Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN
PERILAKU BIAYA ANALISIS, DAN PENGGUNAAN
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
AKUNTANSI MANAJEMEN
Dosen : Isnandha,SE,M.Si

DISUSUN OLEH :
1. Layla Exa Wijayanti
2. Rizki Irwansyah
3. Aisyah Ramadannia

2013.35.2103
2013.35.2180
2014.35.2413

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta


Semester IV Akuntansi Malam
2015
KATA PENGANTAR
1

Assalammualaykum Wr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan karuniaNya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah
Akuntansi Management.
Makalah yang berjudul Perilaku Biaya, Analisis, dan Penggunaan merupakan
aplikasi dari kami selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga memberikan
pengetahuan Perilaku Biaya, Analisis, dan Penggunaan
Selesainya makalah ini tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak baik itu dari dosen
pengajar ataupun pihak pihak lainnya yang turut serta membantu terselesaikannya
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih karena dengan itu semua kami mempunyai
motivasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Wassalammualaykum Wr.Wb

Jakarta, Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
2

1.1.
1.2.
1.3.

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Makalah

BAB II : LANDASAN TEORI


2.1.
Definisi Pemicu Biaya dan Perilaku Biaya
BAB III : PEMBAHASAN
3.1. Penjelasan Pemicu Biaya
3.2. Jenis jenis Pola Perilaku Biaya
3.3.Melakukan Estimasi Biaya
BAB IV : PENUTUP
4.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG

Dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan masa kini dan menghadapi era
globalisasi, perusahaan dituntut effisien dan ekonomis serta dapat mengantisipasi
perkembangan yang terjadi dimasa yang akan datang. Hal ini penting karena dalam
persaingan global hanya perusahaan yang menjalankan kegiatan/beroperasi secara
effisien, ekonomis dan produktif yang mampu memenangkan persaingan. Salah satu
unsur yang penting dalam memenangkan persaingan adalah kemampuan untuk
menurunkan biaya tanpa mengorbankan mutu. Maka tidak berlebihan apabila
dikatakan para manager perlu memahami dengan benar masalah yang berkaitan
dengan pembiayaan terutama mengenali perilaku biaya dengan pengklasifikasian
biaya.
Salah satu cara membuat klasifikasi biaya adalah berdasarkan perilaku biaya.
Perilaku biaya merupakan bagaimana biaya akan bereaksi atau berubah dengan
adanya perubahan tingkat aktivitas bisnis. Pemahaman terhadap perilaku biaya
adalah kunci beberapa pembuatan keputusan organisasi. Manajer yang mengetahui
perilaku biaya akan mampu memprediksi dengan lebih baik apakah yang akan terjadi
pada biaya dalam berbagai kondisi. Usaha pembuatan keputusan tanpa memiliki
pemahaman terhadap biaya dan bagaimana biaya ini berubah dengan adanya
perubahan tingkat aktivitas akan mengakibatkan turunnya tingkat laba. Untuk
menghindari masalah tersebut manajer harus mampu memprediksi secara akurat
kondisi biaya dalam berbagai tingkat aktivitas.

1.2.

RUMUSAN MASALAH
Dari penyusunan makalah ini ada beberapa yang jadi pokok permasalahan
diantaranya :
1. Penentuan Pemicu Biaya
2. Jenis jenis Pola Perilaku Biaya
3. Melakukan Estimasi Biaya dan pertimbangan analisis

1.3.

TUJUAN MAKALAH
4

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :


1. Dapat menentukan pemicu biaya
2. Dapat menentukan jenis jenis pola perilaku biaya
3. Dapat melakukan estimasi biaya menggunakan pertimbangan dalam analisis
biaya

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Perilaku Biaya dan Pemicu Biaya
2.1.1. Definisi Perilaku Biaya
Menurut Hansen dan Mowen (2000:86) :
Perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan apakah suatu biaya tetap
atau variabel dalam hubungannya dengan perubahan keluaran kegiatan. Biaya tetap
5

sama dalam jumlah seiring dengan kenaikan atau penurunan keluaran kegiatan adalah
tetap. Biaya variabel adalah biaya yang meningkat dalam total seiring dengan
peningkatan keluaran kegiatan dan menurun dalam total dengan seiring dengan
penurunan keluaran kegiatan
Menurut Mulyadi (2009:465) :
Perilaku biaya dapat dikatakan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan
volume kegiatan. Berdasar perilakunya dengan hubungan dengan volume kegiatan,
biaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu, biaya tetap, biaya variabel, dan semi variable.
2.1.2. Definisi Pemicu Biaya
Pemicu biaya

atau cost driver merupakan faktor-faktor yang akan

menyebabkan perubahan dalam biaya total dari objek biaya yang terkait. Suatu
aktivitas mungkin mempunyai banyak pemicu biaya yang berhubungan dengannya.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Penentuan Pemicu Biaya


