Disusun oleh:
Jalum 2B
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI.........................................................................................3
2.2 KOMPONEN KOMUNIKASI............................................................................................4
2.3 TUJUAN DAN FUNGSI KOMUNIKASI........................................................................12
2.4 KEGUNAAN MEMPELAJARI ILMU KOMUNIKASI................................................13
2.5 KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI.........................................................................15
2.6 TEKNIK PRESENTASI, PERSIAPAN PRESENTASI, DAN PRESENTASI.............15
2.6.1 Teknik Presentasi.........................................................................................................15
2.6.2 Persiapan Presentasi.....................................................................................................16
2.6.3 Persiapan Presentasi.....................................................................................................17
2.7 KOMUNIKASI EFEKTIF……………………………………………………………… 18
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................2323
3.2 Saran...............................................................................................................................2323
DAFTAR PUSAKA.........................................................................................................................244
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.3 Apa saja tujuan dan fungsi komunikasi?
1.2.4 Apa kegunaan mempelajari ilmu komunikasi?
1.2.5 Bagaimana komunikasi dalam organisasi?
1.2.6 Bagaimana Teknik presentasi, persiapan presentasi, dan presenstasi?
1.2.7 Bagaimana cara melakukan komunikasi efektif?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap pendapat, atau perilaku, baik
langsung (secara lisan) maupun tidak langsung (melalui media); Proses penyampaian
bentuk interaksi gagasan kepada orang lain dan proses penciptaan arti terhadap gagasan
atau ide yang disampaikan, baik sengaja maupun tidak sengaja.
3
sebuah tindakan atau proses transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan
semacamnya. Hal yang di transmisikan ini dapat berupa simbol-simbol, kata-kata,
gambar, figur, grafik dan semacamnya.
4
Kita menggunakan istilah sumber (komunikator)-penerima (komunikan) sebagai
satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang
terlibat dalam komunikasi adalah sumber (pembicara) sekaligus penerima (pendengar
yang berinisiatif untuk berkomunikasi). Anda mengirimkan pesan ketika anda
berbicara, menulis, ataupun memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan
mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Namun, ketika Anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda
menerima pesan anda sendiri (mendengar sendiri, merasakan gerakan sendiri dan
melihat banyak bicara tubuh sendiri), serta anda ingin menerima pesan dari orang lain
(secara visual melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan, dan penciuman).
Ketika anda berbicara dengan orang lain, Anda memandangnya untuk mendapatkan
tanggapan (untuk dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya).
2.2.3 Encoding-Decoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan kesan seperti
berbicara atau menulis sebagai encoding (ketika anda menyerap isyarat-isyarat non
verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima atau penyandian, atau proses menguras
pikiran). Dengan menuangkan gagasan gagasan ke dalam gelombang suara atau
keatas lembar kertas maka gagasan-gagasan tersebut dapat diartikan ke dalam kode
tertentu (lambang).
Kita menamai tindakan menerima pesan misalnya mendengarkan atau membaca
sebagai decoding (decoding atau pemecahan sandi atau proses membawa kemasan
pesan). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas
menjadi bahasa gagasan, kode tersebut dapat diuraikan (penetapan makna lambang
komunikator).
Oleh karenanya, kita menamai pembicara atau penulis sebagai encoder dan
pendengar atau pembaca sebagai decoder. Seperti halnya sumber-penerima, kita
menuliskan encoding decoding sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk
menegaskan bahwa anda menjalani fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda
berbicara atau encoding, Anda juga menyerap tanggapan dari pendengar atau
recording.
