KOMUNIKASI INTERPERSONAL
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman, kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan bantuannya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan.
Adapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Komunikasi Perkantoran.
Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun, demi
terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
ii
2.4.1 Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem .................................................... 46
LAMPIRAN.................................................................................................................... 84
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Maka dari itu, kemampuan atau soft skill komunikasi interpersonal
sangatlah penting. Untuk bisa meningkatkan kemampuan komunikasi
interpersonal, tentunya kita harus paham dan mengerti apa dan bagaimana
sesungguhnya komunikasi interpersonal itu. Sehingga, penulis tertarik untuk
menyusun sebuah makalah dengan judul “Komunikasi Interpersonal”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan memiliki manfaat untuk pembaca
agar memahami mengenai konsepsi komunikasi interpersonal sehingga dapat
menggunakan komunikasi interpersonal secara efektif dalam berbagai aktivitas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan kesukaan, situasi tersebut menunjukkan adanya komunikasi interpersonal
(Sendjaja, 2004).
2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun
nonverbal (Mulyana, 2005, p. 73). Komunikasi itu menunjukkan bahwa pihak-
pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan mereka saling
mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun non-verbal secara simultan dan
spontan.
R. Wayne Pace pun mengungkapkan bahwa komunikasi
antarpribadi atau communication interpersonal merupakan proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka
dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima
pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung (Cangara, 1998, p.
32).
4
yang bersifat pribadi. Sedangakan dalam suatu organisasi (bisnis dan non bisnis),
komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara manajer
dengan karyawan atau antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain
dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
bersifat pribadi. Pola komunikasi yang terbangun dalam komunikasi interpersonal
lebih bersifat informal (Purwanto, 2011, p. 26).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang terjadi secara langsung baik itu secara verbal atau nonverbal
sehingga komunikator dan komunikan dapat menerima dan memberikan umpan
balik secara langsung yang dilakukan sekurang-kurangnya dua orang atau lebih,
dilakukan secara tatap muka dan atau menggunakan media.
5
terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya
sikap yang paling memahami, menghargai, dan saling mengembangkan kualitas.
Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki
hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak. Komunikasi interpersonal
dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan
bagi komunikan.
2.1.2 Komponen Komunikasi Interpersonal
Komponen komunikasi interpersonal diidentifikasi dari dan dalam proses
penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain atau
sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak dan peluang untuk memberikan
umpan balik segera. DeVito (1997, p. 27) mengemukakan komponen-komponen
tersebut terdiri dari 8 (delapan) komponen yang perlu dicermati setiap komunikator,
yaitu: (1) Konteks (lingkungan) komunikasi, (2) Sumber-penerima, (3) Enkoding-
dekoding (4) Kompetensi komunikasi, (5) Pesan dan saluran, (6) Umpan balik, (7)
Gangguan, dan (8) Efek komunikasi.
6
1. Konteks (lingkungan)
Konteks atau lingkungan merupakan sesuatu yang kompleks. Antara
dimensi fisik, sosial-psikologis dan dimensi temporal saling mempengaruhi satu
sama lain. Kita mesti memahami bahwa kenyamanan ruangan, peranan
seseorang dan tafsir budaya serta hitungan waktu, merupakan contoh dari sekian
banyak unsur lingkungan komunikasi. Komunikasi sering berubah-ubah, tidak
pernah statis melainkan selalu dinamis.
2. Komponen sumber-penerima
Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang dalam
berkomunikasi adalah sumber yang juga penerima. Sebagai sumber dalam
berkomunikasi menunjukkan bahwa kita mengirim pesan. Kita mengirim pesan
berarti kita berbicara, menulis, memberikan isyarat tubuh atau tersenyum. Kita
menerima pesan orang lain, berati kita mendengarkan, melihat secara visual
bahkan melalui merabanya atau menciumnya. Pada saat kita berbicara dengan
orang lain, kita berusaha memandangnya untuk memperoleh tanggapan:
dukungan, pengertian, simpati, dan sebagainya, dan pada saat kita menyerap
isyarat-isyarat non-verbal, kita menjalankan fungsdi penerima dalam
berkomunikasi.
3. Enkoding-Dekoding
Baik sebagai sumber ataupun sebagai penerima, seseorang mengawali
proses komunikasi dengan mengemas pesan (pikiran atau suatu ide) yang
dituangkan ke dalam gelombang suara (lembut, berapi-api, tegas, marah dan
sebagainya) atau ke dalam selembar kertas. Kode-kode yang dihasilkan ini
berlangsung melalui proses pengkodean (enkoding). Bagaimana suatu pesan
terkodifikasi, amat tergantung pada keterampilan, sikap, pengetahuan dan
sistem sosial budaya yang mempengaruhi.
Sebelum suatu pesan itu disampaikan atau diterimakan, dalam
berkomunikasi kita berusaha menghasilkan pesan simbol-simbol patut
diterjemahkan lebih dahulu kedalam ragam kode atau simbol tertentu oleh si-
penerima melalui mendengarkan atau membaca. Inilah pengkoden kembali
(dekoding) dari pesan yang dikirim dan tentu saja tidak akan lepas dari adanya
7
keterbatasan penafsiran pesan. Sepertihalnya kodifikasi pesan oleh sipengirim,
pengkodean di pihak penerimapun dibatasi oleh keterampilan, sikap,
pengetahuan dan sistem sosial budaya yang dianut.
4. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan dalam
berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini mencakup pengetahuan tentang
peran lingkungan dalam mempengaruhi isi dan bentuk pesan komunikasi. Suatu
topik pembicaraan dapat dipahami bahwa hal itu layak dikomunikasikan pada
orang tertentu dalam lingkungan tertentu, tetapi hal itu pula tidak layak untuk
orang dan lingkungan yang lain. Kompetensi komunikasi juga mencakup
kemampuan tentang tatacara perilaku non-verbal seperti kedekatan, sentuhan
fisik, dan suara keras. Masalah kompetensi komunikasi dapat mengungkapkan
mengapa seseorang begitu mudah menyelesaikan studi, begitu cepat membina
karir, begitu menyenangkan dalam berbicara, sedang yang lainnya tidak. Anda
di sini dituntut dapat meningkatkan kompetensi komunikasi, sehingga menjadi
banyak pilihan untuk Anda berperilaku.
5. Pesan dan Saluran
Pesan sebenarnya merupakan produk fisik dari proses kodifikasi. Jika
seseorang itu berbicara, maka pembicaraan itu adalah pesan. Jika seseorang itu
menulis, maka tulisan itu adalah pesan. Bila kita melakukan suatu gerakan,
maka gerakan itu adalah pesan. Pesan itu dipengaruhi oleh kode atau kelompok
simbol yang digunakan untuk mentransfer makna atau isi dari pesan itu sendiri
dan dipengaruhi oleh keputusan memilih dan menata kode dan isi tersebut.
Menurut Sendjaja (2004) mengutip pendapat Reardon bahwa kendala
utama dalam berkomunikasi seringkali lambang atau simbol yang sama
mempunyai makna yang berbeda. Artinya, kekurangcermatan di dalam memilih
kode atau mentransfer makna dan menata kode dan isi pesan, dapat menjadi
sumber distorsi komunikasi. Karena itu komunikasi menurut mereka
seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada tindakan atau
ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh
partisipan yang terlibat.
8
Saluran merupakan medium, lewat mana suatu pesan itu berjalan.
Saluran dipilih oleh sumber komunikasi. Sumber komunikasi dalam organisasi
biasanya ditetapkan menurut jaringan otoritas yang berlaku bertalian dengan
pelaksanaan pekerjaan secara formal dalam organisasi itu. Sedangkan saluran
informal biasanya biasanya digunakan untuk meneruskan pesan-pesan pribadi
atau pesan-pesan sosial yang menyertai pesan-pesan yang disampaikan secara
formal.
6. Umpan Balik
Umpan balik merupakan pengecekan tentang sejauhmana sukses
dicapai dalam mentransfer makna pesan sebagaimana dimaksudkan. Setelah
penerima pesan melaksanakan pengkodean kembali, maka yang bersangkutan
sesungguhnya telah berubah menjadi sumber. Maksudnya bahwa yang
bersangkutan mempunyai tujuan tertentu, yakni untuk memberikan respon atas
pesan yang diterima, dan ia harus melakukan pengkodean sebuah pesan dan
mengirimkannya melalui saluran tertentu kepada pihak yang semula bertindak
sebagai pengirim. Umpan balik menentukan apakah suatu pesan telah benar-
benar dipahami atau belum dan adakah suatu perbaikan patut dilakukan.