Pemicu biaya adalah faktor yang menentukan besar atau kecilnya permintaan biaya
oleh aktivitas. Akivitas adalah pekerjaan atau aksi yang dilakukan dalam perusahaan.
Aktivitas mengonsumsi biaya. Konsumsi biaya oleh aktivitas dipengaruhi oleh pemicu
6

biaya. Pemicu biaya perlu diidentifikasi dan ditentukan oleh perusahaan untuk setiap
aktivitas. Agar tepat dalam membebankan biaya ke aktivitas, perusahaan harus menetukan
pemicu biaya yang tepat pula.
Tahapan Penentuan Pemicu Biaya
Pemicu biaya ditentukan dengan melakukan tahapan mulai dari analisis aktivitas,
analisis biaya, inventarisasi pemicu biaya, dan pemilihan pemicu biaya. Seperti dibawah ini:

Tampak bahwa analisis aktivitas dan analisis biaya berada dalam posisi sejajar. Hal ini
menunjukan bahwa kedua analisis tersebut dapat dilakukan secara berurutan atau sekaligus
bersamaan.
Tujuan analisis aktivitas adalah untuk mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan. Hasil
akhir analisis aktivitas adalah inventarisasi aktivitas. Analisis biaya bertujuan untuk
menentukan besar biaya yang digunakan dan aktivitas yang mengakibatkan konsumsi biaya
tersebut. Setelah analisis biaya dilakukan, maka biaya setiap aktivitas dapat diketahui.
Kemudian, ditentukan alternatif aktivitas yang menjadi faktor penyebab besarnya konsumsi
7

biaya. Setelah itu, manajemen akan memilih satu diantara beberapa alternatif yang tersedia
untuk menentukan pemicu biaya yang paling tepat.
Analisis Aktivitas
Analisis Aktivitas (activity analysis) adalah proses identifikasi aktivitas yang dilakukan.
Dengan melakukan analisis aktivitas dapat dibuat inventarisasi aktivitas. Ada aktivitas yang
dilakukan oleh seorang karyawan atau sekelompok karyawan. Ada juga aktivitas yang
dilakukan oleh karyawan dengan alat bantu mesin dan peralatan. Walaupun aktivitas
dilakukan oleh mesin dan peralatan, pada dasarnya aktivitas tersebut dilakukan oleh
karyawan karena karyawanlah yang menyebabkan mesin dan peralatan bekerja. Berikut tiga
tahap yang dilakukan dalam menganalisa aktivitas.
1. Wawancara karyawan.
2. Inventarisasi aktivitas.
3. Pengecekan ulang.
Untuk mengidentifikasi aktivitas dilakukan wawancara. Pewawancara memberikan
pertanyaan kepada karyawan mengenai aktivitas yang dilakukannya. Selain aktivitas,
pewawancara juga akan bertanya mengenai konsumsi waktu setiap aktvitas. Dalam hal ini,
karyawan dituntut dapat mendeskripsikan aktivitas yang dilakukannya dengan baik.
Contoh rinci aktivitas yaitu memeriksa order penjualan, menulis faktur penjualan,
melakukan pengecekan ulang perhitungan dalam faktur penjualan, dan mendistribusikan
faktur penjualan. Aktivitas tersebut dapat digabungkan menjadi satu aktivitas yang lebih
ringkas, yaitu penyiapan faktur penjualan.
Tahap analisis sering memerlukan estimasi lunak (soft estimate) atau perkiraan
(approxmation) tentang aktivitas yang dilakukan. Analisis aktivitas perlu dibuat sesederhana
mungkin sesuai kebutuhan. Analisis dikhawatirkan akan dilakukan terlalu kompleks dan
terperinci sehingga tidak parsimoni (kurang sederhana sesuai dengan kebutuhan).
Konsumsi waktu pelaksanaan aktivitas juga perlu diketahui. Besarnya konsumsi waktu
pelaksanaan aktivitas dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan
peringkasan aktivitas jika daftar aktivitas terlalu terperinci.
Inventarisasi aktivitas dan konsumsi waktu setiap aktivitas perlu dikomunikasikan kepada
karyawan. Pewawancara dan karyawan perlu melakukan pengecekan ulang. Pada tahap ini,
8

