TERMINAL
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Komunikasi Dalam Keperawatan II
Dosen:
Disusun oleh:
Apri Annur
1911311017
2A 2019
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada saya, dan tak lupa shalawat dan salam tercurahkan
ke junjungan kita Nabi Muhammmad SAW, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
Komunikasi Dalam Keperawatan II tentang “Konsep Komunikasi Terapeutik Pada Pasien
Terminal”.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal, saya sebagai penyusun
makalah berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca yang untuk kedepannya dapat memperbaiki makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa saya sebagai
penyusun makalah masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya memohon maaf dan
menerima segala saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat berguna bagai saya
sebagai penulis maupun sebagai pembaca.
Apri Annur
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Definisi Komunikasi............................................................................... 3
2.2 Definisi KomunikasiTerapeutik.............................................................. 3
2.3 Definisi Penyakit Terminal..................................................................... 5
2.4 Tujuan Keperawatan Pasien dengan Kondisi terminal........................... 7
2.5 Tipe – tipe Perjalanan Menjelang Ajal.................................................... 8
2.6 Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian............................................... 8
2.7 Perawatan pada Pasien dengan Penyakit Terminal................................ 9
2.8 Peran Perawat dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik
Pada Pasien Terminal.............................................................................. 9
2.9 Teknik Komunikasi pada Pasien dengan Penyakit Terminal.................. 11
2.10 Tahapan – Tahapan saat Menyampaikan Berita – Berita Buruk……... 13
2.11 Teknik Menyampaikan Berita Buruk………………………………… 14
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan yang dimaksud komunikasi.
2. Menjelaskan yang dimaksud komunikasi terapeutik.
3. Menjelaskan teknik-teknik komunikasi terapeutik.
4. Menjelaskan yang di maksud dengan penyakit terminal.
5. Mengetahui tujuan keperawatan pasien dengan kondisi terminal.
6. Mengetahui perawatan pada pasien dengan penyakit terminal.
7. Mengetahui peran perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik pada pasien
terminal.
8. Menjelaskan teknik-teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal.
9. Menjelaskan Tahapan – Tahapan dan Teknik dalam Menyampaikan Berita Buruk
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.8 Peran Perawat Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Terminal
1. Respon Pasien Terhadap Penyakit Terminal
Menurut Stuart & Sundeen (2009) keadaan terminal dapat menimbulkan
respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan diantaranya
adalah Kehilangan kesehatan. Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan
dapat berupa : pasien merasa takut, cemas, pandangan tidak realistis dan aktivitas
terbatas.
a. Kehilangan kemandirian.
b. Kehilangan situasi.
c. Kehilangan rasa nyaman.
d. Kehilangan fungsi fisik.
e. Kehilangan fungsi mental.
f. Kehilangan konsep diri.
2. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga. Adaptasi Dengan Penyakit Terminal
Bagaimana cara seseorang beradaptasi dengan penyakit terminal sesuai dengan
umurnya menurut Stuart & Sundeen (2009), sebagai berikut :
a. Anak
Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh anak-anak.
Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa kematian adalah hidup di tempat
lain dan orang dapat datang kembali. Mereka juga percaya bahwa kematian bisa
dihindari. Pada anak yang mengalami penyakit terminal kesadaran mereka akan
muncul secara bertahap. Pertama, anak akan menyadari bahwa mereka sangat sakit
tetapi akan sembuh. Kemudian mereka menyadari penyakitnya tidak bertambah baik
dan belajar mengenai kematian dari teman seumurnya terutama orang yang memiliki
penyakit mirip, lalu mereka menyimpulkan bahwa mereka juga sekarat.
Saat ini, para ahli percaya bahwa anak-anak seharusya mengetahui sebanyak
mungkin mengenai penyakitnya agar mereka mengerti dan dapat mendiskusikannya
terutama mengenai perpisahan dengan orang tua. Ketika anak mengalami terminal
illness biasanya orang tua akan menyembunyikannya, sehingga emosi anak tidak
terganggu. Untuk anak yang lebih tua, pendekatan yang hangat, jujur, terbuka, dan
sensitif mengurangi kecemasan dan mempertahankan hubungan saling percaya
dengan orang tuanya.
