Disusun Oleh :
Yulia Febrianti Nur Azizah
NIM : 1904140057
i
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
A. Pendahuluan ............................................................................................... 1
G. Kesimpulan............................................................................................... 10
A. Buku ......................................................................................................... 12
iii
Etika profesi akuntansi Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2019
Buku Pintar Pekerja Sosial, Albert R. Roberts & Gilbert J. Greene, Gunung
Mulia, Jakarta, 2008
1
BAB I
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
A. Pendahuluan
Mengambil keputusan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidup
manusia mengingat keputusan dalam pekerjaan sangat berkaitan dengan orang
banyak maka berbagai hal terkait dengannya perlu dipikirkan dengan baik bagi
sebagian orang tidak mudah mengambil keputusan, apalagi kalau yang ingin
diputuskan itu menyangkut kepentingan berbagai pihak. Agar tidak membawa
kerugian yang besar maka keputusan perlu dipertimbangkan secara matang.
Pengetahuan yang memadai tentang unsur-unsur dan proses pengambilan
keputusan sangat penting untuk menghasilkan keputusan yang bermutu. 1
Dalam Etika profesi akuntansi pengambilan kepitusam mempunyai peranan
yang sangat penting, karena keputusan yang diambil merupakan keputusan akhir
yang harus dilaksanakan dalam organisasi atau bisnis yang dijalankan. Keputusan
tersebut sangat penting karena menyangkut semua aspek. Kesalahan dalam
mengambil keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari merusak nama baik
organisasi atau perusahaan sampai pada kerugian uang. Maka oleh sebab itu
haruslah berhati – hati dalam mengambil keputusan.
Sejalan dengan teori real life choice,yang menyatakan dalam kehidupan
sehari-hari manusia melakukan atau membuat pilihan – pilihan di antara sejumlah
alternatif. Pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan dengan alternatif dalam
penyelesaian masalah yakni upaya untuk menutup terjadinya kesenjangan antara
keadaan saat ini dan keadaan yang diinginkan. Begitu pula dengan perusahaan.
Perusahaan juga butuh mengambil keputusan-keputusan yang nantinya akan
mempengaruhi perusahaan itu ke depannya.
Dan tentunya dalam pengambilan keputusan, keputusan-keputusan tersebut
harus dipikirkan secara matang terlebih dahulu agar tidak merugikan perusahaan
tersebut dan pihak-pihak yang terkait. Pengambilan keputusan secara universal
didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai alternatif.
1
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm 131
1
2
2
Pengambilan Keputusan Stratejik (Prof. Dr. J. Salusu, M. A., PT. Grasindo Jakarta, 1996,
hlm 31
3
Ibid.,hlm. 31
3
4
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm 132
4
5
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm. 133
6
Ibid.,hlm.134
5
7
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm 135
8
Ibid., hlm. 136
7
benar harus dihindari. Tidak jarang sebelum mengambil keputusan kita sudah
mempunyai pandangan sendiri, ini harus ditinggalkan. Menurut Paul dan
Linda Elder egosentris dapat menjadi penghambat bagi pengambilan
keputusan yang tepat karena pandangan pribadi kadang-kadang kurang
memadai. Karena itulah dibutuhkan keterbukaan kepada orang lain, sikap
keterbukaan diungkapkan dengan salah satu nya bersedia berdialog dengan
orang lain demi kemajuan.
Kedua, mencari semua informasi yang diperlukan sebagaimana sudah
disebutkan di atas pengetahuan sangat penting dalam pengambilan keputusan.
Pengetahuan yang memadai akan memberikan bobot yang lebih pada sebuah
keputusan untuk itulah kita harus mencari sebanyak-banyaknya informasi dari
luar. Argumen pro dan kontra yang kita dapatkan sangat membantu untuk
menghasilkan keputusan yang berkualitas. Dengan adanya pro dan kontra kita
mendapatkan informasi yang jernih, yang menjadi dasar dalam mengambil
keputusan.9
2. Saat Mengambil Keputusan
Setelah mendapatkan informasi yang memadai dari orang-orang yang
kita anggap berkompeten aman selanjutnya adalah mengambil keputusan.
Pada momen ini menjadi bahan perhatian utama bukan lagi rasionalitas
kesadaran etis melainkan absolusitas kesadaran etis. Ini berarti, mengambil
keputusan berdasarkan suara hati merupakan sebuah keharusan. Keputusan
harus diambil menurut apa yang Pada momen persiapan disadari sebagai
kewajiban.
Jadi Pada momen ini pengambilan keputusan tidak lagi tergantung
pada pandangan berbagai pihak dan informasi-informasi yang ada melainkan
pada pilihan pribadi. Pandangan dan informasi dari luar hanya menjadi bahan
pertimbangan yang kedudukannya ada di momen sebelum pengambil
keputusan mengambil peran utama Suara Hati mengambil peran utama di sini.
Hal yang perlu dihindari pada momen ini adalah ketakutan mengambil
keputusan titik ini merupakan hal yang paling buruk dalam proses
pengambilan keputusan. Pada momen kedua ini sikap ragu-ragu seharusnya
tidak muncul lagi, di sini kita menghindari mengambil keputusan untuk tidak
mengambil keputusan atas suatu masalah yang dihadapi sebab dengan ini
masalah Tidak akan pernah dapat diselesaikan.
3. Sudah Mengambil Keputusan
Pada momen ini perhatian diarahkan pada kualitas dan akibat dari
keputusan. Kewajiban untuk mengambil keputusan berdasarkan suara hati
tidak secara pasti menyatakan bahwa keputusan yang diambil pasti benar.
Secara lain dapat dikatakan, keputusan bisa saja keliru, akan tetapi ini tidak
dapat menentukan kualitas etis keputusan, artinya putusan yang salah tidak
9
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm. 137
8
otomatis secara moral Salah kalau pengambil keputusan sudah benar karena
unsur-unsur itu sudah dipenuhi maka orang yang mengambil keputusan tidak
dapat dipersalahkan yang pantas dipersalahkan adalah kalau persiapan
keputusan itu kurang teliti, kurang terbuka atau terlalu Mudah terpengaruh
oleh pendapat orang lain. 10
Kendati demikian sebagai ungkapan pertanggungjawaban etis, akibat
dari keputusan tetap harus diperhatikan. Konkritnya dampak negatif yang
ditimbulkan keputusan harus tetap ditanggung oleh pengambil keputusan.
Caranya antara lain memulihkan keadaan seperti semula.
Ada dua pandangan dalam proses mencapai suatu keputusan:
1. Optimasi, di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha
menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari
setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu ia
memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian
di kemudian hari mempertimbangkan dampak dari kejadian itu
terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan, dan kemudian
menyusun urutan-urutannya secara sistematis sesuai prioritas dan
kadang-kadang juga selera. Barulah ia membuat keputusan. Keputusan
dibuatnya itu dianggap optimal, perfect sempurna, karena setidaknya
ia telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan
keputusan tersebut
2. Satisficing, seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian
yang asal memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik.
Ia tidak akan dapat mengidentifikasi semua alternatif sebagai akibat
dari kelalaian atau kurangnya sumber informasi dari hasil penelitian.
Ia hanya mengetahui sedikit mengenai kerugian atau keuntungan yang
melekat pada alternatif apapun yang dipilih. Ia juga memiliki kekurang
sempurnaan pemahaman mengenai peristiwa-peristiwa yang mungkin
timbul dan kaitannya dengan pilihan yang ia lakukan titik oleh karena
itu ia tidak memiliki dasar yang akurat untuk memilih alternatif-
alternatif itu ia akan memilih alternatif yang dianggap paling
memuaskan. Dengan demikian keputusannya sudah cukup begitu tidak
perlu melelahkan diri atau menghabiskan waktu untuk melibatkan diri
dalam berbagai aspek sampai detailnya. Model satisficing ini
dikembangkan oleh Simon pada tahun 1982 karena adanya pengakuan
terhadap rasionalitas terbatas. Rasionalitas terbatas adalah batas-batas
pemikiran memaksa orang membatasi pandangan mereka atas masalah
dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak
memiliki kemampuan untuk memisahkan dan mengolah informasi
yang bertumpuk. Sekalipun otak manusia mampu menyimpan 100
triliun data kita tidak mampu mengingatnya semua.
10
Ibid.,hlm 138
9
11
Pengambilan Keputusan Stratejik (Prof. Dr. J. Salusu, M. A., PT. Grasindo Jakarta,
1996,hlm 34
12
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm. 139
10
Pada akhir 1970 an Pekerja Sosial mulai menggali cara praktis mengambil
keputusan etis dan berupaya menyelesaikan Dilema etis ini sekalipun pembahasan
tentang etika dan nilai telah banyak dilakukan sejak awal resminya profesi ini
pada akhir abad ke-19 pembahasan yang lebih terbuka dan sistematis tentang
strategi pengambilan keputusan yang etis baru saja terjadi belakangan ini titik Hal
ini juga terjadi bagi hampir semua profesi.
Sebagaimana halnya dengan kebanyakan profesi pekerjaan sosial telah
mengembangkan pedoman untuk membantu Pekerja Sosial mengambil keputusan
etis yang sulit ketika dihadapkan dengan Dilema etis. Kebanyakan pedoman ini
mencakup garis besar langkah-langkah yang harus diikuti oleh praktisi untuk
membantu mereka mendekati Dilema etik secara sistematis yang diambil
khususnya dari teori etika. 2 literatur profesional yang relevan, berbagai akta
pendirian, kode etik dan kebijakan: dan konsultasi misalnya adalah salah satu
pedoman pengambilan keputusan menyangkut 7 langkah:13
1. Identifikasi isu, isu etis termasuk nilai-nilai dan tugas pekerjaan sosial yang
bertentangan.
2. Identifikasi individu kelompok dan organisasi yang cenderung terkena
keputusan etis.
3. Identifikasi tentative tentang segala kemungkinan tindakan dan peserta yang
terlibat dalam setiap tindakan berikut manfaat dan resiko nya.
4. Melakukan penelitian menyeluruh tentang alasan menyetujui atau menolak
Setiap tindakan dengan mempertimbangkan teori, prinsip dan panduan etika
yang relevan,kode etik dan prinsip legal,teori dan prinsip praktik pekerjaan
sosial, nilai-nilai pribadi ( termasuk nilai-nilai agama, budaya dan etnis serta
ideologi politik), khususnya yang bertentangan dengan nilai pribadi.
5. Berkonsultasi dengan rekan atau pakar yang tepat seperti staf lembaga,
supervisor Pimpinan lembaga, pengacara, ahli dan komite etika.
6. Mengambil keputusan dan mendokumentasikan proses pengambilan
keputusan.
7. Melakukan pemantauan, evaluasi dan mendokumentasikan keputusan.
G. Kesimpulan
Mengambil keputusan merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari manusia.
Hal ini juga tidak terkecuali dilakukan oleh akuntan dalam tugas-tugasnya. Agar
keputusan diambil memiliki bobot akuntan lebih dulu perlu mengerti dengan baik
makna keputusan etis dan unsur-unsur serta mengetahui tahapan-tahapan dan
langkah-langkah yang melingkupinya.
Keputusan etis berkaitan dengan nilai yang menjadi dasar pertimbangan di
dalamnya, ini berarti tidak semua keputusan bisa disebut bernilai etis.
13
Buku Pintar Pekerja Sosial, Albert R. Roberts & Gilbert J. Greene, Gunung Mulia, Jakarta,
2008 hlm 57
11
Pengambilan keputusan etis melibatkan suara hati titik oleh karena itu, di sini
pertimbangan moral dilibatkan keputusan etis berkaitan dengan nilai yang
menjadi dasar pertimbangan di dalamnya, ini berarti tidak semua keputusan bisa
disebut bernilai etis. Pengambilan keputusan etis melibatkan suara hati. Oleh
karena itu, di sini pertimbangan moral dilibatkan dan menjadi dasar keputusan
titik tujuannya agar keputusan yang diambil memiliki bobot.
Bobot keputusan juga terkait dengan Apakah memperhatikan kualitas namun
keputusan titik dalam kaitan dengan ada 3 momen yang perlu diperhatikan yakni
sebelum mengambil keputusan, saat mengambil keputusan, dan sesudah
mengambil keputusan titik Pada momen pertama, sikap terbuka dan mencari
informasi dari berbagai pihak sebanyak mungkin diperlukan. Pada kedua
keberanian untuk memutuskan berdasarkan suara hati dituntut. Pada momen ke-3
sikap bertanggung jawab dengan berani menanggung resiko keputusan harus
diperdebatkan. Keputusan yang berbobot adalah keputusan yang diambil
berdasarkan suara hati dan nilai-nilai universal, yang oleh Kohlberg disebut
menjadi ciri tingkat pasca konvensional. 14
14
Etika profesi akuntansi (Kasdin Sihotang, PT.Kanisius Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019,
hlm. 141
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Kasdin Sihotang, 2019. Etika profesi akuntansi. Daerah Istimewa Yogyakarta:
PT.Kanisius
Prof. Dr. J. Salusu, 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: PT.
Grasindo
R. Roberts, Albert & Gilbert J. Greene, 2008. Buku Pintar Pekerja Sosial.
Jakarta: Gunung Mulia
12