pewawancara dan karyawan akan mengkaji sejauh mana tingkat kewajaran isi dari
inventarisasi aktivitas.
Sebagai ilustrasi, berikut ini disajikan analisis overhead pabrik di PT. Laskar Pelangi.
Terdapat tiga orang yang diwawancarai terkait dengan aktivitas overhead pabrik. Ketiga
orang tersebut adalah Umar, Prio, Daus. Berikut ini sinopsis hasil wawancaranya.
Umar :Saya kerja sebagai supervisor karyawan pengeset peralatan dan mesin pabrik.
Sebanyak 5 % dari total waktu kerja saya gunakan untuk meghubungi bagian
perencanaan utnuk mengetahui rencana produksi. Informasi mengenai rencana
produksi saya gunakan sebagai dasar untuk berkoordinasi dengan 5 orang karyawan
yang menjadi bawahan saya. Sebanyak 5% dari total waktu kerja, saya gunakan
untuk melakukan koordinasi dengan bawahan. Sebanyak 90% dari total waktu kerja
saya adalah mengawasi bawahan. Lima bawahan saya menghabiskan sebanyak 95%
dari total waktu kerjanya untuk mengeset peralatan dan mesin (set-up) setiap kali
akan dilakukan produksi. Pengesetan peralatan ini mereka lakukan sesuai perintah
saya.
Prio

:Saya adalah supervisor operator forklift yang menangani pemindahan barang. Saya
memiliki bawahan sebanyak 4 orang. Saya menghabiskan 4% dari total waktu kerja
untuk berkomunikasi dengan manajer produksi terkait dengan penanganan bahan.
Sebanyak 10% dari total waktu kerja, saya gunakan untuk melakukan koordinasi
dengan bawahan. Sebesar 86% dari total waktu kerja, saya gunakan untuk
mengawasi bawahan. Bawahan saya menghabiskan 90% dari total waktu kerjanya
untuk memindahkan barang. Barang ditangani dari gudang ke produksi dan dari
produksi ke gudang.

Daus :Saya adalah supervisor karyawan pemeliharaan peralatan dan mesin pabrik.Saya
bekerja dibantu oleh 4 orang karyawan. Saya menghabiskan 8% dari total waktu
kerja untuk membuat perencanaan pemeliharaan. Sebanyak 5% dari total waktu kerja
, saya gunakan untuk berkoordinasi dengan bawahan. Sebanyak 85% dari total
waktu kerja saya adalah untuk berkoordinasi dengan karyawan bawahan. Koordinasi
ini saya lakukan dalam rangka melakukan pemeliharaan peralatan dan mesin.
Sebanyak 3% dari total waktu kerja, saya gunakan untuk berkomunikasi dengan
manajer pabrik. Empat karyawan saya menghabiskan 85% dari total waktu kerjanya
9

untuk melakukan pemeliharaan peralatan dan mesin sesuai perintah saya. Sebanyak
10% dari total waktu kerja digunakan untuk memastikan mesin dan peralatan dapat
bekerja dengan baik ketika digunakan.
Sinopsis wawancara yang disajikan di atas digunakan untuk mengidentifikasi
aktivitas yang dilakukan. Inventarisasi aktivitas overhead pabrik PT. Laskar Pelangi
disajikan sebagai berikut :

Analisis aktivitas perlu dibuat sesederhana mungkin tanpa menghilangkan esensi pokok
aktivitas yang digabungkan. Banyaknya karyawan yang terlibat, jumlah konsumsi waktu,
dan jumlah aktivitas sejenis dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengelompokkan aktivitas
menjadi lebih ringkas. Aktivitas yang dilakukan supervisor dan operator mesin dapat
digabungkan menjadi aktivitas pengesetan peralatan dan mesin. Aktivitas yang dilakukan
oleh supervisor dan operator forklift juga dapat digabungkan menjadi aktivitas penanganan
bahan. Demikian juga aktivitas yang dilakukan oleh supervisor dan karyawan pemeliharaan
dapat digabung menjadi aktivitas pemeliharaan peralatan dan mesin. Seperti bagan berikut :