5
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach 1989). Kompetensi ini
mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam
mempengaruhi kandungan contenct) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya,
pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar
tertentu di lingkungan tertentu tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan
lingkungan yang lain). Pengetahuan tentang tata cara perilaku non verbal seperti
kepatutan sentuhan, suara yang keras, kedekatan fisik, merupakan bagian dari
kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi, anda akan mempunyai banyak pilihan
perilaku titik makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi
kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang Anda punyai untuk melakukan
komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan
kata, yaitu semakin banyak kata Anda ketahui (artinya semakin tinggi kompetensi
perbendaharaan kata Anda), maka makin banyak cara yang anda miliki untuk
mengungkapkan diri.
2.2.5 Pesan
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk, yaitu mengirimkan dan
menerima pesan ini melalui salah satu atau kompetensi tertentu seperangkat lambang
bermakna dari panca indera. Walaupun menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal
(lisan atau tulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Hal lainnya dapat
berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata atau isyarat, gerak, dan mimik). Sebagai
contoh, busana yang dikenakan, seperti juga cara berjalan, berjabatan tangan,
menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan tersenyum. Singkatnya, segala
hal yang diungkapkan dalam melakukan komunikasi.
2.2.6 Saluran
Saluran komunikasi adalah seluruh media yang dilalui pesan dari komunikator
kepada komunikan. Jarang sekali komunikasi berlangsung hanya satu saluran, yaitu
umumnya menggunakan 2,3, atau 4 saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai
contoh, dalam interaksi, tidak hanya tatap muka, berbicara, dan mendengarkan
(saluran suara), tetapi juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini
secara visual (saluran visual). Di samping memancarkan dan mencium bau-bauan
6
(saluran olfaktori), serta seringkali kita saling menyentuh, yang ini pun merupakan
komunikasi (saluran taktil).
2.2.8 Gangguan
Gangguan atau noise adalah gangguan tak perancang atau situasional dalam
komunikasi yang mendistorsi pesan titik gangguan menghalangi penerima dalam
menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan titik gangguan dikatakan
dalam suatu sistem komunikasi sehingga membuat pesan yang disa mpaikan berbeda
dengan pesan yang diterima, akurat kesalahan proses, keterlambatan, pengiriman,
kondisi ekonomi, lingkungan, dan sebagainya. Gangguan ini dapat berupa gangguan
fisik (ada orang lain yang berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala
kita), atau semantik (salah mengartikan makna).
7
Dalam komunikasi organisasi, perlu dipakai pola aliran informasi dan bentuk
komunitas ini. Hal yang dimaksud dijabarkan sebagai berikut.
a. Pola Lingkaran
Pola lingkaran tidak memiliki pemimpin, semua anggota posisinya sama dan
masing-masing memiliki wewenang dan kekuatan yang sama untuk memengaruhi
kelompok.
b. Pola Roda
Pola roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Orang ini
merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua
anggota. Apabila seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain,
pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya tersebut.
c. Pola Y
Aliran informasi pada pola "Y", bentuknya hampir sama dengan pola roda, tetapi
pada pola ini, pimpin dapay mengirim dan menerima pesan dari dua (2) orang
berbeda, serta ketiga (3) anggoya lainnya melalui satu (1) perwakilan saja. Pola ini
cukup tersentralisasi, bila dibandingkan dengan pola lainnya, kecuali pola roda.
d. Pola Rantai
Pola rantai dan sama dengan pola lingkungan, tetapi anggota-anggota pada bagian
ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu (1) orang saja. Orang berasa
diposisi tengah lebih berperan penting sebagai pemimpin daripada yang berada di
posisi lain.
e. Pola Semua Saluran atau Bintang
Pola komunikasi ini hampir sama dengan pola lingkungan, dimana semua anggota
adalah sama dan memiliki kekuatan sama untuk mempengaruhi anggota lainnya.
Bedanya, pada pola ini setiap anggota dapat berkomunikasi dengan anggota-
anggota lainnya yang memungkinkan adanya partisipasi anggota secata optimal.
8
Beberapa model komunikasi yang telah kita kenal adalah model komunikasi
Aristoteles, model komunikasi Lasswell, model komunikasi Berlo, model komunikasi
Shannon dan Weaver, model komunikasi Barlund, dan model komunikasi Schramm.
