Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

Mata Kuliah Leadership dan Innovation Rumah Sakit

Keterampilan Komunikasi

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

PROGRAM PASCASARJANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN RUMAH SAKIT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas Segala puji kita panjatkan kehadirat
Tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas ini dapat
diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah kita tentukan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Leadership dan
Innovation Rumah Sakit. Dalam makalah ini dibahas mengenai keterampilan
komunikasi mulai dari pengertian, kompetensi, jenis-jenis, strategi, proses dan
hambatan.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan karya seperti ini, diharapkan dapat menjadi literatur yang mendukung
dalam proses belajar mengajar juga menjadi referensi bagi siapapun pembacanya..
Penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Makassar, 21 September 2019

Kelompok I

Keterampilan Komunikasi ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Masalah .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian Kepemimpinan ................................................................. 3
B. Kompetensi Kepemimpinan ............................................................... 6
C. Pengertian Komunikasi .................................................................... 11
D. Jenis-Jenis Komunikasi .................................................................... 12
E. Kompetensi Komunikasi .................................................................. 20
F. Strategi Komunikasi ......................................................................... 22
G. Proses Komunikasi ........................................................................... 36
H. Hambatan dalam Komunikasi .......................................................... 37
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 39
A. Kesimpulan ...................................................................................... 39
B. Saran ................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40

Keterampilan Komunikasi iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses komunikasi adalah esensial oleh leaders (pemimpin) dan
followers (pengikut) dalam membangun kepemimpinan yang interaktif
dalam menjalankan tangggung jawabnya (Palutturi, 2013). Komunikasi
adalah salah satu alat yang sangat penting yang dapat digunakan oleh
seorang pemimpin dalam memahami, merangkul, dan menyampaikan
strategi perusahaan. Namun, sebagian besar individu menjadi pemimpin
tanpa belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang lain, tetapi dia
berhasil mendapatkan respons. Di Beyond the Babble, Bob Matha dan Macy
Boehm menyajikan Three-Step Process bagi para pemimpin untuk
meningkatkan komunikasi di perusahaan mereka. Proses ini, yang mereka
sebut Pendekatan Strategis (On Stratgey Approach), yang memiliki satu
tujuan yaitu memberi para pemimpin proses dan alat yang diperlukan untuk
mencapai hasil bisnis yang lebih baik dengan komunikasi yang efektif
(Matha and Macy Boehm, 2010).
Bagian ini akan menjelaskan, pertama, mengenai konsep pemimpin,
komunikasi, mengapa komunikasi itu memegang peranan penting bagi
seorang pemimpin dan kompetensi dan keterampilan apa yang harusnya
dimiliki oleh pemimpin dan bagaimana meningkatkan kemampuan itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Kepemimpininan?
2. Apakah Pengertian Komunikasi?
3. Bagaimana Kompetensi Seorang Pemimpin?
4. Bagaimana Strategi komunikasi?
5. Bagimana Proses Komunikasi?
6. Apakah Hambatan dalam Komunikasi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian kepemimpinan.

Keterampilan Komunikasi 1
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunikasi.
3. Untuk mengetahui dan memahami kompetensi seorang pemimpin.
4. Untuk mengetahui dan memahami strategi komunikasi.
5. Untuk mengetahui dan memahami proses komunikasi.
6. Untuk mengetahui dan memahami hambatan dalam komunikasi

Keterampilan Komunikasi 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Tidak mudah menyederhanakan definisi kepemimpinan (leadership).
Para ahli mempunyai pandangan dan penekanan yang berbeda dalam
mendefinisikan kepemimpinan.
Rowitz (2009) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah kreativitas
dalam tindakan atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
(creativity in action). Kepemimpinan adalah kemampuan untuk melihat
masa kini dalam kaitan dengan masa depan sambil memelihara
penghormatan terhadap masa lalu. Menurut Hackman and Johnson (2004),
kepemimpinan merupakan elemen fundamental dari kondisi manusia. Di
mana pun masyarakat berada, kepemimpinan akan selalu eksis.
Kepemimpinan selalu berada pada wilayah visi, ide, arah, dan harus
melakukan lebih dari itu dan menginspirasi orang lain (Conger, 1992).
Northouse (2004) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai sebuah
proses di mana individu mempengaruhi kelompok individu untuk mencapai
tujuan bersama. Donelly, Ivancevich and Gibson (1985) mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah sebuah upaya mempengaruhi aktivitas para pengikut
melalui proses komunikasi dan untuk pencapaian tujuan.
Karena itu berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat dikatakan
bahwa (Palutturi, 2013):
1. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain
2. Kepemimpinan adalah phenomena kelompok, anda tidak dapat bicara
tentang seorang pemimpin tanpa adanya sekelompok para pengikut
3. Kepemimpinan adalah berorientasi tujuan artinya ada tujuan yang
ingin dicapai
4. Kepemimpinan adalah lebih ke inspirasi dan non-material
Adapun kepemimpinan kesehatan masyarakat adalah penerapan teori
kepemimpinan (mempengaruhi, menginspirasi orang lain untuk mencapai

Keterampilan Komunikasi 3
tujuan) melalui upaya masyarakat yang terorganisir dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat (Palutturi, 2013).
Adapun pengertian kepemimpinan menurut beberapa ahli yaitu :
1. Hemphil dan Coons (1957)
Kepemimpinan adalah perilaku individu mengarahkan aktivitas
kelompok mencapai sasaran bersama (Sagala, 2018).
2. George R. Terry (1972)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam seorang atau
pemimpin, aktivitas memengaruhi orang-orang untuk bekerja sama
secara sadar dalam hubungan tugas berusaha untuk mencapai tujuan
kelompok secara sukarela (Sagala, 2018).
3. Marvin et.al (1977)
Kepemimpinan adalah suatu kreasi yang berkaitan dengan
pemahaman dan penyelesaian atas permasalahan yang terkait dengan
situasi internal dan eksternal organisasi (Wijono, 2018).
4. William dan Joseph (1993)
Dalam buku tentang Mutu Total dan Pembangunan Organisasi
menjelaskan bahwa kepemimpinan aalah suatu usaha merealisasikan
tujuan organisasi dengan memadukan kebutuhan para pengikutnya
untuk terus tumbuh berkembang sesuai dengan tujuan organisasi
(Wijono, 2018).
5. Griffin dan Ebert (1999)
Kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang lain
untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Wijono, 2018).
6. Huges, Ginnet, dan Curphy (1999)
Kepemimpinan adalah sebuah fenomena yang kompleks meliputi
tiga elemen yaiu pemimpin, para pengikut, dan situasi (Wijono, 2018).

Keterampilan Komunikasi 4
7. Ricky dan Ronald (1999)
Kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang lain
atau pengikutnya untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Wijono, 2018).
8. House et.al (1999)
Kepemimpinan adalah kemampuan individu mempengaruhi,
memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan
kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi (Sagala,
2018).
9. Hackman and Johnson (2004)
Kepemimpinan merupakan elemen fundamental dari kondisi
manusia. Di mana pun masyarakat berada, kepemimpinan akan selalu
eksis (Palutturi, 2013).
10. Northouse (2004)
Kepemimpinan adalah sebagai sebuah proses di mana individu
mempengaruhi kelompok individu untuk mencapai tujuan bersama
(Palutturi, 2013).
11. Ivanevich, Konopaske, dan Matteson (2005)
Kepemimpinan adalah as the process of influencing others to
facilitate the attainment of organizationally relevant goals. Atas dasar
definisi tersebut, setiap individu tidak diharuskan untuk menjadi
pemimpin formal dalam suatu organisasi, namun dapat juga menjadi
pemimpin informal untuk memimpin orang lain sebagai pengikutnya
dalam suatu kelompok. Untuk mencapai tujuan kelompok maupun
organisasi, pemimpin informal maupun formal mempunyai peran yang
sama-sama pentingnya untuk menuju keberhasilan kelompok maupun
tujuan organisasi (Wijono, 2018).
12. Rowitz (2009)
Kepemimpinan adalah kreativitas dalam tindakan atau
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru (creativity in
action). Kepemimpinan adalah kemampuan untuk melihat masa kini