7. Gangguan
Gangguan merupakan komponen yang menghambat dan membaurkan
pesan. Gangguan merintangi sumber dalam mengirim pesan dan merintangi
penerima dalam menerima pesan. Gangguan ini dapat berupa fisik, psikologis
dan semantik.
8. Efek Komunikasi
Pada setiap peristiwa komunikasi selalu mempunyai konsekuensi atau
dampak atas satu atau lebih yang terlibat. Dampak itu berupa perolehan
pengetahuan, sikap-sikap baru atau memperoleh cara-cara atau gerakan baru
sebagai refleksi psiko-motorik
9
1. Tujuan – tujuan yang dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai
alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Dengan
demikian komunikasi antarpribadi bias mengubah sikap dan prilaku
seseorang.
2. Tujuan – tujuan yang dipandang sebagai hasil efek umum dari komunikasi
antarpribadi. Dengan demikian sebagai suatu hasil dari komunikasi
antarpribadi adalah kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat
hubungan lebih baik, bermakna dan memperoleh pengetahuan tentang dunia
luar.
10
2. Menemukan dunia luar
Melalui komunikasi interpersonal kita dapat memahami lebih banyak
tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal itu
menjadikan kita memahami dunia luar, dan kita dapat lebih banyak
mendapatkan informasi. Bahkan kepercayaan, kenyataan, sikap dan nilai-nilai
kita secara tidak langsung dan tanpa sadar dipengarui lebih banyak oleh
pertemuan interpersonal daipada oleh media atau pendidikan formal.
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
Sebagian besar waktu kita digunakan untuk berkomunikasi secara
interpersonal dengan orang lain. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan
membentuk hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan yang demikian dapat
membantu mengurangi kesepian dan depresi, menjadikan kita sanggup saling
berbagi, dan pada umumnya membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita.
4. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang paling efektif dan
mempunyai pengaruh yang besar dalam merubah sikap seseorang. Dalam
prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi,
berarti komunikan telah mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab
pada dasarnya, komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman.
Setiap pengalaman akan memberikan makna pada situasi kehidupan manusia,
termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan
sikap. Misalnya seorang ayah menginginkan anaknya agar ada perubahan sikap
dan perilaku agar anaknya meningkatkan intensitas belajarnya, dan mengurangi
ketergantungan memainkan hand phone dan internet.
5. Untuk bermain dan kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujaun utama adalah
mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita,
berdiskusi, bercerita hal-hal ringan dan lucu, kegiatan komunikasi semacam itu
dapat memberikan keseimbangan yang penting dalma pikiran yang memerlukan
rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6. Untuk membantu (konseling)
11
Ada beberapa profesi yang memang mengandalkan kemampuan
komunikasi interpersonal untuk menjalankan pekerjaannya, seperti seorang ahli
psikologi. Kita semua juga pada umumnya berfungsi membantu orang lain
dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Misalnya seorang remaja curhat
kepada sahabatnya mengenai putus cinta. Tanpa disadari bahwa tujuan
melakukan curhat tersebut adalah untuk mendapatkan bantuan pemikiran
sehingga didapat solusi yang terbaik. Contoh lain, seorang mahasiswa
berkonsultasi dengan dosen pembimbing akademik tentang suatu mata kuliah
yang sebaiknya diambil.
7. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain
Pada prinsipnya komunikasi interpersonal dimaksudkan untuk
menunjukan adanya perhatian kepada orang lain dan untuk menghindari kesan
dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek (Suranto, 2011,
p. 19). Misalnya, seorang pemimpin bertanya kepada karyawannya mengenai
kabar karyawannya, sebenarnya mungkin pemimpin tersebut tidak bermaksud
mengorek jawaban dari karyawan mengenai keadaan diri dan kesehatannya
secara, namun hal tersebut dilakukan untuk memberikan kesan positif kepada
karyawan dan tentunya menjaga hubungan yang baik dengan karyawan
tersebut.
2.1.4 Fungsi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi
pengambilan keputusan:
1. Fungsi Sosial
a) Untuk kebutuhan biologis dan psikologis
Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup.
Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis kita seperti dan minum, dan memenuhi kebutuhan
psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Melalui komunikasi pula kita
dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan
mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa
12
hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian. Melalui komunikasi kita
dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkannya
antara perasaan satu dengan perasaan yang lain.
b) Mengembangkan hubungan timbal balik
Komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang
arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik secara verbal atau
nonverbal, seseorang penerima beraksi dengan jawaban verbal atau
menggunakan kepala, kemudian orang pertama beraksi lagi setelah menerima
respons atau umpan balik dari kedua, dan begitu seterusnya. Jadi hubungan
timbal balik ini berfungsi sebagai unsur pemerkarya, pemerkuat komunikasi
antar pribadi sehingga harapan-harapan dalam proses komunikasi menjadi
sungguh-sunguh terjadi.
c) Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri
Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,
kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan.
Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa
diri kita dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang
lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi untuk
menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau
pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan
bahwa kita ada.
d) Menangani konflik
Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita mengetahui
situasi dan kondisi serta karakteristik lawan bicara. Sebagaimana yang kita
tahu, bahwa setiap manusia itu seperti sebuah radar yang melingkupi
lingkungan. Manusia bias menjadi sangat sensitive pada bahasa tubuh,
ekspresi wajah, postur, gerakan, intonasi suara yang akan membantu individu
untuk memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan dan reliabilitas dari
komunikasi itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat mempengaruhi
pola pikir lawan bicara kita. Dengan demikian komunikasi antarpribadi
13
berfungsi untuk mengurangi atau mencegah timbulnya suatu konflik didalam
suatu organisasi atau kelompok masyarakat.
2. Fungsi pengambilan keputusan
a) Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi
Dalam proses memberi atau bertukar informasi, komunikasi sangat
memiliki pengaruh yang sangat efektif digunakan karena dalam hal ini
komunikasi dapat mewakili informasi yang dikehendaki dalam pesan yang
dia sampaikan sebagai bahan perakapan pada kegiatan komunikasi.
b) Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain
Komunikasi yang berfungsi seperti ini mengandung muatan persuasif
dalam arti pembicara ingin pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau
informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan
komunikasi yang sifatnya menghiburpun secara tidak langsung membujuk
kalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.
14
anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting
atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi
menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan
sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak
dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan
dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan
lainlain. Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk
dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara
personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan
dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2,
yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka
pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya
hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama.
Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya
(misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya).
Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk
mempertahankannya.
Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas,
masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat
kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim.
Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau
impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan
penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar
kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.
Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada
jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena
investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama
telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.
15
2.1.6 Proses Komunikasi Interpersonal
16
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui
peralatan jasmaniah komunikan.
6. Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima
melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil
menguraikannya (decoding).
7. Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil
diurai kan dalam bentuk pesan.
17
Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan
bahasa verbal/non verbal.
Komunikasi ini dibedakan menjadi:
1. Proses komunikasi primer.
2. Proses komunikasi sekunder.
3. Proses komunikasi linier.
4. Proses komunikasi sirkular.
Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator
kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media. Proses Komunikasi
Sekunder merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Proses Komunikasi linier adlah
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
Proses komunikasi sirkular yaitu terjadinya feedback atau umpan balik dari
komunikan ke komunikator.
Kesimpulan adanya proses komunikasi bahwa:
1. Komunikasi bersifat dinamis.
2. Tahapanproseskomunikasi bermanfaat untuk analisis.
3. Proseskomunikasi dapat terhenti setiap saat.
4. Pesankomunikasi tidak harus diterima.
5. Tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi.
Proses komunikasi yang lainnya menurut Bovee dan Thill (Vardiansyah,
2004) proses komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu:
1. Pengiriman mempunyai asuatu de atau gagasan.
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.
3. Pengirim menyampaikan pesan.
4. Penerima menerima pesan
5. Penerima menafsikan pesan.
6. Penerima memberi tangapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.
Keenam tapan dalam prose komunikasi tersebut dapat di gambarkan dalam sebuah
diagram berikut:
18
Tahap 1 Tahapan 6
pengirim
Penerima mengirim
mempunyai
ide pesan
gagasan
Tahapan 2 Tahapan 5
Pengirim mengubah Penerima
ide menjadi pesan SALURAN dan
menafsirkan pesan
MEDIA
Tahapan 3 Tahapan 4
19
beberapa hal yang berbeda.Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena setiap
orang akan menyaring informasi yang didapat, dan hanya akan memperhatikan
dan mengingat ha-ha yang mereka anggap mnarik atau enting. Seseorang
komunikator yang baik, harus perhatian pada hal-hal yang memang penting dan
relevan.Dalam dunia komunikasi, proses tersebut dikenal sebagai abstraksi
(abstraction).