Proses komunikasi selalu melibatkan beberapa komponen dan tahapan, yaitu source,
message, encoding, channel, decoding, receiver, feedback, context, noise, dan effect.
9
c) Kita juga harus memahami mengapa kita mengirimkan pesan kepada
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran.
d) Hasil apakah yang kita harapkan.
2. Pesan (Message)
Yang dimaksud dengan pesan adalah informasi yang akan kita kirimkan kepada
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran. Pesan yang kita kirimkan dapat
berupa pesan-pesan verbal maupun pesan nonverbal. Agar pesan menjadi efektif,
maka komunikator harus memahami sifat dan profil komunikate/penerima
pesan/khalayak sasaran, kebutuhan khalayak sasaran, serta harapan dan
kemungkinan respon yang diberikan oleh komunikate/penerima pesan/khalayak
sasaran terhadap pesan yang dikirimkan.
Hal ini sangat penting baik dalam komunikasi tatap muka maupun komunikasi
bermedia. Tanpa adanya pesan, maka kita tidak memiliki alasan untuk melakukan
komunikasi. Jika kita tidak dapat mengemas informasi dengan baik, maka kita belum
siap untuk memulai proses komunikasi.
3. Encoding
Encoding adalah proses mengambil pesan dan mengirim pesan ke dalam sebuah
bentuk yang dapat dibagi dengan pihak lain. Informasi yang akan disampaikan harus
dapat di-encode atau dipersiapkan dengan baik. Sebuah pesan harus dapat dikirimkan
dalam bentuk dimana komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran mampu
melakukan decode atau pesan tidak akan dapat dikirimkan.
10
Media atau saluran komunikasi adalah media atau berbagai media yang kita
gunakan untuk mengirimkan pesan. Jenis pesan yang kita miliki dapat membantu kita
untuk menentukan media atau saluran komunikasi yang akan kita gunakan. Yang
termasuk ke dalam media atau saluran komunikasi adalah kata-kata yang diucapkan,
kata-kata yang tercetak, media elektronik, atau petunjuk nonverbal.
Dalam komunikasi modern, yang dimaksud media atau saluran komunikasi sebagian
besar merujuk pada media komunikasi massa seperti radio, televisi, dan lain-lain
serta internet sebagai media komunikasi. Pemilihan media atau saluran komunikasi
yang tepat dapat menentukan sukses tidaknya komunikasi yang kita lakukan.
5. Decoding
Decoding terjadi ketika komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran menerima
pesan yang telah dikirimkan. Dibutuhkan keterampilan komunikasi untuk
melakukan decode sebuah pesan dengan baik, kemampuan membaca secara
menyeluruh, mendengarkan secara aktif, atau menanyakan atau mengkonfirmasi
ketika dibutuhkan.
Jika sebagai komunikator kita menemui orang yang mengalami kesulitan atau
kelemahan dalam keterampilan komunikasi, maka kita perlu untuk mengirim ulang
pesan dengan cara berbeda. Atau, kita dapat membantu komunikate/penerima
pesan/khalayak sasaran untuk memahami pesan dengan cara memberikan informasi
tambahan yang bersifat menjelaskan atau mengklarifikasi. Orang yang menerima
pesan disebut dengan decoder.
11
muka dengan komunikate/penerima pesan, maka kita dapat membaca bahasa tubuh
dan memberikan pertanyaan untuk memastikan pemahaman. Jika kita berkomunikasi
secara tertulis maka kita dapat mengetahui sukses tidaknya komunikasi melalui
respon atau tanggapan yang kita peroleh dari komunikate/penerima pesan.