Keterampilan Komunikasi 5
dalam kaitan dengan masa depan sambil memelihara penghormatan
terhadap masa lalu (Palutturi, 2013).
13. Yuki (2010)
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi orang lain untuk
memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana
tugas itu dilakukan secara efektif (Sagala, 2018).
B. Kompetensi Kepemimpinan
Untuk menjadi pemimpin atau disebut menjadi orang yang berfungsi
sepenuhnya, seorang pemimpin harus melewati 4 tingkatan seperti
disinggung di atas (eksistensi empiris, kesadaran yang luas, semangat, dan
eksistensi). Tingkatan tersebut bersifat hirarkis, setiap tingkatan yang lebih
tinggi mencakup dan memberi arahan tingkatan-tingkatan sebelumnya.
Pemimpin yang efektif akan selalu berusaha mengembangkan diri dan
bergerak mendaki tangga hirarki. Pemimpin tidak punya batas untuk
mendaki puncak. Untuk mendaki tingkatan-tingkatan dalam tangga potensi
manusia, seorang pemimpin harus memiliki kompetensi.
Kompetensi adalah karakter mendasar yang harus dimiliki seseorang
yang menyebabkan dia sanggup menunjukkan kinerja yang efektif atau
superior di dalam suatu pekerjaan, atau karakter mendasar yang memberikan
kontribusi terhadap kinerja menonjol dalam suatu pekerjaan (Spencer dan
Spencer: 1993). Menurut Hitt (1993)terdapat 25 kompetensi penting yang
harus dimiliki seorang pemimpin yang terangkum dalam 5 dimensi, yaitu:
reason, sources of power, knowledge, core leadership functions, dan
character (lihat Tabel 1)

Keterampilan Komunikasi 6
1. Reason (Nalar)
Setiap pemikiran manusia dipenuhi oleh konsep dan fakta. Nalar
bisa mengkonsolidasikan fakta dan konsep yang berlainan menjadi
satu kesatuan yang bermakna. Nalar selalu mempertanyakan, menguji,
dan menjawab fakta. Nalar menghubungkan semua orang dan
memungkingkan berhubungan dengan orang lain dengan berbagai
budaya, bahasa, yang mungkin bertentangan. Perwujudan nalar
meliputi: 1) ketrampilan konseptual, yaitu kemampuan untuk
melakukan abstraksi dan generalisasi, 2) pemikiran logis, yaitu
kemampuan menerapkan pendekatan sistematis dalam pemecahan

Keterampilan Komunikasi 7
masalah, 3) pemikiran kreatif, yaitu kemampuan untuk membawa
gagasan menjadi kenyataan, 4) pemikiran holistik, yaitu kemampuan
mengangkat situasi total, dan 5) komunikasi, yaitu kemampuan
berdialog dengan orang lain, beradu nalar dengan orang lain untuk
mencari kebenaran yang bisa diterima dua pihak.
2. Sources Of Power
(sumber kekuasaan) Saat ini kekuasaan dianggap sesuatu yang
penting dalam kepemimpinan yang efektif. Pemimpin yang efektif
harus memiliki sumber-sumber kekuasaan yang utama, yaitu: 1) staf,
yaitu tim yang terdiri orang-orang yang punya kesiapan, bersedia
bekerja, dan memiliki kemampuan melaksanakan pekerjaan, 2)
informasi, yaitu pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan, dan 3) jaringan, yaitu kontak pribadi, dengan siapa gagasan,
informasi maupun sumber daya bisa dibagi. Handy (1996)
menyebutkan tiga atribut yang perlu dimiliki oleh pemimpin agar ia
memperoleh kekuasaan dari pengikutnya, yaitu: memiliki keyakinan
diri yang kuat yang diimbangi dengan mempertanyakan kembali
keyakinan tersebut, memiliki kegairahan terhadap pekerjaan yang
diimbangi dengan kesadaran terhadap dunia lain, dan mencintai orang
yang diimbangi dengan keberanian untuk berjalan dalam kesendirian.
Pemimpin juga harus mendapat kredibilitas dan kepercayaan dari para
bawahan (Chandra: 1997; Pradiansyah: 1997). Agar memperoleh
kredibilitas, seorang pemimpin harus jujur, melihat jauh ke depan,
memberi inspirasi, dan cakap.
3. Knowledge (pengetahuan)
Pemimpin yang efektif harus memiliki pengetahuan. Meskipun
tidak semua informasi bisa dikuasai, mereka harus bisa menyaring
informasi yang penting. Pemimpin yang efektif memiliki 5
karakteristik pengetahuan, meliputi: 1) mengetahui diri sendiri
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan secara aktif
mencari umpan balik untuk pertumbuhan, 2) mengetahui pekerjaan –

Keterampilan Komunikasi 8
memahami persyaratan kerja dan bagaimana pekerjaan memberi
kontribusi pada organisasi, 3) mengetahui organisasi –memahami
budaya organisasi dan bagaimana melakukan segala sesuatu secara
efektif dan efisien, 4) mengetahui bisnis yang dimasuki– memahami
lingkungan eksternal dengan baik untuk mengetahui kebutuhan klien
dan apa yang bernilai bagi klien, dan 5) mengetahui dunia –memahami
komunitas dunia dan bagaimana komunitas yang kecil berhubungan
dengan yang besar.
4. Core leadership function (fungsi kepemimpinan inti)
Pemimpin yang efektif harus mampu mengangkat nilai-nilai
pengikutnya dengan terus mendorong para pengikut untuk mendaki
hirarki sehingga muncul “nilai baru”. Pemimpin yang efektif
melaksanakan 6 fungsi inti, yaitu: 1) menilai –mengetahui nilai-nilai
organisasi dan mampu menterjemahkan nilai-nilai tersebut dalam
praktek, 2) membuat –memiliki gambaran mental yang jelas tentang
masa depan yang dikehendaki organisasi, 3) memandu –membantu
orang lain mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk mencapai visi tersebut, 4) memberdayakan –
membantu orang lain bergerak mencapai misi tersebut, 5) membangun
tim –membangun koalisi dengan orang yang membangun komitmen
pada diri mereka sendiri untuk mencapai visi tersebut, dan 6)
mempromosikan kualitas –mencapai reputasi untuk selalu memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan.
5. Character (karakter)
Pemimpin yang baik harus memiliki 6 karakteristik berikut: 1)
identitas – mengetahui dia siapa dan dia bukan siapa, memiliki
keutuhan dan integrasi, 2) kemandirian –menjadi orang yang bisa
mengarahkan dirinya sendiri, 3) keaslian –menunjukkan jati diri yang
sesungguhnya pada orang lain, mempertahankan kesesuaian antara
nilai diri sendiri dengan nilai yang ada di luarnya, 4) tanggung jawab
terhadap tindakan dan keputusan yang dilakukan, 5) keberanian untuk

Keterampilan Komunikasi 9
terus melangkah meskipun ada hambatan, dan 6) integritas –dipandu
oleh sejumlah prinsip-prinsip moral dan diakui oleh orang lain sebagai
orang yang berintegritas. Di samping harus memiliki kompetensi di
atas, pemimpin yang efektif bagi organisasi masa depan juga harus
memiliki sejumlah ketrampilan khusus. White, et al. (1997)
menyebutkan ketrampilan khusus yang harus dimiliki meliputi:
difficult learning, maximizing energy, resonant simplicity, multiple
focus, dan mastering inner sense.
a. Difficult learning
Dalam organisasi belajar, pemimpin organisasi harus
mampu mendorong seluruh anggota organisasi untuk
mengidentifikasi apa yang belum mereka ketahui dan segala
sesuatu permasalahan yang belum ditemukan cara
pemecahannya.
b. Maximing energy
Pemimpin organisasi masa depan dengan memaksimalkan
daya harus bisa membuat keputusan bisnis yang berkualitas,
memiliki dorongan yang kuat untuk keluar dari status quo masa
kini atau dari suatu pemecahan yang kompromistis. Resonant
simplicity. Pemimpin organisasi masa depan harus punya
ketrampilan berpikir dan berlogika secara sederhana untuk
mendukung kelancaran proses komunikasi.
c. Multiple focuses
Pemimpin organisasi masa depan harus bisa menyatukan
fokus cara berpikir dan bertindak anggota organisasi yang
berbeda menyangkut rencana strategis dan kegiatan, melalui
metode persuasif dan advocacy.
d. Mastering inner sense
Dalam kondisi yang diwarnai berbagai perubahan,
keputusan yang harus dibuat cepat pemimpin organisasi masa
depan di samping harus mampu berlogika dan menggunakan

