Anda di halaman 1dari 18

 

MAKALAH KONSEP KOMUNIKASI TEURAPEUTIK


PADA LANSIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi dalam Keperawatan II


Dosen Pembimbing : Rizki Muliani, S.Kep., Ners, MM

Disusun oleh:
Adelia (191FK03103)

Dela Lorenza (191FK03110)

M. Javier Zada (191FK0109)

 Nelis Siti Aisyah(191FK03108)

KELAS 1 C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA (UBK)
2019-2020

0
 

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 


Wabarakatuh 
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
 pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan mak
makalah
alah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nan ti-nantikan
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. 
nanti. 
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
 Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Dasar
II dengan judul “Konsep
“Konsep Komunikasi Teurapeutik Pada Lansia”
Lansia”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sempu rna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
 banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Ibu/Bapak Dosen yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Bandung, 21 April 2020

Penulis

i
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
PENGANTAR ...................................................................................
.................................................. ................................. i

DAFTAR ISI ...............................................


.................................................................................................
.................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................1
.............1

1.1 Latar belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah......................................................................... 3

1.3 Tujuan .................................................


.........................................................................................
........................................ 3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................
PEMBAHASAN...............................................................................4
.......4

2.1 Pengertian Komunikasi teurapeutik pada lansia .......................... 4


2.2 Manfaat Komunikasi teurapeutik ................................................. 5
2.3 Karakteristik Lansia .....................................................................
....................................................... .............. 5
2.4 Pendekatan Perawat
Pe rawat Lansia Dalam Konteks Komunikasi ........... 6
2.5 Hambatan berkomunikasi dengan lansia ...................................... 7
2.6 Teknik komunikasi teurapetik pada
p ada klien lansia ........................ 10
2.7 Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan
Penolakan .....................
 ..................... 12
berinteraksi
2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat b erinteraksi pada lansia 
lansia ..
.. 13

BAB III PENUTUP.............................................................


PENUTUP.......................................................................................14
..........................14
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
PUSTAKA..................................................................................15
.......15

ii
 

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan orang tersebut ihwal
kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien
lanjut usia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan biomedis semata, namun
 juga bergantung kepada kondisi di sekitarnya, seperti perhatian yang lebih
terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya, bahkan psikologisnya dari
 pasien tersebut.
 pasien lansia sangat memerlukan komunikasi yang baik dan empati serta
 perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak. Banyak
Banyak hambatan dari komunikasi

terapeutik pada pasien lansia yang terjadi, namun dalam kasus ini yang banyak
terjadi perilaku resisten biasanya diperlihatkan pasien pada masa penyembuhan
terhadap penyakit tertentu dikarenakan adanya rasa lelah, marah dan sedih
terhadap penyakit yang dideritanya. Hasil dari penelitian ini merekomendasikan
adanya pendekatan untuk berkomunikasi pada pasien lansia dengan baik. Oleh
karena itu komunikasi terapeutik harus dapat diimplementasikan secara optimal
 bagi pasien lansia.
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup
diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi,
menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi.
Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki
hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat tersebut
(Pearson dan Nelson dalam Mulyana, 2009:5). Selain hal tersebut, menurut
William I. Gorden dalam Mulyana (2009:5-6), terdapat empat fungsi komunikasi,
yakni komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi
instrumental, tidak saling meniadakan (mutually exclusive). Fungsi suatu
 peristiwa komunikasi (communication events) tampaknya sama sekali tidak

independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainya meskipun

1
 

terdapat sesuatu fungsi


fungsi yang dominan. Proses komunikasi dapat dilihat dalam dua
 perspektif besar, yaitu perspektif psikologis dan perspektif mekanis. Perspektif
 psikologis dalam proses komunikasi hendaknya memperlihatkan bahwa
komunikasi adalah aktivitas psikologi sosial yang melibatkan komunikator,
komunikan, isi pesan, lambang, sifat hubungan, persepsi, proses decoding dan
encoding. Perspektif mekanis memperlihatkan bahwa proses komunikasi adalah
aktivitas mekanik yang dilakukan oleh komunikator, yang sangat bersifat
situasional dan kontekstual (Mufid, 2012:83). Manusia pada dasarnya merupakan
makhluk yang suka menilai terhadap apa saja yang dilihat dan didengarnya. Kita
memiliki penilaian (judgement) terhadap orang lain dan lingkungan sekitar kita.
Kita akan memberikan penilaian kepada teman, keluarga, tetangga dan lingkungan

sekitar kita (Morissan, 2010:19).


Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang tersebut
mengenai kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal
 pada pasien lanjut usia, atau selanjutnya penulis sebut sebagai lansia tidak hanya
 bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun juga bergantung kepada
kondisi disekitarnya, seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya,
ekonominya, kulturalnya, bahkan psikologisnya dari pasien tersebut. Walaupun
seperti kita ketahui pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu mengalami
 perbaikan yang cukup signifikan pada pasien lansia, namun mereka pada akhirnya
tetap memerlukan komunikasi yang baik dan empati juga perhatian yang “cukup”
dari berbagai pihak, terutama dari keluarganya sebagai bagian penting dalam
 penanganan masalah kesehatan mereka. Purwaningsih dan Karlina (2012)
menyebutkan bahwa hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan
 pasien dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik
 perawat yang merupakan komunikasi profesional perawat.
perawat. Komunikasi terapeutik
sangat penting dan berguna bagi pasien, karena komunikasi yang baik dapat
memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam

2
 

menghadapi persoalan yang dihadapi olehnya (Utami, 2015, dalam Prasanti,


2017).

1.2 Rumusan Masalah

1.  Apa pengertian dari komunikasi teurapeutik pada lansia ?


2.  Apa manfaat komunikasi teurapeutik ?
3.  Bagaimana karakteristik lansia ?
4.  Apa saja Pendekatan Perawat Lansia Dalam Konteks Komunikasi ?
5.  Apa saja Hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
6.  Bagaimana Teknik komunikasi teurapetik pada klien lansia?
7.  Bagaimana Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan ? 

8.  Apa saja Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia ? 

1.3 Tujuan
1.  Tujuan Umum 
Umum 
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugasterstruktur mata kuliah Komunikaso dalan Keperawatan II
2.  Tujuan Khususa
a.  Untuk mengetahui definisi dari Komunikasi teurapeutik padalansia.

 b.  Untuk mengetahui manfaat komunikasi teurapeutik.


c.  Untuk mengetahui Karakteristik lansia.
d.  Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansi dan hal-hal yang perlu di
 perhatikan saat berinteraksi dengan lansia.

3
 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapiutik  

Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah


komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal. Pace
(1979) dalam Cangara (2012:32) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi
atau interpersonal communication merupakan proses komunikasi yang berlangsung
antara dua orang atau lebih secara tatap muka di mana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan
menanggapi secara langsung. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi
yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau nonverbal, seperti komunikasi
 pada umumnya komunikasi interpersonal selalu mencakup dua unsur
un sur pokok, yaitu
isi pesan dan bagaimana isi pesan dikatakan atau dilakukan secara verbal atau
nonverbal. Dua unsur tersebut sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan
 pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan penerima pesan. Selain hal tersebut,
komunikasi sosial sangat mendukung bagi komunikasi terapeutik bagi pasien
lansia.

Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan
intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).  
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi
yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan
waktu yang tepat.

4
 

2.2  Manfaat Komunikasi Terapeutik  


Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50). 

2.3 Karakteristik Lansia 

Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia


lanjut menjadi empat macam meliputi:  
a)  Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun 
 b)  Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun 
c)  Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun 
d)  Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun  
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun
 perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya
 perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan
p erubahan
visual, perubahan pendengaran. Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat
 proses penerimaan dan interprestasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini
 juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum
lagi perubahan kognetif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan
 belajar, daya memori dan motivasi klien. 
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya: 
a)  Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang
di berikan petugas kesehatan 
 b)  Mengubah keterangan yang di berikan
b erikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru 
c)  Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit 
d)  Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan

yang mengikut sertakan dirinya  

5
 

e)  Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur,


terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.