8. Konteks (Context)
Yang dimaksud dengan konteks dalam proses komunikasi adalah situasi dimana
kita melakukan komunikasi. Konteks dapat berupa lingkungan dimana kita berada
dan dimana komunikate/penerima pesan berada, budaya organisasi, dan berbagai
unsur atau elemen seperti hubungan antara komunikator dan komunikate.
Komunikasi yang kita lakukan dengan rekan kerja bisa jadi tidak sama jika
dibandingkan dengan ketika kita berkomunikasi dengan atasan kita. Sebuah konteks
dapat membantu menentukan gaya kita berkomunikasi.
9. Gangguan (Noise)
Dalam proses komunikasi, gangguan atau interferensi dalam
proses encode atau decode dapat mengurangi kejelasan komunikasi. Gangguan dalam
proses komunikasi dapat berupa gangguan fisik seperti suara yang sangat keras, atau
perilaku yang tidak biasa. Gangguan dalam proses komunikasi juga dapat berupa
gangguan mental, gangguan psikologis, atau gangguan semantik. Dalam proses
komunikasi, gangguan dapat berupa segala sesuatu yang dapat mengganggu dalam
proses penerimaan, penafsiran, atau penyediaan umpan balik tentang sebuah pesan.
12
2.3 TUJUAN DAN FUNGSI KOMUNIKASI
Dalam dunia bisnis erat hubungannya dengan organisasi. Fungsi dari komunikasi
bisnis pun hampir sama dengan komunikasi organisasi. Menurut pendapat Sendjaja dalam
Rosmawati (2010) terdapat empat fungsi komunikasi bisnis dalam organisasi yaitu:
a. Informatif
Informatif berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan oleh pimpinan maupun
anggota organisasi dalam menyelesaikan setiap tugas-tugas mereka.
b. Pengendalian (Regulatory)
Pengendalian berkaitan dengan fungsi dari komunikasi sebagai sarana untuk mengatur
dan mengendalikan sebuah organisasi.
c. Persuasif
Persuasif berkaitan dengan upaya untuk mengajak orang lain untuk menjalankan atau
mengikuti ide atau tugas.
d. Integratif
Integratif berkaitan dengan penyatuan sebuah organisasi yang terdiri dari beberapa
defisi, departemen, atau bagian untuk tetap menjadi satu kesatuan yang terpadu dan
utuh.
Sementara itu, B. Cutis, James J. Floyd dan Jerry L. Wilsor (2004) menyatakan tujuan
dari komunikasi bisnis adalah sebagai berikut:
13
2.4 KEGUNAAN MEMPELAJARI ILMU KOMUNIKASI
Kegunaan belajar ilmu komunikasi menurut Ruben dan Steward (2005):
Komunikasi adalah suatu aktifitas yang komplek dan menantang. Dalam hal ini
ternyata aktifitas komunikasi bukanlah suatu aktifitas yang mudah. Untuk mencapai
kompetensi komunikasi memerlukan understanding dan suatu ketrampilan sehingga
komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif. Ellen langer dalam
Ruben&Stewat( 2005:3) menyebut konsep mindfulness akan terjadi ketika kita
memberikan perhatian pada situasi dan konteks, kita terbuka dengan informasi baru
dan kita menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak hanya satu perspektif di
kehidupan manusia.
14
interpersonal, kemampuan dalam melakukan komunikasi oral dan tulisan dan lain
sebagainya.
2.4.4 Suatu pendidikan yang tinggi tidak menjamin kompetensi komunikasi yang baik
15
Tujuan komunikasi dalam sebuah organisasi sangat memberikan banyak manfaat
secara langsung yaitu memudahkan para anggota bekerja dari instruksi-instruksi yang
diberikan dari atasan dan untuk mengurangi kesalahpahaman yang biasa terjadi dan
memang sudah melekat pada suatu organisasi. Apabila semua bawahan dan atasan dapat
berinteraksi dengan baik, maka seluruh kesalahpahaman yang beresiko mungkin akan
berkurang, karena tiap manusia mempunyai cara penyampaian komunikasi yang
berbeda-beda secara verbal. Dengan demikian semua pelaku organisasi harus berbicara,
bertindak satu sama lain guna untuk membangun suatu lingkungan kondusif dan
mengetahui situasi-situasi yang akan terjadi diluar dugaan karena kesalahan komunikasi
sekecil apapun pasti akan berakibat fatal.
