Anda di halaman 1dari 20

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN

TERMINAL
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Komunikasi Dalam Keperawatan II

Dosen:

Ns Rika Safrika, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh:

Apri Annur
1911311017
2A 2019

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada saya, dan tak lupa shalawat dan salam tercurahkan
ke junjungan kita Nabi Muhammmad SAW, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
Komunikasi Dalam Keperawatan II tentang “Konsep Komunikasi Terapeutik Pada Pasien
Terminal”.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal, saya sebagai penyusun
makalah berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca yang untuk kedepannya dapat memperbaiki makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa saya sebagai
penyusun makalah masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya memohon maaf dan
menerima segala saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat berguna bagai saya
sebagai penulis maupun sebagai pembaca.

Padang, 4 November 2020

Apri Annur

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Definisi Komunikasi............................................................................... 3
2.2 Definisi KomunikasiTerapeutik.............................................................. 3
2.3 Definisi Penyakit Terminal..................................................................... 5
2.4 Tujuan Keperawatan Pasien dengan Kondisi terminal........................... 7
2.5 Tipe – tipe Perjalanan Menjelang Ajal.................................................... 8
2.6 Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian............................................... 8
2.7 Perawatan pada Pasien dengan Penyakit Terminal................................ 9
2.8 Peran Perawat dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik
Pada Pasien Terminal.............................................................................. 9
2.9 Teknik Komunikasi pada Pasien dengan Penyakit Terminal.................. 11
2.10 Tahapan – Tahapan saat Menyampaikan Berita – Berita Buruk……... 13
2.11 Teknik Menyampaikan Berita Buruk………………………………… 14
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu
membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari
bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan manusia
dengan manusia lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan kelompok
dengan kelompok inilah yang disebut sebagai interàksi sosial. Banyak pakar menilai bahwa
komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup
bermasyarakat. Komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk,
sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan
komunikasi. (Riswandi, 2009)
Komunikasi kesehatan menjadi semakin populer dalam upaya promosi kesehatan
selama 20 tahun terakhir. Contoh, komunikasi kesehatan memegang peranan utama dalam
pemenuhan 219 dari 300 tujuan khusus. Apabila digunakan secara tepat komunikasi
kesehatan dapat mempengaruhi sikap, persepsi, kesadaran, pengetahuan, dan norma sosial,
yang kesemuanya berperan sebagai prekursor pada perubahan perilaku. Komunikasi
kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku karena didasarkan pada psikologi
sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran untuk mengembangkan dan
menyampaikan promosi kesehatan dan pesan pencegahan. (Riswandi, 2009) Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan
untuk kesembuhan pasien. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi
sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang
diberikan berupa bantuan-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan
aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. (Mungin, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud komunikasi?
2. Apa yang dimaksud komunikasi terapeutik?
3. Apa saja teknik-teknik komunikasi terapeutik?
4. Apa yang di maksud dengan penyakit terminal?
5. Apa tujuan keperawatan pasien dengan kondisi terminal?
6. Bagaimana perawatan pada pasien dengan penyakit terminal?
7. Bagaimana peran perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik pada pasien
terminal?
8. Apa saja teknik-teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal?
9. Apa saja Tahapan – Tahapan dan Teknik dalam Menyampaikan Berita Buruk?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan yang dimaksud komunikasi.
2. Menjelaskan yang dimaksud komunikasi terapeutik.
3. Menjelaskan teknik-teknik komunikasi terapeutik.
4. Menjelaskan yang di maksud dengan penyakit terminal.
5. Mengetahui tujuan keperawatan pasien dengan kondisi terminal.
6. Mengetahui perawatan pada pasien dengan penyakit terminal.
7. Mengetahui peran perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik pada pasien
terminal.
8. Menjelaskan teknik-teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal.
9. Menjelaskan Tahapan – Tahapan dan Teknik dalam Menyampaikan Berita Buruk
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Komunikasi


Istilah ‘komunikasi’ (communication) berasal dari Bahasa Latin ‘communicatus’ yang
artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikasi menunjuk pada
suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Secara harfiah,
komunikasi berasal dari Bahasa Latin: “Communis” yang berarti keadaan yang biasa,
membagi. Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu proses di dalam upaya membangun
saling pengertian. Jadi komunikasi dapat diartikan suatu proses pertukaran informasi di antara
individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang
untuk membangun suatu hubungan, baik itu hubungan yang kompleks maupun hubungan
yang sederhana melalui sapaan atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal
yang dimiliki oleh seseorang menggambarkan secara utuh dirinya, perasaannya dan apa yang
ia sukai dan tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup,
membangun hubungan dan merasakan kebahagiaan. (Pendi, 2009)

