BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini masih banyak perusahaan yang menggunakan sistem biaya konvensional.
Sistem konvensional didasarkan pada biaya material langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya
tak langsung dialokasikan ke semua unit produk secara merata atau sebagai persentase jam
tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Sistem
konvensional dirancang didasarkan kondisi teknologi manufaktur pada masa lalu yang
mengalokasikan biaya overhead pabrik hanya menitik beratkan pada fase produksi saja, yang
secara sederhana mengelompokkan biaya berdasarkan fungsi pokok organisasi perusahaan
manufaktur.
1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
ALOKASI BIAYA KONVENSIONAL DAN ALOKASI BIAYA
BERBASIS AKTIVITAS
A. Alokasi Biaya Konvensional
1. Pengertian Alokasi Biaya Konvensional
Menurut pendapat Hansen & Mowen (2000:57) metode biaya konvensional
mengasumsikan bahwa semua biaya diklasifikasikan sebagai tetap atau variabel berkaitan
dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi. Maka unit produk atau pendorong
lainnya sangat berhubungan dengan unit yang diproduksi, seperti jam tenaga kerja langsung atau
jam mesin, adalah satu-satunya pendorong yang dianggap penting.
Sistem biaya konvesional memiliki dua fungsi sederhana, yaitu pengukuran kinerja
bulanan dan fungsi pembebanan biaya. Fungsi pengukuran kinerja bulanan ini dilaksanakan
melalui sistem pelaporan bulanan dalam bentuk perbandingan antara realisasi versus anggaran
biaya. Fungsi kedua dari sistem biaya konvesional adalah fungsi pembebanan biaya (cost
assignment). Pembebanan merupakan istilah yang memberikan kesan tidak menunjukan
hubungan klausal antara biaya dengan objek yang menyebabkan biaya tersebut.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem biaya konvensional adalah
semua biaya yang diklasifikasikan baik itu biaya tetap maupun biaya variabel, yang berkaitan
dengan perubahan unit atau volume produksi, dimana pembebanan biaya produksi kepada
produk meliputi, pembebanan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang dibebankan
sebagai biaya langsung pada produk, serta pembebanan biaya overhead pabrik yang
menggunakan driver berlevel unit dalam pembebanannya pada produk.
Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Sistem Konvensional Menurut Supriyono
(1999:320) : Penentuan tarif biaya overhead pabrik metode konvensional dapat dilaksanakan
melalui tahap-tahap berikut ini :
Pada tahap pertama dilakukan penentuan tarip biaya overhead pabrik yang diawali dengan
mengumpulkan total biaya overhead pabrik secara menyeluruh, yang kemudian akan dibebankan
kepada produk dengan menggunakan dasar pembebanan dan tingkatan kapasitas yang paling
tepat. Tarip biaya overhead pabrik secara menyeluruh dihitung dengan menggunakan satu
penggerak tingkat unit. Agar tarip biaya overhead pabrik dapat dipakai sebagai dasar
pembebanan biaya yang adil dan teliti, maka dalam menentukan tarif yang akan dipakai untuk
membebankan biaya overhead pabrik kepada produk harus dipertimbangkan faktor-faktor
sebagai berikut:
2|Page
Pada tahap kedua biaya overhead pabrik dibebankan ke produk sebesar kapasitas
pembebanan yang diserap oleh produk dikalikan dengan tarip biaya overhead pabrik yang telah
ditentukan, secara matematis dapat dinyatakan dalam rumus:
3|Page
Y = F + VX
Y = total biaya aktivitas ( variabel tidak bebas )
F = komponen biaya tetap ( parameter titik potong )
X = ukuran keluaran aktivitas ( variabel bebas )
V = biaya variabel / unit aktivitas.
Karena catatan akuntansi hanya menyatakan X dan Y maka nilai nilai tersebut harus
digunakan untuk mengestimasi parameter F dan V, dengan begitu komponen tetap dan variabel
dapat diestimasi dan perilaku biaya campuran dapat diperediksi ketika penggunaan aktivitas
berubah.
4|Page
Pada metode ini, dua titik yang dipilih dari scattergraph adalah titik tertinggi dan titik terendah
berkenaan dengan tingkat aktivitas. Dua titik ini kemudian digunakan untuk menghitung titik
potong dan kemiringan garis dimana kedua titik tersebut terletak.
Persamaan untuk menentukan kemiringan dan perpotongan adalah sebagai berikut :
V=
Perubahan_biaya
Perubahan aktivitas
( Y2 Y1 )
( X2 X1 )
V = --------------------------( X2 ( X )2 / n )
Y
X
F = ------ - V -------n
n
5|Page
Persentase variabilitas variabel tidak bebas yang dijelaskan oleh suatu variabel bebas
disebutkoefisien determasi. Seamakin tinggi persentase variabelitas yang diterangkan semakin
baik garisnya. Nilainya berkisar 0 1 koefisien determasi diberi tanda R2.
V ( XY - X Y / n )
R = ----------------------------( Y2 ( Y )2 / n )
Koefisien Relasi adalah akar dari koefisien determasi. Nilai koefisien korelasi 1 dan +1
2. Batch-level activities adalah aktivitas yang dilaksanakan untuk sekelompok (batch) produk.
Contohnya: aktivitas set up, aktivitas pengelolaan bahan, aktivitas inspeksi.
3. Product-level (sustaining) activities merupakan aktivitas yang diperlukan untuk mendukung
berbagai macam produk yang dihasilkan dan dijual oleh perusahaan. Contohnya: aktivitas
penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses, mendesain produk, perubahan
perekayasaan dan peningkatan produk.
4. Facility-level activities merupakan aktivitas yang dilaksanakan untuk mendukung proses
pabrikasi secara umum. Menyediakan fasilitas, memelihara ruangan, menyiapkan keamanan
pabrik merupakan jenis-jenis facility-level activities. Contohnya: pemeliharaan bangunan,
pemeliharaan kendaraan, keamanan
Tingkat Aktivitas
Tingkat Unit
(Unit level)
Inspeksi kualitas
Superivisi
Penggunaan listrik
Pelumas mesin
-Unit produksi
-Jam kerja
-Jam mesin
(Pilih yang paling tepat)
Tingkat Partai
(Batch level)
-frekuensi set-up
-Jam inspeksi
-Jumlah order
-Jumlah pemindahan
-Jumlah Runing Produksi
Tingkat Produk
(Product level)
Desain
Administrasi suku cadang
Pengiriman produk
-Jumlah produk
-jumlah suku Madang
Tingkat Fasilitas
(Facility level)
-Jam mesin
-Unit produk
-Jam kerja langsung
Kode
BT
KP
LF
Spesifikasi produk
isi 800 lembar B/W . Hard cover
isi 50 lembar , jilid biasa
cetak full color bolak balik
Satuan
Exemplar
Buku
Rim
Kuantitas
8,000
50,000
2,000
Kode
BT
KP
LF
Bahan langsung
224,000,000
87,500,000
35,000,000
346,500,000
Upah langsung
67,200,000
26,250,000
10,500,000
103,950,000
Film Paking
800
400
1
500
2
2,000
set-up
800
1
4
Mengalokasikan Biaya Aktivitas kedalam produk sesuai dengan jumlah konsumsi aktivitas.
Jenis aktivitas
Biaya Pra cetak
Pencetakan
Set-up mesin
Penjilidan
Pengepakan
Total B.Overhead-
8|Page
BT
KP
23,200,000
29,000
89,600,000 35,000,000
24,000,000
30,000
25,600,000 160,000,000
2,400,000 3,000,000
164,800,000 198,059,000
Total
LF
58,000
23,287,000
56,000,000 180,600,000
120,000
24,150,000
185,600,000
12,000,000 17,400,000
68,178,000 431,037,000
BT
KP
LF
Total
224,000,000
67,200,000
87,500,000
26,250,000
35,000,000
10,500,000
346,500,000
103,950,000
164,800,000
456,000,000
8,000
57,000
198,059,000
311,809,000
50,000
6,236
68,178,000
113,678,000
2,000
56,839
431,037,000
881,487,000
1,762,974,000
Jika dibandingkan dengan penghitungan Harga pokok konvesional akan terjadi perbedaan
harga pokok seperti berikut ini:
Asumsi didalam penghitungan Harga pokok Konvensional perusahaan membebankan biaya
overhead (total) dengan cost driver jam mesin
431.037.000
Tarip Biaya overhead = -------------------- = Rp. 200.482,- per jam mesin
2.150
Biaya Produksi:
Biaya langsung:
Bahan langsung
Upah langsung
Biaya overhead
(Model tradisional)
Total Harga Pokok produksi
Kuantitas
Harga satuan
BT
KP
LF
224,000,000
67,200,000
87,500,000
26,250,000
35,000,000
10,500,000
346,500,000
103,950,000
213,847,814
83,534,302
133,654,884
431,037,000
505,047,814
8,000
63,131
197,284,302
50,000
3,946
179,154,884
2,000
89,577
881,487,000
Tradisional
Metode ABC
BT
63,131
57,000
6,131
Overstated
KP
3,946
6,236
(2,290)
Understated
89,577
56,839
32,738
Overstated
9 |LF
Page
Selisih
Total
Dari hasil pembandingan diketahui bahwa terjadi understated harga pokok pada produk KP
sementara untuk produk LF terjadi overstated yang sangat signifikan.
Kekeliruan ini akan menyebabkan kekelruan didalam keputusan penetapan harga jual
(Pricing).
10 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional (conventional costing system )
dalam menghitung biaya produksinya, tidak mampu menyediakan informasi yang
menggambarkan kegiatan perusahaan dan hanya menyajikan informasi pada tahap
produksi, yang merupakan salah satu dari tiga tahap proses pembuatan produk yaitu tahap
desain dan pengembangan produk, tahap produksi dan tahap distribusi. Sistem akuntansi
biaya konvensional juga tidak mampu menghasilkan informasi yang menunjang strategi
bersaing, karena sistem ini dirancang untuk penilaian persediaan dan disusun pada waktu
biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan baku merupakan faktor produksi umum,
perkembangan teknologi relatif stabil, dan ragam produk yang dihasilkan terbatas.
Perusahaan yang hanya memproduksi satu macam produk tidak akan menemukan
permasalahan dalam menentukan biaya produksi, sebab biaya per unit produk dapat
langsung ditentukan dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang
diproduksi. Tidak demikian halnya apabila perusahaan memproduksi bermacam-macam
produk. Sistem akuntansi biaya konvensional mengukur sumber daya yang dikonsumsi
dalam proporsi terhadap jumlah unit dari produk individual, akan tetapi beberapa sumber
daya tidak disebabkan oleh jumlah unit yang diproduksi misalnya merupakan suatu
fungsi dari batch, produk, dan penopang aktivitas. Sistem akuntansi biaya konvensional
mengalokasikan overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang
non representative, dengan demikian gagal menyerap konsumsi overhead yang benar
menurut produk individual. Tidak demikian halnya apabila perusahaan memproduksi
bermacam-macam produk, dengan semakin bervarasinya produk yang dihasilkan, system
akuntansi biaya konvensional tidak dapat menghasilkan perhitungan biaya per unit
produk yang lebih akurat.
Sistem akuntansi biaya konvensional mengalokasikan biaya overhead pabrik
dengan dasar pembebanan jumlah unit atau volume produksi misalnya jam kerja
langsung, jam mesin, atau unit produksi. Pengunaan cost driver yang hanya berdasarkan
volume untuk pembebanan biaya overhead pabrik dapat menimbulkan distorsi biaya
produk. Untuk perusahaan yang menghasilkan produk yang homogen, penggunaan cost
driver berdasarkan volume saja dapat diterima. Berbeda apabila perusahaan
menghasilkan produk yang bervariasi yang mengkonsumsi aktivitas overhead yang
berbeda-beda misalnya ukuran produk, volume produk, kerumitan produk, dan diversitas
bahan.
11 | P a g e
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.perbanasinstitute.ac.id/index.php?p=show_detail&id=9848
http://pustaka.fe.unpad.ac.id/index.php/skripsi/detail/1328/analisis-perbandinganperhitungan-alokasi-biaya-overhead-pabrik-perusahaan-yang-menerapkan-sistemkonvensional-dengan-activity-based-costing-pada-pt.-multi-garmentama
xa.yimg.com/.../6.+ALOKASI+BIAYA+BERBASIS+Aktivitas..
12 | P a g e