16
dapat mengurangi kualitas dari karya ilmiah tersebut. Jadi untuk memperesentasikan
suatu karya ilmiah membutuhkan beberapa persyaratan tertentu, karena presentasi
merupakan cara untuk menjelaskan sesuatu (ide, opini, kasus, solusi, informasi dll)
kepada kumpulan orang yang dapat dilakukan baik dengan bantuan teknologi maupun
tidak.
Orang yang pintar secara logika (baca: IQ tinggi) belum tentu bisa menjadi
presenter yang baik. Bisa dikatakan presenter yang hebat dipastikan punya kecerdasan
komunikasi yang tinggi. Kecerdasan komunikasi ini menjadi salah satu kecerdasan
yang paling dominan yang menentukan kesuksesan seseorang (menurut penelitian
beberapa perusahaan di Amerika) kecerdasan logik ternyata hanya menempati urutan
dibawah 10 besar. Kecerdasan komunikasi seseorang tak ubahnya seperti kecerdasan
lainnya, yang merupakan potensi yang diturunkan secara genetis, namun demikian
komunikasi merupakan suatu hal yang dapat dipelajari oleh seseorang, sehingga
memungkinkan bagi setiap orang untuk mampu berkomunikasi dengan baik.
2.6.2 Persiapan Presentasi
2.6.2.1 Persiapan yang Matang
Persiapan merupakan 90% bagian dari presentasi, dan sisanya sebesar 10% adalah
penyajian dan diskusi. Meskipun menguasai subyek dan mampu berbicara penuh
wibawa, persiapan yang cermat tetap diperlukan, paling tidak untuk dua alasan
penting :
1. Menemukan informasi lebih lanjut tentang subyek untuk disarikan bagi
hadirin. Pilihlah informasi yang menonjol. Jika tidak memiliki cukup
informasi, sebaiknya tidak memberikan presentasi;
2. Memasarkan gagasan kepada hadirin serta memperoleh dan mempertahankan
perhatian hadirin.
Langkah-langkah persiapan itu adalah:
a) analisis sasaran,
b) survei lokasi,
c) kerangka & struktur,
d) penelitian & penerapan,
e) penulisan,
f) visualisasi & media,
g) latihan, dan
17
h) penyampaian/penyajian.
Namun, kedelapan tahap tersebut tidak berarti jika pembicara tidak menguasai
subyek dan pengetahuan penunjang lainnya.
18
2.7. KOMUNIKASI EFEKTIF
Dalam bukunya The 7 Habits Of Highly Effective People, Stephen Covey bahkan
menyatakan bahwa “Communication is the most important skill in life”. Komunikasi
adalah keterampilan yang paling penting dalam hidup. Agar efektif, maka kita
seharusnya berkomunikasi dengan pendekatan konstruktif, bukan destruktif. Meski tidak
selalu mudah, komunikasi yang ‘membangun’ – baik dengan bos, dengan wakil kita, atau
team member – akan menyegarkan mental yang diajak bicara, dan menyebarkan energi
positif. Ini perlu digaris bawahi, karena energi positif itu menular. Komunikasi
konstruktif membuat tim kerja kian kompak, dan ‘mengangkat’ orang lain, sehingga
dalam jangka panjang orang merasa pekerjaannya lebih ringan dan menyenangkan.
Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, kita perlu memahami tentang The 5
Inevitable Laws of Efffective Communication (5 Hukum Komunikasi Efektif). 5 hukum
tersebut dikenal dengan sebutan REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity,
Humble).
a. Respect
Rasa hormat dan sikap menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita
berkomunikasi dengan orang lain. Suatu komunikasi yang dibangun atas dasar sikap
saling menghargai dan menghormati akan membangun kerjasama diantara orang-
orang yang terlibat di dalamnya.
b. Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki
sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih
dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
19
Seperti diutarakan Stephen Covey, Seek First to Understand - understand then
be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and
trust. Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan
mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan
orang lain. Sikap empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)
menerimanya.
c. Audible
Audibel atau audible artinya dapat didengar atau dimengerti dengan baik. Jika
empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima
umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat
diterima oleh penerima pesan. Hukum ini menyatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima
dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual
yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan
baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan
cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
d. Clarity
Clarity adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi
interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan penafsiran dapat
menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan. Clarity juga dapat diartikan
sebagai keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu
mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan),
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota
tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada
gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.
e. Humble
20
Humble artinya sikap rendah hati (bukan rendah diri). Sikap ini merupakan unsur
yang terkait dengan hukum yang pertama, yaitu membangun rasa menghargai orang
yang diberi pesan. Sikap rendah hati dapat dikatakan sebagai bentuk penghargaan
komunikator terhadap komunikan sebagai penerima pesan.
Selama ini kita mungkin lebih sering mendengar ketimbang menyimak. Kita
mendengarkan untuk memberi respon, untuk membalas, bukan untuk mengerti apa
yang disampaikan. Sepertinya menyimak, tetapi sesungguhnya hanya mendengarkan
secara selektif, hanya bagian tertentu dari percakapan, atau fokus hanya pada kata-kata
yang dikatakan, tetapi kehilangan makna sepenuhnya. Kita menyaring segala sesuatu
yang didengar melalui pengalaman hidup kita, kerangka acuan kita, mengukur dan
membandingkan. Dan akibatnya, kita terlalu cepat memutuskan apa yang orang lain
maksud sebelum dia selesai berkomunikasi. Ini yang disebut Covey sebagai
autobiographically listening, yang menghambat Anda untuk mengerti. Ada empat
respon yang biasanya ditunjukkan, sebagai akibat dari autobiographically listening.
21
lupa untuk mendukungnya dengan gestur yang tepat. Ingatlah bahwa cara Anda
mengatakan sesuatu sama pentingnya dengan apa yang Anda katakan. Dan yang
dimaksud dengan cara adalah bagaimana Anda mengirim “pesan” saat berbicara
dengan orang lain. “Pesan” yang Anda sampaikan kepada lawan bicara tidak hanya
berupa verbal, tetapi juga non verbal.
Penelitian yang dilakukan Profesor Albert Mehrabian yang telah dikutip berbagai
seminar di berbagai belahan dunia mengemukakan bahwa hanya sekitar 7% komunikasi
kita direpresentasikan oleh kata-kata (verbal) yang keluar dari mulut kita. Sementara,
93 persennya ditunjukkan oleh bahasa non verbal yang kita gunakan. 38% oleh intonasi
suara (tone) kita, dan 55% ditentukan oleh bahasa tubuh (gesture) kita, seperti gerakan
mata, postur atau sikap tubuh, dan ekspresi wajah. Diperkirakan bahwa manusia dapat
menghasilkan lebih dari 650.000 sinyal non verbal. Itu sebabnya ahli komunikasi dan
psikologi bisa dengan mudah menilai apakah seseorang sedang berbohong hanya dari
bahasa (gestur) tubuhnya. Demikian pula dengan lawan bicara kita, yang dapat melihat
apakah kita menghargai mereka, dengan terlihat sungguh-sungguh mendengarkan dan
memperhatikan atau tidak.