2. Tahapan Kedua: Pengiriman Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan
Dalam suatu proses komunikas, tidak semua ide dapat diteruma atau
imengerti dengan sempurna. Poses komunikasi dimuai dengan adanya ide
dalam pikiran, yang lalu diubah kedalam bentuk pesan-pesan seperti dalam
benutk kata-kata, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk kemudian disampaikan
kepada orang lain.
Agar dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan)
maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang buaya. Seagai
contoh sederhana, pada umumna orang timur cenderung menyampaikan pesan
dengan menggunakan bahasa taklangsung dan bahasa yang halus. Untuk
menyatakan sikap menolak, seseorang terlebih dahulu harus menggunakan
kalimat-kalimat pembuka yang bersifat netral, baru kemudan menyatakan sikap
penolakan.
3. Tahapan Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan
Setelah mengubah ide-ide dalam suatu pesan, tahapan berikutnya adalah
memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai sauran yang ada
kepada si penerima pesan.Saluran komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan terkadang relative endek, tetapi ada juga yang cuku
panjang.Panjang pendeknya komunikasi yang digunakan akan berpengaruh
terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bila menyapaikan pesa-pesan yang
panjang dan kompleks secara lisan, pesan-pesan tersebut bias jadi terdistirsi
atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya, disamping itu, dalam
menyampaian suatu pesan, berbagai media komunikasi, media tertulis maupun
20
lisan dapat digunakan. Leh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan
yang akan disampaian.
4. Tahapan Keempat: Penerima Menerima Pesan
Komunikasi anatara seseorang dengan oaring lain akan terjadi, bila
pengirim (komunikator) mengirimkan suatu pesan dan penerima (komunikan)
menerima pesan tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi
baru isa terjalin ba penerima surat membaca dan memahami isinya.jika
seseorang menyampaikan pidatonya di hadapan umum, para pndengar sebagai
audiens harus dapat mendengar apa yang dikatakan dan memahami pesan-
pesan yang disampaikan.
5. Tahapan Kelima: Penerima Menasirkan Pesan
Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya bagaimana ia dapat
menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah
dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran si penerima
pesan.Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditasirkan secara benar bila penerima
pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang disampaikan oleh pengirim
pesan.
6. Tahapan Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke
Pengirim
Umpan nalik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu rantai
komunikasi.Umpan balik tersebut meruakan tanggapan penerima pesan yang
memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan.
Setalah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan
cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang
diberikan oleh penerima pesan beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman,
tertawa, sikp murung, cemberut, memberi komentar sekilas (singkat), anggukan
sebagai pembenaran, atau pesan secara tertulis. Sebagai contoh, seorang
karyawan perusahaan menerima sepucuk surat dari pimpinan ia tampak berseri-
seri, dapat diduga bahwa ia menerima beritaa yang menyenangkan dari
piimpinanya tersebut. Bentuk ekspresi wajah tersebut adalah contoh adanya
umpan balik dalam berkomunikasi.
21
Disamping itu, adanya umpan balik akan dapat menunjukan adanya factor-
faktor penghambat komunikas, misalnya perbedaan latar lbelakang, perbedaan
penafsiran kata-kata, dan perbedaan reaksi secara emosional.
Menurut Jalaludin Rakhmat, ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif
yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang,
maupun bentuk penghargaan lainnya. Makna ganjaran bagi setiap individu saling
22
berbeda. Bagi orang yang tidak mampu secara ekonomi, ganjaran berupa uang
memiliki bila yang amat tinggi. Dengan demikian seseorang secara sukarela
menjalin hubungan dengan orang lain, sepanjang ganjaran berupa penghasilan atau
uang yang diharapakan itu dapat terwujud (1996, p. 121).
Namun bagi orang uang sudah sangat mapan secara ekonomi, ketika
menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain yang diharapkan bukan
ganjaran berupa uang, akan tetapi ganjaran berupa penghargaan dan penerimaan
sosial. Misalnya, orang kaya yang menyumbangkan sejumlah dana untuk
pembangunana di kampungnya, mengharapkan ganjaran berupa penerimaan sosial
oleh warga.
2. Model Peranan
23
mematuhi sekenario hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario maka
ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara (Suranto, 2011, p. 38).
24
menyelamatkan anaknya dari sanksi yang diberikan sekolah? Sementara sebagai
guru harus melakukan tindakan yang baik dapat dicontohkan semua siswa.
3. Model permainan
Menurut teroi ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu: anak-
anak, orang deawasa dan orang tua. Anak-anak itu manja, tidak mengerti
tanggungjawab, dan jika permintaanya tidak segera dipenuhi ia akan mengangis
meraung-raung, berguling-guling di tanah, atau ngambek dan cuek kepada semua
orang tidak menuruti keamauannya.
Adapun orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan orang lain dan selalu
menyayangi. Oleh karena itu orang tua lebih sabar dan bijaksana. Istilahnya orang
tua itu sudah lebih banyak “makan garam” dibandingkan anak-anak dan orang
dewasa. Artinya, sudah banyak pengalaman, sehingga dianggap tabu melakukan
kesalahan. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil menangis
terguling-guling ketika minta uang tidak dipenuhi oleh orangtuanya, tetapi orang
akan heran jika ada orang tua yang masih bersikap kenak-kanakan.
25
4. Model interaksional
26
Teori ini diutarakan oleh Altman & Taylor. Teori Tembusan Sosial (Social
Penetration Theory) mengatakan dalam proses menjalin hubungan, komunikasi
berubah daripada tahap cetek, tidak intim kepada tahap yang lebih mendalam
dan pribadi dalam jang masa tertentu.
Dalam konteks ini proses komunikasi interpersonal adalah proses tembusan
sosial yang betujuan untuk berkongsi maklumat tentang diri dengan pasangan
masing-masing. Oleh karena itu kita boleh samakan proses komunikasi
interpersonal sebagai proses tembusan sosial. Menurut Altman dan Taylor,
lebih banyak yang kita ketahui tentang pasangan kita, lebih pribadi sifat
komunikasi kita.
27
kita berjumpa seseorang yang tidak kita kenali buat pertama kali. Teori
Pengurang Ketidakpastian ini mengatakan apabila kita berjumpa seseorang
yang kita tidak kenali sebelumnya, kita merasa tidak pasti (uncertain).
28
tidak lagi memperoleh manfaat, maka keadaan seperti ini dapat dipakai sebagai
alasan terjadinya “putus” hubungan interpesonal.
c. Pola hubungan antarpribadi; yang ditunjukkan oleh adanya sikap keterbukaan
dianatar keduanya.
Hubungan interpersonal juga ditandai oleh pemahaman sifat-sifat pribadi
diantara kedua belah pihak. Masing-masing saling terbuka sehingga dapat
menerima perbedaan sifat pribadi tersebut. Adanya perbedaan sifat pribadi
bukan menjadi penghalang untuk membina hubungan baik, justru menjadi
peluang untuk dapat saling mengisi kelebihan dan kekurangan.
d. Kerjasama
Kerjasama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentuingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Hubungan interpersonal yang
dikategorikan memiliki kadar atau kualitas yang baik, tidak saja menunjukkan
adanya interkaksi harmonis yang bertahan lama, namun juga mengarah
tercapainya kerjasama. Bentuk-bentuk kerjasama:
a. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong.
Kerjasama ini dilandasi oleh keikhlasan sosial. Masing-masing pihak
menyadari bahwa hubungan interpersonal itu tujuannya adalah untuk
mengukuhkan pertemanan.
b. Bargaining, yaitu pelaksanaaan perjanjian mengenai pertukaran
barang-barang dan jasa-jasa anatar dua orang atau lebih. Kerjasama
semacam ini didahului dengan kesepakatan dan perjanjian.
Tercapaianya kesepakatan itu senditi disebabkan oleh keyakinan
kedua belah pihak saling memperoleh keuntungan.
c. Ko-optasi (Co-optation), yakni suatu proses penerimaan unsur-
unsur baru dalam suatu hubungan interpersonal, sebagai salah satu
cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi
hubungan interpersonal yang bersangkutan. Misalnya setelah
29
menempuh waktu yang cukup lama, perjanjian dalam bargaining
dilakukan penyesuaian terhadap buti kesepakatan baru.
d. Koalisi (coalition) yakni kombinasi antara daya organisasi atau lebih
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan
keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua
organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai strukrur
yang tidak sama antara satudengan lainnya.
e. Joint-Venture, yaitu kerja sama dalam pengusaha proyek-proyek
tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambngan batu-batuan,
perfilman, perhotelan, dan seterusnya.
a. Bersifat spontan;
b. Tidak berstruktur;
c. Terjadi secarra kebetulan;
d. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan;
e. Identitas keanggotaanya tidak jelas;
f. Terjadi hanya sambil lalu.
