Pengukuran Kinerja
DISUSUN OLEH
PROGRAM PASCASARJANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN RUMAH SAKIT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
METODE PENGUKURAN KINERJA
1. Performance Prism
Performance Prism merupakan metode yang dipergunakan untuk mengukur kinerja suatu
organisasi, menurut persepsi semua stakeholder organisasi tersebut. Stakeholder meliputi
pelanggan, investor, karyawan, pemerintah, masyarakat, rekanan bisnis dan sebagainya.
Menurut konsep Performance Prism, kinerja suatu organisasi merupakan pencapaian
organisasi dalam memenuhi harapan stakeholder. Kinerja juga dipandang sebagai
pencapaian dalam usaha memaksimalkan kontribusi stakeholder untuk kepentingan
organisasi dan untuk mendukung kemampuannya beroperasi dengan lebih baik. Kinerja
kemudian diterjemahkan sebagai keberhasilan organisasi dalam melaksanakan strategi dan
proses yang dibutuhkan untuk memastikan harapan dan kontribusi stakeholder dapat
terwujud.
Kinerja juga berhubungan dengan kualitas dari kapabilitas yang dibutuhkan untuk
memastikan nilai tersebut terwujud. Dari deskripsi di atas jelaslah bahwa menurut konsep
model performance prism, terdapat lima sisi (faset) dari kinerja, yaitu kepuasan stakeholder
(stakeholder satisfaction), kontribusi stakeholder (stakeholder contribution), strategi, proses
dan kapabilitas.
Lima sisi Performance Prism adalah sebagai berikut:
1) Stakeholder Satisfaction (kepuasan Stakeholder)
Kinerja suatu organisasi dipandang sebagai kemampuan organisasi tersebut
memenuhi harapan stakeholder. Sehingga secara logis, indikator kinerja harus
digenerate dari harapan para stakeholder organisasi tersebut.
2) Stakeholder Contribution (kontribusi stakeholder)
Organisasi mempunyai misi untuk memenuhi keinginan para stakeholdernya. Tetapi
sebaliknya pula, stakeholder juga dituntut untuk mempunyai kontribusi pada
organisasi. Sehingga menurut konsep performance prism, kinerja juga dihubungkan
dengan kemampuan organisasi untuk memaksimalkan kontribusi stakeholder dalam
membantu operasi organisasi.
3) Strategies (strategi)
Strategi digenerate untuk memastikan agar organisasi dapat mengantarkan nilai-nilai
kepada stakeholder. Strategi tersebut dapat berupa strategi perusahaan, strategi unit
bisnis, strategi dari suatu lini produk atau jasa, ataupun strategi dari suatu operasi
tertentu. Strategi berkaitan dengan aktivitas inti organisasi, misalnya pengurangan
biaya, peningkatan pelayanan purna jual, dsb. Kinerja organisasi diukur berdasarkan
keberhasilan organisasi dalam melaksanakan strategi yang telah dicanangkannya.
4) Processes (proses)
Berkaitan dengan proses yang harus dilakukan oleh organisasi, untuk mencapai
strategi yang telah ditetapkan. Dalam konteks perusahaan, maka aspek proses ini
dapat berupa: pengembangan suatu produk atau layanan tertentu, aktivitas yang
berupa usaha untuk memenuhi permintaan, aktivitas perencanaan, pengendalian,
pengorganisasian dan evaluasi. Aspek proses berkaitan dengan aktivitas yang sifatnya
lebih operasional, yang harus dilakukan untuk mengantarkan nilai kepada
stakeholder. 5. Capabilities (kapabilitas) Kapabilitas berkaitan dengan kualitas
sumber daya yang dimiliki oleh organisasi, yang dibutuhkan dalam usaha untuk
mengantarkan nilai kepada stakeholder. Kapabilitas berkenaan dengan sumber daya
manusia, peraturan, prosedur, perangkat hukum, teknologi dan infrastruktur
organisasi.
2. Balanced Scorecard
Nawira dalam (Kaplan dan Norton 2001:1) mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai
suatu sistem manajemen untuk mengelola implementasi strategi, mengukur kinerja secara
utuh, mengkomunikasikan visi, strategi dan sasaran kepada stakeholders. Kata Balanced
dalam Balanced Scorecard merujuk pada konsep keseimbangan antara berbagai perspektif,
jangka waktu (pendek dan panjang), lingkup perhatian (intern dan ekstern). Kata Scorecard
mengacu pada rencana kinerja organisasi dan bagianbagiannya serta ukurannya secara
kuantitatif. Selanjutnya Nawira (Mulyadi 2001:1) mendefinisikan Balanced Scorecard
berdasarkan asal katanya yaitu Balanced (seimbang) dan Scorecard (kartu skor).
