara tentang hal yang
menganggu dirinya. Perawat harus megkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan
masalahnya. Jika klien mengalami kesukaran dalam mengekspresika perasaannya,
perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada
situasi klien. Jika klien menyadari bahwa ia mengekspresikan perasaan dalam
suasan menerima dan aman maka klien akan memperluas kesadaran dan
penerimaan pada dirinya. Klien didorong untuk membicarakan hal – hal yang
sangat mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik. Disini perlu
pengkajian dan kesiapan klien untuk mendikusikan masalahnya. Jika klien sulit

14
mengungkapkan perasaannya perawat perlu membantu mengekspresikan
perasaannya jika ia berada pada situasi klein

E. Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu ini berguna untuk
meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari
pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani antara pikirandan perilaku
serta klien merasa bebas mempraktekan perilaku baru pada lingkungan yang
nyaman. Tindakan untuk membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan
penghayatan klien kedalam hubungan manusia dan memperdalam
kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga
memperkenalkan klien untuk mencobakan situasi baru dalam lingkungan yang
aman.

    4.      Mendengarkan Secara aktif ( Active Listening )


Menjadi pendengar yang baik merupakan keterampilan dasar
d a l a m   melakukan hubungan perawat-klien. Ellis Gates, and
Konworthy menjelaskan bahwa mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian
akanmenunjukkan pada orang tersebut bahwa apa yang dikatakannya merupakanhal
yang penting dan dia adalah orang yang berarti. Mendengarkan
jugamenunjukkan pesan “Anda bernilai untuk saya” dan “Saya tertarik
untuk mendengarkan anda ”S e l a m a mendengarkan secara aktif,
perawat mengikuti apa y a n g   dibicarakan klien dan
memperhatikannya.  
Mendengarkan secara aktif ini terdiri dari empat tahap, membuka diri,
mendefinisikan masalah, menentukan tujuan, dan mengevaluasi tujuan. Ada saat
perawat berada dalam kondisi pseudolistening. Kondisi pseudolistening tersebut antara
lain:
a.   Diam untuk mempersiapkan apa yang akan dikatakan pada pembicara
selanjutnya.

15
b.      Mendengarkan orang lain agar didengarkan
c.   Mendengarkan hanya informasi tertentu saja
d.   Memperlihatkan seolah-olah tertarik padahal tidak  
e.   Mendengarkan hanya agar klien tidak merasa kecewa
f.       Mendengarkan agar tidak ditolak  
g.         Mendengarkan untuk mencari kelemahan lawan bicara supaya
bisamempunyai nrespons yang kuat

    5.      Terapeutik Impasses


Therapeutic impasses atau kebuntuan terapeutikmerupakan hambatan
kemajuan hubungan perawatdan klien yang terdiri dari:
a.     Resistensi
Konsep resistensi meliputi menarik diri, bermusuhan,agresif, manipulasi, sikap yang
tak terpengaruh,sangat tergantung dan transference sertacountertransference

b.   Transference
Pemindahan pikiran, perasaan dan tingkah lakuyang berhubungan dengan significat
others darimasa kanak-kanak seseorang kedalam hubungansaat ini

c.    Countertransference
Reaksi perawat terhadap klien yang berdasaripada kebutuhan, konflik, masalah dan
pandanganmengenai dunia yang tidak disadari perawat

d.     Pelanggaran Batas


Jika perawat berusaha memenuhi kebutuhan pribadi melalui hubungan dengan klien,
maka batasan profesional berarti telah dilanggar, jika hal ini terjadi maka hubungan
menjadi tidak terapeutik. Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas
hubungan yang terapeutik dan membina hubungan sosial ekonomi, atau personal
dengan klien

16
2.3 Hambatan Komunikasi Terapeutik :
1. Masalah Penglihatan
Masalah penglihatan pasien, terutama pasien lansia tentunya juga akan
memberikan pengaruh pada lambatnya komunikasi terapeutik yang dilakukan.
Namun masalah ini dapat diatasi dengan lebih menaikkan volume suara yang
digunakan ketika berbicara selama indra pendengaran pasien masih berfungsi
dengan baik.

