Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Sebagaimana yang diketahui bahwa Studi Islam bertujuan untuk menggali kembali
dasar-dasar dan pokok-pokok ajaran Islam sebagaimana yang ada dalam sumber dasarnya
yang bersifat hakiki, universal dan dinamis serta abadi. Untuk dihadapkan atau dipertemukan
dengan budaya atau dunia modern. Agar mampu memberikan alternatif pemecahan masalah
yang dihadapi oleh umat manusia pada umumnyadanumatIslampadakhususnya.
Dengan tujuan tersebut maka Studi Islam akan menggunakan cara pendekatan yang
sekiranya relevan yaitu pendekatan kesejarahan, kefilsafatan dan pendekatan ilmiah. Namun
demikian, sebagaimana telah dikemukakan bahwa sifat Studi Islam ini adalah memadukan
antara studi Islam yang bersifat konvensional dengan Studi Islam yang bersifat ilmiah, maka
untuk mengatasi masalah tersebut di perlukannya suatu pendekatan studi yaitu pendekatan
integrative, interkonektif dan interdisipliner.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari pendekatan integratif dan interdispliner ?


2. Memahami ajaran Islam dalam struktur Iman-Islam-Ihsan?
3. Apa pentingnya pendekatan integratif-interdisipliner dalam studi islam?

C. Tujuan penulisan

1. Dapat mengetahui pengertian pendekatan integrative dan interdispliner


2. Untuk memahami ajaran islam dalam struktur Iman-Islam-Ihsan
3. Untuk mengetahui pentingnya pendekatan integratif-interdisipliner dalam studi islam

D. Metode penulisan

Metode penulisan yang digunakan yaitu library research dan internet research..
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Integratif-Interdispliner dalam Studi Islam


1. Pengertian Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif dapat diartikan sebagai penyatuan berbagai aspek ke dalam satu
keutuhan yang padu. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar bahasa Indonesia dalam Kurikulum Bahasa Indonesia adalah pendekatan
integratif.1

Pendekatan Integratif dapat dimaknakan sebagai pendekatan yang menyatukan


beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan
antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi
diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis.
Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan
dengan keterampilan bahasa. Integratif antar bidang studi merupakan pengintegrasian bahan
dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan
bidang studi lainnya.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak


digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi
kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur
secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat
menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif sangat diharapkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi
dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan
kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.

Adapun pendekatan integratif terbagi menjadi dua macam :

a. Intergratif Internal

1
Imam Syafi’ie, Mam’ur Saadie, Roekhan. hlm: 2.19, thn 2001.
Yaitu keterkaitan yang terjadi antar bahan pengajaran itu sendiri, misalnya pada waktu
pelajaran bahasa dengan fokus menulis kita bisa mengaitkan dengan membaca dan
mendengarkan juga.

b. Integratif Eksternal

Yaitu keterkaitan antara bidang studi yang lain, misalnya bidang studi bahasa dengan
sains dengan tema lingkungan maka kita bisa meminta siswa atau murid membuat karangan
atau puisi tentang banjir untuk pelajaran bahasanya untuk pelajaran sainsnya kita bisa
menghubungkan dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran sungai.

Pendekatan pembelajaran terpadu adalah separangkat asumsi yang berisikan wawasan


dan aktifitas berfikir dalam merencanakan pembelajaran dengan memadukan pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan sebagai area isi kegiatan belajar mengajar. Fogarty dalam buku
“How to Integrate the curricula”.

Pendekatan pembelajaran terpadu menurut Aminuddin (1994 ), merupakan perancanaan


dan prosespembelajaran yang ditunjukkan untuk menguntai tema, topik, pemahaman, dan
pengalaman belajar secara terpadu. Pembalajaran terpadu itu sebagai wawasan dan bentuk
kegiatan berfikir ketika guru merancanakan kegiatan belajar mengajar dengan berlandas
tumpu pada prinsip-prinsip. Dua prinsip melandasi pembelajaran integratif. Pertama,
pembelajaran berpusat pada makna, maksudnya pengalaman pembelajaran berbahasa baik
secara lisan maupun tulisan harus bermakna dan bertujuan fungsional, dan nyata atau
realistik. Kedua, pembelajaran yang berpusat pada siswa. Artinya dalam komponen
perencanaan pengajaran harus mem-perhatikan keberadaan dan latar belakang budaya siswa.