Keterampilan Komunikasi 10
rasio, juga dituntut memiliki kemampuan inner sense
(kemampuan ilmu dalam). Dalam kondisi yang serba gampang
berubah dengan cepat, dengan kemampuan ilmu dalam
diharapkan seorang pemimpin dapat membuat keputusan dengan
cepat meskipun dengan resiko harus keluar dari “rel” aturan
birokrasi.
C. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi mengandung makna bersama-sama (common,
commoness: Inggris), berasal dari bahasa latin, communicatio yang berarti
pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, dimana si
pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.
Kata sifatnya adalah communis, yang artinya bersifat umum atau bersama-
sama. Kata kerjanya, adalah communicare, artinya berdialog, berunding atau
bermusyawarah (Arifin, 1995). Komunikasi merupakan proses yang secara
umum digunakan manusia dalam melakukan interaksi sosialnya.
Pada dasarnya komunikasi memiliki pengertian yang begitu luas, baik
sebagai suatu ilmu yang tersendiri maupun sebagai suatu proses. Terdapat
beberapa definisi mengenai komunikasi, Carl I. Hovland mengemukakannya
sebagai berikut, the process by which an individual/communicator transmits
stimuli (usually verbal symbols) to modify the behaviour of other
individuals/communicates (komunikasi adalah proses dimana
seseorang/komunikator menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya
lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku
orang lain/komunikan) (Effendi, 1993).
Kemudian Melvin L. DeFleur (1988, 535) menyatakan komunikasi
sebagai, the achievement of very similar (paralel) meanings in the person
initiating a message and those receiving it. Sementara itu, Shimp (1993)
menyatakan bahwa, Communiation can be thought of the process of
establishing a commonness or oneness of thought between a sender and
receiver (Komunikasi adalah proses untuk menciptakan atau menimbulkan
kesamaan pemikiran antara yang memberikan tanda dengan yang menerima

Keterampilan Komunikasi 11
tanda). Definisi Shimp lebih menekankan pada proses komunikasi yang
bertujuan pada terciptanya suatu persamaan pemikiran atau pendapat pada
interaksi yang terjadi.
Pace dan Faules (2001) mengemukakan bahwa komunikasi dapat
dibedakan dengan semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia
melibatkan proses mental memahami orang, objek, dan peristiwa. Dua
bentuk umum tindakan yang merupakan komunikasi menekankan pada: 1)
penciptaan pesan atau, lebih tepatnya, penciptaan pertunjukkan (display) dan
2) penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukan.
Harold D. Lasswell menjelaskan komunikasi sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan: Who, Say what, In which channel, To whom, With
what effect? Kalimat ini kemudian dikenal sebagai formula Lasswell
(Effendi, 1993). Dari apa yang dikemukakan Laswell tersebut pada intinya
mencakup unsur-unsur dari komunikasi, yaitu adanya; komunikator, pesan
yang disampaikan, media yang digunakan, komunikan/audiens, dan efek.
Secara sederhana dapatlah diartikan bahwa komunikasi merupakan kegiatan
penyampaian pesan dengan tujuan menyamakan makna dari
seseorang/lembaga (komunikator) kepada orang lain/audiens (komunikan).
Secara umum, definisi komunikasi adalah sebuah proses penyampaian
pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui
suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud
oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988). Secara
sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian
dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan
untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut
(Ruben dkk, 1998; Gorden, 1978; Fourianalistyawati, 2012).
D. Jenis-Jenis Komunikasi
1. Komunikasi Formal
Bila pesan mengalir melalui jalur resmi yang ditentukan oleh
hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu

Keterampilan Komunikasi 12
berada dalam jalur komunikasi formal. Adapun fungsi penting sistem
komunikasi formal menurut Liliweri (1997: 294) adalah sebagai
berikut:
a. Komunikasi formal terbentuk sebagai fasilitas untuk
mengkoordinir kegiatan, pembagian kerja dalam organisasi.
b. Hubungan formal secara langsung hanya meliputi hubungan
antara atasan dengan bawahan. Komunikasi langusng seperti ini
memungkinkan dua pihak berpartisipasi umpan balik dengan
cepat.
c. Komunikasi formal memungkinkan anggota dapat mengurangi
atau menekan waktu yang akan terbuang, atau kejenuhan
produksi, mengeliminir ketidaktentuan operasi pekerjaan,
termasuk tumpang tindihnya tugas dan fungsi, serta pembaharuan
menyeluruh yang berdampak pada efektivitas dan efesiensi.
d. Komunikasi formal menekankan terutama pada dukungan yang
penuh dan kuat dari kekuasaan melalui struktur dan hierarkis.
Bertinghaus (1968) menyebutkan paling tidak ada 3 bentuk
komunikasi formal, yaitu yang berdasarkan: (1) arah yang dituju:
vertikal, horizontal/lateral (2) sifat, tipe jaringan komunikasi
disesuaikan dengan tugas, misalnya pelaporan, perintah, pengarahan
atau perlindungan dan kepenasihatan, dan (3) keformalan (sisi formal),
sejauhmana alur komunikasi dibatasi oleh kewenangan. Jika dilihat
dari arah yang dituju, pesan dalam komunikasi formal biasanya
mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas secara vertikal dan
dari tingkat yang sama atau secara horizontal dan komunikasi lintas-
saluran. Secara skematis, arah informasi dalam komunikasi organisasi
dapat digambarkan oleh Gambar 3.
2. Komunikasi vertikal
Bentuk jaringan komunikasi vertikal terdiri atas vertikal dari atas
dan dari bawah. Dalam komunikasi vertikal, pesan bergerak sepanjang

Keterampilan Komunikasi 13
saluran vertikal melalui dua arah, dari atas dan dari bawah (Pace and
Faules, 2001).
3. Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka
yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa
informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai, namun,
dalam organisasi kebanyakan, hubungan ada pada kelompok
manajemen (Davis dalam Pace, 1988:184). Kebanyakan komunikasi ke
bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan
dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya
berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah,
pertanyaan, dan kebijaksanaan umum. Menurut Lewis (1987) dalam
Arni Muhammad (2001:108), komunikasi ke bawah adalah untuk
menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat,
mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah
informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dna
mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan. Katz dan Kahn (1966) menyebutkan ada 5 jenis informasi
yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan yaitu:
a. informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
b. informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
c. informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi
d. informasi mengenai kinerja pegawai
e. informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas
Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan dipengaruhi oleh
faktor-faktor; keterbukaan, kepercayaan pada pesan tulisan, pesan yang
berlebihan, waktu, penyaringan.
4. Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat

Keterampilan Komunikasi 14
yang lebih tinggi. Semua anggota dalam sebuah organisasi, kecuali
mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke
atas, yakni setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau
meminta informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi
daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang diarahkan kepada
individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas
merupakan esensi komunikasi ke atas.
Menurut Pace and Faules (2001) komunikasi ke atas penting
karena beberapa alasan:
a. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk
pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi
dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya (Sharma, 1979).
b. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan
bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan
seberapa bail bawahan menerima apa yang dikatakan kepada
mereka (Planty & Machaver, 1953).
c. Komunikasi ke atas memungkinkan –bahkan mendorong-
omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia
tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan
operasi-operasi sebenarnya (Conboy, 1976).
d. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan
apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran
informasi ke bawah (Planty & Machaver, 1952).
e. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah
pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan
pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut (Harriman,
1974).
5. Komunikasi horizontal
Komunikasi dalam organisasi, juga berlangsung diantara
anggota-anggota organisasi yang menduduki posisi-posisi yang sama

Keterampilan Komunikasi 15
tingkat otoritasnya, komunikasi jenis ini dinamakan komunikasi
horizontal.
Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan
secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas
atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah,
penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Pace & Faules
(2001: 195) menyatakan tujuan komunikasi horizontal sebagai berikut:
a. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. Para kepala bagian
dalam suatu organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat
atau pertemuan, untuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.
b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. Ide dari
banyak orang biasanya akan lebih baik daripada ide satu orang.
Oleh karena itu komunikasi horizontal sangatlah diperlukan
untuk mencari ide yang lebih baik.
c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang
berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan
dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan
moral para anggota.
d. Untuk memperoleh pemahaman bersama. Bila perubahan dalam
suatu organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang
sama antara unit-unit organisasi atau anggota unit organisasi
tentang perubahan ini. Untuk ini mungkin suatu unit dengan unit
lainnya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap
perubahan tersebut.
e. Mengembangkan dukungan interpersonal. Karena sebagian besar
dari waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya, maka
mereka memperoleh dukungan interpersonal dari temannya. Hal
ini akan memperkuat hubungan diantara sesame karyawan dan
akan membantu kekompakan dalam kerja kelompok. Interaksi ini
akan mengembangkan rasa sosial dan emosional karyawan.