30
2.2.2 Siklus Hubungan Interpersonal
KEBERSAMAA
N
PENGIKATAN PEMBEDAAN
PENGGIATAN PEMBATASAN
PENHINDARA
PENJAJAGAN
N
PEMUTUSAN
PERKENALAN
31
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Tahap ini ditandai
adanya tindakan memulai usaha awal, dimana komunikasi biasanya dilakukan
dengan hati-hati agar terbentuk persepsi dan kesan pertama yang baik (Suranto,
2011, p. 42).
Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses
perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha
kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-
masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak
yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses
mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data
demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger dalam makalah Andi Nuraedah (2009)
informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori,
yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau
objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu;
f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
2. Penjajagan
Penjajagan merupakan usaha mengenal diri orang lain. Tahap ini
digunakan untuk mengetahui kemiripan dan perbedaan.
3. Penggiatan
Tahap ini menandai awal keintiman, berbagi informasi pribadi, status
kenalan menjadi teman akrab sehingga banyak perubahan cara berkomunikasi.
Pada tahap ini masing-masing pihak menunjukan sikap untuk menepati
komitmen.
4. Pengikatan atau peneguhan hubungan
Untuk meneguhkan adanya ikatan, maka dalam hubungan pasangan
persahabatan dilakukan dengan saling berjani. Dalam ikatan pasangan
kerjasama, misalnya kerjasama antara dua perusahaan dilakukan dengan
32
membuat nota kesepahaman (MoU). Sedangkan dalam pasangan perkawinan,
ada pengikatan seperti tunangan atau ijab qabul.
5. Kebersamaan
Hakikat kebersamaan adalah bahwa mereka menerima, saling mengahrgai,
dan saling menghormati. Tidak semua hubungan interpersonal dapat mencapai
kebersamaan. Sering kali, hubungan interpersonal hanya sebatas perkenalan.
Ada pula yang berlanjut sampai penjajagan, namun setelah tidak ada kecocokan
sehingga tidak dilanjutkan kepada tahap penggiatan. Waktu yang diperlukan
dari tahap perkenalan sampai kebersamaan bersifat relative. Jika potensi,
situasi, dan kondisi mendukung maka hanya diperlukan waktu singkat untuk
mencapai kebersamaan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat
faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b)
kontrol; c) respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat.
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat
tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan
tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang
mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah
yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang
dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti
oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus
disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan
dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan verbal,
tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab
dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima
dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan
33
interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon
yang tidak tepat. Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan
interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang
berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan
suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar
kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah
suasana emosi.
Perkembangan dari tahap perkenalan penjajagan penggiatan
pengikatan kebersamaan, dinamakan tahap menuju kebersamaan.
Puncak dari hubungan interpersonal yaitu kebersamaan. Dimana
kebersamaan tidaklah bersifat mutlak dan permanen. Seringkali ada hambatan
untuk menjaga hubungan kebersamaan itu. Sehingga, dari hubungan kebersamaan
dapat menjurus ke perpisahan, yang diawali dengan adanya perbedaan-perbedaan.
1. Pembedaan
Pembedaan terjadi tatkal adua orang memutuskan bahwa hubungan mereka
terlalu membatasi adanya perbedaan. Kedua belah pihak mulai memusatkan
pada perbedaan. Mulai menekankan individualitas. Sehingga sering terjadi
perselisihan.
2. Pembatasan
Tahap yang menunjukan bahwa pasangan mulai mengurangi frekuensi dan
keintiman komunikasi. Meski berada dalam satu rumah atau satu gedung,
mereka jarang terlibat dalam pembicaraan.
3. Penghindaran
Penghindaran merupakan upaya selalu menghindar dari pertemuan dan
komunikasi. Misalnya, pasangan yang hidup serumah, tetapi hidup sendiri-
sendiri. Tahap ini menunjukan kemerosotan kadar hubungan. Bentuk perilaku
menghindar ini misalnya, menolak membalas SMS, menolak mengangkat
telepon, kalau akan berpapasan justru mengambil jalan lain.
4. Pemutusan
Pemutusan adalah kadar paling rendah dalam suatu hubungan. Hal ini
disebabkan kedua belah pihak sudah menyatakan putus hubungan. Hal ini dapat
34
terjadi apabila hubungan interpersonal terdapat sebuah konflik atau hubungan yang
tidak sehat dalam artian adalah penyebab dari putusnya hubungan interpesonal
tersebut.
Menurut analisis R.D. Nye (Suranto, 2011, p. 44) ada 5 sumber konflik
yang menyebabkan putusnya hubungan interpersonal, diantaranya:
(1) Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu
dengan mengorbakan orang lain. Misalnya, menunjukan kelebihan
dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain. Dimana
tindakan tersebut hanya memuaskan dirinya sendiri tetapi merugikan
orang lain. Manakala kesabaran sudah mencapai batas terendah, maka
menyebabkan diambilnya keputusan untuk mengakhiri hubungan.
(2) Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang itu merasakan hak-haknya dilanggar. Salah satu pihak
berada pada posisi selalu menang, sementara pihak lain selalu kalah.
Salah satu pihak selalu mengatur, sementara pihak lain selalu tunduk.
Ketika seseorang sudah tidak nyaman dengan posisi tersebut, maka
seseorang tersebut akan mengambil sikap untuk memutuskan
hubungan.
(3) Saling menyalahkan, dimana masing-maisng berusaha menyalahkan
yang lain dan saling mengklaim kebenaran pada diri sendiri.
(4) Provokasi, dimana salah satu pihak terus menerus berbuat sesuatu yang
ia ketahui menyinggung perasaan orang lain. Sikap menganggap orang
lain tidak penting, menjadi benih arogansi yang ujung-ujungnya adalah
tindakan meremehkan orang lain.
(5) Perbedaan niali, dimana kedua belah pihak tidak sepakat tentang nilai-
nilai yang mereka anut.
Penurunan kadar hubungan interpersonal dari perbedaan pembatasan
penghindaran pemutusan, dinamakan tahap menuju perpisahan.
35
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi di dalam program atau
kegiatan. . Adapun Prasetyo Budi Saksono mengatakan efektivitas adalah seberapa
besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari
sejumlah input.
Sehingga efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas,dan waktu) yang telah tercapai oleh manajemen, yang
mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
36
terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya.
2. Empati
Henry Backrack (Cangara, 1998) mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain
pada suatu saat tertentu dari sudut pandang orang lain itu melalui kacamata
orang lain. Orang yang empati mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka untuk
masa mendatang. Pengertian empati ini akan membuat seseorang lebih mampu
menyesuaikan komunikasinya, misalnya apa yang anda katakan atau bagaima
anda mengatakannya.
3. Sikap mendukung
Hubungan antarpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik
tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Maksudnya satu
dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang
disampaikan. Jack R. Gibb (Fajar, 2009, p. 84) menyebutkan tiga perilaku
menimbulkan sikap suportif, yakni Kita memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic,
dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap Positif
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpersonal
dengan sedikitnya dua cara:
a. Menyatakan sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
b. Perasaan positif pada suatu situasi komunikasi pada umumnya sangat
Sikap positif dapat ditunjukan dengan berbagai macam perilaku dan sifat.
Contohnya menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap orang lain, tidak
menaruh curiga secara berlebihan, memberikan pujian dan penghargaan,
komitmen dalam kerjasama.
5. Kesetaraan
37
Konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti
ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan
tidak mengharuskan Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan.
Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau
lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar
setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi
antarpersona akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada
pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting
untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan antar persona yang ditandai
dengan kesetaraan ketidak-sependapatan dan kita menerima dan menyetujui
begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti
kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta
kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
Contoh perilaku yang menunjukan kesetaraan antara lain:
a. Menempatkan diri setara dengan orang lain
b. Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda
c. Mengakui pentingnya kehadiran orang lain
d. Tidak memaksa kehendak
e. Komunikasi dua arah
f. Saling memerlukan
g. Suasana komunikasi akrab dan nyaman
38
perhatian, pengakuan, cinta kasih, simpati, maupun respom positif
dari orang lain.
1. Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal
yang efektif adalah respect, ialah sikap menghargai setiap
individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa
hormat dan saling merhargai merupakan hukum yang pertama dalam
kita berkomunikasi dengan orang lain.