2.4 Pendekatan Perawat Lansia Dalam Konteks Komunikasi  


1.  Komunikasi pada lansia memerlukan pendekatan khusus. Pengetahuan yang
dianggapnya benar tidak mudah digantikan dengan pengetahuan baru sehingga
kepada orang lansia, tidak dapat diajarkan sesuatu yang baru.
2.  Dalam berkomunikasi dengan lansia diperlukan pengetahuan tentang sikap-
sikap yang khas pada lansia. Gunakan perasaan dan pikiran lansia, bekerja
sama untuk menyelesaikan masalah dan memberikan kesempatan pada lansia
untuk mengungkapkan pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap

 pengalaman tersebut.
3.  Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling hormat
menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan saling terbuka.
4.  Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling memengaruhi dan
dipengaruhi, komunikasi secara timbal balik secara langsung, serta dilakukan
secara berkesinambungan, tidak statis, dan selalu dinamis.
5.  Kesulitan dalam berkomunikasi pada lanjut usia disebabkan oleh
 berkurangnya fungsi organ komunikasi dan perubahan kognitif yang
 berpengaruh pada tingkat intelegensia, kemampuan belajar, daya memori, dan
motivasi klien.
Ketika berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan,
lingkungan dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan
warna-warna kontras untuk membuat objek lebih jelas dan menggunakan huruf
yang besar serta berwarna kontras untuk setiap tanda. Setiap bahan dengan tulisan
harus dicetak paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas berwarna.
Ketika membahas rencana pengobatan, ingatlah masalah keamanan potensial yaitu
gangguan penglihatan.

6
 

1)  Pendekatan fisik  


Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian,
yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di

capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.


Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya
karena riil dan mudah di observasi.
2)  Pendekatan psikologis 
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan
 prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini perawat
 berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap
sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab bagi klien.  
3) Pendekatan social 
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan
 berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan
Men gadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita,
 bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan
implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama
klien maupun dengan petugas kesehatan.  

4) Pendekatan spiritual 
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya
dianutn ya terutama ketika klien dalam keadaan
sakit. 

2.5 Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan
terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap non asertif
1.  Agresif

7
 

Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-


 perilaku dibawah ini :
    berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawanbicara)
   meremehkan orang lain
   mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
   menonjolkan diri sendiri
   mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan
maupun tindakan 
2.   Non Asertif  
Tanda-tanda dari sikap non asertif
asertif ini adalah : 
   menarik diri bila diajak berbicara
   merasa tidak sebaik orang lain atau rendah diri
   merasa tidak berdaya
   tidak berani mengungkapkan keyakinan
   membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
   tampil diam atau pasif
   mengikuti kehendak orang lain
   mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga ghubungan baik
dengan orang lain

Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar


seiring dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga
kesehatan yang professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan
tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di
 perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif antara lain 
a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien  
b) Keraskan suara anda jika perlu  
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia
dapat melihat mulut anda. 

8
 

d) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang


 baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya
 pencahayaan yang cukup.  
e) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan
hasil bahwa klien tidak kooperatif.  
f) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan
orang yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai
 partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan
 perasaan dan pemahamannya.  
g) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan

kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana. 


h) Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual. 
i) Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa
 berita tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi,
 postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn
senyum, ceria atau tertawa secukupnya). 
 j) Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut. 
k) Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab
 pertanyaan anda. 
l) Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya
menegurn ya secara langsung, tahan
keinginan anda menyelesaikan kalimat. 
m) Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.  
n) Arahkan ke suatu topic pada suatu saat. 
o) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda.
Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat
membantu proses komunikasi. 

9
 

2.6 Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Klien Lansia 


Teknik komunikasi terapeutik yang penting digunakan perawat menurut
Mundakir (2006) adalah asertif, responsif, fokus, supportif, klarifikasi, sabar, dan
ikhlas.
1.  Tehnik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukkan sikap peduli, sabar mendengarkan dan memperhatikan ketika
 pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.
Asertif merupakan pelaksanaan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat
membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan
klien lansia.