Keterampilan Komunikasi 16
Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup
semua jenis kontak antar persona. Bahkan bentuk komunikasi
horizontal tertulis. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam
rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di
telepon, memo dan catatan kegiatan sosial dan kelompok mutu.
Komunikasi horizontal sangat penting untuk koordinasi pekerjaan
antara bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi bagian-bagian itu
sendiri mungkin menghalangi komunikasi horizontal. Struktur
organisasi yang mempunyai lebih banyak bagian-bagian dan setiap
individu makin mempunyai spesialisasi tertentu, kebutuhan akan
koordinasi bagian-bagian menambah komunikasi horizontal.
Komunikasi horizontal bertambah karena kekuasaan atas otoritas
sentralisasi menjadi berkurang.
6. Komunikasi lintas saluran
Komunikasi lintas lintas saluran merupakan merupakan salah
satu bentuk komunikasi organisasi dimana informasi diberikan
melewati batas-batas fungsional atau batas-batas unit kerja, dan
diantara orang-orang yang satu sama lainnya tidak saling menjadi
bawahan atau atasan. Baik komunikasi horizontal maupun komunikasi
lintas saluran mencakup hubungan lateral yang penting bagi
komunikasi organisasi yang efektif. Hal tersebut berkaitan dengan
komunikasi posisional yang meliputi aliran informasi antara orang-
orang yang menduduki jabatan-jabatan dalam organisasi, baik dari
posisi yang sama ataupun yang berlainan. Keadaan tersebut
menghasilkan satu jaringan komunikasi pribadi atau lebih. Komunikasi
posisional biasanya diartikan sebagai komunikasi formal, sedangkan
komunikasi pribadi dinamakan komunikasi informal yang akan
dipaparkan dalam bagian berikut ini.
7. Komunikasi informal
Menurut Pace & Faules (2001: 199) bila anggota organisasi
berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi

Keterampilan Komunikasi 17
mereka dalam organisasi, pengarahan arus informasi bersifat pribadi,
disebut jaringan komunikasi informal. Pengertian tersebut
mengisyaratkan ada dua faktor dalam jaringan komunikasi informal,
yaitu sifat hubungan atau format interaksi dan arah aliran informasi.
Untuk sifat hubungan adalah hubungan pribadi yang termasuk
hubungan antar persona, dan arah aliran informasi bersifat pribaid
yang muncul dari interaksi di atnara orang-orang dan mengalir ke
seluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan, dikenal dengan desas-
desus (grapevine) atau kabar angin.
Salah satu ciri komunikasi organisasi yang paling nyata adalah
konsep hubungan, Goldbaher (1979) mendefinisikan organisasi
sebagai “sebuah jaringan hubungan yang saling bergantung” (Pace &
Faules, 2001: 201). Bila sesuatu saling- bergantung, ini berarti bahwa
hal-hal tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pola dan sifat
hubungan dalam organisasi dapat ditentukan oleh struktur atau
hubungan posisional dan hubungan antar persona dimana individu-
individu dalam organisasi bertindak di luar struktur peranan sehingga
menciptakan jalinan komunikasi informal.
Hubungan paling intim yang kita miliki dengan orang-orang
yang lain dalam tingkat pribadi, antar teman, sesama sebaya, biasanya
disebut sebagai hubungan antar persona. Teman terdekat cenderung
lebih memperhatikan kita daripada yang lainnya. “Dengan merekalah
kita memperoleh hubungan antar persona yang paling memuaskan.
Dengan mereka kita beresonansi, bergetar, dan sesuai, menunjukkan
bahwa kita memperdulikan mereka” (Pace & Faules, 2001: 202).
Analisis khusus (Pace & Boren, 1973) tentang efektivitas
hubungan antar persona yaitu:
a. Menjaga kontak pribadi yang akrab tanpa menumbuhkan
perasaan bermusuhan.
b. Menetapkan dan menegaskan identitas anda dalam hubungan
dengan orang lain tanpa membesar-besarkan ketidaksepakatan.

Keterampilan Komunikasi 18
c. Menyampaikan informasi kepada orang lain tanpa menimbulkan
kebingungan, kesalahpahaman, penyimpangan, atau perubahan
lainnya yang disengaja.
d. Terlibat dalam pemecahan masalah yang terbuka tanpa
menimbulkan sikap bertahan atau menghentikan proses.
e. Membantu orang-orang lainnya untuk mengembangkan gaya
hubungan persona dan antar persona yang efektif.
f. Ikut serta dalam interaksi sosial informal tanpa terlibat dalam
muslihat atau gurauan atau hal-hal lainnya yang mengganggu
komunikasi yang menyenangkan.
Sedangkan cara untuk mencapai efektivitas hubungan antar
persona di atas, Pace, Boren & Peterson (1975) menunjukkan sebagai
berikut:
a. Menyampaikan perasaan secara langsung dan dengan cara yang
hangat dan ekspresif.
b. Menyampaikan apa yang terjadi dalam lingkungan pribadi
mereka melalui penyingkapan diri.
c. Menyampaikan pemahaman yang positif, hangat kepada satu
sama lainnya dengan memberikan respon-respon yang relevan
dan penuh pengertian.
d. Bersikap tulus kepada satu sama lainnya dengan menunjukkan
sikap menerima secara verbal maupun non verbal.
e. Selalu menyampaikan pandangan positif tanpa syarat terhadap
satu sama lainnya melalui respons-respons yang tidak
menghakimi dan ramah.
f. Berterus terang mengapa menjadi sulit atau bahkan mustahil
untuk sepakat satu sama lainnya dalam perbincangan yang tidak
menghakimi, cermat, jujur dan membangun.
Informasi yang mengalir dalam jaringan ini kelihatannya
berubah-ubah dan tersembunyi. Dalam istilah komunikasi, grapevine
(desas-desus) dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia

Keterampilan Komunikasi 19
dari orang-orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan
komunikasi formal. Walaupun grapevine ini membawa informasi yang
informal tetapi ada manfaatnya bagi organisasi. Grapevine
memberikan balikan kepada pimpinan mengenai sentimen karyawan.
Karyawan dapat menyalurkan ekspresi emosional dari pesan- pesan
yang dapat mempercepat permusuhan dan rasa marah bila ditekan.
Grapevine dapat membantu menterjemahkan pengarahan pimpinan ke
dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan/anggota
organisasi.

Gambar 1 Arah Komunikasi Organisasi


E. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang
peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan
bentuk pesan komunikasi (Devito, 1997: 27). Kemampuan merupakan
potensi untuk melakukan beberapa aktifitas secara konsisten. Adapun
komponen-komponen kompetensi komunikasi dapat digambarkan dalam
skema:

Motivation Knowledge Skills Communication


(motivasi) (pengetahuan) (keterampilan) Competency

Motivasi merupakan daya tarik dari komunikator yang mendorong


seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya, aktifitas
manusia selalu berhubungan dengan adanya dorongan, alasan ataupun

Keterampilan Komunikasi 20
kemauan. Motivasi komunikasi ini terdiri dari dua tipe yaitu motivasi positif
dan motivasi negatif (Morreale et al, 2004:38). Motivasi negatif mengacu
pada faktor-faktor yang mengakibatkan ketakutan, kecemasan, atau
penghidaran. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari kepercayaan diri dan
keyakinan yang kurang dimiliki oleh komunikator. Sedangkan motivasi
positif merupakan hasil dari usaha dan keinginan yang mengarahkan
perbuatan individu menuju hal yang positif seperti ketertarikan, dorongan
untuk memulai komunikasi, kesiapan untuk berkomunikasi.
Pengetahuan komunikasi merupakan kegiatan komunikator dalam
mencari informasi tentang lawan bicaranya sehingga dapat mengurangi
tingkat kecemasan dalam berkomunikasi. Seorang individu harus memahami
dan menyadari peraturan, norma, dan harapan yang diasosiasikan dengan
latar belakang orang yang berhubungan dengan individu tersebut. Untuk
menjadi kompeten, dibutuhkan dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan
konten dan pengetahuan prosedural (Morreale, et al, 2004: 38). Pengetahuan
konten meliputi pengetahuan meliputi topik apa, kata-kata yang digunakan,
pemahaman situasi dan seterusnya yang dibutuhkan dalam suatu situasi.
Pengetahuan prosedural merujuk pada pengetahuan bagaimana cara
menyusun, merencanakan, dan mentransfer pengetahuan yang dimilki dalam
situasi tertentu.
Ketrampilan komunikasi merupakan kemampuan yang dapat
membimbing seseorang untuk menghadirkan sebuah perilaku tertentu yang
cukup dan mampu mendukung proses komunikasi secara tepat dan efektif
(Morreale et al., 2004). Untuk mengurangi ketidakpastian, seorang
komunikator sedapat mungkin harus memiliki tiga ketrampilan yaitu empati,
berperilaku seluwes mungkin, dan kemampuan mengurangi ketidakpastian
itu sendiri .
Duffy, F.D (2004: 495) mengemukakan beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengukur keterampilan komunikasi, yaitu
1. menggunakan ceklist lembar observasi selama terjadi interaksi,
2. melakukan survey pengalaman dalam iklim interaksi, dan

Keterampilan Komunikasi 21
3. melakukan ujian dalam bentuk oral test, membuat essay, dan
memberikan pertanyaan wawancara. Untuk mengukur keterampilan
komunikasi lisan, peneliti menggunakan instrumen pengamatan yang
diisi oleh dua pengamat. Pengamatan dilakukan ketika diskusi
kelompok dan tes lisan (oral test). Gambaran tentang penerapan alat
penilaian lembar observasi dalam bentuk checklist disajikan dalam
gambar berikut ini.