10

Inventarisasi aktivitas overhead PT. Laskar Pelangi menjadi ringkas, bahkan terlalu ringkas.
Oleh karena itu, faktor judgment dan konteks yang dihadapi manajemen dapat menyebabkan
terperinci atau ringkasnya pengelompokan aktivitas.
Analisis Biaya
Analisis biaya bertujuan untuk menentukan jumlah biaya yang dikonsumsi untuk setiap
aktivitas. Analisis biaya dijadikan dasar untuk mengidentifikasi unsur biaya yang
dikonsumsi oleh setiap aktivitas. Data biaya diperoleh dari bagian akuntansi manajemen
yang ada di perusahaan.
Hasil kajian dari catatan akuntansi manajemen PT. Laskar Pelangi menunjukan bahwa
konsumsi biaya yang terkait dengan aktivitas overhead pabrik selama bulan tersebut adalah :
1. Gaji supervisor peralatan dan mesin sebesar Rp 2.000.000
2. Upah operator peralatan dan mesin sebesar Rp5.000.000
3. Gaji supervisor penanganan barang sebesar Rp2.000.000
4. Upah operator penanganan barang sebesar Rp4.000.000
5. Gaji supervisor pemeliharaan sebesar Rp2.000.000
6. Upah karyawan pemeliharaan sebesar Rp4.000.000
7. Biaya bahan bakar sebesar Rp 10.000.000
8. Biaya suku cadangan pemeliharaan sebesar Rp1.000.000

Berikut bagan hasil inventarisasi biaya aktivitas :

Biaya untuk gaji dan upah operator peralatan dan mesin merupakan biaya yang
dikonsumsi aktivitas pengesetan peralatan. Biaya untuk gaji dan upah operator penanganan
barang merupakan biaya yang dikonsumsi aktivitas penanganan barang. Sedangkan biaya
untuk gaji dan upah karyawan pemeliharaan serta biaya bahan bakar dan suku cadang
merupakan biaya aktivitas pemeliharaan.
11

Inventarisasi Pemicu Biaya


Setelah aktivitas dan biaya yang dikonsumsi diketahui, langkah selanjutnya adalah
melakukan inventarisasi faktor kemungkinan yang menyebabkan tinggi rendahnya konsumsi
biaya tersebut. Faktor penyebab tinggi rendahnya konsumsi biaya oleh aktivitas disebut
pemicu biaya. Pemicu biaya dapat lebih dari satu untuk suatu aktivitas tertentu. Oleh karena
itu, perlu dilakukan inventarisasi agar dapat ditentukan faktor pemicu yang paling tepat.
Contoh pemicu biaya untuk aktivitas pengesetan meliputi jumlah pengestan, jam kerja
karyawan, dan jam mesin. Jumlah pengesetan menunjukkan banyaknya frekuensi
pengesetan peralatan yang terjadi. Jam kerja karyawan menunjukan jumlah jam kerja yang
dikonsumsi setiap kali melakukan pengesetan. Sedangkan jam mesin menunjukan lamanya
mesin digunakan dalam setiap kelompok produksi. Inventarisasi yang sama dapat dilakukan
untuk aktivitas lain. Seperti bagan berikut :

Penentuan Pemicu Biaya


Dasar yang digunakan manajemen untuk menentukan pemicu biaya adalah adanya
hubungan sebab-akibat antara biaya dan aktivitas. Apabila manajemen menemukan
hubungan sebab-akibat pada lebih dari satu pemicu biaya, maka ia harus memilih yang
terbaik diantara alternatif pemicu biaya yang ada. Pemicu biaya yang baik adalah pemicu
biaya yang memiliki karakteristik berikut ini :
1. Dapat diukur. Perusahaan dapat mengukur besaran pemicu biaya dengan mudah.
2. Dapat dikendalikan. Besar kecilnya pemicu biaya dapat dikelola oleh manajemen.
Apabila manajemen berencana mengubah biaya, maka manajemen dapat
melakukannya dengan mengubah pemicu biaya.
12

3. Sederhana. Pemicu biaya bukan merupakan data yang kompleks yang berasal dari
perhitungan yang rumit. Pemicu biaya yang menggunakan rata-rata tertimbang
semua alternatif pemicu biaya merupakan contoh pemicu biaya yang tidak
sederhana.
4. Berhubungan dengan objek biaya. Ada hubungan sebab-akibat antara pemicu
biaya dan objek biaya.
5. Dapat diterima. Pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan dan pengendalian
biaya dapat menerima pemicu biaya yang dipilih.
Dengan adanya kriteria di atas, pemicu biaya yang benar (true cost driver) tidak selalu
diperoleh. Perlu ada kompromi dalam penentuan pemicu biaya sehingga ditemukan pemicu
biaya terbaik yang tersedia (best available cost driver). Pemicu biaya terbaik yang teredia ini
adalah masalah pilihan perusahaan terhadap pemicu biaya yang memenuhi syarat di atas.
Setelah mempertimbangkan berbagai faktor tersebut. Berikut bagan pemicu biaya yang
dipilih oleh manajemen :