2. Empathy
Empathy (empati) dalah kemampuan kita untuk menempatkan diri
kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
Komunikasi empatik dilakukan dengan memahami dan mendengar orang
lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau
sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan meningkatkan
kemampuan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan
sikap yang akan memudahkan penerimaan komunikan menerimanya.
Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada
halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
3. Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau
dimengertikan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti
kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan
balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan
dapat diterima oleh penerima pesan.
4. Clarity
39
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka
hukum ke empat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari
pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi
atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula
berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi
interpersonal kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada
yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan
rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
5. Humble
Hukum ke lima dalam membangun komunikasi interpersonal yang
efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang
terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai
orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita
miliki. Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima
hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi
seorang komunikator yang handal, yang dapat menyampaikan pesan
dengan cara yang sesuai dengan keadaan komunikan. Komunikasi
interpersonal yang tidak mempertimbangkan keadaan komunikan,
akan menghasilkan komunikasi yang arogan, satu arah, dan
seringkali menjengkelkan orang lain.
Dalam pelaksanaannya Jalaludin Rakhmat dalam bahwa komunikasi
antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi
interpersonal; dan hubungan interpersonal (Cangara, 2007).
1. Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau
menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan
makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang
berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal
40
akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta
komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat
kegagalan komunikasi
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep
diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu:
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
b. Merasa stara dengan orang lain;
c. Menerima pujian tanpa rasa malu;
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan
dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya
tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam
hal:
b) Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang
lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga
makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga
cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif.
Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya
secara negatif.
c) Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.
Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan
kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-
orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita
akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
4. Hubungan Interpersonal
41
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang
dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan
derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi
1. Kepercayaan Diri
Untuk menjadi komunikator yang efektif, kita memerlukan kepercayaan diri
terhadap sosial. Perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat oleh orang lain.
2. Kebersatuan
Hal ini mengacu pada penggabungan aantara pembicara dan pendengar untuk
terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan. Secara nonverbal kita
mengkomunikasikan kebersatuan dengan memelihara kontak mata yg patut,
kedekatan fisik yg menggemakan kedekatan psikologis, serta sosok tubuh yg
langsung dan terbuka.
3. Manajemen interaksi
Komunikator yg efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak.
Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun dapat diabaikan
atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam
seluruh komunikasi.
4. Daya ekspresi
42
pengkomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan lawan
bicara.
43
Komunikasi interpersonal yang efektif akan membantu anda mengantarkan
kepada tercapainya tujuan tertentu. Jika komunikasi interpersonal tidak berhasil,
akibatnya bisa apa saja,dari sekedar membuang waktu,sampai akibat buruk yang
tragis. Misalnya saja, kegagalan komunikasi antara pengatur perjalanan kereta api
dengan masinis,dapat mengakibatkan terjadinya tabrakan sesama kereta api yang
membawa korban harta dan nyawa. Kita harus menyadari, bahwa komunikasi
interpersonal merupakan jalan menuju sukses. Keterampilan berkomunikasi secara
efektif merupakan modal penting bagi sebuah keberhasilan.
2.3.3 Cara Melakukan Komunikasi Interpersonal Yang Efektif
44
2. Bersikap empati. Sebagaimana disebutkandidepan bahwa empati adalah
memposisikan diri dalam situasi yang dialami dan sekaligus memahami apa
yang dirasakan oleh komunikan.
3. Fleksibel. Anda tidak harus kaku dan serius dengan gaya yang formal.
Komunikasi itu perlu sisipan informal dengan humor agar santai.
4. Lugas dan ringkar. Gunakan kata atau kalimat yang to the point dan ringkas.
Dan sedapat mungkin dengan kata atau kalimat pendek tetapi tidak mengurangi
makna atau maksud. Pemakaian kata atau kalimat yang bertele-tele menjadi
membosankan.
5. Memahami bahasa non verbal yang tepat. Terkadang bahsa tubuh lebih
bermakna ketimbang bahasa verbal karena sulit dimanipulasi.
6. Menjadi pendengar yang baik. Artinya apabila ada seseorang yang sedang
berbicara maka kita harus mendengarkan dengan baik agar bisa memberikan
respon yang tepat sesuai dengan harapan lawan bicara kita.
7. Konsisten. Konsisten mempunyai makna kesucian. Dalam konteks komunikasi
maka komunikator tidak dengan mudah memindahkan topik-topik pembicaraan
kepada komunikan sehingga komunikan menjadi bingung.
8. Egaliter. Artinya tidak membuat sekat-sekat atau pembatas antara komunikator
dengan komunikan. Jika ini tersa makna hubungan baik menjadi terhapus.
9. Terbuka. Dalam artian bersedia untuk dikresi jika ada kekeliruan dan meminta
maaf jika salah. Sikap seperti ini turut mendukung komunikasi.
45
2.4.1 Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem
46
untuk menilai segala simuli. Proses menilai stimuli adalah persepsi. Di samping itu,
manusia juga mempunyai ukuran kepatutan dalam berprilaku yang bersumber dari
konsep diri.
1. Persepsi Interpersonal
47
Persepsi sosial kini telah memperoleh konotasi baru sebagai proses
mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial. Ada empat perbedaan
antara persepsi objek dan persepsi intepersonal, yaitu:
a. Stimulasi ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik dan stimuli
mungkin sampai kepada seseorang melalui lambang-lambang verbal atau
grafis.
b. Ketika menanggapi onbjek, seseorang hanya menanggapi sifat-sifat luar
objek itu, tapi tidak melihat sifat batiniyah obyek itu. Namun, pada persepsi
interpersonal mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera
seseorang.
c. Ketika mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada seseorang;
seseorang itu pun tidak memberikan reaksi emosional padanya, tetapi dalam
persepsi interpersonal, akan terjadi sebaliknya.
d. Objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi
interpersonal yang berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah.
Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal sebagai berikut:
a. Deskrispsi Verbal
Deskripsi verbal adalah penjelasan dari suatu sifat yang diikuti dengan
sifat-sifat yang lainnya, baik sifat yang baik terlebih dahulu maupun sifat
yang tidak baik terlebih dahulu.
b. Deskripsi Proksemik
Petunjuk proksemik adalah persepsi yang didasarkan oleh adanya jarak-
jarak tertentu dalam proses komunikasi antara individu dengan individu
lainnya.
c. Petunjuk Kinesik
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang
lain yang ditunjukkan kepada seseorang.
d. Petunjuk Wajah
Diantara petunjuk non verbal, petunjuk wajah adalah persepsi yang
didasarkan kepada ekspresi wajah untuk mengenali perasaan seseorang.
e. Petunjuk Paralinguistik
48
Petunjuk paralinguistik meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara,
gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan
komunikasi atau obrolan).
f. Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual adalah persepsi yang meliputi segala macam yang
terlihat oleh indera yang meliputi penampilan, kosmetik yang dipakai,
baju, pangkat, badge, dan atribut lainnya.
Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal
Kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk
meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal seseorang. Beberapa ciri-ciri
khusus penanggap yang ceramat adalah:
a. Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu
lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui
rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.
b. Motivasi
Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat
banyak melibatkan unsur-unsur motivasi.
c. Kepribadian
Orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani
perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu
pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan
penilaian posoitif pada orang lain.
Proses Pembentukan Kesan
a. Stereotyping
Stereotyping adalah proses pembentukan kesan yang terjadi pada
saat awal komunikasi terjadi.
b. Implicit Personality Theory
Implicit Personality Theory adalah proses pembentukan kesan yang
terjadi karena adanya konsepsi atau kategorisasi yang terbentuk dari
awal komunikasi terjadi.
49
c. Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan
karakteristik orang lain dengan melihat perilaku yang tampak
(Baron dan Byrne, 1979:56).
Proses Pengelolan Kesan, Menurut Erving Goffman menyebut proses
pengelolaan kesan timbul karena adanya petunjuk-petunjuk verbal dan non
verbal.
Pengaruh Persepsi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Jika individu tidak cermat dalam mempersepsikan orang lain, maka akan
terjadi kegagalan komunikasi antara individu dengan individu lainnya. Hal
tersebut akan membaik jika individu menyadari kesalahan persepsinya.
2. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita yang
meliputi pikiran dan harga diri kita sendiri.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1) Orang Lain
Konsep diri seseorang akan terbentuk jika timbul adanya penilaian dari
orang lain, baik penilaian secara positif dan negatif.
2) Kelompok Rujukan (Reference Group)
Konsep diri seseorang akan terbentuk dengan adanya norma-norma
pada suatu kelompok yang membuat suatu individu berperilaku sesuai
dengan norma-norma kelompok yang mengikatnya.
b. Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi Interpersonal
1) Dipenuhi Sendiri
Suatu individu akan berperilaku sesuai dengan konsep diri sesuai
kualitas konsep dirinya tersebut.
2) Membuka Diri
Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka
untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
3) Percaya Diri
50
Kurangnya percaya diri akan menimbulkan konsep diri yang tidak sehat
dan akan menjadi orang yang aprehensif dalam komunikasi.
4) Selektivitas
Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi karena konsep diri
mempengaruhi pesan apa yang akan diterima. Jadi, untuk membentuk
suatu konsep diri yang sehat adalah baik jika tidak menerima pesan
secara mentah-mentah.
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere menuju trahere yang artinya
adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
a. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Atraksi Interpersonal, antara lain:
1) Faktor Personal
Faktor personal sangat menentukan timbulnya atraksi seseorang dengan
orang lain. Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi
interpersonal, adalah sebagai berikut:
a) Kesamaan Karakteristik Personal
Adanya kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau
status sosial, ekonomi, agama dan ideologi.
b) Tekanan Emosional
Individu yang sedang mengalami tekanan emosional akan
membutuhkan kehadiran orang lain sehingga kecenderungan akan
menyukai semakin besar.
c) Harga Diri yang Rendah
Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyukai orang
lain. Orang yang merasa penampilannya kurang menarik akan
mudah menerima persahabatan dari orang lain.
d) Isolasi Sosial
Beberapa penelitan menunjukkan bahwa semakin besar tingkat
isolasi yang dialami seseorang maka semakin besar pula
kecenderungan seseorang menyukai orang lain.
2) Faktor Situasional
51
Adapun faktor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya
atraksi interpersonal, antara lain:
a) Daya Tarik Fisik (physical attractiveness)
Biasanya seseorang yang berpenampilan menarik akan lebih mudah
mendapat perhatian atau simpati dari orang lain.
b) Ganjaran (Reward)
Individu cenderung menyukai orang yang memberikan ganjaran
yang berupa dorongan motivasi dan bantuan secara moral.
c) Familiarity
Seseorang akan lebih menyukai sesuatu yang sebelumnya sudah ia
kenal akrab.
d) Kedekatan (Proximity) atau Closeness
Kedekatan antara individu dengan individu lainnya dapat terjadi
karena adanya sebuah stimulus netral yaitu tempat tinggal yang
berdekatan.
e) Kemampuan (Competence)
Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang
lain yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi atau lebih berhasil
dalam kehidupan dirinya.
3) Komunikasi Atraksi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
a) Penafsiran Pesan dan Penilaian
Manusia adalah makhluk rasional dan emosional.Oleh karena itu,
ketika individu menyenangi seseorang, individu tersebut cenderung
melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif, begitu
pula sebaliknya.
b) Efektivitas Komunikasi
Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.
4. Hubungan Interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi
52
hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Terdapat beberapa teori mengenai
hubungan interpersonal yang kita kenal, yaitu:
a. Model Pertukan Sosial
b. Model Peranan
c. Model Permainan
d. Model Interaksional
53
Sikap suportif adalah sikap yang digunakan untuk mengurangi sikap
defensif, karena orang yang bersikap defensif dalam komunikasi adalah
orang yang cenderung akan menutup diri dari ancaman dan tidak akan
bisa menerima informasi-informasi dari lawan bicaranya.
c. Sikap Terbuka
Sikap terbuka (open-mindedness) sangat besar pengaruhnya dalam
menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Dengan adanya
sikap terbuka komunikan akan lebih mudah menerima secara selektif
dan menyampaikan secara komunikatif.
2.4.2 Aturan dan Harapan
54
H Motivasi
A
R
A
P
A Pengala- Nilai
N man
Komunikasi
INTERPER-
SONAL
T
U
J
Kepriba- U
dian Norma A
N
Etika
Jadi dapat dikatakan bahwa aturan dan harapan menjadi input yang
menggerakan individu melakukan komunikasi interpersonal. Kalau dianalisis lebih
tajam, adanya harapan perlu dipandu dengan aturan. Harapan saja tanpa ada aturan,
cenderung mendorong manusia untuk serakah, melakukan berbagai hal untuk
mengejar keuntungan sendiri dan mengabaikan hak orang lain. Pola hubungan
harapan dan aturan dengan komunikasi interpersonal dilukiskan pada gambar 3.3.
Oleh karena setiap individu memiliki harapan dan aturan yang saling berbeda
dengan yang lain, maka situasi ini menghasilkan karakter cara berkomunikasi
interpersonal setiap individu bersifat unik, khusus, dan berbeda dengan orang lain.
Meskipun berasal dari keluarga yang sama, karakter seseorang tidaklah sama persis
dengan anggota keluarga lainnya karena lingkungan sosial tidak terbatas pada
55
keluarga, melainkan mencakup teman sebaya, masyarakat, sekolah, media massa,
dan sebagainya.
Aturan dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena aturan tidak hanya
menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi
pesan, tetapi juga makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk
mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh
perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada aturan-aturan yang kita unduh
dari tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, aturan menjelma menjadi landasan
pertimbangan berkomunikasi. Artinya bahwa, cara berkomuni-kasi dipandu oleh
aturan mengenai benar-salah, dan baik-buruk.
2.4.3 Persepsi
56
kita apakah mengenai suasana lingkungan, gambar, peralatan, rumah tangga, atau
perilaku orang lain, memiliki basis yang sama, yakni berdasarkan proses persepsi.
Dalam setiap komunikasi yang melibatkan dua orang atau beberapa orang,
akan terdapat beragam pribadi yang harus dikenali, yaitu diri kita sendiri dan diri
pihak atau orang lain yang menjadi partner komunikasi kita. Upaya mengenali
orang lain bukanlah perkara mudah dan sederhana. Upaya ini menyangkut proses
psikologis yaitu persepsi. Persepsi merupakan proses internal dalam diri seseorang
yang memungkinkan ia memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan
dari lingkungan sehingga hal itu mempengaruhi perilaku yang bersangkutan.
Ketika kita berkomunikasi, kita akan mendasarkan persepsi terhadap orang
lain atas perilaku komunikasinya yang dapat kita amati. Beberapa hal yang patut
kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi ini (Mulyana D. , 2000, p. 176)
mengungkapkan hal-hal berikut:
1. Persepsi mendasarkan pada pengalaman
Dikemukakan bahwa pola-pola perilaku seseorang itu berdasarkan
persepsi mengenai realitas sosial yang telah dipelajarinya (pada masa lalu).
Artinya, persepsi kita terhadap seseorang, objek, atau kejadian, dan reaksi kita
terhadap hal-hal itu amat tergantung pada pengalaman masa lalu berkaitan
dengan orang, objek atau kejadian serupa. Seperti halnya cara kita bekerja,
menilai pekerjaan yang baik bagi kita, cara kita makan, cara kita menilai
kecantikan; semua ini amat tergantung pada apa yang telah diajarkan budaya
kita mengenai hal-hal tersebut.
2. Persepsi bersifat selektif
Pada dasarnya melalui indera kita, setiap saat diri kita ini dirangsang
dengan berjuta rangsangan. Jika kita harus memberikan tafsiran atas semua
rangsangan itu, maka kita ini bisa menjadi gila. Karena itu, kita dituntut untuk
mengatasi kerumitan tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang menarik
bagi kita. Atensi kita pada dasarnya merupakan faktor utama dalam
menentukan seleksi atas rangsangan yang masuk ke dalam diri kita.
3. Persepsi bersifat dugaan
57
Karena pada dasarnya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak
pernah lengkap, makasering kita melakukan dugaan atau langsung melakukan
penyimpulan. Coba perhatikan gambar apa yang bisa dibuat dengan ketiga titik
dan keempat titik berikut ini.
4. Persepsi bersifat evaluative
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan
sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering mempengaruhi
persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang objektif. Kita
melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingan
subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif; merupakan proses
kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan dengan
memaknai objek persepsi itu sendiri.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Dari setiap peristiwa komunikasi, seseorang selalu dituntut untuk
mengorganisasikan rangsangan menjadi suatu persepsi. Konteks nampaknya
berpengaruh kuat atas persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang. Coba
perhatikan gambar di bawah ini.
58
2.5 Etika Komunikasi Interpersonal
2.6.1 Pengertian Etika
Pengertian etika secara etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata
latin ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai
dengan kebiasaan masyarakat. Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk
mempelajari etika, sehingga terdapat pengertian lain tentang etika ialah sebagai
suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia,
mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai butuk, etika juga disebut ilmu
normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma)
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku, apakah baik atau
buruk (Suranto, 2011, p. 125).