Gambar 2 penerapan alat penilaian lembar observasi


dalam bentuk checklist
Sumber : Duffy et al., (2004)
F. Strategi Komunikasi
1. Pendekatan Strategis
Pendekatan strategis dari komunikasi kepemimpinan
dikembangkan oleh penulis yang berupaya menghilangkan celotehan
dengan membantu pemimpin organisasi mengembangkan penjelasan
singkat tentang tujuan akhir perusahaan dan rencana spesifik tentang
bagaimana cara mencapainya; menentukan apa yang harus dilakukan
karyawan untuk untuk mencapai tujuan perusahaan; dan
mengartikulasikan mengapa tujuan dan rencana tersebut berarti bagi
karyawan, manajemen, dan bisnis sebagai keseluruhan.
Pendekatan ini sederhana, bahasa yang jujur (terang-terangan)
berfokus pada strategi membangun moral yang tidak kosong untuk
mencapai tujuan. Pendekatan komunikasi membutuhkan lebih dari

Keterampilan Komunikasi 22
upaya eksekutif kelas atas untuk mewujudkannya; justru, upaya yang
paling efektif adalah ketika para pemimpin di semua tingkatan
organisasi menerapkan praktik-praktiknya.
Pada tahun 2004, Matha dan Boehm melakukan sebuah studi
tentang Penilaian Motivasi Karyawan & Kinerja Perusahaan, yang
mengidentifikasi lima profil komunikasi lazim di 27 perusahaan besar
Amerika diantaranya Terbuka, Komando, Rumor, Pelaporan, dan
Diskusi. Perusahaan dengan kinerja tertinggi memiliki komunikasi
Terbuka, yang merupakan jenis komunikasi yang paling sesuai dengan
pendekatan Strategi. Komunikasi yang efektif membangkitkan
kepercayaan karyawan dalam mengelola, mendefinisikan dengan jelas
tujuan perusahaan dan mendorong karyawan untuk berbagi
pengetahuan mereka dengan orang lain, serta memotivasi karyawan
untuk melakukan yang terbaik untuk perusahaan yang mereka
banggakan dan merasa dilibatkan (Matha dan Macy Boehm, 2010).
2. Langkah Strategis Komunikasi
Strategi komunikasi memadukan tiga alat, the Action Equation
(persamaan aksi), the People Channel, dan Conversation Platform,
menjadi proses tiga langkah untuk mempromosikan komunikasi bisnis.
Langkah- langkah tersebut meliputi:
a. Clarify the goals, strategy, and relevance of the company’s plans
through the Action Equation. (Klarifikasi tujuan, strategi, dan
hubungan rencana perusahaan melalui Persamaan Aksi).
Persamaan Aksi (Tahu + Rasakan = Lakukan) - the Action
Equation (Know+Feel=Do)
- membantu para pemimpin secara ringkas menentukan ke
mana arah perusahaan dan apa yang harus diketahui dan
dirasakan karyawan.
b. Prepare the People Channel by assembling and training leaders
throughout the organization (Siapkan Saluran Orang dengan
merakit dan melatih pemimpin di seluruh organisasi)

Keterampilan Komunikasi 23
- The People Channel terdiri dari para manajer, supervisor,
dan pemimpin informal di setiap tingkat perusahaan. The
People Channel menggunakan the Conversation Platform
untuk mengomunikasikan strategi perusahaan kepada
sesama karyawan secara informal dan pribadi.
c. Use the People Channel to communicate the Action Equation
through the Conversation Platform. (Gunakan The People
Channel untuk mengkomunikasikan Persamaan Aksi melalui
Platform Percakapan)
- Upaya informal dari the People Channel harus didukung
dan didorong oleh seluruh pemimpin.
Berikut ini merupakan uraian strategi komunikasi diantaranya :
a. Langkah 1: Perjelas Tujuan, Strategi, dan Hubungan dengan
The Action Equation (“Know + Feel = Do”)
Petama-tama, manajemen harus menentukan mau kemana
perusahaan dan apa yang harus dilakukan oleh karyawan, mereka
harus tahu dan merasakan organisasinya sendiri agar dapat
sampai disana (tujuan organisasi). Matha dan Boehm telah
menciptakan persaamaan yang di kenal sebagai The Action
Equation ( Know + Feel = Do) untuk membantu para pemimpin
secara khusus mendefinisikan ketiga aspek tersebut.
Bagian “Do” dari The Action Equation (Persamaan Aksi),
mendorong para pemimpin untuk menyaring tujuan-tujuan
organisasi menjadi dua arahan singkat yang sederhana untuk
karyawan yakni apa yang perlu dicapai perusahaan, dan apa yang
dibutuhkan dari setiap karyawan untuk mendapatkan hasil yang
sukses. Bagian “Know” menekankan perlunya karyawan untuk
memahami alasan di balik tujuan dan strategi organisasi mereka
agar mereka berkomitmen penuh terhadap upaya tersebut. Aspek
“Feel” membantu pemimpin mengidentifikasi apa yang
memotivasi para karyawan mereka agar kinerjanya baik dan

Keterampilan Komunikasi 24
menghubungkan motivasi tersebut terhadap pencapaian tujuan
perusahaan yang lebih besar. Setiap bagian dari Persamaan Aksi
ini harus dianalisis secara menyeluruh oleh manajemen sebelum
Komunikasi Strategi yang efektif dimulai.
Do: Untuk mulai menggunakan Persamaan Aksi, pertama-
tama para pemimpin harus dengan jelas menetapkan tujuan "Do"
perusahaan dalam lima ratus kata atau kurang dari itu. Sasaran-
sasaran ini harus dapat ditindaklanjuti dan cukup spesifik bagi
semua orang untuk memahami tindakan yang diperlukan. Tujuan
harus mencakup nilai-nilai yang tidak dinegoisasikan perusahaan
misalnya, keselamatan (safety) atau pertimbangan etis (ethnical
consideration) - sebagai prinsip utama. Mereka juga harus cukup
rinci sehingga pekerja tidak bertanya-tanya yang mana lebih
penting dari dua nilai yang dianut (seperti kualitas atau volume
produksi). Tujuan harus sejalan dengan tindakan perusahaan: jika
perusahaan menyatakan pelatihan karyawan adalah prioritas,
uang dan waktu yang dihabiskan untuk pelatihan ini harus jelas.
Empat pertanyaan yang dapat membantu organisasi
memfokuskan pembuatan tujuannya di tahap “Do”:
1) Apa tujuan "critical few" yang harus dicapai?
2) Nilai-nilai perusahaan yang tidak dapat dinegosiasikan apa
yang harus dilindungi dalam jangka panjang?
3) Secara khusus, bagaimana, tujuan-tujuan ini dapat dicapai?
4) Apakah masing-masing tindakan yang diajukan
mendukung pencapaian tujuan keseluruhan?
Know : agar karyawan dapat memahami tujuan "Do",
mereka perlu mengetahui alasan - "mengapa" – dibalik tujuan
dan strategi keseluruhan perusahaan. Mereka perlu tahu
bagaimana strategi ini, dan peran pribadi mereka dalam strategi
itu memengaruhi tempat mereka dalam bisnis. Management
dapat membantu pekerja memperoleh pemahaman tentang alasan

Keterampilan Komunikasi 25
di balik strategi bisnis bagaimanapun caranya.
Empat faktor paling penting yang mempengaruhi tujuan
dan strategi bisnis adalah (1) persaingan (competition), (2)
masalah sosial (societal issues), (3) tren dalam industri (trends in
the industry), dan (4) perubahan keinginan dan kebutuhan
pelanggan (changing customer wants and needs).
Perusahaan yang mengalami persaingan dalam industri
mereka harus yakin bahwa karyawan mereka memahami
bagaimana dan mengapa persaingan ini memengaruhi pekerjaan
masing-masing. Karyawan akan jauh lebih mudah menerima
perubahan di tempat kerja atau perubahan tujuan perusahaan
karena tekanan sosial, industri, atau konsumen jika mereka diberi
tahu tentang masalah persaingan.
Meskipun semua orang di sebuah organisasi harus memiliki
pengetahuan dasar tentang alasan di balik strategi perusahaan,
tapi penting untuk semua pemimpin organisasi dari atas ke
bawah (top to bottm,)- untuk mengetahui strategi ini. Selain itu,
karyawan di bagian-bagian tertentu dari bisnis mungkin perlu
memiliki informasi yang lebih terperinci tentang alasan di balik
keputusan bisnis strategis jika bidang spesifik pekerjaan mereka
berkaitan dengan pekerjaan yang secara langsung dipengaruhi
oleh tujuan perusahaan.
Feel: Mengklarifikasi tujuan organisasi, strategi, dan
hubungannya dengan Persamaan Tidakan (The Action Equation)
adalah tugas yang tidak berarti bagi para pemimpin kecuali jika
mereka memperhitungkan perasaan karyawannya - yaitu
mengapa mereka termotivasi untuk melakukan apa yang mereka
lakukan. Matha dan Boehm mengidentifikasi sepuluh motivator
utama di tempat kerja:
1) The company’s purpose (Tujuan perusahaan)
2) The company’s products (Produk perusahaan)

Keterampilan Komunikasi 26
3) The Customers (Pelanggan)
4) The company’s stature or reputation (Perawakan atau
reputasi perusahaan)
5) The team’s cohesion (Kohesi tim)
6) The contribution they can make as an individual
(Kontribusi yang mereka dapat berikan sebagai individu)
7) The substance of the work (Substansi pekerjaan)
8) The sense of accomplishment (Rasa pencapaian_
9) The feeling of belonging (Perasaan memiliki)
10) The company’s contribution to the community (Kontribusi
perusahaan kepada masyarakat)
Sangat penting bagi manajemen untuk menentukan faktor
pendorong utama yang mendorong karyawan mereka. Metode
terbaik untuk mengungkap sumber pemicu motivasi adalah (1)
discussion groups at various levels in the organization (kelompok
diskusi di berbagai tingkatan dalam organisasi), dan (2)
specialized employee surveys (spesialis survei karyawan) . Dari
keduanya, kelompok diskusi menghasilkan hasil yang sangat
baik dimana biaya yang dibutuhkan lebih murah dan waktu yang
relatif sedikit (tidak terlalu memakan waktu).
Kelompok diskusi bisa dilakukan dengan fokus kelompok
(FGD), tetapi masih kurang resmi dalam mengumpulkan
informasi tentang pikiran dan perasaan karyawan.
Kelompok diskusi yang paling efektif menggunakan
fasilitator pihak ketiga yang tidak bias dari luar organisasi untuk
membuat kelompok secara terpisah, idealnya, masing-masing
terdiri dari lima hingga tujuh orang setiap kelompok. Dalam
setiap kelompok diskusi harus memiliki satu tujuan untuk
mendorong karyawan untuk berbicara secara terbuka. Pekerja
harus diperbolehkan berbicara tentang berbagai topik, bahkan
untuk berbicara di luar topik; fasilitator yang efektif akan

Keterampilan Komunikasi 27
membantu memandu percakapan dan mendengarkan keseluruhan
tema yang dibahas.
b. Langkah 2: Siapkan The People Channel untuk
Berkomunikasi
Setelah kepemimpinan menentukan The Action Equation
(Persamaan Aksi) perusahaan, langkah selanjutnya adalah
mengemas informasi tersebut dengan cara yang dapat diingat
dengan mudah dan diteruskan kepada karyawan oleh the People
Channel (Saluran Orang), rantai manajer dan supervisors
(penyelia) di seluruh bisnis.
Pertukaran komunikasi pribadi adalah inti dari the People
Channel (Saluran Orang). Komunikasi yang efektif antara
pengawas dan pekerja tidak terdiri dari "Passive Cascade
(Penurunan Pasif)" informasi dari atas, dan sebagai gantinya
harus merupakan pertukaran aktif. Hal ini karena pekerja lebih
suka menerima informasi tentang perubahan yang akan datang,
strategi, dan masalah di tempat kerja dari supervisor dan manajer
garis depan mereka, partisipasi para pemimpin ini sangat penting
untuk mencapai tujuan perusahaan. Jika ada perbedaan antara
apa yang perusahaan CEO dan perkataan langsung manajer, yang
pekerja melihat dan bicarakan setiap hari, akan memiliki dampak
terbesar.
Orang-orang lebih mengingat percakapan singkat daripada
kuliah panjang, dan penelitian yang dilakukan oleh Princeton
Profesor George Miller menunjukkan bahwa manusia
menyimpan informasi lebih baik ketika informasi tersebut dibuat
dalam set lima (sets of five). Retensi lebih ditingkatkan jika
potongan-potongan informasi terkait dengan gaya naratif. The
People Channel memaksimalkan informasi tentang memori
melalui alat komunikasi yang dikenal sebagai Conversation
Platform, sebuah "cerita" lima poin – a five point story yang

Keterampilan Komunikasi 28
menyatukan bagian-bagian dasar dari The Action Equation
(Persamaan Aksi) perusahaan menjadi fasilitator percakapan
tentang strategi perusahaan.
The Conversation Platform (Platform Percakapan) terdiri
dari tiga bagian:
1) The core Message (Pesan inti). Poin ini merupakan tema,
strategi, atau masalah utama yang ingin disampaikan oleh
manajemen perusahaan. Poin ini mendefinisikan apa yang
perlu dilakukan karyawan dan mengapa mereka perlu
melakukannya.
2) Four supporting building blocks (Empat blok bangunan
pendukung). Keempat konsep ini memberikan serangkaian
tindakan singkat yang diperlukan manajemen untuk
menyampaikan strategi atau alasan di balik posisi atau
filosofi bisnis.
3) Supporting concepts and proof points (Konsep pendukung
dan poin bukti). Inilah poin-poin spesifik yang mendukung,
membuktikan, dan menghubungkan empat tindakan dari
penjelasan manajemen advokasi.
Semua bagian The Conversation Platform (Platform
Percakapan) harus diartikulasikan dalam bahasa sehari hari yang
sederhana, dan harus disampaikan dalam interaksi spur-of-the
moment (mendadak) antara pemimpin dan karyawan.
Mempersiapkan The People Channel
Agar The People Channel (Saluran Orang) dapat mengubah
pikiran karyawan perlu menyelaraskan semua pemimpin yang
ada dalam organisasi. Para pemimpin puncak harus mulai dengan
membagikan The Action Equation (Persamaan Aksi) setiap
perusahaan dan prototipe (contoh baku) The Conversation
Platform (Platform Percakapan) kepada para pemimpin atau
manajer tingkat tinggi lainnya. Fasilitator pihak ketiga harus

Keterampilan Komunikasi 29
disewa untuk menentukan apakah semua pemimpin memahami
dan menyetujui kedua dokumen ini. Fasilitator juga dapat
membantu mengungkap keyakinan karyawan yang mungkin saja
dapat mencegah keberhasilan strategi perusahaan. Mereka
kemudian dapat memberikan Situation Snapshot kepada
pemimpin yang merupakan ringkasan singkat dari isu-isu utama
yang diangkat selama diskusi awal para pemimpin ini.
Langkah berikutnya dalam menyelaraskan para pemimpin
organisasi adalah dengan menggunakan the consider-dialogue-
solve (CDS) framework untuk membahas perbedaan pendapat
dan kekhawatiran tentang pengajuan strategi atau filsafat.
Kerangka kerja CDS menyediakan cara bagi tim untuk
mempertimbangkan masalah secara serius dan bagaimana
mewujudkannya, bukan hanya mengemukakan kesepakatan. Tiga
langkah di dalam kerangka CDS adalah:
1) Consider (Pertimbangkan) : Dalam langkah pertama ini,
anggota tim menghabiskan waktu untuk berpikir dan
berbicara tentang perspektif mereka pada formulir The
Action Equation (Persamaan Aksi) dan The Conversation
Platform (Platform Percakapan) sebelum terlibat dalam
pertemuan tim formal .
2) Dialogue (Dialog) : Dialog berada di bagian pertama
pertemuan tim dan berfokus secara eksklusif untuk
membahas informasi dan masalah yang terlibat. Selama
langkah ini, tidak ada penyelesaian masalah yang harus
didiskusikan.
3) Solve (Memecahkan) : Hal ini merupakan akhir bagian dari
yang pertemuan tim, kelompok harus mendiskusikan
kemungkinan solusi untuk masalah yang muncul di bagian
Dialog kerangka CDS dan memutuskan solusi yang paling
efektif.