b. Remaja atau Dewasa muda
Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada usia muda cukup
tinggi, mereka memimpikan kematian yang tiba-tiba dan kekerasan. Jika mereka
mengalami terminal illness, mereka menyadari bahwa kematian tidak terjadi
semestinya dan merasa marah dengan “ketidakberdayaannya” dan “ketidakadilan”
serta tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya. Pada saat
seperti ini, hubungan dengan ibunya akan menjadi lebih dekat. Menderita penyakit
terminal terutama pada pasien yang memiliki anak akan membuat pasien merasa
bersalah tidak dapat merawat anaknya dan seolah-olah merasa bahagia melihat
anaknya tumbuh. Karena kematian pada saat itu terasa tidak semestinya, dewasa
muda menjadi lebih marah dan mengalami tekanan emosi ketika hidupnya diancam
terminal illness.
c. Dewasa madya dan dewasa tua
Penelitian membuktikan bahwa dewasa muda menjadi semakin tidak takut dengan
kematian ketika mereka bertambah tua. Mereka menyadari bahwa mereka mungkin
akan mati karena penyakit kronis.
2.9 Teknik-Teknik Komunikasi Pada Pasien Dengan Penyakit Terminal
1. Tahap -Tahap Berduka
Tahap-tahap berduka menurut Kubler-Ross, (1969) dalam Purwanto, (2011) yaitu :
a. Menolak (Denial).
b. Marah (Anger).
c. Menawar (Bargaining).
d. Kemurungan (Depresi).
e. Menerima atau Pasrah (Acceptance)..
2. Teknik Komunikasi Pada Pasien Dengan Penyakit Terminal
Teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal menurut Stuart & Sundeen
(2009), adalah sebagai berikut :
a. Denial
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi :
1) Listening
Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata dan
observasi komunikasi non verbal.
Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan
suasana tenang.
2) Silent
Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat pada pasien
secara non verbal.
Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar
dari situasi sesungguhnya.
3) Broad opening
Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang dipikirkan pasien.
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b. Angger
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi listening : perawat
berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan pasien lalu
diklarifikasikan.
1) Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa yang
akan dan sedang terjadi pada mereka.
2) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
3) Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah merupakan hal
yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Bargaining
1) Focusing
Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang
bermakna.
2) Sharing perception
Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk
meluruskan kerancuan.
Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya.
d. Depresi
1) Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
2) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada asal pengertian harusnya
diklarifikasi.
3) Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non
verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Acceptance
1) Informing
2) Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai
dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien.
3) Broad opening
4) Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan-
harapannya.
3. Focusing
Membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga agar
tujuan komunikasi tercapai. Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang dan damai.
Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah
menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program
pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan
untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi
keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Contohnya
seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan
harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah)
dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan
3.2 Saran
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan menjadi
alat kerja utama bagi perawat untuk memberikan asuhan yang terbaik kepada klien. Maka
dalam setiap aktivitasnya, perawat diharapkan mampu melakukan dan menerapkan untuk
lebih mengenal mengenai komunikasi yaitu: memahami apa yang dimaksud dengan
komunikasi, yang ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai, memahami komunikasi terapeutik pada pasien penyakit terminal, tujuannya
untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien, sehingga pada saat-saat terakhir
dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai, mampu
memahami teknik-teknik komunikasi terapeutik, yang ditandai dengan menyadari pentingnya
kebutuhan pasien baik fisik maupun mental, memahami apa yang dimaksud dengan penyakit
terminal, tanggung jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan
sosial yang unik, mengetahui tujuan keperawatan pasien dengan kondisi terminal, sehingga
membantu pasien untuk meraih kembali martabatnya, mengetahui perawatan pada pasien
dengan penyakit terminal, sehingga dapat dirawat dengan respek dan perhatian penuh,
mengetahui peran dalam melakukan komunikasi terapeutik pada pasien terminal, sehingga
mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi
perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi, mampu memahami teknik-
teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal, serta mampu mengetahui teknik –
teknik dan tahapan dalam menyampaikan berita buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (10th ed.). Jakarta : EGC.
Heelya. (2009). Asuhan Keperawatan Anak dengan Sakit Terminal.
http://heelya102.wordpress.com. Diakses tanggal 04 November 2020
Mungin, B. (2008). Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : PT. Kencana Nursedarsana, (2010).
Askep Anak Sakit Terminal. http://nursedarsana.blogspot.com. Diakses tanggal 04 November
2020
Pendi. (2009). Komunikasi Terapeutik, http://pendi007.wordpress.com/diakses pada tanggal
04 November 2020
Purwanto. (2011). Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu Universitas
Mercu Buana
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Suparyanto. (2010). Konsep pengetahuan. Http :// dr. Suparyanto. Blogspot. Com / konsep.
Pengetahuan. Diakses tanggal 04 November 2020
Stuart & S undeen. (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia
Potter & Perry. (2010). Fundamental keperawatan (7th ed.). (vols 2). Dr Adrina &
marina, penerjemah). Jakarta : EGC.