2.  Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui
adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya
hendakn ya segera
menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut, misalnya dengan
mengajukan pertanyaan, "Apa yang sedang Bapak/Ibu pikirkan saat ini ? Apa
yang bisa saya bantu ?". Berespon berarti bersikap aktif, tidak menunggu
 bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan
 perasaan tenang bagi klien.
3.  Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pernyataan-
 pernyataan diluar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena
umumnya klien lansia senang menceritakan yang mungkin tidak relevan untuk
kepentingan petugas kesehatan

10
 

4.  Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik maupun psikis secara
 bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini perlu
disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan
mengiyakan, senyum dan menganggung kepala ketika lansia mengungkapkan
 perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai sesama lansia berbicara.
Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia
tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan
klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama
memberi dukungan baik secara moril maupun materil, petugas kesehatan
 jangan sampai terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat

merendahkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan


lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan
kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya :
"Saya yakin Bapak/Ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu kami yakin
Bapak/Ibu mampu melaksanakan....dan bila diperlukan kami siap membantu".
5.  Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
 perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima
diterima dan
dipersepsikan sama oleh klien. "Bapak/Ibu bisa menerima apa yang saya
sampaikan tadi ? bisa minta tolong Bapak/Ibu
Bapak/ Ibu untuk menjelaskan kembali apa
yang saya sampaikan tadi?"
6.  Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umunya mengalami
 perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan.
Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan

 perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak

11
 

terpeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional


dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
Pada pasien lanjut usia, di samping karakteristik psikologis yang harus dikenali,
 perawat juga harus memperhatikan perubahan-perubahan fisik, psikologis atau
sosial yang terjadi sebagai dampak proses menua. Penurunan pendengaran,
 penglihatan dan daya ingat akan sangat mempengaruhi komunikasi, dan hal ini
harus diperhatikan oleh perawat. Suasana komunikasi dengan lansia yang dapat
menunjang tercapainya tujuan yang harus anda perhatikan adalah adanya suasana
saling menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan terbuka. Komunikasi
verbal dan nonverbal adalah bentuk komunikasi
komun ikasi yang harus saling mendukung satu
sama lain. Seperti halnya komunikasi pada anak-anak, perilaku nonverbal sama

 pentingnya pada orang dewasa dan juga lansia. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan
nada suara memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa dan lansia.

2.7 Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan 


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara
sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian
nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi
ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam
menjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin
komunikasi yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.  
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia
dengan reaksi penolakan, antara lain :  
1) Kenali segera reaksi penolakan klien. 
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini
merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang
lain serta lingkunganya.
2) Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan
perawat an diri sendiri. 

12
 

Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap


 perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.  
3) Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat.  
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan
memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana /
tindakan dapat terealisasi dengan baik dan tepat

2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia 


1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”,
“bapak”,   “ibu”,
“ibu”,   kecuali apabila sebelumnya
 pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.  
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien 
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien  
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci
komunikasi efektif  
5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya  
6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan
kalimat yang sederhana. 
7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien  
8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
pa sien 
9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi 
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien  
11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan
yang cukup saat berinteraksi. 
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.  
13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.  

13
 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia atau selanjutnya penulis sebut
sebagai lansia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun
 juga bergantung kepada kondisi disekitarnya,
disekitarnya, seperti perhat
perhatian
ian yang lebih terhadap
keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya bahkan psikologisnya dari pasien
tersebut. Hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam
 pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat yang
merupakan komunikasi profesional perawat. Komunikasi antara perawat dan

 pasien lansia harus berjalan efektif terutama bagi pasien lansia karena mempunyai
mempun yai
 pengaruh yang besar terhadap kesehatan dari pasien lansia tersebut. Komunikasi
yang baik dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk masalah klinisnya.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar,
 bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik
mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang-
orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain sacara langsung, baik secara verbal dan nonverbal.

14
 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Cangara, Hafied. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
Cangara, Hafied. (2014). Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Damaiyanti, Mukhripah. (2010). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.
Bandung: Refika Aditama.
Departemen Kesehatan Indonesia. (2015). https://senyumperawat.com/2015/04/
 pengertian-dan-klasifikasi-lansia.html diakses pada tanggal 7 September 2017.
Sarfika, Rika.2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik Dalam
Keperawatan.Padang : Andalas University Press.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu  

15

Anda mungkin juga menyukai