2. Dominasi dalam Pembicaraan


Komunikasi ini juga bisa terhambat jika pasien bukanlah tipe pendengar yang
baik. Pasien yang dihadapi seringkali adalah tipikal yang selalu ingin menjadi
orang yang mendominasi dan tokoh utama dalam sebuah topik pembicaraan.
Meskipun kurang nyaman, namun ada baiknya pula jika perawat menjadi
pendengar yang baik agar pasien menjadi lebih nyaman. Ketika ia sudah
selesai berbicara, barulah bergantian perawat yang berbicara sehingga pasien
merasa lebih dihargai dan dihormati.

3. Mudah Tersinggung
Beberapa pasien yang diajak berkomunikasi kadang kala menjadi sangat
mudah tersinggung. Hal ini bisa terjadi karena memang sifat pasien atau efek
obat-obatan yang membuatnya menjadi mudah emosi. Dalam komunikasi
yang menyebabkan pasien yang mudah tersinggung seperti ini, perawat
sebaiknya lebih banyak meminta maaf agar pasien menjadi lebih nyaman
dalam berkomunikasi, bahkan meskipun perawat tersebut tidak memiliki
kesalahan.

4. Trauma Masa Lalu


Pasien yang memiliki trauma pada masa lalunya juga akan menjadi hambatan
dalam komunikasi terapeutik yang dilaksanakan. Maka dari itu, diperlukan
pengetahuan yang cukup mengenai riwayat medis atau latar belakang pasien
sebelum melakukan komunikasi terapeutik.

5. Keterbatasan Fisik
Pasien yang memiliki keterbatasan fisik juga akan menjadi hambatan dalam
komunikasi terapeutik. Salah satunya adalah masalah pendendengaran
tentunya menjadi hambatan besar dalam komunikasi terapeutik. Hal ini bisa
diatasi dengan menaikkan volume suara atau pasien diberikan alat bantu
dengar jika sudah terlalu parah.

17
6. Masalah Sepele
Beberapa pasien sering menganggap remeh atau sepele pada perawat yang
berusaha melakukan komunikasi dengannya. Sikap sepele ini biasanya sering
ditemukan pada pasien yang telah lanjut usia. merasa lebih tua dan lebih bijak
dalam menghadapi kehidupan membuat mereka sering cuek dan tidak peduli
pada perawat yang lebih muda sehingga terkesan sepele. Sikap sepele ini
hanya bisa diatasi dengan kelembutan dan kesabaran dari perawat yang
melakukan komunikasi terapeutik.

7. Menyerang Perawat
Menyerang disini bukan mempunyai arti berupa serangan fisik, namun lebih
kepada serangan mental. Pasien seringkali secara sadar maupun tidak sadar
mempertahankan hak mereka dengan menyerang perawat. Serangan yang
dilakukan berupa penghinaan dengan menyalahkan perawat sehingga seolah-
olah mereka adalah yang paling benar. Kondisi ini cukup sulit untuk dihadapi
karena keegoisan yang tinggi.

8. Stres
Pasien yang sedang menjalankan pengobatan akan sangat rentan mengalami
stres. Pasien yang mengalami stres akan lebih mudah jatuh ke dalam emosi,
baik mudah marah atau menangis sehingga menyebabkan komunikasi menjadi
kacau. Meskipun pasien dapat menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan
perwat, tapi jika pasien dalam kondisi stres, maka jawaban yang ia berikan
pun tidak berasal dari kesadarannya.

9. Mempermalukan Perawat
Hambatan lain yang perlu diwaspadai adalah sikap pasien yang kadang justru
mempermalukan perawat. Hal ini sering terjadi pada perawat yang merawat
pasien dalam usia lanjut. Secara sadar dan tidak sadar, mereka berusaha
terlihat lebih kuat dan lebih berwewenang dibandingkan perawat. Kondisi ini
justru akan semakin memperburuk komunikasi terapeutik yang dilakukan
bahkan bisa saja karena rasa sakit hati yang dialami oleh perawat.

10. Lupa
Bagi perawat yang melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien lanjut
usia, salah satu hambatan yang sering dijumpai adalah penyakit lupa. Lupa
atau pikun yang dialami oleh perawat harus mengulangi apa yang telah
dikatakannya. Bahkan terkadang puluhan kali berbicara pun, pasien juga bisa
lupa.

18
11. Ketidaksabaran Perawat
Adakalanya hambatan yang terjadi dalam komunikasi terapeutik bukan hanya
berasal dari pasien, tapi juga dari perawat itu sendiri. Beberapa perawat ada
yang tidak memiliki kesabaran dalam melaukan komunikasi terapeutik.
Ketidaksabaran inilah yang menyebabkan terhambatnya bahkan terputusnya
komunikasi terapeutik yang dijalankan.