Jika seorang leader mengucapkan kata “Yakin!”, tapi bahasa tubuhnya menunjukkan
sikap berbeda, jangan salahkan bila yang diajak bicara – sang wakil, misalnya –
menganggapnya sebagai “Ragu-ragu”. Jika Anda bilang “I’m listening” tetapi gestur
Anda bahkan tidak menghadap pada lawan bicara, pun pandangan Anda tertuju ke arah
lain, baiknya Anda usulkan saja sejak awal untuk mencari waktu lain berbincang.
Pendengar yang baik biasanya akan membiarkan orang lain bicara, dan tidak
menjadi orang yang menguasai pembicaraan. Ia tahu bahwa apa yang disampaikan
boleh jadi hanya menarik untuk diri sendiri, dan selalu memperhatikan tanda-tanda
kebosanan pihak lain. Ia akan mengajukan pertanyaan agar dapat terlibat di dalam
perbincangan. Biasanya juga pandai menciptakan suasana terbuka, agar lawan bicara
merasa nyaman berbincang demi menghasilkan hubungan yang baik. Ia juga berusaha
mengurangi jumlah interupsi yang terjadi. Demi memberikan perhatian penuh, orang-
orang seperti itu bahkan seolah bersedia menyingkirkan meja antara dirinya dan lawan
bicara, dan menghindari berkomunikasi di area sibuk agar bisa memelihara fokus
kepada pembicara di depannya.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adanya berkomunikasi adalah mengubah tingkah laku, baik secara individu maupun
secara kelompok. Tujuan adanya berkomunikasi adalah melaksanakan pertukaran
informasi yang paling menguntungkan kedua belah pihak, baik untuk wirausaha
(komunikator) maupun masyarakat konsumen (komunikan) untuk menemukan kesamaan
persepsi. Berkomunikasi dianggap berhasil apabila tafsiran masyarakat konsumen
(komunikan) dapat menerima maksud wirausaha (komunikator).
Apabila antara komunikan dan komunikator tidak ada kesesuaian, maka masalah ini
disebut salah komunikasi. Dengan perkataan lain berkomunikasi dianggap berhasil
23
apabila tujuan yang dunginkan wirausahawan (komunikator) mendapatkan tanggapan
positif dari masyarakat konsumen (komunikan).
Jika pandai berkomunikasi berarti pandai mengorganisasikan buah pikiran ke dalam
bentuk ucpan yang jelas. Untuk berkomukasi yang baik juga perlu diikuti dengan
perilaku yang jujur, konsisten dalam pembicaraan, dengan keterampilan berkomunikasi
seorang wirausaha dapat mencapai puncak karir yang diimpikan.
Dengan demikian, berkomunikasi itu mengandung proses pemberitahuan,
mendengarkan, dan memahami secara terus menerus dengan menggunakan lambang-
lambang tertentu. Berkomunikasi yang dianggap baik adalah berkomunikasi yang
berlangsung secara timbal balik dan terus menerus dapat menciptakan saling pengertian
semua pihak. Dengan demikian, komunikasi yang berlangsung secara timbal balik, akan
bermanfaat dalam setiap kesempatan berwirausaha untuk mencapai tujuan.
3.2 Saran
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dari mata kuliah
Kewirausahaan. Saran Penyusun Makalah untuk pembaca adalah semoga makalah ini
bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pentingnya komunikasi bisnis
dalam berwirausaha yang baik. Penyusun juga mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca untuk memberikan masukan dalam penulisan makalah ini supaya kedepannya
bisa lebih baik lagi.
24
DAFTAR PUSAKA
Kegunaan Belajar Ilmu Komunikasi Menurut Ruben dan Steward. (2013, Desember).
Retrieved from Jurnal Hasil Riset: https://www.e-jurnal.com/2013/12/kegunaan-
belajar-ilmu-komunikasi.html?m=1
Lutfi Nur Azkiya, L. M. (2017). Komunikasi Bisnis PT Galih Estetika Indonesia dalam
Meningkatkan Kemitraan Ubi Jalar. Jurnal Komunikasi Pembangunan, Volume 15,
No.2, 27.
25