Penetuan pemicu biaya bukanlah tujuan akhir. Pemicu biaya ini dapat digunakan untuk
menentukan biaya yang dibebankan pada objek biaya lain, misalnya produk. Setelah pemicu
biaya ditentukan, perusahaan dapat menghitung biaya per pemicu biaya. Biaya per pemicu
biaya ini digunakan sebagai tarif utnuk membebankan biaya terhadap objek biaya.
4.2. Jenis jenis Pola Perilaku Biaya
Perilaku biaya (cost behavior) adalah pola yang menggambarkan bagaimana jumlah
biaya bervariasi atas perubahan aktivitas bisnis. Aktivitas bisnis perusahaan dapat
konstan, meningkat, atau menurun. Ada biaya yang konsisten mengikuti perubahan
aktivitas bisnis ini. Saat aktivitas bisnis konstan, biaya tidak berubah, saat aktivitas
bisnis meningkat, biaya akan meningkat, dan saat aktivitas bisnis menurun, biaya juga
akan menurun. Namun, ada pula biaya yang tetap konstan meski aktivitas bisnis
berubah-berubah.
13

1.

Biaya Variabel ( Variable Cost )


Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
aktivitas dan volume produksi, sementara jumlah per unitnya tidak berubah.

Berdasarkan definisi di atas dapat ditekankan bahwa :


1. Biaya variabel total berubah proporsional dengan perubahan aktivitas.
2. Biaya variabel per unit tidak berubah walaupun aktivitas berubah.
Tipikal biaya variabel dapat diidentifikasi seperti berikut :

Untuk memperjelas gambaran mengenai biaya variabel PT. Kinar Collection memproduksi
kemeja menggunakan bahan baku kain. Biaya bahan baku kain adalah biaya variabel. Pada
setiap 1 unit kemeja membutuhkan 1 meter kain dengan biaya Rp 13.000 per meter.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jika jumlah produksi kemeja 200 maka total biaya
bahan baku Rp2.600.000. Jika jumlah produksi kemeja 400 maka total biaya bahan baku
Rp5.200.000. Jika jumlah produksi kemeja 600 maka total biaya bahan baku Rp7.800.000.
Perubahan aktivitas (jumlah produksi) diikuti oleh perubahan total biaya bahan baku. Sesuai
dengan definisi biaya variabel, perubahan aktivitas secara proporsional berpengaruh pada
14

biaya variabel biaya variabel total. Di sisi lain, perubahan aktivitas (jumlah produk) tidak
diikuti perubahan biaya variabel per unit. Berapa pun produksi baju, biaya variabel per unit
adalah Rp13.000. Sesuai definisi biaya variabel, perubahan aktivitas tidak berpengaruh pada
biaya variabel per unit.

Sumbu mendatar menunjukan unit produksi dan sumbu vertikal menunjukan biaya
bahan baku. Berdasarkan grafik tersebut, terlihat garis biaya variabel semakin ke
kanan semakin meningkat. Garis ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat
prouksi maka semakin besar biaya variabel totalnya.
2.

Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya Tetap (fixed cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh oleh tingkat
aktivitas dalam kisaran reevan (relevant range) tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat dinyatakan bahwa :
15

1. Jumlah biaya tetap total tidak berubah dalam kisaran relevan tertentu meski tingkat
akivitas berubah.
2. Biaya tetap per unit berubah dengan berubahnya tingkat aktivitas.
Pengidentifikasian suatu biaya sebagai biaya tetap tidak membutuhkan penjelasan di mana
biaya tersebut terjadi. Berikut tipikal jenis biaya tetap, baik untuk perusahaan jasa, dagang,
maupun manufaktur.
1. Biaya depresiasi peralatan
2. Biaya depresiasi bangunan
3. Biaya abonemen listrik
4. Biaya gaji pokok pegawai
5. Biaya gaji mandor pabrik.
Berikut contoh kasus untuk memperjelas gambaran mengenai biaya tetap di PT. Kinar
Collection. Salah satu komponen biaya tetap perusahaan ini adalah gaji mandor
produksi. PT. Kinar Collection memberikan gaji sebesar Rp 2.400.000 per bulan tanpa
mempertimbangkan jumlah produksi bulanannya.

Berdasarkan tabel diatas, perubahan jumlah produk tidak diikuti oleh perubahan biaya
tetap total (gaji mandor produksi). Apabila jumlah produksi kemeja 200, gaji per unit
adalah Rp12.000, apabila jumlah produksi kemeja 400, gaji per unit adalah Rp6.000,
apabila jumlah produksi 600 maka gaji per unit adalah Rp4.000. Semakin tinggi tingkat
aktivitas maka semakin rendah biaya tetap per unit. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
aktivitas maka semakin tinggi biaya tetap per unit.

16

Sumbu mendatar menunjukan unit produksi dan sumbu vertikal menunjukan gaji
mandor. Garis biaya tetap tampak mendatar. Garis ini menunjukan bahwa berapapun
tinggi tingkat produksi, besar biaya tetap total akan sama saja yaitu Rp 2.400.000 (gaji
mandor).
3.

Biaya Campuran (mixed cost)


Biaya campuran (mixed cost) adalah biaya yang memiliki karakteristik biaya variabel
sekaligus biaya tetap. Sebagian dari biaya campuran berubah mengikuti perubahan aktivitas
secara proporsioanal. Sementara, sebagian yang lain tidak berubah meski tingkat
aktivitasnya berubah. Salah satu contoh biaya campuran yang akan dibahas sekarang adalah
biaya pegawai penjualan dan biaya listrik.
Pegawai penjualan atau sales sering kali digaji dengan gaji pokok tertentu ditambah
dengan komisi 10% misalnya. Berdasarkan hal tersebut, penjualan merupakan aktivitas dan
unit penjualan merupakan pemicu biaya. Berikut contoh gambaran mengenai biaya
campuran :
Susi adalah seorang sales, ia mendapatkan gaji pokok sebesar Rp 1.900.000 per bulan
ditambah 10% dari penjualan bersih.

17

Apabila bulan tersebut Susi berhasil menjual sebesar Rp10.000.000 penghasilan Susi
pada bulan tersebut adalah Rp 2.900.000 (Rp1.900.000+Rp10.000.000*10%), Apabila bulan
tersebut Susi berhasil menjual sebesar Rp15.000.000 penghasilan Susi pada bulan tersebut
adalah Rp 3.400.000 (Rp1.900.000+Rp15.000.000*10%), Apabila bulan tersebut Susi
berhasil menjual sebesar Rp19.000.000 penghasilan Susi pada bulan tersebut adalah Rp
3.800.000 (Rp1.900.000+Rp19.000.000*10%).
Berikut grafik biaya campuran :

Berapa pun penjualan yang dihasilkan, Susi tetap mendapat gaji pokok Rp1.900.000.
Jumlah tersebut termasuk kategori biaya tetap. Sedangkan tambahan penghasilan sebesar
10% dari penjualan bersih termasuk biaya variabel.

18

Biaya listrik memiliki perilaku yang sama dengan biaya tenaga sales yang sebelumnya
dibahas.Aktivitasnya menyediakan listrik sedangkan pemicu biayanya adalah kwh listrik.
Tanpa mempertimbangkan pemakaian kwh listrik, perusahaan membayar abonemen
bulanan, misalnya Rp 300.000. Jumlah tersebut termasuk biaya tetap. Apabila perusahaan
memakai listrik, misalnya Rp1.500 per kwh.

Apabila perusahaan memakai listrik 100 kwh, maka perusahaan membayar Rp450.000
[Rp300.000 + (Rp1.500x100)], Apabila perusahaan memakai listrik 200 kwh, maka
perusahaan membayar Rp600.000 [Rp300.000 + (Rp1.500x200)], Apabila perusahaan
memakai listrik 300 kwh, maka perusahaan membayar Rp750.000 [Rp300.000 +
(Rp1.500x300)],

19

Berapa pun listrik yang dipakai, perusahaan tetap membayar listrik Rp300.000. Jumlah
tersebut termasuk kategori biaya tetap. Sedangkan tambahan biaya sebesar Rp1.500 per kwh
dari penjualan bersih termasuk biaya variabel.
Melakukan Analisis dan Estimasi pada biaya campuran.

Estimasi biaya adalah pengembangan hubungan yang jelas antara objek biaya
dengan penggerak biayanya guna memprediksi biaya Manajemen strategis
memerlukan estimasi biaya yang akurat untuk berbagai aplikasi, termasuk :
Membantu menganalisis upaya memperoleh posisi yang strategis, membantu
menganalisis rantai nilai, membantu perhitungan biaya berdasarkan target dan siklus

hidup
Enam Langkah Estimasi Biaya :
Menentukan objek biaya yang akan diestimasi
Menentukan penggerak biaya
Mengumpulkan data yang konsisten dan akurat
Membuat grafik data
Memilih dan menggunakan metode estimasi yang tepat
Menilai keakuratan estimasi biaya

Biaya campuran mengandung unsur biaya variabel dan tetap.Agar analisis dan estimasi
biaya lebih baik, maka biaya campuran harus dipisahkan ke dalam variabel dan biaya tetap.
Ada tiga pendekatan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis ataupun estimasi :
1. Metode grafik (scatterplot method)
Salah satu cara untuk menganalisis biaya adalah dengan menggambar biaya tersebut
dalam grafik.
2. Metode titik tertinggi dan terendah (highest and lowest point method)
membandingkan antara biaya pada tingkat kegiatan tertinggi dengan terendah lalu
selisih biayanya merupakan unsur biaya variabel biaya tersebut.
3. Metode

regresi

kuadrat

terkecil

(least

squares

regression

method)

dalam persamaan garis regresi : y = a + bx, dimana y merupakanvariable tidak bebas


(dependent variable), yaitu variabel yang perubahannya ditentukan oleh perubahan
pada variabel x yang merupakan variabel bebas (independent variable). Variabel

20

ymenunjukkan biaya, sedangkan variabel x menunjukkan volume kegiatan. Rumus


perhitungan a dan b

Estimasi Biaya

Metode Estimasi biaya


Ada empat metode estimasi biaya:
a)
Industrial engineering method
Estimasi biaya dengan menganalisa hubungan antara input dan output dalam bentuk
fisik. Metode ini sangat memakan waktu dan biaya serta tidak praktis.
Maksud dari menganalisa hubungan antara input dan output misal untuk
memberikan inspirasi mengenai optimasi di dunia industri yang sesungguhnya
contoh : meningkatkan produktivitas mengubah regulasi tenaga kerja selain
mengatur penjadwalan waktu kerja pegawai, mereduksi waktu lead time dengan
mengatur regulasi transportasi di jalur arteri selain mengatur rute terpendek
transportasi, dsb.).
Berikut contoh kasus yang bersumber dari jawapos online, 19 Juni 2008 :
Industri kemasan di Indonesia untuk produksi skala besar masih didominasi asing.
Sebab, untuk beberapa produk tertentu, produsen lebih suka mengimpor bahan
kemasan daripada menggunakan hasil produksi nasional.Chief Marketing Director
FGD Herman Pratomo menyatakan produsen minuman kemasan, seperti susu dan
jus, lebih memilih impor kemasan karton. Sebab, dua produsen utama kemasan
karton, yakni Tetra Pak dan Combipack, tidak memiliki pabrik di Indonesia. ''Mereka
mengimpor kemasan karton dan di Indonesia hanya proses pengisian,'' ujarnya saat
pameran East Design & Graphic Expo (EDGE) 2008 kemarin (18/6). Akibatnya,
kata dia, harga produk-produk tersebut lebih mahal. ''Biasanya biaya pengepakan
hanyalah 10 persen. Biaya kemasan karton dari dua produsen itu bisa lebih tinggi,''
katanya. Konsekuensinya, kata dia, konsumen yang harus membayar lebih
mahal.Menurut dia, masalah ini bisa diselesaikan jika dua produsen itu membuka
pabrik di Indonesia. ''Yang mencegah mereka masuk ke sini adalah kendala soal
regulasi,'' tuturnya. Selain itu, lanjut dia, SDM andal juga menjadi kendala. Di sisi
lain, industri pengepakan karton di tanah air belum berkembang pesat, terutama
untuk produk-produk makanan dan minuman. Salah satunya adalah masalah

21

teknologi. ''Rata-rata produsen pengepakan Indonesia memakai mesin dari Tiongkok.


Harganya lebih ekonomis dibandingkan mesin dari Eropa atau Australia,'' paparnya.
''Padahal, produsen memilih merek Eropa karena terkait kepercayaan atas mutu dan
marketing atau image.''
Jelas bahwa untuk metode ini perusahaan menganalisa berdasarkan input
(pemasukan) dan output (pengeluaran) dalam bentuk fisik yaitu kemasannya.

b)
Conference method
Estimasi biaya berdasarkan analisis dan pendapat mengenai biaya dan cost drivernya yang dikumpulkan dari berbagai departemen dalam perusahaan (purchasing,
proses manufaktur, karyawan dsb). metode ini memacu kerjasama antar departemen,
lebih kredibel, serta cepat dikembangkan karena tidak memerlukan data analisis
yang rinci. Namun karena berdasarkan opini bukan estimasi, metode ini
keakuratannya tergantung dari kepedulian dan keahlian para pihak yang terlibat
Contoh dari Conference method sebagai berikut :

Tertera diatas pengklasifikasian biaya dan cost drivernya yang terdiri dari
perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur.
c) Account Analysis method
Estimasi biaya dengan mengklasifikasikan akun biaya pada buku besar pembantu
sebagai biaya variabel, fixed atau campuran sesuai dengan level aktivitas.
Berikut contoh dari Account Analysis method :
Data berikut adalah buku besar PT. Setia di tahun tahun 2015
22

23

Lalu pengklasifikasian biaya variabel, tetap, dan campuran berdasarkan buku besar
diatas adalah sebagai berikut :

d) Quantitative Analysis method


Analisis kuantitatif ini menggunakan metode matematis formal untuk menyesuaikan
fungsi biaya dengan obsservasi data masa lalu. Metodenya ada dua yaitu: High-Low
method dan Regression Analysis method.

High-Low Method

Ilustrasi :
Siamang, menerapkan high low method untuk memisahkan semi variable cost dan
berikut data besarnya biaya listrik untuk empat bulan terakhir, sbb :

Berdasarkan data tersebut, maka hitunglah elemen biaya listrik variabel dan elemen
biaya listrik tetap.
24

Dengan menggunakan High Low Point Method

Elemen Biaya Variabel = Rp.800.000/400 = Rp. 750 per unit


Elemen Biaya Tetap = Rp. 1.100.000 - (1.100 X Rp.750) = Rp.275.000
Rumus biaya Listrik adalah Y = 275.000 + 750X
Katakanlah, bulan Januari perusahaan memproduksi sebanyak 1460 unit, maka biaya
listriknya = 275.000 + (1.460 x Rp. 750 ) = Rp. 1.370.000,

Regression Analysis method.

Ilustrasi :
Diketahui suatu penelitian terhadap hubungan antara nilai biaya periklanan dengan
tingkat penjualan dari sebuah koperasi adalah sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)

Untuk menentukan persamaan regresinya dengan cara :


Dalam case ini variabel biaya periklanan adalah variabel X dan variabel Tingkat
Penjualan adalah variabel Y.
Berikut dibuat Tabel Regresi Sederhana :
25

Menentukan koefisien a dan koefisien b


b = n XY X.Y
= n X2 (X2)
= 5 (12195) (260)(234)

= 5 (13530) (260)2
= 2,7
a = Y b X / n
= {(234) 2,7 (260)} / 5
= -93,6

Menentukan persamaan regresi linier sederhana


Y = a + b (X)
Maka persamaan regresi dalam soal ini adalah :
Y = -93,6+ 2,7 (X)

26

BAB IV
KESIMPULAN
Perilaku biaya adalah cara biaya berubah dalam hubungannya dengan perubahan
penggunaan aktivitas. Waktu merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan perilaku
27

biaya. Biaya variabel merupakan biaya yang meningkat secara proporsional dengan
peningkatan aktivitas. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah jumlah totalnya ketika
penggunaan aktivitas berubah, sedangkan biaya campuran merupakan biaya yang
mempunyai komponen tetap dan variabel. Estimasi biaya dan pertimbangan dalam analisis
biaya membantu manajemen untuk memprediksi berapa besarnya biaya pada level aktivitas
yang direncanakan termasuk menyusun perencanaan kegiatan dan menyusun anggaran.

DAFTAR PUSTAKA
http://dwikcay.blogspot.com/2013/10/makalah-akuntansi-manajeman-perilaku.html
Siregar, Baldric.2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta Selatan:Salemba Empat
http://mediabisnisonline.com/tag/contoh-buku-besar-akuntansi/
28

29

Anda mungkin juga menyukai