Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI MANAJEMEN

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

DISUSUN OLEH
DINDA YUNIANTI

2013.35.2096

MURSALIN

2013.35.2109

ANGGITA SEPTIYANA D.

2015.35.2830

S1 AKUNTANSI MALAM
STIE AHMAD DAHLAN
ISNANDHA, SE, M.Si

PENDAHULUAN

Harga Pokok Variabel merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik variable.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah
biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokan sebagai biaya
periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Pendekatan variabel costing dikenal sebagai contribution approach merupakan suatu
format laporan laba rugi yang mengelompokan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana
biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan
menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan output yang
diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari
pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi keperluan pihak internal oleh itu tidak
harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

PEMBAHASAN
PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL
(VARIABLE COSTING)

A. PENGERTIAN
Penentuan harga pokok variabel (Variabel Costing) merupakan metode
penentuan harga pokok produk yang membebankan unsur biaya poduksi yang bersifat
variabel saja. Unsur biaya produksi bersifat tetap diperlakukan bukan sebagai harga
pokok produk melainkan sebagai unsur biaya periodik. Biaya periodik merupakan
biaya yang lebih erat hubungannya dengan periode akuntansi daripada dengan produk
yang dihasilkan dan umumnya biaya periodik bersifat tetap.
B. TUJUAN PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL
Penentuan harga pokok variabel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
manajemen dalam memperoleh informasi yang berorientasi

pada pengambilan

keputusan jangka pendek, yaitu:


1. Membantu manajemen untuk mengetahui batas kontribusi (contribution
margin) yang sangat berguna untuk perencanaan laba melalui analisa hubungan
biaya-volume-laba (cost-profit-volume) dan untuk pengambilan keputusan
(decision making) yang berhubungan dengan kebijaksanaan manajemen jangka
pendek.
2. Memudahkan manajemen dalam mengendalikan kondisi-kondisi operasional
yang sedang berjalan serta menetapkan penilaian dan pertanggungjawaban
kepada departemen atau divisi tertentu dalam perusahaan.
Jika dihubungkan dengan pihak-pihak yang memakai laporan biaya, maka
variabel costing bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk pihak internal, variabel costing digunakan untuk tujuan-tujuan:
a. Perencanaan Laba
b. Penentuan Harga Jual Produk
c. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen
d. Pengendalian Biaya
2. Untuk pihak eksternal
Meskipun tujuan utamanya untuk pihak internal, konsep variabel
costing dapat pula digunakan oleh pihak eksternal untuk tujuan:

a. Penentuan Harga Pokok Persediaan


b. Penentuan Laba
Tujuan eksternal tersebut hanya dapat dicapai apabila laporan yang disusun
atas dasar variabel costing disesuaikan dengan teknik-teknik tertentu, menjadi laporan
yang disusun atas dasar konsep harga pokok penuh (full costing), sebab konsep
variabel costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
C. PERBEDAAN ANTARA METODE VARIABEL COSTING DENGAN METODE
FULL COSTING
Perbedaan pokok yang ada diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada
perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap.
a. Metode Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok
produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi
sebagai berikut:
Persediaan awal
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik tetap
Total biaya produksi
Persediaan akhir
Harga pokok produksi

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx +
xxx
xxx xxx

Dalam metode full costing, overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap
maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif
yang telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik
sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melekat pada harga
pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum
laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan)
apabila produk jadi tersebut telah terjual.
b. Metode Variabel Costing

Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi


yang hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam
harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Metode variabel costing terdiri
dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
Persediaan awal
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik variabel
Total biaya produksi
Persediaan akhir
Harga pokok produksi

xxx
xxx
xxx
xxx +
xxx
xxx xxx

Dalam metode variabel, overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai


period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga overhead
pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan
demikian overhead pabrik tetap didalam metode variable costing tidak melekat
pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap
sebagai biaya dalam periode terjadinya.
1. Berdasarkan perhitungan harga pokok produk tersebut diatas, dapat dikatakan
bahwa perbedaan antara kedua metode tersebut terletak pada perlakuan terhadap
biaya overhead pabrik yang bersifat tetap. Menurut metode full costing biaya
overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan berdasarkan
metode variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik.
Oleh karena itu menurut metode full costing, biaya overhead pabrik tetap belum
diakui sebagai biaya sampai saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual,
karena biaya overhead pabrik tetap masih melekat pada persediaan produk atau
jasa yang belum terjual. Hal ini berbeda dengan metode variabel costing yang
memperlakukan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya produksi sehingga
langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya. Dengan kata lain pengertian
biaya periodik berbeda menurut masing-masing metode tersebut. Menurut
metode Full Costing, biaya periodik diartikan sebagai semua biaya yang tidak
berkaitan dengan kegiatan produksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi
umum). Biaya-biaya tersebut dikenal dengan nama biaya usaha. Sedangkan
pengertian biaya periodik menurut metode Variabel Costing adalah biaya yang
bersifat tetap, biaya pemasaran tetap dan administrasi umum tetap.

2. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan
tarif yang ditentukan di muka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead
pabrik sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead
pabrik berlebihan (overhead factory overhead) atau pembebanan overhead
pabrik kurang (underapplied factory overhead). Menurut metode Full Costing,
selisih tersebut dapat diperlukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok
produk yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).
3. Disamping itu, perbedaan antara dua metode tersebut di atas adalah dalam
penyajian laporan laba rugi, terutama dasar yang digunakan dalam klasifikasi
biaya. Pada laporan laba rugi metode Full Costing biaya dikelompokan
berdasarkan fungsi pokok yang ada dalam perusahaan, yaitu fungsi produksifungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum. Sedangkan pada laporan laba
rugi menurut metode Variabel Costing biaya digolongkan berdasarkan
perilakunya terhadap perubahan volume kegiatan perusahaan.

Contoh bentuk Laporan Rugi-Laba berdasakan Metode Full Costing dan Metode
Variabel Costing
Metode Full Costing
Hasil Penjualan

xxx

Harga Pokok Penjualan (termasuk BOP tetap)

xxx -

Laba Kotor

xxx

Biaya Pemasaran

xxx

Biaya Administrasi & Umum

xxx +

xxx Laba Bersih

xxx
Metode Variabel Costing

Hasil Penjualan

xxx

Biaya Variabel :
Harga Pokok Penjualan (tidak termasuk BOP)

xxx

Biaya PemasaranVariabel

xxx

Biaya Administrasi & Umum Variabel

xxx +
xxx -

Margin Kontribusi

xxx

Biaya Tetap :
Biaya Overhead Pabrik Tetap

xxx

Biaya Pemasaran Tetap

xxx

Biaya Administrasi & Umum Tetap

xxx +
xxx -

Laba Bersih

xxx

4. Pada perhitungan rugi-laba metode Full Costing digunakan istilah laba kotor
(Gross Profit) yaitu kelebihan hasil penjualan dari harga pokok penjualan. Pada
perhitungan rugi-laba metode Variabel Costing digunakan istilah Margin
Kontribusi, yaitu kelebihan hasil penjualan dari biaya-biaya variabel.

Contoh Perhitungan Rugi-Laba


Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai metode-metode
tersebut, berikut dikemukakan contoh perhitungan rugi-laba dengan menggunakan
kedua metode tersebut.

Contoh :
Data mengenai produksi, biaya dan penjualan selama tahun 1977 adalah
sebagai berikut:
Volume produksi

1.000 unit

Volume penjualan

800 unit

Harga jual per unit

Rp. 350

Biaya produksi :
Variabel :
Biaya bahan baku per unit

Rp. 75

Biaya tenaga kerja per unit

41

Tarif biaya overhead pabrik

30

Administrasi & Penjualan

12

Tetap per tahun :


Overhead pabrik

Rp. 92.000

Administrasi & Penjualan

50.000

Berdasarkan data tersebut diatas, dapat disusun rugi-laba menurut metode Full
Costing dan Variabel Costing sebagai berikut :

Metode Full Costing


Hasil penjualan :
800 x Rp. 350

Rp. 280.000

Harga pokok penjualan :


Biaya Produksi:
Biaya bahan baku

1.000 x 75 =

Rp. 75.000

Biaya tenaga kerja

1.000 x 41 =

Rp. 41.000

Biaya overhead pabrik:


Variabel

1.000 x 30 =

Rp. 30.000

Rp. 92.000

Tetap
Total Biaya Produksi

Rp. 238.000

Barang siap dijual

Rp. 238.000

Persediaan Akhir

200 x 238 =

Harga Pokok Penjualan

Rp. 47.600
Rp. 190.400

Laba Kotor

Rp. 89.600

Biaya Administrasi dan Penjualan


Variabel
Tetap

800 x 12 =
=

Rp.

9.600

Rp. 50.000

Jumlah

Rp. 59.600

Laba Bersih

Rp. 30.000

Metode Variabel Costing


Hasil Penjualan :

800 x 350 =

Rp. 280.000

Biaya bahan baku

1.000 x 75 =

Rp.

75.000

Biaya tenaga kerja

1.000 x 41 =

Rp.

41.000

Harga Pokok Penjualan :


Biaya Produksi :

Biaya overhead pabrik :

Variabel

1.000 x 30 =

Rp.

30.000

Total biaya produksi

Rp. 146.000

Barang siap dijual

Rp. 146.000

Persediaan akhir

200 x 146 =

Harga Pokok Penjualan

Rp.

29.200

Rp. 116.800

Biaya Administrasi dan Penjualan


Variabel

800 x 12 =

Rp.

9.600

Total biaya variabel

Rp. 126.400

Margin Kontribusi

Rp. 153.600

Biaya Tetap :
Biaya Overhead Pabrik

Rp. 92.000

Biaya Administrasi & Penjualan

Rp. 50.000

Jumlah

Rp. 142.000

Laba Bersih

Rp. 11.600

D. HUBUNGAN ANTARA VARIABEL COSTING DENGAN EVALUASI KINERJA


MANAJER
Secara umum, apabila kinerja laba diharapkan untuk mencerminkan kinerja
manajerial, maka manajer berhak untuk mengharapkan berlakunya hal-hal berikut ini:
1. Ketika pendapatan penjualan meningkat dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap maka laba akan meningkat.
2. Ketika pendapatan penjualan menurun dari satu periode ke periode berikutnya,
sementara factor-faktor lainnya tetap, maka laba akan menurun.
3. Ketika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba tidak akan
berubah.

Laba menurut perhitungan biaya variabel selalu mengikuti hubungan antara penjualan
dengan laba.
Penentuan harga pokok produksi penting bagi manajemen untuk keperluan analitis
dalam pengambilan keputusan atau memecahkan masalah-masalah khusus berikut ini.
a. Apakah perlu dilakukan perubahan dalam komposisi dari biaya-biaya langsung
didalam melakukan produksi sehingga dapat dihasilkan barang jadi yang
kualitasnya sama dengan barang jadi yang dihasilkan sebelum dilakukan
perubahan komposisi. Dengan dilakukannya perubahan komposisi ini
diharapkan juga harga pokok produksi dapat ditekan serendah mungkin.
b. Apakah tenaga kerja langsung perlu ditambah atau dikurangi.
c. Apakah sebaiknya perusahaan membeli bahan atau produk tertentu dari pihak
luar atau memproduksi sendiri.

E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN VARIABEL COSTING


Sebagai salah satu metode dalam penentuan harga pokok produk, variabel costing
mempunyai keunggulan dan kelemahan. Secara umum, keunggulan variabel costing
adalah menutupi kelemahan full costing. Kelemahan utama variabel costing adalah
tidak dapat digunakan untuk pelaporan pada pihak ekstern perusahaan. Berikut ini
akan dikemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan variabel costing.
Keunggulan Variabel Costing
1. Alat Perencanaan Operasi
Rencana operasi atau rencana anggaran, meliputi semua aspek operasi dimasa
yang akan datang yang dirancang untuk mencapai sasaran laba yang telah
ditetapkan. Dengan variabel costing lebih mudah menghimpun data untuk
perencanaan laba yang telah ditetapkan. Tersedianya data tentang biaya variabel
dan margin kontribusi memungkinkan manajemen untuk mengambil keputusan
secara cepat mengenai persoalan-persoalan biaya yang dihadapi setiap hari.
Contoh :
Misalnya biaya variabel per unit adalah Rp. 350 yang merupakan 70% dari harga
jual dan biaya tetap total adalah Rp. 4.000.000 serta unit yang dijual
diproyeksikan sebanyak 40.000 unit maka dapat dihitung kelayakan dari neraca
penjualan tersebut, sebagai berikut :
Per Unit

Total

Penjualan 40.000 unit

Rp 500

Rp. 20.000.000

100

Biaya variabel

Rp. 350 Rp. 150

Rp. 14.000.000 Rp. 6.000.000

70 30

Rp.

4.000.000 -

20 -

Rp.

2.000.000

10

Margin kontribusi
Biaya Tetap
Laba Bersih Operasi

2. Penetapan Harga Jual


Harga jual produk yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, tentu harga jual
dapat bersaing dipasaran. Penentuan harga jual yang dapat bersaing bukanlah
suatu hal yang mudah dilakukan. Harga jual yang terlalu tinggi dapat berakibat
kalahnya perusahaan dalam persaingan., sedangkan harga yang terlalu rendah
dapat berakibat tidak tercapainya tujuan perusahaan yaitu tercapainya laba pada
tingkat yang dikehendaki.
Dengan variabel costing penetapan harga jual dapat lebih mudah dilakukan.
Konsep margin kontribusi memudahkan perusahaan untuk menentukan harga jual
yang dapat menutup biaya-biaya tetap seperti gaji, biaya sewa, pajak, dan lain
sebagainya.
3. Penentuan Titik Impah atau Peluang Pokok
Bila margin kontribusi dan biaya tetap diketahui ada cara perhitungan yang
sederhana untuk menentukan suatu keadaan perusahaan tidak mengalami laba dan
juga tidak mengalami rugi. Istilah keadaan yang demikian dikenal dengan peluang
pokok atau impas atau Break Even.
4. Alat Pengendalian Manajemen
Laporan-laporan yang didaftarkan pada variabel costing jauh lebih efektif dari
pada full costing untuk pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan oleh karena
laporan-laporan tersebut dapat dihubungkan secara lebih langsung dengan sasaran
laba atau anggaran dalam periode yang bersangkutan. Penyimpangan dari standar
yang ditentukan dapat lebih mudah diketahui dan lebih cepat dibetulkan. Selain
itu dengan variabel costing dapat ditunjukan dengan jelas tanggung jawab sesuai
dengan garis organisasi, pretasi individu dapat dievaluasi dari periode yang
berjalan.
Kelemahan Variabel Costing
1. Kesulitan dalam Pemisahan Biaya Tetap dan Variabel

Untuk dapat diterapkan variabel costing, biaya semi variabel harus dipisahkan
kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Secara teroritis memang tidak sulit namun
dalam praktiknya tidak sepenuhnya dapat diterapkan.
2. Tidak dapat Diterima untuk Pelaporan Ekstern
Dalam prinsip akuntansi Indonesia 1984 (Ikatan Akuntan Indonesia)
disebutkan bahwa harga pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya
bahan baku langsung yang dipakai, upah langsung serta biaya produksi tidak
langsung, dengan memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam
pengolahan. Hal ini berarti bahwa untuk perhitungan dan pelaporan biaya
produksi didasarkan pada konsep full costing.

PENUTUP
Kesimpulan
Penentuan harga pokok variabel merupakan metode penentuan harga pokok produk
yang hanya membebankan unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja. Perbedaan pokok
dengan penentuan harga pokok penuh adalah pada perlakuan biaya yang bersifat tetap. Pada
variabel costing biaya tetap diperlukan sebagai biaya periodik. Biaya periodik merupakan
biaya yang lebih erat hubungannya dengan periode akuntansi daripada dengan produk yang
dihasilkan.
Variabel costing mempunyai beberapa keunggulan antara lain : dapat digunakan
sebagai alat perencanaan operasi, penentuan harga jual, penentuan titik impas atau titik pulang
pokok, dan alat pengendalian manajemen.
Disamping mempunyai keunggulan, variabel costing mempunyai kelemahan.
Kelemahan tersebut adalah kesulitan dalam pemisahan biaya semi variabel kedalam biaya
tetap dan biaya variabel, dan tidak diterimanya variabel costing dalam pelaporan untuk pihak
ekstern.
Untuk membuat laporan kepada pihak ekstern memang harus didasarkan konsep harga
pokok penuh. Namun, bukanlah suatu hal yang sulit untuk menyesuaikan laporan harga pokok
variabel ke dalam laporan harga pokok penuh. Dengan cara yang sederhana melalui beberapa

penyesuaian, laporan harga pokok variabel dapat dengan mudah diubah menjadi laporan yang
berdasarkan harga pokok penuh.

Anda mungkin juga menyukai