2.2 Definisi Komunikasi Terapeutik


Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-pasien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan
bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi
professional mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien. (Suryani, 2005) Komunikasi
terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi interpersonal
adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan
ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien
menerima bantuan.
1. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Adapun tujuan komunikaasi terapeutik menurut Stuart & Sundeen (2009) meliputi :
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain.
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan yang realistis.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
e. Komunikasi terapeutik memberikan pelayanan prima (survey excellence atau tanpa
cacat), sehingga dicapai kesembuhan dan kepuasan pasien.
2. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Menurut Stuart & Sundeen (2009) adalah sebagai berikut :
a. Hubungan perawat dan pasien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’.
Hubungan ini tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong (helper/ perawat)
dengan pasiennya, tetapi hubungan antara manusia yang bermartabat.
b. Perawat harus menghargai keunikan pasien, menghargai perbedaan karakter,
memahami perasaan dan perilaku pasien dengan melihat perbedaan latar belakang
keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
c. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan
harga diri pasien.
d. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien adalah
kunci dari komunikasi terapeutik.
3. Jenis Komunikasi Terapeutik
Menurut Suparyanto (2010) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-
verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
a. Komunikasi Verbal Jenis
b. Komunikasi Tertulis
c. Komunikasi Non Verbal
4. Karakteristik Komunikasi Teraupetik
Menurut Suparyanto (2010), ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi
terapeutik yaitu :
a. Ikhlas (Genuiness)
b. Empati (Empathy)
c. Hangat (Warmth
5. Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
Adapun teknik-teknik komunikasi terapeutik menurut Stuart & Sundeen (2009) adalah
sebagai berikut :
a. Mendengar (Listening)
b. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
c. Mengulang (Restarting)
d. Klarifikasi
e. Refleksi
Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang
diekspresikan pasien dengan pengertian perawat.
 Refleksi perasaan, yang bertujuan memberi respon pada perasaan pasien
terhadap isi pembicaraan agar pasien mengetahui dan menerima perasaannya.
f. Memfokuskan
g. Membagi persepsi
h. Identifikasi Tema
i. Informing
j. Saran

2.3 Definisi Penyakit Terminal


Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu. (Carpenito,
2004) Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju kearah
kematian contohnya seperti penyakit jantung, dan kanker atau penyakit terminal ini dapat
dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up
(menyerah) dan penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
(Heelya, 2009) Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit
dimana tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah
tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien penyakit terminal harus
mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi
berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana
menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi yang sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu
dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
1. Kriteria Penyakit Terminal
Adapun kriteria penyakit terminal menurut Stuart & Sundeen (2009), adalah sebagai
berikut:
a. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi
b. Mengarah pada kematian
c. Diagnosa medis sudah jelas
d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
e. Prognosis jelek
f. Bersifat progresif
2. Jenis - Jenis Penyakit Terminal
Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal menurut Stuart & Sundeen
(2009) adalah :
a. Penyakit - penyakit kanker
Pada kanker payudara stadium IV seseorang sudah menderita kanker payudara yang
sangat parah atau bahkan tidak memiliki harapan hidup (terminal). Pada kondisi
terminal perubahan utama yang terjadi adalah perubahan psikologis yang menyertai
pasien. Perubahan psikologis tersebut biasanya mengarah ke arah yang lebih buruk
dan membuat pasien menjadi tidak koperatif. Disini peran perawat sangat
dibutuhkan dan menjadi hal yang penting, dan untuk membuat klien merasa lebih
nyaman dan mampu membuat klien menjadi tenang pada saat menjelang ajal.
b. Penyakit- penyakit infeksi
Meningitis merupakan infeksi pada selaput otak yang di sertai radang membran
pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang mana
keseluruhan tersebut di sebut meningen. Bahayanya adalah Apabila Meningitis telah
masuk stadium terminal dan tidak ditangani segera, maka adanya resiko kematianlah
yang akan terjadi dalam waktu kurang lebih 3 pekan.
c. Congestif Renal Falure (CRF)
Chronic Renal Failure (CRF) merupakan gangguan fungsi ginjal yang berlangsung
secara progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan
uremia (retensi urin dan sampah nitrogen lain dalam tubuh).
d. Stroke Multiple Sklerosis
Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakit dimana syaraf-syaraf dari sistem
syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord) memburuk atau
degenerasi. Myelin, yang menyediakan suatu penutup atau isolasi untuk syaraf-
syaraf, memperbaiki pengantaran (konduksi) dari impuls-impuls sepanjang syaraf-
syaraf dan juga adalah penting untuk memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf.
e. Akibat kecelakaan fatal
Cedera kepala telah menyebabkan banyak kematian dan cacat pada usia kurang dari
50 tahun. Otak bisa mengalami cedera meskipun tidak terdapat luka yang menembus
tulang tengkorak. Berbagai cedera bisa disebabkan oleh percepatan mendadak yang
memungkinkan terjadinya benturan atau karena perlambatan mendadak yang terjadi
jika kepala membentur objek yang tidak bergerak.
f. AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau : sindrom) yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus
lain. Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat
HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

2.4 Tujuan Keperawatan Pasien Dengan Kondisi Terminal


1. Tujuan keperawatan pasien dengan kondisi terminal secara umum menurut Stuart &
Sundeen (2009) adalah sebagai berikut :
a. Menghilangkan atau mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi
b. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna
c. Membantu pasien menerima rasa kehilangan
d. Membantu kenyamanan fisik
e. Mempertahankan harapan (faith and hope)
2. Masalah Yang Berkaitan Dengan Penyakit Terminal
Menurut Stuart & Sundeen (2009), adalah sebagai berikut :
a. Problem fisik.
b. Problem psikologis (ketidakberdayaan). Problem sosial. Isolasi dan keterasingan,
perpisahan.
c. Problem spiritual.
d. Ketidak-sesuaian Antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang didapat
(dokter, perawat, keluarga, dsb).

2.5 Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Ajal


Ada 4 tipe dari perjalanan proses kematian, yaitu:
1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat
dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada kondisi
penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
 terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit
kronik dan telah berjalan lama.

2.6 Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian


1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai:
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut
kembung.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
4. Gangguan Sensoria.
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.
2.7 Perawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Terminal
1. Kebutuhan Seseorang dengan Penyakit Terminal
Seseorang dengan penyakit terminal akan mengalami rasa berduka dan
kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal tersebut.
Komunikasi dengan pasien penyakit terminal merupakan komunikasi yang tidak
mudah. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang penyakit yang mereka alami
serta pengetahuan tentang proses berduka dan kehilangan. Dalam berkomunikasi
perawat menggunakan konsep komunikasi terapeutik. Saat berkomunikasi dengan
pasien dengan kondisi seperti itu bisa jadi akan timbul penolakan dari pasien. Dalam
menghadapi kondisi tersebut, perawat menggunakan komunikasi terapeutik.
Membangun hubungan saling percaya dan caring dengan pasien dan keluarga melaui
penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar bagi intervensi pelayanan
paliatif. (Potter & Perry, 2009)
2. Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi Penyakit Terminal
Tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal menurut Stuart & Sundeen
(2009), adalah sebagai berikut :
a. Closed Awareness
b. Mutual Pretense.
c. Open Awareness

2.8 Peran Perawat Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Terminal
1. Respon Pasien Terhadap Penyakit Terminal
Menurut Stuart & Sundeen (2009) keadaan terminal dapat menimbulkan
respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan diantaranya
adalah Kehilangan kesehatan. Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan
dapat berupa : pasien merasa takut, cemas, pandangan tidak realistis dan aktivitas
terbatas.
a. Kehilangan kemandirian.
b. Kehilangan situasi.
c. Kehilangan rasa nyaman.
d. Kehilangan fungsi fisik.
e. Kehilangan fungsi mental.
f. Kehilangan konsep diri.
2. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga. Adaptasi Dengan Penyakit Terminal
Bagaimana cara seseorang beradaptasi dengan penyakit terminal sesuai dengan
umurnya menurut Stuart & Sundeen (2009), sebagai berikut :
a. Anak
Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh anak-anak.
Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa kematian adalah hidup di tempat
lain dan orang dapat datang kembali. Mereka juga percaya bahwa kematian bisa
dihindari. Pada anak yang mengalami penyakit terminal kesadaran mereka akan
muncul secara bertahap. Pertama, anak akan menyadari bahwa mereka sangat sakit
tetapi akan sembuh. Kemudian mereka menyadari penyakitnya tidak bertambah baik
dan belajar mengenai kematian dari teman seumurnya terutama orang yang memiliki
penyakit mirip, lalu mereka menyimpulkan bahwa mereka juga sekarat.
Saat ini, para ahli percaya bahwa anak-anak seharusya mengetahui sebanyak
mungkin mengenai penyakitnya agar mereka mengerti dan dapat mendiskusikannya
terutama mengenai perpisahan dengan orang tua. Ketika anak mengalami terminal
illness biasanya orang tua akan menyembunyikannya, sehingga emosi anak tidak
terganggu. Untuk anak yang lebih tua, pendekatan yang hangat, jujur, terbuka, dan
sensitif mengurangi kecemasan dan mempertahankan hubungan saling percaya
dengan orang tuanya.
b. Remaja atau Dewasa muda
Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada usia muda cukup
tinggi, mereka memimpikan kematian yang tiba-tiba dan kekerasan. Jika mereka
mengalami terminal illness, mereka menyadari bahwa kematian tidak terjadi
semestinya dan merasa marah dengan “ketidakberdayaannya” dan “ketidakadilan”
serta tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya. Pada saat
seperti ini, hubungan dengan ibunya akan menjadi lebih dekat. Menderita penyakit
terminal terutama pada pasien yang memiliki anak akan membuat pasien merasa
bersalah tidak dapat merawat anaknya dan seolah-olah merasa bahagia melihat
anaknya tumbuh. Karena kematian pada saat itu terasa tidak semestinya, dewasa
muda menjadi lebih marah dan mengalami tekanan emosi ketika hidupnya diancam
terminal illness.
c. Dewasa madya dan dewasa tua
Penelitian membuktikan bahwa dewasa muda menjadi semakin tidak takut dengan
kematian ketika mereka bertambah tua. Mereka menyadari bahwa mereka mungkin
akan mati karena penyakit kronis.
2.9 Teknik-Teknik Komunikasi Pada Pasien Dengan Penyakit Terminal
1. Tahap -Tahap Berduka
Tahap-tahap berduka menurut Kubler-Ross, (1969) dalam Purwanto, (2011) yaitu :
a. Menolak (Denial).
b. Marah (Anger).
c. Menawar (Bargaining).
d. Kemurungan (Depresi).
e. Menerima atau Pasrah (Acceptance)..
2. Teknik Komunikasi Pada Pasien Dengan Penyakit Terminal
Teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal menurut Stuart & Sundeen
(2009), adalah sebagai berikut :
a. Denial
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi :
1) Listening
 Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata dan
observasi komunikasi non verbal.
 Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan
suasana tenang.
2) Silent
 Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat pada pasien
secara non verbal.
 Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar
dari situasi sesungguhnya.
3) Broad opening
 Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang dipikirkan pasien.
 Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b. Angger
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi listening : perawat
berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan pasien lalu
diklarifikasikan.
1) Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa yang
akan dan sedang terjadi pada mereka.
2) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
3) Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah merupakan hal
yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Bargaining
1) Focusing
 Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
 Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang
bermakna.
2) Sharing perception
 Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk
meluruskan kerancuan.
 Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya.
d. Depresi
1) Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
2) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada asal pengertian harusnya
diklarifikasi.
3) Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non
verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Acceptance
1) Informing
2) Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai
dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien.
3) Broad opening
4) Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan-
harapannya.
3. Focusing
Membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga agar
tujuan komunikasi tercapai. Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang dan damai.
Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah
menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program
pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya

2.10 Tahap –Tahapan Saat Menyampaikan Berita Buruk


a. Memulai wawancara
1. Menyapa pasien dengan memberikan salam terlebih dahulu
2. Mempersilahkan pasien duduk terlebih dahulu sebelum anda duduk
3. Usahakan jarak antara dokter pasien tidak terlalu jauh saat melakukan wawancara
dan juga tidak ada pembatas yang membatasinya sehingga pasien merasa nyaman
saat proses wawancara.
4. Menanyakan identitas pasien (Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan, dan Status bila
perlu)
5. Menanyakan keperluan datang hari ini / menetapkan agenda.
b. Mendapatkan informasi
1. Menanyakan keluhan pasien selama beberapa hari setelah pertemuan pertama
(jika sudah ada pertemuan sebelumnya).
2. Menanyakan bagaimana respon obat yang telah diberikan sebelumnya.
c. Membangun hubungan
1. Menangkap respon verbal dan non-verbal dari pasien.
2. Memberikan respon emphati kepada pasien.
3. Prilaku non-verbal yang sesuai.
4. Copartnership dan advocacy
d. Penjelasan dan rencana
1. Meringkas kondisi klinis pasien sebelumnya.
2. Memberikan tanda terlebih dahulu saat akan menyampaikan berita buruk
3. Memberikan jeda waktu untuk ekspresi dan emosi pasien saat akan menerima
berita buruk.
4. Informasi diberikan dalam bagian 2 kecil dan berikan pasien waktu untuk
memahaminya.
5. Menanyakan pemahaman pasien.
6. Menanyakan informasi lain yang dibutuhkan.
7. Memberikan saran dan melibatkan pasien tentang rencana dan pemilihan terapi.
8. Negosiasi.
9. Tidak memberikan harapan palsu.
e. Menutup pembahasan/wawancara
1. Memberikan kesimpulan akhir.
2. Menanyakan kepada pasien apakah ada yang ditanyakan atau pasien sudah
mengerti.
3. Menginformasikan apa tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
4. Cek kembali apabila masih ada yang ditanyakan.

2.11 Teknik Menyampaikan Berita Buruk


Komunikasi dengan klien penyakit kronis dan terminal tidak mudah. Perawat
harus memilki pengetahuan tentang penyakitnya dan proses berduka dan kehilangan.
Saat berkomunikasi dengan klien dalam kondisi seperti itu bisa jadi timbul penolakan
dari klien, dalam hal ini perawat dengan komunikasi terapeutik.
1. Membangun hubungan saling percaya dan caring dengan klien dan keluarga
melalui penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar bagi intervensi
pelayanan paliatif (Mok& Chiu, 2004 dikutip dari Potter & Perry, 2010).
2. Gunakan komunikasi terbuka dan jujur, tunjukkan rasa empati.
3. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka, amati respon verbal dan non
verbal klien, keluarga.
4. Saat berkomunikasi mungkin saja klien akan menhindari topik pembicaraan, diam
atau menolak untuk berbicara.
5. Saat berkomunikasi mungkin saja klien akan menhindari topik pembicaraan, diam
atau menolak untuk berbicara.
Respon umum yang mungkin terjadi: kesedihan, mati rasa, penyangkalan,
marah, membuat komunikasi menjadi sulit. Jika klien tidak mau mendiskusikan
penyakitnya saat ini, perawat harus mengijinkan dan katakan bahwa klien bisa
kapan saja mengungkapkannya. Beberapa klien tidak akan mendiskusikan emosi,
karena alasan pribadi/budaya, dan klien ragu-ragu untuk mengungkapkannya,
karena takut orang lain akan meninggalkannya (Buckley & Hert, 2004 dikutip dari
Potter dan Perry, 2010).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan
untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi
keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Contohnya
seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan
harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah)
dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan

3.2 Saran
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan menjadi
alat kerja utama bagi perawat untuk memberikan asuhan yang terbaik kepada klien. Maka
dalam setiap aktivitasnya, perawat diharapkan mampu melakukan dan menerapkan untuk
lebih mengenal mengenai komunikasi yaitu: memahami apa yang dimaksud dengan
komunikasi, yang ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai, memahami komunikasi terapeutik pada pasien penyakit terminal, tujuannya
untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien, sehingga pada saat-saat terakhir
dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai, mampu
memahami teknik-teknik komunikasi terapeutik, yang ditandai dengan menyadari pentingnya
kebutuhan pasien baik fisik maupun mental, memahami apa yang dimaksud dengan penyakit
terminal, tanggung jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan
sosial yang unik, mengetahui tujuan keperawatan pasien dengan kondisi terminal, sehingga
membantu pasien untuk meraih kembali martabatnya, mengetahui perawatan pada pasien
dengan penyakit terminal, sehingga dapat dirawat dengan respek dan perhatian penuh,
mengetahui peran dalam melakukan komunikasi terapeutik pada pasien terminal, sehingga
mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi
perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi, mampu memahami teknik-
teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal, serta mampu mengetahui teknik –
teknik dan tahapan dalam menyampaikan berita buruk.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (10th ed.). Jakarta : EGC.
Heelya. (2009). Asuhan Keperawatan Anak dengan Sakit Terminal.
http://heelya102.wordpress.com. Diakses tanggal 04 November 2020
Mungin, B. (2008). Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : PT. Kencana Nursedarsana, (2010).
Askep Anak Sakit Terminal. http://nursedarsana.blogspot.com. Diakses tanggal 04 November
2020
Pendi. (2009). Komunikasi Terapeutik, http://pendi007.wordpress.com/diakses pada tanggal
04 November 2020
Purwanto. (2011). Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu Universitas
Mercu Buana
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Suparyanto. (2010). Konsep pengetahuan. Http :// dr. Suparyanto. Blogspot. Com / konsep.
Pengetahuan. Diakses tanggal 04 November 2020
Stuart & S undeen. (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia
Potter & Perry. (2010). Fundamental keperawatan (7th ed.). (vols 2). Dr Adrina &
marina, penerjemah). Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai