Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keterbelakangan mental ( Retardasi Mental, RM ) atau di sebut juga
oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.adalah
suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang dibawah rata-
rata disertai dengan kekurangan kemampuannya untuk menyesuaikan diri
(berprilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun atau keadaan
dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang
secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang.
Pembatasan ini akan menyebabkan anak belajar dan berkembang dengan lambat
daripada anak lain.
Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup,
diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini.
Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang kesehatan
masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami
retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Retardasi mental
merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang anak
sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama,
hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang terpenting.
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3
persen penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena
retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan
dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak
sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5
kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.Sehingga

1
retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya
masih merupakan masalah yang tidak kecil.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari retardasi mental ?
2. Apa etiologi dari retardasi mental ?
3. Bagaimana manisfestasi klinik dan patofisologi dari retardasi mental pada
anak?
4. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada anak dengan
retardasi mental ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari anak dengan retardasi mental ?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada anak dengan retardasi mental ?
7. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental ?

1.3. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui konsep dasar medis dan asuhan keperawatan pada anak


dengan retardasi mental .

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui landasan teori dari anak dengan retardasi mental (pengertian,


etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan)

2. Mengetahui WOC pada anak dengan retardasi mental .

2
3. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental
secara efisien dan tepat.

3
BAB II

TEORI KONSEP

2.1. Definisi Retardasi Mental

American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi


retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu
penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal
penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.

Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya ( impairment)
keterampilan ( kecakapan, skill ) selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik
dan sosial. ICG ( WHO, 1992 ).

Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi


pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari:

a. Maturasi

b. Proses belajar

c. Penyesuaian diri secara social

4
2.2. Etiologi

Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :

1. Penyebab Organik
a. Faktor prenatal :

1) Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down)


2) Kelainan genetik/herediter
3) Intoksikasi
4) Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria )
b. Faktor Perinatal :

1) Abrupsio plasenta
2) Diabetes maternal
3) Kelahiran premature
4) Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
b. Faktor Pasca natal :

1) Cedera kepala
2) Infeksi
3) Gangguan degeneratif

2. Penyebab non organik


a. Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
b. Sosial cultural
c. Interaksi anak kurang
d. Penelantaran anak

5
3. Penyebab lain :
Keturunan,pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain
Retardasi mental dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat dengan
deviasi psikososial atau lingkungan ( Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta ).

2.3. Manifestasi Klinis


a. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
b. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau
lebih kecil dari ukuran normal )
e. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
g. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
h. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

2.4. Patofisiologi

Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.


Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang
muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan
fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara
dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumah tanggaan,

6
ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri ,
kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab
retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.

2.5. Klasifikasi

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders,


WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

a. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69


Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental
dapat dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi
masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk
wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri
secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran
cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit
lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada
pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca
dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit
kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata
timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka
mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan
atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi
budaya.
a. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan per
kembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya
terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan
motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya mem-

7
butuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas,
sebagian masih ssbisa belajar dasar- dasar membaca, menulis dan berhitung.

b. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34

Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi


mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-
keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini
biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit
neurologis. Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan
retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan
keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental
berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya
defisit neurologis.

c. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20

Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.
Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada
bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.

8
Tabel 1: Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan

RM IQ Usia Prasekolah Usia Sekolah Usia Dewasa


(0-5 tahun) (0-21 tahun) (>21 tahun)
Sangat <20 Retradasi jelas Beberapa Perkembangan
berat Perkembangan motorik dan bicara
motorik dapat sangat terbatas
berespon namun
terbatas

Berat 20- Perkembangan Dapat bicara atau Dapat berperan


23 motorik yang berkomunikasi namun sebagian dalam
miskin latihan kejujuran tidak pemeliharaan diri
bermanfaat sendiri dibawah
pengawasan ketat

Sedang 35- Dapat berbicara Latihan dalam Dapat bekerja


49 atau belajar keterampilan social sendiri tanpa dilatih
berkomunikasi, dan pekerjaan dapat namun perlu
ditangani dengan bermanfaat, dapat pengawasan
pengawasan pergi sendiri ketempat terutama jika berada
sedang yang telah dikenal dalam stress

Ringan 50- Dapat Dapat belajar Biasanya dapat


69 mengembangkan keterampilan mencapai
keterampilan akademik sampai ± keterampilan social
social dan kelas 6 SD dan kejujuran namun

9
komunikasi, perlu bantuan
retradasi minimal terutama bila stress

2.6. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita


retardasi mental, yaitu dengan:

1. Kromosomal Kariotipe

a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas


b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance
Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sclerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang local
e. Dicurigai adanya tumor intracranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis

10
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intracranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolic
b. Kejang mioklonik
Beberapa uji tumbuh kembang:
- Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development )
- Uji perkembangan seperti DDST II
- Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-
Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive
behaviour scales ).

2.7. Pencegahan

1. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran
(umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik,
kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan
pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat
dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak
menolong).
3. Pencegahan tersier

11
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah
luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan
pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi
frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan Retardasi mental.
2.8. Penatalaksanaan
3.1. Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik
(selalu bergerak, konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-
obat yang sering digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama
untuk menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala
hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik).
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.

12
3.2. Non Farmakologi
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang
tuanya. Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual,
psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan (merubah lingkungan anak
yang tidak menguntungkan bagi anak tersebut).
Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi
dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakanperubahan sikap, tingkah
laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya
ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang
mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-
koreksi terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan
juga ketekunan dan kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi
mental serta melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapattingkah
laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut
maupun lingkungannya(teman-teman disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan
masyarakat sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua
serta hubungan anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau
orangtua anak dengan retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi
keluarga) untuk mengubah sikaporang tua atau saudaranya yang kurang baik
terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya
untuk mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena
ternyata banyak ibu lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak
dengan retardasi mental. Dengan demikian ibu dapatbersikap lebih realistik
dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang
baikbagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi
kelompok untuk ibu-ibu tersebut di atas.

13
2.9. Komplikasi

a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi

14
BAB III

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
Pengakajian dapat dilakukan melalui:
a. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya
klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
b. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
c. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga
tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan
jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang
memang tidak adekuat.
d. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang
diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah
besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan
glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar
fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1) Lakukan pengkajian fisik.
2) Lakukan pengkajian perkembangan.
3) Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan
gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya
yang utama
4) Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya
trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5) Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi
obat.

15
6) Nutrisi tidak adekuat.
7) Penyimpangan lingkungan.
8) Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9) Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis,
ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.
10) Abnormalitas kromosom.
11) Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom,
disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
12) Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler
Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif
Behavior Scale.
13) Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
14) Tidak responsive terhadap kontak.~Kontak mata buruk selama
menyusui.
15) Penurunan aktivitas spontan
16) Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17) Peka rangsang.
18) Menyusui lambat.
3.2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
2) Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
3) Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
4) Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial
5) Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
6) Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan
perkembangan.

16
3.3. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif


Tujuan : Tidak mengalami kegagalan tumbang

Kriteria Hasil :

-Tak ada kemunduran mental

-Anak mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan secara optimal


Intervensi :
1. Kaji tingkat perkembangan anak
2. Dorong / libatkan anak dalam melakukan aktivitas
3. Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
4. Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui anak (aktivitas dasar)
5. Pantau tingkat perkembangan anak
Rasional :
1. Informasi data dlm menentukan intervensi
2. Melatih kemampuan meningkatkan harga diri
3. Menstimulasi kemampuan fisik, kognitif anak
4. Meningkatkan kemampuan
5. Mengetahui kemajuan / perkembangan anak

2. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial


Tujuan : Anak mampu berinteraksi social

Kriteria Hasil :

-Anak tidak mengisolasi diri


-Anak mapu bergaul dengan lingkungan
Intervensi :
1) Kaji factor penyebab gangguan perkembangan dan isolasi sosial
2) Tingkatkan komunikasi verbal

17
3) Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
4) Beri reinforcement yang positif atas hasil yang dicapai anak
5) Ajarkan anak untuk bermain bersama teman kelompoknya
Rasional :
1) Informasi data dlm menentukan intervensi
2) Melatih anak dalam berkomunikasi
3) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
4) Meningkatkan harga diri anak
5) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi

3. Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan


perkembangan.
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil :

-Anak tampak bersih


-Anak mampu berperan dalam perawatan dirinya

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan anak


2) Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya
3) Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya
4) Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri
5) Beri dorongan anak untuk merawat dirinya
Rasional :
1) Untuk menentukan intervensi
2) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
3) Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak
4) Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri
5) Meningkatkan motivasi anak.

18
3.4. Pelaksanaan/ Implementasi
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik
yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu
lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat
terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut
antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga
alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak
lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk
sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang
kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.

3.5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif
yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai
sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang
perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar
yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan
adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu
yang telah ditetapkan.

19
20
BAB IV

TEORI KASUS

ASUHAN KEPERWATAN

4.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An.N
Umur : 18 tahum
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Panyileukan
2. Indentitas penanggung jawab
Nama : Ny. L
Umur : 56 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub. Dengan Klien : Ibu
3. Alasan Masuk Sekolah Luar Biasa
Ny. L mengatakan karena An. N tidak ada perubahan selama 7 tahun dan
An.k tidak bisa besosialisasi
4. Keluhan Utama
Ny. L mengatakan saat usia 1 tahun baru ketauan An. N mengalami
Retardasi Mental
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. L mengatakan anaknya sering mengulang kata-kata yang aneh
6. Riwayat Kesehatan Dahulu

21
a. Ny. L mengatakan bahwa saat melahirkan An. N usia kehamilan 8
bulan dengan BB 2,8 kg. Kesehatan Ny.L mengalami hipertensi dan
stress saat kehamilan. Saat lahir An. L diberikan ASI.
b. Ny. L mengatakan makan diberikan nasi tim, dan ayam. Makan An.L
2x/sehari.
c. Ny. L mengatakan bahwa An.L tidak pernah mengalami sakit apapun
d. Ny. L mengatakan anaknya tidak memiliki alergi apapun
e. Ny. L mengatakan melakukan imunisasi seperti yang dianjurkan
dokter.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Ny.L mengatakan BB An.N saat lahir 2,8 kg. BB badan hingga
sekarang bertambah secara normal. TB badan An.N tidak tumbuh
secara normal.
b. – Motorik kasar: An.U mampu berjalan, berlari, duduk.
- Motorik halus: An.U suka menggambar dan menyanyi.
- Perkembangan bicara dan bahasa: An. N bicara kurang jelas dan
sedikit bawel.
- Perkembangan emosi: emosi An.N seperti anak-anak lainnya dan
sering melakukan tindakan fisik
- Perkembangan Kognitif : An.N berfikir kurang
8. Riwayat Sosial Anak
Ny. L mengatakan bahwa anaknya tidak sulit bersosialisasi dengan teman-
temannya. An.N tidak pernak melakukan menghisap jari, menggigit kuku
selalu melampiaskan emosinya kepada keluarganya terutama ibunya.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. L mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit retardasi mental.
10. Spiritual Anak dan Keluarga
Ny. L mengatakan selalu beribadah An. N melaksanakan ibadah harus di
perintah oleh ibunya.

22
11. Pola Aktivitas Sehari-hari

No Pola Aktivitas Di Rumah


Nutrisi: - Makan nasi dan daging ayam dengan
a. Makan porsi habis dan terkadang nambah.
b. Minum Frekuensi makan An. N 2x/sehari
- An. N menyukai ayam dan saus
- Tidak ada pantrangan atau alergi
makananan
- An. N makan sendiri
- Tidak terpasang alat apapun
- An. N minum air putih dan minuman
yang disukai nya adalah minuman
berwarna.
2 Eliminasi: - An. N BAK lancar sesuai pemasukan
a. BAK nutrisi warna urine kuning jernih dan
b. BAB baunya khas
- An. N BAB lancar 1x/sehari dengan
konsistensi lembek warna kuning
3 Istirahat: - An. N biasa tidur siang 30 menit,
a. Siang kualitas tidur nyenyak.
b. Malam - Tidurnya ditemani oleh ibunya, dan
pengantar tidurnya dengan cerita
- An. N tidur malam jam 7 WIB sudah
bangun lagi jam 5 WIB
4 Keberisihan diri - An. N mandi 2x/sehari memakai sabun
(Personal tidak dibantu memakai air hangat
Hygiene): - Sikat gigi 2x/sehari memakai odol tidak
a. Mandi dibantu
b. Sikat gigi - Cuci rambut seminggu 2 kali memakai
c. Cuci shampoo tidak dibantu
rambut

23
5 Aktivitas - Permainan yang disukai An. N adalah
Berteman/ main gambar-gambaran dan suka main
Bermain dan dirumah seperti menonton tv.
Rekreasi

12. Pemeriksaan Fisik


a. Penampilan Umum
Posture tubuh An. N pendek, kebersihan terjaga, perilaku seperti anak
lainnya, tingkat kesadarannya lemah
b. Ukuran Pertumbuhan
Tidak dikaji
c. Tanda-tanda Vital
Suhu :
Denyut nadi :
Pernafasan :
Tekanan Darah :
d. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala, kulit kepala dan Rambut
a) Kepala
Kepala An. N bentuk kepala lonjong konsistensi keras
b) Kulit kepala
Kulit kepala An. N normal, bersih, tidak ada lesi dan benjolah.
c) Rambut
Rambut An. N normal, warna hitam tipis, tidak rontok, tidak
ada kutu atau ketombe
2. Muka, mata, hidung dan mulut
a) Muka
Bentuk mata cenderung sipit, lipatan nasolabial normal
b) Mata

24
Bentuk mata cenderung sipit, tidak ada lesi, tidak oedema, alis
mata tipis, bulu mata tipis tidak rontok
c) Hidung
Tidak ada lesi, bentuk simetris, batang hidung kokoh, lubang
hidung bersih, tidak ada penyumbatan, tidak ada sekret, cuping
hidung normal.
d) Mulut
Mukosa bibir kering, kemampuan bicara kurang, bentuk
simetris, terdapat tonsilitis, kualitas suara nya normal
3. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolah atau
pembengkakan. Pendengaran normal
4. Leher
Dapat menegakkan kepala, tidak ada pembengkakan, tidak ada
lesi, tidak ada lipatan leher tambahan.
5. Thorax/dada
Tidak dikaji
6. Abdomen
Tidak dikaji
7. Genitalia
Tidak dikaji
8. Ekstermitas
Cara berjalan normal, tidak ada dislokasi panggul.
e. Data penunjang
Ny. L mengatakan setelah mengetahui anaknya mengalami retardasi
mental, tidak dibawa ke RS namun dibawa ke Psikoterapi.

13. ANALISA DATA

25
NO Symptom Etiologi Problem
1 DS : Kondisi fisiologis Hambatan komunikasi
Ny. L mengatakan anaknya verbal
sulit berbicara
DO:
An. N sulit bebicara atau
sulit mengungkapkan kata-
kata
2 DS: Kurang mengenal Kurangnya
- informasi pengetahuan
DO
Ny. L kurang nya
pengetahuan terhadap
penyakit yang di derita
anaknya.

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hambatan komunikasi verbal b/d kelainan fungsi kognitif
2. Kurangnya pengetahuan b/d kurang mengenal informasi

4.3 INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Hambatan komunikasi Setelah dilakukan tindakan - Tingkatkan - untuk melatih
verbal b/d kelainan fungsi keperawatan 2x24 jam komunikasi verbal anak dalam
kognitif diharapkan An. N mampu - Ajarkan anak berkomunikasi
berbicara normal. Dengan untuk - untuk
kritria hasil: berbicara/berinter meningkatkan

26
- An. N mampu berbicara aksi dengan kemampuan
normal temannya berbicara
- An. N tidak mengisolasi -
diri
2 Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan tindakan - Berikan - Agar Ny. L
b/d kurang mengenal keperawatan 2x24 jam pengetahuan mengetahui
informasi diharapkan ny. L mampu: tentang apa itu apa itu
- Mengetahui penyebab retardasi mental retardasi
anaknya mengalami - Anjurkan Ny. L mental
penyakit retardasi untuk memonitor - Agar Ny. L
mental kemajuan An. N tahu
- Mengetahui kemajuan perkembanga
anak Ny. L n An. N

BAB V

PENUTUP

27
5.1. Kesimpulan

Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme
adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-
ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu
bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena
adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada
penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi
yang besar.

5.2. Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti
memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi
kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah
prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan
kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan
tentang retardasi mental kepada masyarakat.

28

Anda mungkin juga menyukai