Pengertian Balanced Scorecard menurut asal katanya adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan
skor yang hendak diwujudkan oleh personel masa depan. Melalui kartu skor, skor yang
hendak diwujudkan personel di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja
sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja
personel yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
kinerja personel diukur secara berimbang dari aspek: keuangan dan non keuangan, jangka
pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Adapun perspektif-perspektif yang ada di
dalam BSC adalah sebagai berikut:
1) Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan haruslah mengidentifikasi pelanggan dan
segmen pasar yang akan dimasuki. Selain dituntut untuk memuaskan pelanggan, para
manajer unit bisnis juga harus menterjemahkan pernyataan misi strategi ke dalam tujuan
yang disesuaikan dengan pasar dan pelanggan yang spesifik. Kinerja yang buruk dari
perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan (Kaplan &
Norton,2000).
Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk mempertahankan pelanggan adalah
dengan melakukan tindak lanjut komplain dari pelanggan dengan baik. Upaya tindak
lanjut komplain yang cepat dan efektif dapat mempertahankan sebagian diantara para
pelanggan yang tidak puas sebelum mereka beralih pemasok dan meminimalkan
kemungkinan terulangnya kembali masalah yang sama di kemudian hari. Retensi
pelanggan yang dilandasi kemampuan membangun orientasi pelanggan dapat
memberikan manfaat salah satunya adalah terciptanya loyalitas pelanggan. Kepuasan
pelanggan, memenuhi tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan kinerja spesifik seperti
kualitas, layanan, atau kehandalan pengiriman tepat waktu.
Menurut Mahmudi (2005:92) Dalam perspektif pelanggan, organisasi sektor
publik berfokus untuk memenuhi kepuasan masyarakat melalui penyediaan barang dan
pelayanan publik yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Dalam rangka
memenuhi kepuasan pelanggan organisasi sektor publik harus mengidentifikasi
faktorfaktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, kemudian membuat
ukuranukuran kepuasan tersebut. Pengukuran kepuasan pelanggan menjadi hal yang
penting untuk dilakukan oleh setiap organisasi. Kepuasan pelanggan menurut teori
service quality dari Valerie Zaithamal dipengaruhi oleh lima dimensi yaitu:
1) Tangibel.
Dimensi ini merupakan berbagai fasilitas yang dapat dilihat dan digunakan
perusahaan dalam upaya memenuhi kepuasan pelanggan, seperti :
a. Bangunan gedung/kantor
b. Peralatan yang dimiliki perusahaan
c. Penampilan karyawan/ petugas perusahaan
d. Usaha dalam mempromosikan perusahaan
2) Reliability
Merupakan kehandalan karyawan/petugas dalam melayani pelanggan sesuai
yang dijanjikan, seperti:
a. Kemampuan dalam menepati janji
b. Kemampuan dalam memecahkan masalah pelanggan
c. Kemampuan dalam memberikan pelayanan pertama yang baik
d. Tidak melakukan kesalahan yang berarti
3) Responsiveness.
Dimensi ini dimaksudkan sebagai sikap tanggap, mau mendengarkan,
merespon pelanggan dalam usaha memuaskan pelanggan, seperti:
a. Kemampuan perusahaan untuk memberikan informasi secara tepat
b. Berusaha memberikan pelayanan dengan segera ketika diperlukan
c. Berusaha memberikan pertolongan kepada pelanggan
d. Tidak menunjukkan sikap sok sibuk
4) Assurance.
Rasa aman/kenyamanan dirasakan atau diterima pelanggan, meliputi:
a. Kredibilitas perusahaan
b. Perusahaan menghargai bisnis pelanggan
c. Memperlakukan pelanggan secara sopan santun
d. Karyawan memiliki pengetahuan di bidangnya
5) Emphaty
a. Karyawan mampu memberikan perhatian yang bersifat pribadi kepada
pelanggan
b. Perusahaan mengerti kemampuan dan keinginan pelanggan
c. Kenyamanan jam operasional perusahaan bagi pelanggan
d. Mempelajari kebutuhan pelanggan sebelum mengambil tindakan apapun
2) Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif proses bisnis internal, perlu identifikasi berbagai proses internal
penting yang harus dikuasai dengan baik oleh organisasi. Ukuran proses bisnis interna;
berfokus pada berbagai proses internal yang akan berdampak besar kepada pelanggan
dan pencapaian tujuan keuangan perusahaan. Pendekatan balanced scorecard pada
umumnya akan mengidentifikasikan proses baru yang harus dikuasai dengan baik oleh
perusahaan agar dapat memenuhi tujuan pelanggan dan finansial.
Perspektif proses bisnis internal mengungkapkan dua perbedaan ukuran kinerja
yang mendasar antara pendekatan tradisional dan pendekatan balanced scorecard.
Pendekatan tradisional berfokus pada pendekatan proses bisnis pada saat ini. Sedangkat
pendekatan balanced scorecard pada umumnya mengidentifikasi proses baru yang harus
dikuasai dengan baik oleh perusahaan agar dapat memenuhi berbagai tujuan pelanggan
dan finansial (Gasperz, 2002:19).
Secara umum, Kaplan dan Norton (1996) membaginya dalam 3 prinsip dasar,
yaitu:
a. Proses inovasi.
Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses
produksi. Tetapi ada juga perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses
produksi. Di dalam proses inovasi itu sendiri terdiri atas dua komponen, yaitu:
identifikasi keinginan pelanggan, dan melakukan proses perancangan produk
yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Bila hasil inovasi dari perusahaan
tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka produk tidak akan mendapat
tanggapan positif dari pelanggan, sehingga tidak memberi tambahan
pendapatan bagi perasahaan bahkan perasahaan haras mengeluarkan biaya
investasi pada proses penelitian dan pengembangan.
b. Proses operasi.
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan, mulai dari
saat penerimaan order dari pelanggan sampai produk dikirim ke pelanggan.
Proses operasi menekankan kepada penyampaian produk kepada pelanggan
secara efisien, dan tepat waktu. Proses ini, berdasarkan fakta menjadi fokus
utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian besar organisasi.
c. Pelayanan puma jual.
Adapun pelayanan purna jual yang dimaksud di sini, dapat berupa
garansi, penggantian untuk produk yang rusak, dll.
Salah satu fitur yang paling menarik dari ProMES adalah pendekatan bottom-up. Namun,
pendekatan ini juga memiliki kekurangan yaitu bahwa konsistensi vertikal tidak dapat
diterima begitu saja yang dapat mengakibatkan pengukuran kinerja unit bisnis tidak sejalan
dengan pengukuran kinerja perusahaan. Kelemahan dari ProMES adalah bahwa indikator
tidak harus selalu diimbangi jika tujuan tidak seimbang.
Johnson dan Kaplan telah mengembangkan sebuah pendekatan untuk akuntansi biaya
pada tahun 1980-an yang disebut activity-based costing (ABC). Teknik dasar ABC adalah
untuk menganalisis biaya tidak langsung dalam perusahaan dan untuk menemukan kegiatan
yang menyebabkan biaya-biaya tersebut. Menurut Maskell, beberapa contoh kasus
menunjukan bahwa metode ABC dapat digunakan untuk menilai harga produk,
pengambilan keputusan produksi, pengurangan biaya overhead dan peningkatan
berkesinambungan.
6. Sink and Tuttle
Metode pengukuran kinerja Sink and Tuttle adalah sebuah pendekatan klasik yang
menyatakan bahwa kinerja suatu organisasi memiliki keterkaitan yang rumit antar tujuh
kriteria kinerja. Ketujuh kriteria kerja tersebut, antara lain :
1) Efektivitas
2) Efisiensi
3) Kualitas
4) Produktivitas
5) Kualitas kehidupan kerja
6) Inovasi
7) Profitabilitas/ budgetability
7. Theory of Constrains
TOC dikembangkan oleh Goldratt pada pertengahan tahun 1980-an sebagai suatu proses
perbaikan yang berkelanjutan. TOC dilakukan dengan cara sebagai berikut :
3) Aspek waktu
Jika kegiatan tidak dilakukan maka realisasi waktu (0 nol)
1,76 𝑥 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑇𝑊)−𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑅𝑊)
x 0 x 100
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑇𝑊)
Jika aspek waktu yang tingkat efisiensinya ≤ 24 % diberikan nilai baik sampai
dengan sangat baik :
1,76 𝑥 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑇𝑊)−𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑅𝑊)
x 100
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑇𝑊)
Jika aspek waktu yang tingkat efisiensinya ≥ 24 % diberikan nilai cukup smapai
dengan buruk
76−(1,76 𝑥 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑇𝑊)−𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑅𝑊)
x 100)- 100
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑇𝑊)
4) Aspek biaya
Jika tidak dilakukan maka realisasi biaya 0 (nol)
1,76 𝑥 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑇𝐵)−𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑅𝐵)
x 0 x 100
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑇𝐵)
4. Pengaturan jaga
Instalasi laboratorium melakukan pelayanan 24 jam setiap hari yang terbagi menjadi 3 shift.
Pengaturan petugas jaga diatur sesuai jam kerja efektif yang ditetapkan oleh Rumah Sakit
dengan pembagian sebagai berikut :
a. Shift pagi : jam 08.00 s/d 14.00 WITA
b. Shift siang : jam 14.00 s/d 21.00 WITA
c. Shift malam : jam 21.00 s/d 08.00 WITA
Pengaturan jaga disusun dalam bentuk jadwal dinas setiap bulan sesuai kebutuhan
B. Ukuran Kinerja Setiap Jenis Tenaga Kerja di IGD (Instalasi Gawat Darurat)
1. Kepala Instalasi Laboratorium
a. Contoh format SKP (Sasaran Kinerja Pegawai)
1. Orientasi Pelayanan
2. Integritas
4. Disiplin
5. Kerjasama
6. Kepemimpinan
Jumlah
1. Orientasi Pelayanan
2. Integritas
4. Disiplin
5. Kerjasama
6. Kepemimpinan
Jumlah
TARGET REALISASI
NILAI
NO I. KEGIATAN TUGAS JABATAN AK Kuantitas/ Kualitas/ AK Kuantitas/ Kualitas/ PENGHITUNGAN CAPAIAN
Waktu Biaya Waktu Biaya SKP
Output Mutu Output Mutu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
6. Kepemimpinan
Jumlah
Nilai rata – rata
Nilai Perilaku Kerja x
Jumlah
Jumlah
Nilai rata – rata
Nilai Perilaku Kerja x
Jumlah
Jumlah