Keterampilan Komunikasi 30
Setelah para pemimpin puncak organisasi diselaraskan, The
Conversation Platform (Platform Percakapan) perlu diuji dengan
lapisan manajer dan pengawas berikutnya. Tes paling efektif
pada level ini adalah tes "Red face" . Tes "Red face" dapat
dilakukan hanya oleh fasilitator atau pemimpin yang
menjelaskan The Conversation Platform (Platform Percakapan)
kepada supervisor tingkat menengah atau garis depan. Jika
Supervisor (penyelia) menjadi marah atau malu dengan apa yang
mereka dengar, The Conversation Platform (Platform
Percakapan) masih membutuhkan perbaikan. Tes "Red Face"
dapat menunjukkan apakah manajemen tingkat atas tidak
terhubung dengan bahasa dan kekhawatiran karyawan dan
membantu menyelaraskan manajer garis depan.
Pemimpin informal, termasuk karyawan lini yang
berpengaruh, resepsionis, serikat pelayan (union stewards), juga
harus terlibat dalam strategi. Mereka sering kali disebut sebagai
individu yang paling dihormati dalam suatu organisasi.
Pemimpin informal dapat diidentifikasi dengan meminta
karyawan di setiap tingkatan organisasi yang mereka datangi
untuk mendapat informasi yang reliabel (dapat dipercaya)..
Setelah semua pemimpin dalam The People Channel
(Saluran Orang), baik formal maupun informal, telah
disejajarkan di belakang The Conversation Platform (Platform
Percakapan), maka selanjutnya mereka harus menerima pelatihan
komunikasi Strategi. Idealnya, pemimpin perusahaan (top leader)
akan memimpin pelatihan strategis bagi para pemimpin tingkat
tinggi lainnya, dan kemudian para pemimpin tersebut akan
melatih tingkat berikutnya. Pola ini harus diulang di seluruh
organisasi.
Pelatihan komunikasi strategis harus memakan waktu
sekitar dua hingga tiga jam dan harus mencakup enam bidang

Keterampilan Komunikasi 31
terpisah secara berurutan yaitu harapan tentang komunikasi;
elemen-elemen dasar The Conversation Platform (Platform
Percakapan); spesifikasi The Conversation Platform (Platform
Percakapan) perusahaan; cara menggunakan platform; Proses
dan Alat mana yang akan digunakan untuk mendukung para
pemimpin saat mereka mengomunikasikan strategi kepada
karyawan; dan umpan balik.
Pada bagian awal sesi pelatihan, para pemimpin harus
menjelaskan seberapa efektif hubungan antara komunikasi dan
hasil dan mengapa partisipasi kepemimpinan di seluruh
organisasi sangat penting. Setelah menjelaskan The Conversation
Platform (Platform Percakapan), selanjutnya pemimpin
pemimpin harus diberikan sebuah kesempatan untuk bermain
peran menggunakan harus memberikan dalam interaksi informal.
Setelah pemimpin di The People Channel (Saluran Orang)
dilatih, mereka harus tetap kembali diperbarui secara teratur
(reguler) dengan informasi yang akan mereka butuhkan untuk
menjadi pemimpin yang handal dan strategi-blok untuk garis
depan karyawan. Mempertahankan manajer dan supervisor
(penyelia) dalam lingkaran sesederhana mengadakan pertemuan
pembaruan rutin, mengedarkan email manajemen, atau
menjadwalkan panggilan konferensi. Metode terbaik adalah
dengan mengadakan pertemuan secara periodik untuk anggota
The People Channel (Saluran Orang), kemudian menindaklanjuti
apa yang didiskusikan dalam pertemuan lalu dengan sejumlah
ringkasan dokumen tanya jawab (Q & A documents).
The People Channel (Saluran Orang) tidak boleh diisi
dengan menggunakan celotehan yang tidak penting. Fokusnya
adalah mentransmisikan masalah, perubahan, atau peristiwa yang
perlu dibahas oleh karyawan, seperti:
1) Informasi tentang kemajuan organisasi diukur berdasarkan

Keterampilan Komunikasi 32
tujuan yang telah dinyatakan
2) Keputusan kepemimpinan baru
3) Pengumuman perubahan personal secara signifikan
4) Masalah pelanggan atau terkait produk
5) Berita bisnis, acara, dan pengumuman publik
6) Informasi langsung tentang rumor yang beredar di sekitar
organisasi
Para pemimpin dapat menguji apakah suatu item informasi
tertentu layak dimasukkan ke dalam The People Channel
(Saluran Orang) dengan menanyakan satu atau lebih pendapat
para pemimpin informal.
Beberapa pemimpin memiliki masalah dalam
menggunakan The People Channel (Saluran Orang) secara
efektif. Secara tidak sengaja, mereka dapat mendominasi atau
mengintimidasi karyawan selama percakapan strategi, atau
menempatkan fokus yang kuat pada penyelesaian masalah
sehingga mereka mencegah karyawan untuk sepenuhnya
mendiskusikan masalah. Cara paling efektif untuk menangani
atau mencegah masalah-masalah ini adalah dengan memberikan
interpersonal skills training dan bimbingan untuk melatih para
manajer, dan supervisor (pengawas) bagaimana membangun
hubungan dengan rekan kerja, mendengarkan secara aktif, dan
mendorong diskusi terbuka di lingkungan kerja.
Jika pemimpin masih berjuang, mereka harus dipasangkan
dengan manajer dan pengawas yang memiliki keterampilan
interpersonal dan komunikasi yang kuat.
c. Langkah 3: Gunakan The People Channel untuk
Berkomunikasi
Setelah the People Channel didirikan dan dilatih, saatnya
untuk mulai mengarahkan percakapan tentang strategi ke atas
dan ke bawah (up and down) organisasi. Komunikasi di the

Keterampilan Komunikasi 33
People Channel harus secara konsisten didorong oleh para
pemimpin tingkat tinggi dan harus didukung oleh sejumlah
proses dan alat di seluruh perusahaan yang dikenal sebagai
pembawa/sarana komunikasi.
Ada dua jenis sarana komunikasi: tradisional dan operasi .
sarana komunikasi tradisional termasuk buletin perusahaan,
pertemuan balai kota, video, poster, paycheck stuffers, tent cards,
dan situs intranet perusahaan. sarana komunikasi yang beroperasi
mencakup pertemuan rutin, tinjauan operasi, dan dokumen yang
difokuskan pada pelaporan. sarana komunikasi tradisional dan
yang beroperasi adalah alat yang ampuh digunakan untuk
menekankan dan mendorong diskusi karyawan tentang strategi
perusahaan. Namun, sarana-sarana komunikasi tersebut tidak
harus tumbuh dan mengambil tempat percakapan pribadi yang
mendorong pemberian komunikasi Strategi.
Ada tiga cara untuk memaksimalkan dan mengatur sarana
komunikasi organisasi:
1) Buat “drumbeat” yang stabil, efektif dengan sarana
komunikasi
2) Gunakan sarana komunikasi untuk "kampanye" jangka
pendek
3) Manfaatkan departemen komunikasi perusahaan dan
sumber daya luar
Menciptakan hentakan (drumbeat) komunikasi yang stabil
secara terus-menerus melibatkan kembali sila The Conversation
Platform (Platform Percakapan) organisasi dalam benak para
karyawan. Sarana komunikasi tradisional dari email ke poster ke
buletin - harus cukup menarik untuk menghasilkan percakapan
dan memfokuskan perhatian khusus pada strategi. Sarana
komunikasi yang beroperasi harus digunakan untuk
mempromosikan strategi perusahaan dan selalu disajikan dalam

Keterampilan Komunikasi 34
konteks The Conversation Platform (Platform Percakapan).
Laporan dan rapat masing-masing harus secara langsung
membahas pesan inti dan empat blok bangunan yang mendukung
The Conversation Platform (Platform Percakapan) dengan
menunjukkan, pada setiap kesempatan, bagaimana masing-
masing aspek terkait dengan strategi.
Laporan dapat menyertakan ringkasan grafik di halaman
pertama yang menunjukkan bagaimana perusahaan berkembang
menuju sasaran strategisnya; rapat pelatihan dapat dimulai
dengan sebuah kata tentang bagaimana pelatihan mendukung
strategi bisnis. Penting untuk menghilangkan ocehan/celotehan
selama drumbeat ini; baik The Conversation Platform (Platform
Percakapan) perusahaan dan The Action Equation (Persamaan
Aksi) harus digunakan untuk menyaring informasi yang tidak
berkaitan langsung dengan apa yang perlu diketahui, dirasakan,
dan dilakukan karyawan terkait dengan strategi perusahaan.
Menjalankan kampanye jangka pendek merupakan cara
efektif pemimpin untuk berkomunikasi lebih intens tentang topik
tertentu. Sebuah perusahaan dapat memilih untuk menjalankan
kampanye Strategi dengan berbagai alasan diantaranya: untuk
memperkenalkan karyawan mereka terhadap merek-merek dan
produk baru; untuk memperkenalkan konferensi kepemimpinan
atau presentasi eksekutif; untuk merayakan karyawan atau
bahkan mempersiapkan karyawan terhadap berita yang
menantang seperti akan adanya PHK; untuk membangun
semangat dan minat dalam program pelatihan.
Memanfaatkan departemen komunikasi dan sumber daya
luar juga dapat membantu memaksimalkan sarana komunikasi
perusahaan. Banyak organisasi memiliki profesional komunikasi
yang tersedia bagi mereka yang dapat fokus pada aspek strategis
komunikasi atau pada aspek taktis, dengan fokus tunggal mereka

Keterampilan Komunikasi 35
meningkatkan komunikasi secara keseluruhan. Keduanya
bermanfaat, tetapi penulis percaya bahwa profesional komunikasi
yang fokus pada strategi lebih efektif untuk mencapai tujuan
bisnis dalam jangka panjang (Matha dan Macy Boehm, 2010).
G. Proses Komunikasi
Proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur yang terdapat,
berkaitan dengan siapa pengirimnya (komunikator), apa yang dikatakan atau
dikirimkan (pesan), saluran kommunikasi apa yang digunakan (media),
ditujukan untuk siapa (komunikan), dan apa akibat yang akan
ditimbulkannya (efek).
Dalam proses komunikasi, kewajiban seorang pengirim atau
komunikator adalah mengusahakan agar pesan-pesannya dapat diterima oleh
penerima (komunikan) sesuai dengan kehendak pengirim. Model proses
komunikasi secara umum dapat memberikan gambaran kepada pengelola
organisasi, bagaimana mempengaruhi atau mengubah sikap anggota/
stakeholder-nya melalui desain dan implementasi komunikasi. Dalam hal ini
pengirim atau sumber pesan bisa merupakan individu atau berupa suatu
organisasi sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 1 sebagai berikut
(Kotler, 2000).

Gambar 3 Model Proses Komunikasi


Berdasarkan pada apa yang dipetakan dalam Gambar 1 tersebut, suatu
pesan, sebelum dikirim, terlebih dahulu disandikan (encoding) ke dalam
simbol-simbol yang dapat menggunakan pesan yang sesungguhnya ingin
disampaikan oleh pengirim. Apapun simbol yang dipergunakan, tujuan

Keterampilan Komunikasi 36
utama dari pengirim adalah menyediakan pesan dengan suatu cara yang
dapat memaksimalkan kemungkinan bahwa penerima dapat
menginterpretasikan maksud yang diinginkan oleh pengirim dalam suatu
cara yang tepat.
Pesan dari komunikator akan dikirimkan kepada penerima melaui
suatu saluran atau media tertentu. Pesan yang diterima oleh penerima
melalui simbol-simbol, selanjutnya akan ditransformasikan kembali
(decoding) menjadi bahasa yang dimengerti sesuai dengan pikiran penerima
sehingga menjadi pesan yang diharapkan (perceived message).
Hasil akhir yang diharapkan dari proses komunikasi adalah agar
tindakan atau perubahan sikap pada penerima sesuai dengan keinginan
pengirim. Akan tetapi arti suatu pesan akan dipengaruhi oleh bagaimana
penerima merasakan pesan itu sesuai dengan konteksnya. Oleh karena itu,
adanya tindakan atau perubahan sikap selalu didasarkan atas pesan yang
dirasakan. Adanya umpan balik menyatakan bahwa proses komunikasi
terjadi dua arah, artinya individu atau kelompok bisa berfungsi sebagai
pengirim sekaligus sebagai penerima dan saling berinteraksi satu sam lain.
Interaksi ini memungkinkan pengirim untuk memantau seberapa baik pesan-
pesan yang dikirimkan dapat diterima atau apakah pesan yang disampaikan
telah ditafsirkan secara benar sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam kaitan ini sering digunakan konsep kegaduhan (noise) untuk
menunjukkan bahwa ada semacam hambatan yang terjadi dalam proses
komunikasi. Hambatan tersebut bisa terjadi pada pengirim, saluran,
penerima atau umpan balik. Dengan kata lain semua unsur atau elemen-
elemen pada proses komunikasi punya potensi dalam menghambat
terjadinya komunikasi yang efektif (Kotler, 2000).
H. Hambatan dalam Komunikasi
Alice A. Wright dan John J. Lynch, Jr (1995) mengklasifikasikan
hambatan dalam komunikasi menjadi empat, yaitu (Kotler, 2000):
1. Gangguan; gangguan dapat berbentuk mekanik dan semantik.
Gangguan mekanik disebabkan oleh saluran komunikasi atau

Keterampilan Komunikasi 37
kegaduhan yang bersifat fisik, sedangkan gangguan semantik adalah
gangguan yang berkenaan dengan pesan komunikasi sehingga
pengertiannya menjadi berubah dari yang dimaksudkan semula.
2. Kepentingan; seseorang hanya akan memperhatikan pesan yang ada
hubungan dengan kepentingannya. Kepentingan tidak hanya
mempengaruhi perhatian saja, tetapi juga menentukan daya tanggap,
perasaan, pikiran dan tingkah laku.
3. Motivasi; suatu komunikasi dapat berlangsung dengan baik bila pesan
yang disampaikan sesuai dengan motivasi dari penerima.
4. Prasangka; seseorang yang memiliki prasangka terhadap pengirim
pesan dapat menyebabkan proses komunikasi berlangsung tidak efektif
karena dalam prasangka, emosi memaksa seseorang menarik
kesimpulan tanpa menggunakan pikiran yang rasional.

Keterampilan Komunikasi 38
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat hubungannya. Seorang
pemimpin harus memiliki wawasan yang luas, jujur, bertanggung jawab,
berani dalam mengambil keputusan, dan ia juga harus mempunyai keahlian
berkomunikasi yang sangat baik. Karena komunikasi dapat menentukan
berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya.
Setiap pemimpin pasti memiliki bawahannya dimana bawahannya tersebut
akan mengeluarkan gagasan/ide yang akan dipaparkan. Sehingga seorang
pemimpin tersebut dapat mengambil keputusan berdasarkan gagasan/ide
tersebut. Kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi orang lain sangat
ditentukan oleh keterampilan dan kemampuan yang dimiliki. Strategi
komunikasi memadukan tiga alat, the Action Equation (persamaan aksi), the
People Channel, dan Conversation Platform, menjadi proses tiga langkah
untuk mempromosikan komunikasi bisnis.
B. Saran
Kepemimpinan harus menggunakan informasi cara untuk
berkomunikasi dengan baik terhadap bawahannya untuk membangun
kepercayaan pada karyawan dengan menggunakan pendekatan strategi
komunikasi, secara khusus mengumumkan apa yang akan mereka lakukan
untuk mengubah pengalaman karyawan, membuat karyawan melakukannya,
kemudian mencatat kembali apa yang mereka lakukan untuk karyawan.

Keterampilan Komunikasi 39
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. (1995) Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Conger, J. A. (1992) Learning to Lead. San Fransisco: Jossey-Bass.
Donelly, J. H., Ivancevich, J. M. and Gibson, J. L. (1985) Organization Behavior,
Structure, Process. Plano, TX: Business Publications Inc.
Duffy, F. D. et al. (2004) ‘Assessing Competence in Communication and
Interpersonal Skills : The Kalamazoo II Report’, Academic Medicine, 79(6).
Effendi, O. U. (1993) Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti.
Fourianalistyawati, E. (2012) ‘Komunikasi Yang Relevan Dan Efektif Antara
Dokter Dan Pasien’, Jurnal Psikogenesis, 1(1), pp. 82–87. Available at:
https://www.researchgate.net/profile/Endang_Fourianalistyawati/publication
/320100052_Komunikasi_yang_Relevan_dan_Efektif_antara_Dokter_dan_
Pasien/links/59cdd71d0f7e9b225635e5b9/Komunikasi-yang-Relevan-dan-
Efektif-antara-Dokter-dan-Pasien.pdf?origin=public.
Hackman, M. Z. and Johnson, C. E. (2004) Leadership: A Communication
Perspective. Long Grave, Illinois: Wavelan Press Inc.
Hitt, W. D. (1993) ‘The Model Leader: A Fully Functioning Person’, Leadership
and Development Journal, 14(7), pp. 4–11.
Kotler, P. (2000) Marketing Management, The Millenium Edition. New Jersey:
Prentice-Hall Inc.
Matha, B. and Macy Boehm (2010) ‘Beyond The Babble : Leadership
Communication That Drives Results’, in Business Book Summaries. EBSCO
Publishing Inc. •, pp. 1–12.
Morreale, S. P. et al. (2004) Introduction to Human Communication. USA:
Wadsworth Group.
Northouse, P. (2004) Leadership Theory and Practice. Thousand Oaks: Sage
Publications.
Pace, R. W. and Faules, D. F. (2001) Komunikasi Organisasi: Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Edited by D. Mulyana. Bandung:

Keterampilan Komunikasi 40
Remaja Rosda Karya.
Palutturi, S. (2013) Public Health Leadership. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rowitz, L. (2009) Public Health Leadership. Massachusetts: Jones and Barlett
Publishers.
Sagala, S. (2018) Pendekatan dan Model Kepemimpinan. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Shimp, T. A. (1993) Promotion Management and Marketing Communications.
Third Edit. Florida: The Dryden Press.
Wijono, S. (2018) Kepemimpinan Dalam Perspektif Organisasi. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Keterampilan Komunikasi 41

Anda mungkin juga menyukai