12. Wawasan yang Kurang


Komunikasi terapeutik juga harus didukung dengan wawasan yang baik oleh
perawat. Wawasan disini maksudnya adalah kemampuan dalam menggunakan
dan mengaplikasikan ilmu dalam komunikasi terapeutik. Jika wawasan
perawat kurang, maka komunikasi terapeutik yang dilakukan tentunya juga
tidak dapat berjalan dengan baik.

2.4 Tahap – Tahap Hubungan Terapeutik Perawat kepada Klien :


1. Tahap Pre–interaksi
Tahap ini merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan pasien.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah menggali perasaan, fantasi dan rasa
takut dalam diri sendiri, mengumpulkan data tentang klien jika
memungkinkan, dan merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien

2. Tahap Orientasi
Yakni tahap dimana pertama kali bertemu dengan klien. Tugas perawat dalam
hal ini yaitu, menetetapkan alasan klien untuk mencari bantuan, membina rasa
percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka, menggali pikiran, perasaan, dan
tindakan-tindakan klien; mengidentifikasi masalah klien, dan merumuskan
bersama kontrak yang bersifat saling menguntungkan dengan mencakupkan
nama, peran, tanggung jawab, harapan, tujuan, tepat pertemuan, kondisi untuk
terminasi dan kerahasiaan.

3. Tahap Kerja
Tahap dimana perawat memulai kegiatan komunikasi. Tugas perawat pada
tahap ini adalah menggali stresor yang relevan; meningkatkan pengembangan
penghayatan dan penggunaan mekanisme koping klien yang konstruktif; serta
membahas dan atasi perilaku resisten.

4. Tahap Terminasi

Tahap dimana perawat akan dihentikan interaksi dengan klien, tahap ini bisa
merupakan tahap perpisahan atau terminasi sementara ataupn perpisahan atau

19
terminasi akhir. Tugas perawat pada tahap ini yaitu, membina realitas tentang
perpisahan; meninjau kemampuan terapi dan pencapaian tujuan-tujuan; serta
menggali secara timbal balik perasaan penolakan, kesedihan dan kemarahan
serta perilaku yang terkait lainnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat.
Komunikasi terapeutik bukanlah hanya salah satu upaya yang dilakukan oleh
perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan kepada klien.
Untuk dapat melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan latihan dan
pengasahan keterampilan berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang
menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai. Ketika seorang
perawat berusaha untuk mengaplikasikan pengetahuan yang ia miliki untuk
melakukan komunikasi terapeutik, ia pada akhirnya akan menyadari bahwa
komunikasi terapeutik yang ia lakukan tidak hanya memberikan khasiat
terapeutik bagi pasiennya tetapi juga bagi dirinya sendiri.

3.2 Saran
1. Dalam melayani dan memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat
harus selalu berkomunikasi dengan klien atau pasien untuk mendapatkan
persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat hendaknya menggunakan
bahasa yang dimengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
komunikasi.

20
3. Sebelum terjun ke profesi keperawatan, seorang perawat harus memahami
betul segala sesuatu mengenai komunikasi terapeutik yang nantinya akan
digunakan dalam berinteraksi dengan klien.

Daftar Pustaka

 Cook, j.S., dan Fontaine, K.L. (1987). Essentials of Mental Health


Nursing. California :addition-Wesley Publishing Company.

 https://pakarkomunikasi.com/hambatan-dalam-proses-komunikasi-
terapeutik&hl=id-ID

 https://pustakakomunikasi/tahap-tahap-komunikasi-terapeutik.html?m
%3D1&hl=id-ID

 Kozier, B., dan Erb., G. (1992) Fundamental of Nursing : Concepts and


Procedure. (2 nd ed). California : Addition Wesley Publishing  Company

 Cormier, L.S, Cormier W.H dan Weisser, R.J.1984.Interviewing and Helping


Skills for Health Proffesionals.California : Wadsworth Health Scieness
Division.

 Hamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan

 Kozier B, dan Erb G.1983.Fundamental of Nursing : Concepts and Procedure


(2ed).California : Addison-Wesley Publishing Company

21
 Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995).Principles and Practise of Psychiatric
Nursing. St.
Louis: Mosby Year Book

22

Anda mungkin juga menyukai