Etika dapat mengantar orang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan
rasional, untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan apa
yang dapat dipertanggungjawabkan-nya sendiri. Etika menyanggupkan orang untuk
mengambil sikap etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhdapa norma-
norma yang sudah dibakukan oleh sebuah institusi atau masyarakat. Ukuran etika
terletak pada kesesuaian tindakan dengan norma yang berlaku. Dikalangan
masyrakat Barat, terlambat datang pada pertemuan resmi sudah menjadi beban
tersendiri, misalnya merasa malu dan bersalah, mungkin juga dilarang masuk ke
ruangan rapat. Tetapi di Indonesia hal itu tampaknya tidak terlalu menjadi masalah.
Mengapa demikian? Karena norma yang dipakai berbeda. Norma rujukan yang
59
digunakan untuk menilai tindakan, wujudnya bisa bermacam-macam. Mungkin
tata-tertib, mungkin pula kode etik. Kode etik disusun untuk dipergunakan sebagai
perangkat nilai yang mengarahkan dan mengawasi tindakan para anggotanya.
Ukuran etis yang berbeda dikemukakan oleh aliran teleologis (telos berarti
tujuan). Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat
dari tujuan atas tindakan itu. Jika tujuannya baik dalam arti sesuai dengan norma
etika di masyarakat, maka tindakan itu digolongkan sebagai tindakan etis. Jadi,
apabila suatu tundakan bertujuan jelek, akan dikategorikan tidak etis. Dalam
hikayat betawi, kita mengenal ada seorang pemuda pribumi bernama Si Pitung,
yang sering melakukan perampasan harta kumpeni, tetapi dengan tujuan untuk
dibagikan kepada fakir miskin. Tindakan itu dianggap etis, karena bertujuan mulia.
Masalahnya adalah bahwa tujuan tindakan itu baik atau buruk, menurut siapa?
Suatu tindakan menurut yang melakukan bertujuan baik, tetapi bagi orang lain
mungkin terkandung tujuan jelek.
Etika egoisme menetapkan norma moral pada akibat yang diperoleh oleh
pelakunya sendiri. Artinya, tindakan dikategorikan etis dan baik apabila
menghasilkan terbaik bagi diri sendiri (individu) secara pribadi. Apabila sesorang
yang sudah selesai kuliah dihadapkan pada suatu pilihan etis, misalnya langsung
60
menikah, atau bekerja dulu sebelum menikah. Menurut aliran ini, jatuhnya pilihan
akan didasarkan pada opsi yang lebih menguntungkan diri sendiri. Jadi, mana yang
lebih etis sifatnya relative: apakah bekerja dulu atau menikah? Kalau misalnya
dirasa bekerja dulu lebih menguntungkan secara pribadi, itulah yang lebih etis.
Karena standar etika yang ditetapkan adalah menurut kaca mata pribadi, maka
aliran etika ini dapat dinamakan sebagai etika pribadi.
“Memilih antara baik dan buruk itu bukan masalah etis, sebab jika
saya tahu apa yang baik dan apa yang buruk, maka saya akan memilih yang
baik itu. Jika saya tahu apa yang benar dan apa yang salah, maka tidak ada
masalah sama sekali, apa yang dilakukan adalah apa yang benar itu.
Maslaah etis sesungguhnya, jika seseorang membiarkan pengalaman
moralnya sendiri, dirumuskan tidak sebagai pertentangan antara baik dan
baik, antara benar dan benar, serta antara yang baik dan yang benar.”
Perbedaan sifat berbagai tindakan ada kalanya memang sangat sulit untuk
dibedakan. Misalnya saja kita sedang mengerjakan tugas penting di rumah yaitu
menanggapi tamu, tiba-tiba telepon berdering dan kita melihat tidak ada anggota
keluarga lain yang akan mengangkat telepon, masalah etisnya ialah bahwa antara
melayani tamu dan mengangkat telepon, kedua-duanya merupakan tindakan yang
61
baik. Untuk menentukan pilihan etis kita, meski kita mesti menggunakan berbagai
pertimbangan secara komprehensif.
Dasar-dasar etika:
Standar etika adalah bahwa tindakan itu dikategorikan etis atau baik jika
sesuai dengan norma dan nilai sosial budaya di masyarakat. Dengan demikian,
62
tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subjektif individu, melainkan pada
kesepakatan bersama masyarakat secara umum. Misalnya, disebuah desa di
kabupaten Purwodadi jawa tengah masyarakat menyepakati ”aturan”, bilamana ada
orang terbukti melakukan zina, maka dikenai sanksi adat, yaitu si pelaku laki-laki
harus menyetor 5 truk pasir untuk pembangunan desa. Bila si pelaku tidak
mengindahkan, maka tindakan lebih tegas akan diserahkan pada pemuda.
Kata profesi berasal dari bahasa latin professues yang berarti pekerjaan.
Dalam perkembangannya, profesi dipergunakan sebagai istilah untuk
menggambarkan jenis pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu disertai dengan
ketentuan-ketentuan normative. Didalam profesi itu ada keahlian yang khas, serta
peraturan yang unik, yang membedakan dengan profesi lainnya. Ada profesi dokter,
guru, wartawan, humas, artis, dan sebagainya. Masing-masing diikat oleh adanya
ketentuan norma, baik tertulis maupun tidak tertulis. Norma yang mengatur secara
khusus itulah yang sering disebut sebagai etika profesi atau kode etik profesi.
63
4) Melalui periode panjang menjalani pendidikan, latihan dan sertifikasi.
5) Menjadi anggota sosiasi atau organisasi profesi tertentu sebagai wadah
komunikasi, membina hubungan baik dan saling tukar menukar
informasi sesama para anggotanya.
6) Memperoleh pengakuan terhadap profesi yang disandangnya.
7) Sebagai professional memiliki perilaku yang baik dalam melaksanakan
profesi dan penuh dengan tanggung jawab sesuai dengan kode etik.
64
Dibawah ini terdapat beberapa macam-macam etika komunikasi dan cara etika
berkomunikasi yang baik:
65
ungkapkan pada pesan verbalnya contohnya seseorang mengatakan bahwa ia
tidak marah tetapi wajahnya terlihat tegang, hal ini terjadi pada seseorang yang
berusaha menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Pada awalnya mungkin
orang tersebut berhasil menyembunyikan perasaan sebenranya dengan cara
berpura-pura tetapi lama kelamaan wajahnya alan mengekspresikan perasaan
atau emosi yang sebenarnya.
66
penganutnya untuk mengatur jaraksedemikian rupa sehingga sesuai dengan
tujuan komunikasi.
6) Ketika kita tengah berbincang dengan teman, suara hendaklah disesuaikan,
jangan terlalu keras. Kalau hendak batuk, bersin atau menguap hendaklah
ditutup mulut dengan tangan.
2. Etika berkomunikasi dengan media telepon.
Dewasa ini telepon, baik telepon kabel maupun seluler sudah menjadi media
komunikasi yang sangat diperlukan untuk efisiensi penerimaan dan penyampaian
informasi. Jika cara menelpon maupun menerima telepon tidak mengikuti tata
karma maka nama baik akan dipertaruhkan. Oleh karena itu sejumlah prinsip etika
berkomunikasi dengan telepon sangat perlu dipahami dandilaksanakan.
67
3. Etika menggunakan SMS
1) Isi SMS yang hendak dikirmkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai
muncul kata-kata atau kalimat yang dapat menyinggung perasaan si
penerima
2) Penggunaan kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan
SMS.
3) Kurang pantas jika kita menerima SMS yang perlu dibalas, tetapi menunda-
nunda sampai lupa membalasnya. Kita dapat dianggap kurang
memperhatikan dari si pengirim SMS.
4) Jangan menggunakan istilah singkatan yang tidak popular, karena dapat
menimbulkan salah penafsiran.
5) Gunakan SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya bisa
mengganggu orang lain.
6) Menuliskan SMS dengan huruf capital, sering dianggap sebagai ungkapan
kemarahan.
68
Penggunaan teknologi dalam kehidupan pribadi dapat dengan mudah kita
buktikan dengan semakin banyak nya yang menggunakan netbook dalam
kehidupan sehar-hari. Selain itu bisa dengan mudah kita saksikan para pegawai atau
karyawan menggunakan handphone, handphone juga termasuk teknologi yang
berkembang dengan pesat dibandingkan dengan media lain, handphone benar benar
memperoleh simpati masyarakat terutama para remaja. Masalahnya bagaimana kita
dapat menggunakan alat teknologi handphone tersebut agar bernilai positif apabila
digunakan dengan orang yang mempunyai etika. Norma yang perlu diperhatikan:
Ada berbagai cara yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk menunjukan
tindakan menghormati tamu. Kemampuan menerima dan menyambut tamu dengan
baik, akan berhubungan dengan penilaian si tamu terhadap diri dan keluarga kita.
