Anda di halaman 1dari 15

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah : ETIKA PROFESI
Dosen : SOFYAN HAKIM, SE., M,. MAP

Disusun Oleh :
Yulia Febrianti Nur Azizah
NIM : 1904140057

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PRODI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 2021 M/1442 H

i
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS ...................................................... 1

A. Pendahuluan ............................................................................................... 1

B. Pengertian Pengambilan Keputusan Etis. .................................................... 1

C. Unsur- unsur pengambilan keputusan etis ................................................... 4

D. Peranan Suara Hati ..................................................................................... 5

E. Momen Pengambilan Keputusan Etis .......................................................... 6

F. Langkah-Langkah Pengambil Keputusan Dalam Profesi Akuntansi............. 9

G. Kesimpulan............................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12

A. Buku ......................................................................................................... 12

iii
Etika profesi akuntansi Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2019

Pengambilan Keputusan Stratejik (Prof. Dr. J. Salusu, M. A., PT. Grasindo


Jakarta, 1996

Buku Pintar Pekerja Sosial, Albert R. Roberts & Gilbert J. Greene, Gunung
Mulia, Jakarta, 2008

1
BAB I
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

A. Pendahuluan
Mengambil keputusan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidup
manusia mengingat keputusan dalam pekerjaan sangat berkaitan dengan orang
banyak maka berbagai hal terkait dengannya perlu dipikirkan dengan baik bagi
sebagian orang tidak mudah mengambil keputusan, apalagi kalau yang ingin
diputuskan itu menyangkut kepentingan berbagai pihak. Agar tidak membawa
kerugian yang besar maka keputusan perlu dipertimbangkan secara matang.
Pengetahuan yang memadai tentang unsur-unsur dan proses pengambilan
keputusan sangat penting untuk menghasilkan keputusan yang bermutu. 1
Dalam Etika profesi akuntansi pengambilan kepitusam mempunyai peranan
yang sangat penting, karena keputusan yang diambil merupakan keputusan akhir
yang harus dilaksanakan dalam organisasi atau bisnis yang dijalankan. Keputusan
tersebut sangat penting karena menyangkut semua aspek. Kesalahan dalam
mengambil keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari merusak nama baik
organisasi atau perusahaan sampai pada kerugian uang. Maka oleh sebab itu
haruslah berhati – hati dalam mengambil keputusan.
Sejalan dengan teori real life choice,yang menyatakan dalam kehidupan
sehari-hari manusia melakukan atau membuat pilihan – pilihan di antara sejumlah
alternatif. Pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan dengan alternatif dalam
penyelesaian masalah yakni upaya untuk menutup terjadinya kesenjangan antara
keadaan saat ini dan keadaan yang diinginkan. Begitu pula dengan perusahaan.
Perusahaan juga butuh mengambil keputusan-keputusan yang nantinya akan
mempengaruhi perusahaan itu ke depannya.
Dan tentunya dalam pengambilan keputusan, keputusan-keputusan tersebut
harus dipikirkan secara matang terlebih dahulu agar tidak merugikan perusahaan
tersebut dan pihak-pihak yang terkait. Pengambilan keputusan secara universal
didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai alternatif.

B. Pengertian Pengambilan Keputusan Etis.


Keputusan berarti pilihan, yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan titik
namun ia hampir tidak merupakan pilihan antara yang benar dan yang salah tetapi
justru sering terjadi ialah pilihan antara yang Hampir benar dan yang mungkin
salah. Walaupun keputusan biasa dikatakan pilihan ada perbedaan penting
diantara keduanya Mac Kenzie melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata
karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang
cara untuk mencapai tujuan itu apakah pada tingkat perorangan atau pada tingkat
kolektif.

1
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm 131

1
2

Tidak terlalu banyak literatur yang memuat tentang arti pengambilan


keputusan etis, yang dikenal dengan istilah ethically decision making (EDM).
Yang kita temukan adalah pengertian pengambilan keputusan secara umum.
Pengambilan keputusan ialah proses memilih sesuatu alternatif cara bertindak
dengan metode yang efisien sesuai situasi titik proses itu untuk menemukan dan
menyelesaikan masalah organisasi titik Pernyataan ini menegaskan bahwa
mengambil keputusan memerlukan suatu seri tindakan, membutuhkan beberapa
langkah titik dapat saja langkah-langkah itu terdapat dalam pikiran seseorang
yang sekaligus mengajaknya berpikir sistematis. Dalam dunia manajemen atau
dalam kehidupan organisasi baik swasta maupun pemerintah proses atau Tedi
tindakan itu lebih banyak tampak dalam berbagai diskusi. 2
Dari pengertian ini akan dijadikan sebagai titik berangkat mendefinisikan
keputusan etis ada banyak tokoh mengartikan pengambilan keputusan, 3 tokoh
diantaranya dalah G. R. Terry, Harold Cyrl O'Donnel, dan Claude s. George.
G. R. Terry mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai pemilihan yang
didasarkan pada kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin bisa
diambil. Sementara Cyrl O'Donnel mengartikannya sebagai pemilihan diantara
alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan. Tokoh lain,
Claude S. George mengartikan pengambilan keputusan sebagai kegiatan yang
melibatkan pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
Para ahli psikologi, ekonomi, ilmu politik, statistik teori organisasi,
manajemen dan ilmu sosial pada umumnya telah memberi perhatian yang sangat
besar dan telah memberi banyak informasi tentang bagaimana seseorang atau
kelompok pembuat keputusan membuat keputusan dan menyelesaikan masalah
titik pada umumnya mereka berbicara tentang pengambilan keputusan yang
deskriptif yang menunjuk pada Bagaimana sebenarnya suatu keputusan terjadi
dan pengambilan keputusan preskriptif yang berkaitan dengan seni dan
optimalisasi pengambilan keputusan sehingga terjadi peningkatan kualitas dari
keputusan yang dibuat. Sungguh pun ke pengambilan keputusan itu sangat
penting juga merupakan kegiatan politik yang paling kompleks dalam suatu
organisasi. Bukan hanya keputusan keputusan mengenai kebijakan pokok yang
rumit tetapi juga pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
program penempatan dan penganggaran ini merupakan. Kritis kritis terhadap
mantapnya suatu kebijakan. 3
Sehubungan dengan itu, pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam
dua pengertian yaitu yang pertama penetapan tujuan yang merupakan terjemahan
dari cita-cita kumaha aspirasi dan pencapaian tujuan melalui implementasinya.
Ringkasnya, keputusan dibuat untuk mencapai tujuan pelaksanaan dan ini semua

2
Pengambilan Keputusan Stratejik (Prof. Dr. J. Salusu, M. A., PT. Grasindo Jakarta, 1996,
hlm 31
3
Ibid.,hlm. 31
3

berintikan pada hubungan kemanusiaan, untuk suksesnya pengambilan keputusan


itu maka 10 hukum hubungan kemanusiaan hendaknya menjadi Acuan dari setiap
pengambil keputusan.
kesepuluh hukum hubungan kemanusiaan itu ialah:
1. Harus ada sinkronisasi antara tujuan organisasi dan tujuan masing-masing
anggota organisasi tersebut.
2. Harus ada suasana dan iklim kerja yang menggembirakan.
3. Interaksi antara atasan dan bawahan hendaknya memadu informalitas
dengan formalitas.
4. Manusia tidak boleh diperlakukan seperti mesin.
5. Kemampuan bawahan harus dikembangkan terus hingga titik yang
optimum.
6. Pekerjaan dalam organisasi hendaknya bersifat menantang.
7. Hendaknya ada pengakuan penghargaan terhadap mereka yang
berprestasi.
8. Kemudahan-kemudahan dalam pekerjaan hendaknya diusahakan untuk
memungkinkan setiap orang melaksanakan tugasnya dengan baik.
9. Sehubungan dengan penempatan hendaknya digunakan prinsip the right
man on the right place.
10. Tingkat kesejahteraan hendaknya juga diperhatikan antara lain pemberian
balas jasa yang setimpal. Untuk ungkapan the right man on the right place
sering juga disebut the right man on the right place and at the right time
atau the right job for Man.
Dalam pengertian di atas kita menemukan benang merah tentang arti
pengambilan keputusan yang juga bisa dijadikan sebagai titik berangkat untuk
mengartikan keputusan etis diartikan suatu proses yang melibatkan pertimbangan
dalam menentukan suatu hal dengan kriteria tertentu melalui tahapan-tahapan
tertentu pula titik proses itu meliputi identifikasi masalah dan pemberian
rekomendasi atau kesimpulan atas masalah. Secara sederhana dapat dikatakan
keputusan etis adalah penelusuran masalah etis yang berawal dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah hingga terbentuknya sebuah keputusan yang
didasarkan pertimbangan nilai-nilai etis.4
Keputusan etis berbeda dengan keputusan pada umumnya titik Perbedaannya
terletak pada esensi dan nilai yang termuat di dalamnya. Konkritnya, esensi
keputusan etis adalah nilai-nilai Moral. Ini berarti keputusan bisa disebut etis
kalau yang menjadi dasar keputusan adalah nilai-nilai etis. Untuk membedakan
mana keputusan etis dan mana yang tidak Mari kita lihat contoh berikut kalau
seseorang memutuskan makan bakso dan tidak makan mi goreng maka
keputusan ini bukan keputusan etis Tetapi kalau yang bersangkutan menolak

4
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm 132
4

perintah atasan untuk membuat laporan keuangan fiktif demi menghindari


pembayaran pajak kepada negara keputusan ini termasuk keputusan etis di sini
penolakan karyawan terhadap perintah atasan berkaitan dengan nilai etis yakni
kejujuran.
Karena ini keputusan etis bukan pertama-tama masalah prosedural melainkan
masalah esensial keputusan yang sesuai dengan prosedur tidak secara otomatis
sudah merupakan keputusan etis. Prosedur perlu diperhatikan dalam pengambilan
keputusan akan tetapi dalam prosedur utuh nilai-nilai mendasar, yang
diistilahkan dengan rasionalitas, jauh lebih penting. Artinya keputusan etis
membutuhkan pertimbangan yang matang, Kendati demikian keputusan etis tidak
boleh mengabaikan prosedur. Sejauh prosedur itu mengandung nilai etis,
prosedur itu harus dilalui dalam pengambilan keputusan titik dengan kata lain
kualitas prosedur juga harus etis agar keputusan dihasilkan dapat
dipertanggungjawabkan secara etis Tetapi kalau prosedur nya bertentangan den
gan nilai-nilai moral maka keputusan yang diambil justru bermasalah secara
etis jadi suatu keputusan dianggap etis jika proses dan hasilnya sesuai dengan
standar etis.

C. Unsur- unsur pengambilan keputusan etis


Unsur-unsur pengambilan keputusan etis: 5
1. Pengenalan masalah secara baik.
2. Memiliki tujuan yang jelas.
3. Berkomitmen pada nilai dasar.
4. Mengacu pada kualitas pribadi.
5. Menyertakan perencanaan dan analisa.
6. Mengacu pada fakta.
Hugg Redennik dan Harol Tarran, mengutip pandangan socrates, mengatakan
bahwa pengetahuan yang memadai adalah dasar untuk memberikan penilaian
yang tepat terhadap suatu hal. Dalam pengambilan keputusan pernyataan socrates
demikan berlaku titik artinya seseorang harus membekali diri dengan berbagai
pengetahuan suatu hal penting adalah unsur-unsur pengambilan keputusan.
Secara umum ada 6 unsur keputusan :6
Pertama, pengetahuan yang luas tentang masalah ah yaitu mengetahui
masalah secara tepat di langkah awal pengetahuan yang benar tentang masalah
akan mempermudah seseorang untuk mengambil keputusan pengenalan masalah
menjadi dasar untuk menentukan keputusan Apa yang harus dilakukan jadi Hal
ini adalah landasan untuk menganalisa sebelum mengambil keputusan. Pada
tahap ini ketersediaan sumber-sumber, kualifikasi pribadi, filsafat yang dianut

5
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm. 133
6
Ibid.,hlm.134
5

serta pemahaman yang komprehensif mengenai masalah merupakan pendukung


yang sangat penting untuk pengambilan keputusan yang berbobot tidak bijak jika
seseorang mengambil keputusan tanpa mengetahui masalah yang sebenarnya.
Kedua adalah tujuan keputusan, keputusan yang baik adalah keputusan yang
mengakomodir kepentingan semua pihak yang terkait dengannya atau minimal
memperkecil resiko bagi pihak yang terkena keputusan. Dengan kata lain
kuantitas utilitas dan kuantitas subjek harus diperhatikan dalam mengambil
keputusan keputusan yang baik adalah keputusan membawa manfaat yang
terbesar bagi sebanyak mungkin orang kalau keputusan hanya mementingkan
pribadi dan merugikan banyak orang maka keputusan itu buruk secara etis. Jadi
dalam tujuan, prinsip etika utilitarisme tindakan perlu menjadi bagian
pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Ketiga, komitmen pada nilai-nilai dasar. Keputusan etis harus mengukuhkan
nilai-nilai dasar kemanusiaan Yani martabat manusia kaum profesional dan
semua pihak yang terlibat dan merasakan dampak keputusan. Untuk itu
keputusan etis dibuat demi mewujudkan rasa hormat pada martabat manusia dan
menjamin hak-hak dasar manusia.
Keempat, kualitas pribadi. Sebagaimana ditekankan oleh Aristoteles, hidup
yang bermakna merupakan tujuan tertinggi dari hidup manusia dalam mencapai
tujuan itu setiap orang perlu membedakan mana yang sejalan dengan makna
hidup dan mana yang tidak. Dalam pengambilan keputusan, tidak saja nilai
sebuah perbuatan atau tujuannya perlu diperhatikan, melainkan juga kualitas
pribadi pengambil keputusan. Dalam hal ini integritas, keberanian, otonomi dan
penguasaan diri memberi bobot pada proses pengambilan keputusan.
Kelima, keputusan harus dilakukan dengan perencanaan dan analisa yang
mendalam. Keputusan yang baik secara etis adalah hasil pertimbangan matang,
pengambilan keputusan yang tergesa-gesa, dadakan dan serampangan membuat
kualitas keputusan kurang bermutu, dan resikonya cukup besar. Dari segi estetis
nilai keputusan seperti ini buruk.
Keenam, pengambilan keputusan mengacu pada fakta. Pemecahan masalah
harus berdasarkan kriteria objektif. Dalam kaitan dengan itu kelengkapan data
yang sangat diperlukan untuk memberi kesimpulan rasional dan penalaran yang
memadai sebagaimana ditegaskan oleh Richard Paul dan Linda Elder, fakta, data,
dan pengalaman merupakan dasar penting Tanpa beberapa hal ini keputusan
yang bermutu tidak akan bisa dihasilkan. Bagi seorang akuntan data menjadi
dasar untuk memberikan penilaian terhadap objek material dalam tugasnya.

D. Peranan Suara Hati


Dalam keputusan etis suara hati mempunyai peran yang sangat penting
bahkan menjadi penentu mutu keputusan. Menurut Franz Magnis Suseno, Suara
Hati merupakan kesadaran saya akan kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai
manusia dalam situasi konkret akan baik buruknya tindakan saya berdasarkan
hukum moral. Dalam pengertian ini Suara Hati mempunyai peranan yang vital.
6

Peranan itu meliputi tiga hal berikut:7


Pertama, pusat kemandirian. Sebagai pusat kemandirian suara hati membuat
kita tidak menjadi pembeda melainkan orang bebas dan berpendirian. Dengan
suara hati kita memutuskan sendiri apa yang paling baik dalam hidup kita. Kita
tidak Mudah terpengaruh kalau Teguh berpegang pada Suara Hati.
Kedua, lambang martabat manusia. Suara Hati melekat dalam diri setiap
orang ia tidak bisa digantikan oleh instansi manapun titik karena peran esensial
ini suara hati merupakan perwujudan martabat manusia. Nilai kemanusiaan kita
ditentukan sejauh mana suara hati menjadi dasar dalam pengambilan keputusan
titik secara negatif dikatakan ketika kita tidak mengikutinya maka kita telah
kehilangan martabat kemanusiaan.
Ketiga, konsientisasi nilai tindakan dan posisi. suara hati menyadarkan kita
akan apa yang menjadi kewajiban moral kita dalam situasi konkret. Dalam situasi
demikian suara hati memberi penilaian mana yang baik dan mana yang buruk.
Selain itu suara hati membuka mata kita bahwa posisi, status sosial atau
kedudukan dalam pekerjaan tidak menjadi penentu benar salahnya suatu
perkataan, aturan atau perbuatan. Kalau kewajiban untuk menjalankan aturan atau
kode etik profesi disertai dengan ketidakjujuran dan kejahatan malah suara hati
lebih memilih berkonflik. Suara hati juga memberi kesadaran bahwa pandangan
mayoritas tidak bisa dengan sendirinya dijadikan sebagai ukuran kebenaran kalau
pandangan itu bertentangan dengan norma moral. Suara Hati justru akan
menentang hal-hal yang tidak sesuai dengan norma-norma kesusilaan.

E. Momen Pengambilan Keputusan Etis


Agar sebuah keputusan bermutu secara etis, kita perlu memperhatikan
momen-momen nya. Momen itu merupakan tahapan atau langkah-langkah yang
harus diikuti ada 3 momen dalam pengambilan keputusan yakni yang pertama
yaitu sebelum mengambil keputusan, pada saat mengambil keputusan dan
sesudah pengambilan keputusan. 8
1. Sebelum Mengambil Keputusan
Pertama, sebelum mengambil keputusan merupakan masa persiapan,
namun momen ini sangat menentukan kualitas keputusan. Jikalau keputusan
dipersiapkan dengan baik maka hasilnya juga akan baik. Karena itu Pada
momen ini sikap tergesa-gesa tanpa pertimbangan serta emosional perlu
dihindari titik dalam momen ini sebagaimana ditegaskan oleh Franz Magnis
Suseno rasionalitas kesadaran moral harus memainkan perannya. Hal ini
terlihat dalam beberapa hal berikut pertama sikap terbuka menurut magnis
orang yang terbuka berarti membiarkan pendapatnya dipersoalkan, artinya
sebelum mengambil keputusan sikap ngotot atau menganggap diri paling

7
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm 135
8
Ibid., hlm. 136
7

benar harus dihindari. Tidak jarang sebelum mengambil keputusan kita sudah
mempunyai pandangan sendiri, ini harus ditinggalkan. Menurut Paul dan
Linda Elder egosentris dapat menjadi penghambat bagi pengambilan
keputusan yang tepat karena pandangan pribadi kadang-kadang kurang
memadai. Karena itulah dibutuhkan keterbukaan kepada orang lain, sikap
keterbukaan diungkapkan dengan salah satu nya bersedia berdialog dengan
orang lain demi kemajuan.
Kedua, mencari semua informasi yang diperlukan sebagaimana sudah
disebutkan di atas pengetahuan sangat penting dalam pengambilan keputusan.
Pengetahuan yang memadai akan memberikan bobot yang lebih pada sebuah
keputusan untuk itulah kita harus mencari sebanyak-banyaknya informasi dari
luar. Argumen pro dan kontra yang kita dapatkan sangat membantu untuk
menghasilkan keputusan yang berkualitas. Dengan adanya pro dan kontra kita
mendapatkan informasi yang jernih, yang menjadi dasar dalam mengambil
keputusan.9
2. Saat Mengambil Keputusan
Setelah mendapatkan informasi yang memadai dari orang-orang yang
kita anggap berkompeten aman selanjutnya adalah mengambil keputusan.
Pada momen ini menjadi bahan perhatian utama bukan lagi rasionalitas
kesadaran etis melainkan absolusitas kesadaran etis. Ini berarti, mengambil
keputusan berdasarkan suara hati merupakan sebuah keharusan. Keputusan
harus diambil menurut apa yang Pada momen persiapan disadari sebagai
kewajiban.
Jadi Pada momen ini pengambilan keputusan tidak lagi tergantung
pada pandangan berbagai pihak dan informasi-informasi yang ada melainkan
pada pilihan pribadi. Pandangan dan informasi dari luar hanya menjadi bahan
pertimbangan yang kedudukannya ada di momen sebelum pengambil
keputusan mengambil peran utama Suara Hati mengambil peran utama di sini.
Hal yang perlu dihindari pada momen ini adalah ketakutan mengambil
keputusan titik ini merupakan hal yang paling buruk dalam proses
pengambilan keputusan. Pada momen kedua ini sikap ragu-ragu seharusnya
tidak muncul lagi, di sini kita menghindari mengambil keputusan untuk tidak
mengambil keputusan atas suatu masalah yang dihadapi sebab dengan ini
masalah Tidak akan pernah dapat diselesaikan.
3. Sudah Mengambil Keputusan
Pada momen ini perhatian diarahkan pada kualitas dan akibat dari
keputusan. Kewajiban untuk mengambil keputusan berdasarkan suara hati
tidak secara pasti menyatakan bahwa keputusan yang diambil pasti benar.
Secara lain dapat dikatakan, keputusan bisa saja keliru, akan tetapi ini tidak
dapat menentukan kualitas etis keputusan, artinya putusan yang salah tidak

9
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm. 137
8

otomatis secara moral Salah kalau pengambil keputusan sudah benar karena
unsur-unsur itu sudah dipenuhi maka orang yang mengambil keputusan tidak
dapat dipersalahkan yang pantas dipersalahkan adalah kalau persiapan
keputusan itu kurang teliti, kurang terbuka atau terlalu Mudah terpengaruh
oleh pendapat orang lain. 10
Kendati demikian sebagai ungkapan pertanggungjawaban etis, akibat
dari keputusan tetap harus diperhatikan. Konkritnya dampak negatif yang
ditimbulkan keputusan harus tetap ditanggung oleh pengambil keputusan.
Caranya antara lain memulihkan keadaan seperti semula.
Ada dua pandangan dalam proses mencapai suatu keputusan:
1. Optimasi, di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha
menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari
setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu ia
memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian
di kemudian hari mempertimbangkan dampak dari kejadian itu
terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan, dan kemudian
menyusun urutan-urutannya secara sistematis sesuai prioritas dan
kadang-kadang juga selera. Barulah ia membuat keputusan. Keputusan
dibuatnya itu dianggap optimal, perfect sempurna, karena setidaknya
ia telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan
keputusan tersebut
2. Satisficing, seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian
yang asal memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik.
Ia tidak akan dapat mengidentifikasi semua alternatif sebagai akibat
dari kelalaian atau kurangnya sumber informasi dari hasil penelitian.
Ia hanya mengetahui sedikit mengenai kerugian atau keuntungan yang
melekat pada alternatif apapun yang dipilih. Ia juga memiliki kekurang
sempurnaan pemahaman mengenai peristiwa-peristiwa yang mungkin
timbul dan kaitannya dengan pilihan yang ia lakukan titik oleh karena
itu ia tidak memiliki dasar yang akurat untuk memilih alternatif-
alternatif itu ia akan memilih alternatif yang dianggap paling
memuaskan. Dengan demikian keputusannya sudah cukup begitu tidak
perlu melelahkan diri atau menghabiskan waktu untuk melibatkan diri
dalam berbagai aspek sampai detailnya. Model satisficing ini
dikembangkan oleh Simon pada tahun 1982 karena adanya pengakuan
terhadap rasionalitas terbatas. Rasionalitas terbatas adalah batas-batas
pemikiran memaksa orang membatasi pandangan mereka atas masalah
dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak
memiliki kemampuan untuk memisahkan dan mengolah informasi
yang bertumpuk. Sekalipun otak manusia mampu menyimpan 100
triliun data kita tidak mampu mengingatnya semua.

10
Ibid.,hlm 138
9

Bagi para eksekutif, daripada mempertimbangkan 6/8 alternatif, para


eksekutif cukup bekerja dengan dua atau tiga alternatif untuk mencegah
kekacauan. Pada dasarnya manusia sudah berpikir logis dan rasional tetapi
dalam batas-batas yang sempit. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
rasionalitas terbatas antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat
kompetitif atau informasi itu tidak sempurna akan dalam waktu dan biaya
serta keterbatasan seseorang pengambil keputusan yang rasional untuk
mengerti dan memahami masalah dan informasi terutama informasi teknologi.
Beberapa penulis memuji konsep satisficing dan rasionalitas terbatas ini,
karena konsep itu memberi tekanan pada batas- batas dan rasionalitas
pengambilan keputusan, di samping dapat menjelaskan mengapa dua orang
yang menggunakan informasi sama bisa menghasilkan keputusan yang
berbeda. 11

F. Langkah-Langkah Pengambil Keputusan Dalam Profesi Akuntansi


Bagi akuntan ada 7 langkah yang digariskan oleh American Accounting
Association pada tahun 1993, sebagaimana dikutip oleh Leonard J. Brooks dan
Paul Dunn. 12
1. Menentukan fakta. Fakta ini berisikan pokok persoalan subjek yang terlibat,
tempat atau lokasi, waktu serta strategi atau cara-cara yang diperlukan di
dalamnya.
2. Menetapkan isu etis. di sini kita perlu mengidentifikasi Isu apa yang muncul,
identifikasi isu ini sangat membantu untuk membuat keputusan yang tepat.
3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama, aturan dan nilai-nilai yang kita
temukan, prinsip etika yang terkait aturan yang digunakan atau dilanggar
didalamnya serta nilai-nilai yang dilanggar.
4. Mencari cara alternatif penyelesaian masalah. Artinya dalam pengambilan
keputusan kita membuat plan a atau b dengan melihat plus minus masing-
masing plan.
5. Membuat perbandingan nilai dan alternatif serta mencermati Apakah
keputusan jelas. disini kita perlu membuat komparasi nilai yang terkait dan
memberikan alternatif dalam pemecahan masalah.
6. Menilai konsekuensi. Sebelum mengambil keputusan perlu diidentifikasi
akibat-akibat yang akan muncul menilai konsekuensi titik sebelum mengambil
keputusan perlu diidentifikasi akibat-akibat yang akan muncul titik akibat itu
bisa dari dua sisi Hani akibat negatif dan akibat positif.
7. Membuat keputusan. Tertentu keputusan yang harus diambil adalah keputusan
mempunyai akibat positif yang paling banyak.

11
Pengambilan Keputusan Stratejik (Prof. Dr. J. Salusu, M. A., PT. Grasindo Jakarta,
1996,hlm 34
12
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm. 139
10

Pada akhir 1970 an Pekerja Sosial mulai menggali cara praktis mengambil
keputusan etis dan berupaya menyelesaikan Dilema etis ini sekalipun pembahasan
tentang etika dan nilai telah banyak dilakukan sejak awal resminya profesi ini
pada akhir abad ke-19 pembahasan yang lebih terbuka dan sistematis tentang
strategi pengambilan keputusan yang etis baru saja terjadi belakangan ini titik Hal
ini juga terjadi bagi hampir semua profesi.
Sebagaimana halnya dengan kebanyakan profesi pekerjaan sosial telah
mengembangkan pedoman untuk membantu Pekerja Sosial mengambil keputusan
etis yang sulit ketika dihadapkan dengan Dilema etis. Kebanyakan pedoman ini
mencakup garis besar langkah-langkah yang harus diikuti oleh praktisi untuk
membantu mereka mendekati Dilema etik secara sistematis yang diambil
khususnya dari teori etika. 2 literatur profesional yang relevan, berbagai akta
pendirian, kode etik dan kebijakan: dan konsultasi misalnya adalah salah satu
pedoman pengambilan keputusan menyangkut 7 langkah:13
1. Identifikasi isu, isu etis termasuk nilai-nilai dan tugas pekerjaan sosial yang
bertentangan.
2. Identifikasi individu kelompok dan organisasi yang cenderung terkena
keputusan etis.
3. Identifikasi tentative tentang segala kemungkinan tindakan dan peserta yang
terlibat dalam setiap tindakan berikut manfaat dan resiko nya.
4. Melakukan penelitian menyeluruh tentang alasan menyetujui atau menolak
Setiap tindakan dengan mempertimbangkan teori, prinsip dan panduan etika
yang relevan,kode etik dan prinsip legal,teori dan prinsip praktik pekerjaan
sosial, nilai-nilai pribadi ( termasuk nilai-nilai agama, budaya dan etnis serta
ideologi politik), khususnya yang bertentangan dengan nilai pribadi.
5. Berkonsultasi dengan rekan atau pakar yang tepat seperti staf lembaga,
supervisor Pimpinan lembaga, pengacara, ahli dan komite etika.
6. Mengambil keputusan dan mendokumentasikan proses pengambilan
keputusan.
7. Melakukan pemantauan, evaluasi dan mendokumentasikan keputusan.

G. Kesimpulan
Mengambil keputusan merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari manusia.
Hal ini juga tidak terkecuali dilakukan oleh akuntan dalam tugas-tugasnya. Agar
keputusan diambil memiliki bobot akuntan lebih dulu perlu mengerti dengan baik
makna keputusan etis dan unsur-unsur serta mengetahui tahapan-tahapan dan
langkah-langkah yang melingkupinya.
Keputusan etis berkaitan dengan nilai yang menjadi dasar pertimbangan di
dalamnya, ini berarti tidak semua keputusan bisa disebut bernilai etis.

13
Buku Pintar Pekerja Sosial, Albert R. Roberts & Gilbert J. Greene, Gunung Mulia, Jakarta,
2008 hlm 57
11

Pengambilan keputusan etis melibatkan suara hati titik oleh karena itu, di sini
pertimbangan moral dilibatkan keputusan etis berkaitan dengan nilai yang
menjadi dasar pertimbangan di dalamnya, ini berarti tidak semua keputusan bisa
disebut bernilai etis. Pengambilan keputusan etis melibatkan suara hati. Oleh
karena itu, di sini pertimbangan moral dilibatkan dan menjadi dasar keputusan
titik tujuannya agar keputusan yang diambil memiliki bobot.
Bobot keputusan juga terkait dengan Apakah memperhatikan kualitas namun
keputusan titik dalam kaitan dengan ada 3 momen yang perlu diperhatikan yakni
sebelum mengambil keputusan, saat mengambil keputusan, dan sesudah
mengambil keputusan titik Pada momen pertama, sikap terbuka dan mencari
informasi dari berbagai pihak sebanyak mungkin diperlukan. Pada kedua
keberanian untuk memutuskan berdasarkan suara hati dituntut. Pada momen ke-3
sikap bertanggung jawab dengan berani menanggung resiko keputusan harus
diperdebatkan. Keputusan yang berbobot adalah keputusan yang diambil
berdasarkan suara hati dan nilai-nilai universal, yang oleh Kohlberg disebut
menjadi ciri tingkat pasca konvensional. 14

14
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm. 141
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Kasdin Sihotang, 2019. Etika profesi akuntansi. Daerah Istimewa Yogyakarta:
PT.Kanisius
Prof. Dr. J. Salusu, 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: PT.
Grasindo
R. Roberts, Albert & Gilbert J. Greene, 2008. Buku Pintar Pekerja Sosial.
Jakarta: Gunung Mulia

12

Anda mungkin juga menyukai