Disusun oleh:
Adelia (191FK03103)
KELAS 1 C
0
KATA PENGANTAR
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Ibu/Bapak Dosen yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENGANTAR ...................................................................................
.................................................. ................................. i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................1
.............1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................
PEMBAHASAN...............................................................................4
.......4
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
PUSTAKA..................................................................................15
.......15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan orang tersebut ihwal
kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien
lanjut usia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan biomedis semata, namun
juga bergantung kepada kondisi di sekitarnya, seperti perhatian yang lebih
terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya, bahkan psikologisnya dari
pasien tersebut.
pasien lansia sangat memerlukan komunikasi yang baik dan empati serta
perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak. Banyak
Banyak hambatan dari komunikasi
terapeutik pada pasien lansia yang terjadi, namun dalam kasus ini yang banyak
terjadi perilaku resisten biasanya diperlihatkan pasien pada masa penyembuhan
terhadap penyakit tertentu dikarenakan adanya rasa lelah, marah dan sedih
terhadap penyakit yang dideritanya. Hasil dari penelitian ini merekomendasikan
adanya pendekatan untuk berkomunikasi pada pasien lansia dengan baik. Oleh
karena itu komunikasi terapeutik harus dapat diimplementasikan secara optimal
bagi pasien lansia.
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup
diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi,
menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi.
Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki
hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat tersebut
(Pearson dan Nelson dalam Mulyana, 2009:5). Selain hal tersebut, menurut
William I. Gorden dalam Mulyana (2009:5-6), terdapat empat fungsi komunikasi,
yakni komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi
instrumental, tidak saling meniadakan (mutually exclusive). Fungsi suatu
peristiwa komunikasi (communication events) tampaknya sama sekali tidak
1
2
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugasterstruktur mata kuliah Komunikaso dalan Keperawatan II
2. Tujuan Khususa
a. Untuk mengetahui definisi dari Komunikasi teurapeutik padalansia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan
intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi
yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan
waktu yang tepat.
4
5
pengalaman tersebut.
3. Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling hormat
menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan saling terbuka.
4. Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling memengaruhi dan
dipengaruhi, komunikasi secara timbal balik secara langsung, serta dilakukan
secara berkesinambungan, tidak statis, dan selalu dinamis.
5. Kesulitan dalam berkomunikasi pada lanjut usia disebabkan oleh
berkurangnya fungsi organ komunikasi dan perubahan kognitif yang
berpengaruh pada tingkat intelegensia, kemampuan belajar, daya memori, dan
motivasi klien.
Ketika berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan,
lingkungan dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan
warna-warna kontras untuk membuat objek lebih jelas dan menggunakan huruf
yang besar serta berwarna kontras untuk setiap tanda. Setiap bahan dengan tulisan
harus dicetak paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas berwarna.
Ketika membahas rencana pengobatan, ingatlah masalah keamanan potensial yaitu
gangguan penglihatan.
6
4) Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya
dianutn ya terutama ketika klien dalam keadaan
sakit.
7
8
9
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui
adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya
hendakn ya segera
menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut, misalnya dengan
mengajukan pertanyaan, "Apa yang sedang Bapak/Ibu pikirkan saat ini ? Apa
yang bisa saya bantu ?". Berespon berarti bersikap aktif, tidak menunggu
bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan
perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pernyataan-
pernyataan diluar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena
umumnya klien lansia senang menceritakan yang mungkin tidak relevan untuk
kepentingan petugas kesehatan
10
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini perlu
disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan
mengiyakan, senyum dan menganggung kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai sesama lansia berbicara.
Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia
tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan
klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama
memberi dukungan baik secara moril maupun materil, petugas kesehatan
jangan sampai terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat
11
pentingnya pada orang dewasa dan juga lansia. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan
nada suara memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa dan lansia.
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia atau selanjutnya penulis sebut
sebagai lansia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun
juga bergantung kepada kondisi disekitarnya,
disekitarnya, seperti perhat
perhatian
ian yang lebih terhadap
keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya bahkan psikologisnya dari pasien
tersebut. Hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam
pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat yang
merupakan komunikasi profesional perawat. Komunikasi antara perawat dan
pasien lansia harus berjalan efektif terutama bagi pasien lansia karena mempunyai
mempun yai
pengaruh yang besar terhadap kesehatan dari pasien lansia tersebut. Komunikasi
yang baik dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk masalah klinisnya.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik
mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang-
orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain sacara langsung, baik secara verbal dan nonverbal.
14
DAFTAR PUSTAKA
15