Ada pepatah mengatakan “tamu adalah raja”. Hal ini mengisyaratkan bahwa
menyambut tamu dengan baik merupakan kewajiban tuan rumah. Ada berbagai cara
unik yang dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut tamu:
69
6. Etika di Ruang Tunggu Umum
7. Etika berkenalan
Ada pepatah yang bagus,memiliki musuh satu orang terlalu banyak dan
memiliki teman seribu terlalu sedikit. Artinya, semakin banyak teman semakin baik
bagi kita. Salah satu cara menambah teman,adalah dengan berkenalan. Ada
berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai norma etika.
70
3) Jangan abaikan personal contact:
- Genggam tangannya secara mantap selama 3-4 detik saja
- Pandang mata selaraskan dengan tujuan komunikasi
- Tubuh sedikit ke depan.
- Senyum simpatik
4) Orang yang lebih muda diperkenalkan ke yang lebih tua.
5) Umumnya pria diperkenalkan kepada wanita
6) Memberi sedikit informasi tentang orang yang diperkenalkan
7) Hindari perkenalan ditempat ramai seperti jalan raya,pasar dan lain-lain
71
b) Yang perlu dihindari dalam percakapan:
Memotong pembicaraan orang lain
Memborog semua pembicaraan
Membual tentang diri sendiri
Membicarakan hal yang menimbulkan pertentangan
Membicarakan soal penyakit dan kematian secara bertele=tele
Menanyakan hal yang bersifat pribadi
Mempermalukan orang lain
Menanyakan harga barang yang dipakai seseorang.
Berbisik-bisik
72
5) Efektif karena menghemat waktu dan bisa dilakukan dimana saja, dan kapan
saja kita inginkan.
6) Emosi atau perasaan antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan
mengurangi kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh
lawan bicaranya.
7) Komunikasi tatap muka dapat dengan mudah membujuk lawan bicaranya
karena adanya pengaruh komunikasi lain dan pengaruh lingkungannya.
2.6.2 Kekurangan Komunikasi Intepersonal
73
kesibukan saat ini, yang membuat intensitas bertemu masing-masing orang
sangat sulit, memungkinkan mereka lebih memilih berkomunikasi dengan
menggunakan media. Selain itu, berkomunikasi menggunakan media juga
dianggap sebagai tren yang sedang berkembang di masyarakat. Akan
tetapi, ada biaya yang dibebankan dalam penggunaan media internet
tersebut.
Diantara uraian di atas dengan contoh-contoh, dapat kita daftar beberapa
kelebihan komunikasi antar-pribadi dibandingkan dengan bentuk komunikasi
lainnya, terutama dalam hal efektivitasnya dalam mengubah perilaku, sikap, opini,
dan perilaku komunikan. Antara lain komunikasi berlangsung secara tatap muka,
dengan komunikasi tatap muka, terjadi kontak pribadi.
74
Apapun bentuk komunikasi, tampaknya tak mungkin selalu bersifat simetris
atau sejajar. Tak jarang pula komunikasi antarpribadi menunjukkan hubungan
dominasi dan subordiasi dalam jalinan hubungannya. Meskipun proses negoisasi
dan evaluasi terhadap hubungan dapat denga mudak dilakukan dengan komunikasi
yang bersifat tetep muka. Akan tetapi, efek komunikasi yang terhambat juga
menimbulkan efek yang lebih jauh terhadap hubungan.
75
2) Budaya
Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi
ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang
lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat
menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.
3) Kebenaran yang semu
Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar tidak dan salahpun juga
tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu kebohongan di
dalamnya.Dalam sebuah komunikasi harus ada kejelasan ataupun kejujuran
agar ada keterbukaan antar personal.
4) Penipuan
Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam sebuah
komuikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi dan
sudah terpelihara selama ini.
5) Tujuan yang tidak jelas.
Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar ada
tujuan yang pasti,apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.Misalnya misskomunikasi yang dapat memecahkan hubungan
antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya.
6) Salah paham
Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam
berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu
komunikasi.Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu
hubungan komunikasi.Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah
atau ada pemutusan hubungan.
7) Sisi historis/ pengalaman
Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri bila dari
pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada titik temu maka terjadi
kesalahpahaman. Dan bila orang yang bersangkutan tidak segera memperbaiki
76
bisa saja terjadi perusakan yang berakhir dengan pemutusan suatu hubungan
atau komunikasi.
8) Menganggap enteng lawan bicara
Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa menghormati
antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak
ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-halyang tidak diiiginkan
misalnya pemutusan hubungan.
9) Mendominasi pembicaraan
Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan
melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan
komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar.
10) Pihak ketiga
Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak ketiga
yangdatang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang dapat merusak
suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini dapat terjadi karena pihak
ketiga tidak tahu dari awala apa yang terjadidalam komunikasi dua arah yang
sebelumnya dan dai bisa merusak sedikit demisedikit komunikasi atau hubungan
yang sudah etrciptasebelumnya.
Di dalam berkomunikasi, selain keefektifan tentunya kita tak bisa lepas dari
hambatan dalam berkomunikasi. Berikut adalah hambatan-hambatan dalam
berkomunikasi:
1. Berkomunikasi tidak sesuai dengan tingkatan bahasa para pendengarnya.
2. Tidak mengerti keinginan arah pembicaraan dari para pendengarnya.
3. Tidak memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para
pendengarnya.
4. Tidak memahami kelas social para pendengarnya.
5. Adanya saling tidak percaya.
6. Tidak membalas pembukaan diri orang lain/ lawan bicara.
Adapula berdasarkan hambatan dibedakan atas sifatnya, dan jenis
hambatannya, yaitu:
1. Berdasarkan Sifatnya hambatan dibedakan menjadi 2
77
Hambatan yang bersifat objektif
Kurangnya kemampuan berkomunikasi, penyajian pesan yang kurang baik,
waktu penyampaian yang kurang tepat.
Hambatan yang bersifat subjektif
2. Berdasarkan jenis hambatan, dibagi menjadi 4 jenis:
Akibat gangguan semantic
Hal ini disebabkan oleh pengetahuan mengenai kata-kata atau bahasa yang
tidak tepat seperti yang dimaksud oleh komunikator. Karena orang-orang
yang terlibat dalam suatu proses komunikasi mengionterpretasikan kata atau
bahasa dengan cara yang berbeda, maka dapat terjadi mereka mempunyai
pengertian yang berbeda pula.
Adanya kepentingan-kepentingan yang ingin diperoleh baik
olehkomunikatir atau komunikannya. Kepentingan ini akan menentukan
seseorang selektif dalam mengartikan dan menanggapi suatu pesan.
Kepentingan akan menentukan daya tangkap, perasaan, pikiran, dan tingkah
laku seseorang.
Kurangnya motivasi.
Dalam komunikasi, motivasi orang akan menentukan intensitas tanggapan
seseorang terhadap pesan yang dikomunikasikan.
Adanya prasangka juga menjadi penghambat dalam proses komunikasi
antarpersona. Prasangka seseorang terhadap sesuatu masalah atau orang lain
biasanya ditentukan oleh term of reference orang tersebut.
Cara mengatasi hambatan komunikasi tersebut dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara memperhatikan
umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non
verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik. Setiap individu
merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang psikologis,
sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami, seseorang dapat
menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi.
78
79
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
80
3.2 Saran
81
DAFTAR PUSTAKA
Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
82
Sendjaja, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tubbs, ST. & Moss, S. Terjemahan Deddy Mulayana & Gembirasari. (2005).
Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
83
LAMPIRAN
NAMA TUGAS
Tiara Sri Rahayu Menyususn materi mengenai
pengertian, komponen, dan tujuan
komunikasi interpersonal
Membuat bab I (pendahuluan)
Membuat bab III (penutup)
Disa Hastaria Menyusun materi mengenai fungsi dan
proses komunikasi interpersonal
Mengedit bahan presentasi
Ayu Sekarini Menyusun materi mengenai teori
hubungan interpersonal, ciri-ciri
hubungan interpersonal
Fairuz Azkia Menyusun materi mengenai system
komunikasi interpersonal
Asri Kania Menyusun materi mengenai etika
komunikasi interpersonal
Syifa Nuraprilia Menyusun materi mengenai efektivitas
komunikasi interpersonal (
Miftah Maulana Menyusun materi mengenai kelebihan
dan kekurangan komunikasi
interpersonal, dan siklus hubungan
interpersonal
Ajeng ayu Menyusun materi mengenai hambatan
dalam komunikasi interpersonal dan
jenis komunikasi interpersonal
84