2. Pendekatan Interdisipliner
Untuk mempelajari suatu disiplin ilmu yang telah tersusun secara sistematis dan logis,
diperlukan kematangan intelektual tertentu. Diketahui bahwa islam sebagai agama yang
memiliki banyak dimensi,yaitu mulai mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi,
politik,ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup,sejarah, perdamaian,sampai pada
kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi.Untuk memeahami berbagai dimensi ajaran
islam tersebut jelas memerlukan berbgai pendekatan yang digali dengan berbagai
kedisiplinan ilmu. Dengan cara demikian, seorang muslim selainmemiliki wawasan yang
menyeluruh dan integral tentang ajaran islam, juga dapat mengembangkannya.2
2
AbuddinNata.metodologi studi islam..Jakarta:PT Raja Grafindo,hal:5.thn 2004.
Pendekatan interdisliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan
sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi misalnya menggunakan
pendektan sosiologis, historis dan normatif secara bersamaan. Pentingnya penggunaan
pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya
menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-
Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus
dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah
dengan pendekatan hermeneutik misalnya.

Dari kupasan diatas melahirkan beberapa catatan. Pertama, perkembangan


pembidangan studi islam dan pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Kedua, adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan tetentu
dimaksudkan agar mampu memahami ajaran islam lebih lengkap (komprehensif) sesuai
dengan kebutuhan tuntutan yag semakin lengkap dan komplek. Ketiga, perkembangan
tersebut adalah satu hal yang wajar dan seharusnya memang terjadi, kalau tidak menjadi
pertanda agama semakin tidak mendapat perhatian.3

a. Beberapa Pendekatan Interdisipliner


1. Pendekatan Filsafat

Filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti cinta dan
kata shopos yang beraati ilmu atau hikmah secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap
ilmu atau hikmah.

Menurut istilah (terminologi) filsafat islam adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha
mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif terhadap falsafah isi.

Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:

a) Segi semantik; filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa Yunani yaitu
philosophia yaitu pengetahuan hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta pengetahuan,
kebijaksanaan, dan kebenaran. Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan sebagai
tujuan hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

3
Ibid.,hal.39.2004.
b) Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir. Orang yang
berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu
dengan sungguh-sungguh di dalam tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang
mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat adalah
ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

2. Pendekatan Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba
mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya
perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang member sifat
tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.4

Sementara itu, soerjono soekanto mengertikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang membatasi diri terhadap persoalan. Sosiologi tidak menetapkan kearah mana sesuatu
seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijakan
kemasyarakatan dari proses kehidupan bersma tersebut.5

Pendekatan sosiologis memang penting untuk mengkaji agama-agama namun juga salah jika
memendang bahwa pendekatan ini diyakini dapat menyajikan kunci yang universal untuk
memehami fenomena keagamaan.

Para idiolog seperti Conte, Marx dan Spencer adalah contoh sarjana yang menganut
keyakitan tersebut.Banyak pengikut mereka cenderung menggatikan persoalan tentang
makna, nilai dan kebenaran, dengan persoalan mengenai asal-usul social, struktur sosiologis,
manfaat social dari kelompok atau gerakan keagamaan.

3. Pendekatan Sejarah
a. Pengertian pendekatan sejarah

Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh yang secara harfiah berarti ketentuan
waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau / masa yang
masih ada. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah merupakan terjemahan dari kata history yang
secara harfiah diartikan the past experience of mankind, yakni pengalaman umat manusia di
masa lampau.
4
Hasan shadily, sosiologi untuk masyarakat Indonesia, Jakarta : bina aksara, hlm. 1, thn 1983.
5
ZakiyuddinBaidhawy, studi islam pendekatan dan metode, Yogyakarta: insane madani, hal. 264, thn 2011.
Jadi sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai masalah yang terjadi di masa lampau, baik
yang berkaitan dengan masalah sosial, politik ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan,
kebudayaan, agama dan sebagainya.

Sejarah atau historis adalah suat ilmu yang didalam nya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa
tersebut. Peristiwa dapat dicetak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, apa sebabnya,
siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.

Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealiskealam yang bersifat
empiris dan mendunia.Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau
keaelarasan antara yang terdapat dalam alam alamidealis dengan yang ada dialam empiris dan
historis.

Pendekatan kesejahteraan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu
sendiri turun dalam situasi yang kongkert bahkan berkaitan dengan kondisi social
kemasyarakatan.

B. Memahami Ajaran Islam dalam Struktur Iman-Islam-Ihsan

Diantara pembendaharaan kata dalam islam ada istilah muslim, mu’min, dan muhsin dan
kata itu berasal dari kata islam, iman, dan ihsan orang yang islam disebut muslim, orang yang
beriman disebut mu’min dan orang yang ihsan di sebut muhsin. Dan dalam kaitan ini seorang
islam dan belum beriman baru hanya di sebut muslim, apabila seorang islam sudah beriman
maka barulah disebut mu’min dan seorang mu’min apabila sudah bisa menjadi seorang ihsan
baru disebut muhsin dan inilah yang disebut dengan triologi ajaran Illahi.
Berikut ini kami akan mencoba, berdasarkan pemahaman para ulama, menjelaskan
pengertian ketiga istilah itu dan wujudnya didalam hidup keagamaan seorang pemeluk Islam.
Dengan memahami ketiga hal penting dalam islam mungkin dapat membantu memahami
makna luhur agama dan pesan-pesan sucinya dapat di tingkatkan.
1. Ma’na Dasar Islam
Kita akan membahas dulu pengertian Islam menurut ulama Fiqih. Menurut ulama
fiqih Islam di ambil dari masdar kata salima yang artinya “keselamatan” dan menurut
istilah ialah:
“ Turut kepada aturan aturan hukum syara”
Dan adapun hukum syara tersebut telah kita bahas pada bab sebelumnya yang berisi
tentang aturan, perintah, larangan, dan anjuran. Dalam artian orang islam adalah orang
yang menjalankan aturan-aturan yang telah di tetapkan.
Namun ada indikasi bahwa islam adalah inisial seseorang masuk ke dalam lingkaran
ajaran Illahi. Sebuah keterangan menjelaskan bahwa bagaimana orang-orang arab
Badui mengakui telah beriman, tetapi nabi diperintahkan mengatakan kepada mereka
bahwa mereka belumlah beriman melainkan baru ber-Islam sebab Iman belum masuk
pada diri mereka. Iman lebih mendalam dari pada Islam, sebab dalam konteks
keterangan itu , kaum Arab Badui tersebut baru tunduk pada nabi secara lahiriyah, dan
itulah makna kebahasaan “Islam”, yaitu “tunduk” atau menyerah, Tentang hadits yang
terkenal yang menggambarkan pengertian Islam, Iman, dan Ihsa, Ibn Taimiyah bahwa
Agama terdiri dari beberapa unsur: Islam, Iman, dan Ihsan, yang dalam makna itu
terselip makna kesenjangan: orang mulai dengan Islam, berkembang ke arah Iman, dan
memuncak ke arah Islam. Ibn Taimiyah menghubungkan pengertian ini dengan Firman
Allah:
Artinya:
“ Kemudian kitab itu kami ( Allah) wariskan kepada orang-orang yang kami
pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereks ada yang mendzalimi diri
sendiri, ada yang pertengahan, dan ada pula yang terlebih dahulu berbuat kebaikan
denga izin Allah”(Q.S. Fatir:32)
Menurut Ibn Taimiyah, orang yang menerima kitab suci (ya’ni mempercayai dan
berpegang teguh pada ajarannya), namun masih juga berbuat zalim adalah orang yang
baru berislam, menjadi seorang muslim, ia bisa berkembang menjadi orang yang Iman
dengan namanya Mu’min naik satu tingkat yaitu menengah (Muqtashid), yaitu orang
yang terbebas dalam perbuatan zalim namun perbuatan kebajikannya sedang-sedang
saja. Dalam tingkatan yang paling tinggi, perlibatan diri dalam berbuat kebenaran itu
membuat ia tidak saja terbebas dari perbuatan jahat atau zalim namunn juga ia bergegas
dan menjadi pelomba dalam kebaikan atau di sebut tingkatan (sabiq), dan itulah orang
yang telah berihsan, mencapai tingkat seorang muhsin.6
Tentunya kata Al-Islam mempunyai perluasan istilah dan tentunya sering kita temukan
di dalam kitab suci al-qur’an yaitu islam berarti sikap pasrah atau menyerahkan diri
kepada Allah. Sikap itulah yang dinyatakan benar dan bisa si terima tuhan.

6
Mustofa A, Akhlaq Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 1995, hlm. 153
Oleh karena itu selain nama agama yang sering di sebut-sebut ternyata Al-Islam
mempunyai arti yang lebih umum yaitu menurut asal generiknya yang berarti pasrah
kepada Tuhan. Dasar pandangan dalam al-qur’an bahwa semua agama yang benar
adalah agama islam, dalam pengertian semuanya mengajarkan sikap pasrah kepada
Tuhan, sebagai mana antara lain bisa di simpulkan dari Firman Allah:
Artinya:
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahlul kitab, melainkan dengan cara yang
baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim diantara mereka, dan katakanlah, kami
telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang di turunkan
kepadamu, Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah
diri”(Q.S. Al-Ankabut:46)
Sama dengan perkataan “Al-Islam” di atas, perkataan “Muslimun” dalam Firman itu
lebih tepat di artikan pada ma’na generiknya, yaitu orang-orang yang pasrah kepada
tuhan. Seperti di isyaratkan pada Firman itu, perkataan Muslimun dalam ma’na asalnya
juga menjadi kualifikasi bagi pemeluk agama lain. Khususnya para penganut kitab
suci.7
2. Pengertian Dasar Iman
Kita telah mengetahui pengertian Iman secara umum yaitu percaya, khususnya
percaya pada rukun Iman yang enam (Menurut akidah sunny). Karena percaya pada
rukun Iman itu memang mendasari pada tindakan seseorang, sudah tetntu pengertian
Iman yang umum dikenal dengan wajar dan benar. Namun dalam dimensinya yang
lebih mendalam, Iman tidak hanya cukup dengan sikap batin yang percaya atau
memercayai belaka, tetapi menuntut perwujudan lahiriyah atau eksternalisasinya di
dalam tindakan-tindakan. Dalam pengertian inilah kita dapat memahami sabda nabi
bahwa Iman mempunyai lebih dari tujuh puluh tingkat, yang paling tinggi ialah ucapan
Tiada Tuhan selain Allah dan yang paling rendah ialah menyingkirkan bahaya di jalan.
Begitu juga, dalam pengertian ini, kita memahami sabda Nabi;
“ Demi Allah, ia tidak beriman! Demi Allah ia tidak beriman!, Lalu orang
bertanya, “ Siapa wahai Rasul Allah?” Beliau menjawab” Orang yang tetangganya
tidak merasa aman dengan kelakuan buruknnya”. Lalu orang bertanya lagi,”Tingkah
laku buruknya apa?” Beliau menjawab, “ Kejahatan dan sikapnya yang menyakitkan”.
Juga sabda Nabi,” Demi Dia yang diriku ada di tangan-Nya, kamu tidak akan
masuk surga sebelum kamu beriman, dan kamu belum beriman sebelum kamu saling
7
Ibid, hlm. 154.
mencintai. Belumkah aku beri petunjuk kamu tentang sesuatu yang jika kamu kerjakan
kamu akan saling mencintai? Sebarkan salam diantara sesama kamu”.
Berdasarkan hadits itu, jelas bahwa sesungguhnya makna Iman dapat berarti sejajar
dengan kebajikan karena ini di kuatkan dengan adanya seseorang yang bertanya tentang
keimanan dan turunlah wahyu tentang kebajikan yang di dalam isinya adalah orang
yang beriman itu ialah orang yang iman pada rukun iman yang enam.

3. Pengertian Dasar Ihsan


Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang ihsan disebut Muhsin yang berarti orang yang
berbuat baik. Setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan perilaku
yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah dan syariat islam disebut ihsan.8
Dalam sebuah Hadits di sebutkan bahwa Nabi menjelaskan ” Ihsan ialah bahwa
engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya dan apabila tidak
melihatnya maka sesungguhnya Dia melihat engkau”. Dengan demikian Ihsan adalah
ajaran tentang penghayatan pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui
penghayatan diri dengan menghadap dan berada di depan hadirat-Nya ketika
beribadah.9
Jadi penulis simpulkan bahwa Islam bukan hanya sekedar nama agama. Dari
paparan diatan bisa kita tangkap bahwa islam juga sebutan untuk salah satu tingkatan
trilogi ajaran Ilahi yang mana dua lainnya yaitu Iman dan Ihsan.

C. Pentingnya Pendekatan Integratif-Interdisipliner dalam Studi Islam


Pentingnya pendekatan ini menurut Khoituddin Nasution (2010:222) semakin disadari
keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu.
Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad tidak
cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual saja, tetapi harus dilengkapi dengan
pendekatan sosiologis dan historis sekaligus. Bahkan mungkin bisa ditambah dengan
pendekatan hermenuetik. Ketika membahas masalah yang berhubungan dengan kedokteran,
seharusnya tidak cukup dengan kajian normative. Kajian normative akan lengkap bila diikuti
dengan kajian kedokteran. Dengan cara seperti ini, persoalan dipahami akan lebih lengkap
sebelum memutuskan status hukum menurut ajaran Islam. Demikian juga menjawab atau
menyelesaikan hukum (status ternak) pertanian dan semacamnya. Untuk menentukan
hukumnya harus dipahami lebih dahulu secara lengkap dari sisi ilmu peternakan dan ilmu
pertanian. Kemudian ditetapkan status hukumnya. Seperti ini deskripsi cara kerja pendekatan
interdisipliner untuk mengungkap esensi dari kajian suatu obyek.
8
Wahhab, Muhammad bin Abdul, Tiga Prinsip Dasar Islam, Riyadh, Darussalam: 2004. hlm. 23.
9
Ibid, hlm. 24.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan Integratif adalah kajian yang menggunakan cara pandang dan atau cara
analisis yang menyatu dan terpadu. Analisis integratif dapat dikelompokkan menjadi dua.
pertama, Integratif antar seluruh nash yang terkait dalam masalah yang sedang dikupas atau
dibahas. Kedua, integratif antar nash dengan ilmu lain yang terkait dengan masalah yang
sedang dibahas.

Pendekatan interdispliner adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau


sudut pandang (perspektif). Dalam satu studi misalnya menggunakan pendekatan sosiologis,
historis dan normatif secara bersama.

Menurut ulama fiqih Islam di ambil dari masdar kata salima yang artinya “keselamatan”
dan menurut istilah ialah: “ Turut kepada aturan aturan hukum syara”

Makna Iman dapat berarti sejajar dengan kebajikan karena ini di kuatkan dengan adanya
seseorang yang bertanya tentang keimanan dan turunlah wahyu tentang kebajikan yang di
dalam isinya adalah orang yang beriman itu ialah orang yang iman pada rukun iman yang
enam.

Ihsan adalah ajaran tentang penghayatan pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui
penghayatan diri dengan menghadap dan berada di depan hadirat-Nya ketika beribadah.

B. Saran

Allhamdulilah, dengan selesainya makalah sederhana ini kami harap dapat bermanfaat
khususnya bagi para pembaca dan bagi kita semua pada umumnya. Makalah ini jauh dari kata
kesempurnaan, maka dari itu, kami sebagai penyusun makalah sangat berharap akan saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai