Anda di halaman 1dari 6

A.

    Definisi Leasing Syariah

Istilah leasing berasal dari kata "lease" yang artinya sewa menyewa. Jadi
leasing merupakan bentuk derivatif dari sewa menyewa. Akan tetapi kemudian dalam
dunia bisnis berkembang sewa menyewa dalam bentuk lebih spesifik yang disebut
leasing dan telah berubah fungsinya menjadi salah satu jenis pembiayaan. 1 Pengertian
leasing menurut surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri
Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP- 122/MK/IV/2/1974, Nomor
32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 adalah:

”Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-


barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu
tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan
hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai
sisa uang telah disepakati bersama”.2

Terdapat tiga pihak yang melakukan transaksi leasing yaitu:

1. Lessor merupakan pihak (perusahaan) yang membiayai nasabah,


2. Lesse yaitu nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan,
3. Supplier, yaitu pedagang atau perusahaan yang menyediakan barang yang akan
dileasingkan.

Sedangkan leasing syariah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk


penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
lease), maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan

1
Nurwidiatmo (ketua tim kompilasi), Kompilasi Bidang Hukum Tentang Leasing, (Jakarta,
Badan Pembinaan Hukum Nasional KEMENHUKHAM: 2011), hlm.7.
2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003),
hlm. 258.
oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip syariah.3

Dalam istilah transaksi syariah, leasing diartikan sebagai ijarah. Ijarah berasal
dari kata al-‘ajr dan berarti kompensasi, pengganti, ganjaran, keuntungan, atau nilai
tandingan (al-‘iwad). Sebagai kontrak (akad), ia mengacu pada pengupahan atau
penyewaan asset atau komoditas untuk mendapatkan hak pemanfaatan atasnya.
Dalam hukum islami, ijarah adalah kontrak (akad) dari hak pemanfaatan yang dikenal
dan diajukan untuk aset tertentu selama periode waktu tertentu dengan imbalan
tertentu dan sah atau ganjaran bagi jasa atau keuntungan untuk manfaat yang diajukan
yang akan diambil, atau untuk upaya atau hasil kerja yang diajukan yang dikeluarkan.
Dengan kata lain, ia merupakan pengalihan hak pemanfaatan untuk ganjaran yang
berupa sewa dalam hal penyewaan aset atau barang dan upah dalam hal penyewaan
orang.

B.     Bentuk Akad Leasing syariah

Leasing syariah dalam dalam praktiknya menggunakan akad ijarah al


muntahiyah bi al-tamlik. Penggunaan akad  ijarah al muntahiyah bi al-tamlik tidak
tidak terlepas dari akad ijarah itu sendiri). Akad ijarah adalah akad penyaluran dana
untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah), antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa
(mu’ajjir) dengan penyewa (musta,jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang
itu sendiri. Landasan syariah akad ini adalah Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-
MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah. Dasar dari penggunaan Ijarah sesuai
dengan apa yang ada di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 233 :
ْ ُ‫ُوف َوٱتَّق‬
َ ‫وا ٱهَّلل‬III ِ ۗ ‫ٱل َم ۡعر‬III َ ‫م فَاَل ُجن‬Iۡ‫ َد ُك‬IIIَ‫ا أَ ۡو ٰل‬Iْ‫ع ُٓو‬III‫ض‬
ۡ ِ‫لَّمۡ تُم َّمٓا َءات َۡيتُم ب‬III‫اح َعلَ ۡي ُكمۡ إِ َذا َس‬IIIَ ِ ‫م أَن ت َۡست َۡر‬Iُّۡ‫َوإِ ۡن أَ َردت‬
ٞ ‫ص‬
‫ير‬ ِ َ‫ٱعلَ ُم ٓو ْا أَ َّن ٱهَّلل َ بِ َما ت َۡع َملُونَ ب‬
ۡ ‫َو‬

3
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 49
….Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan
         Seiring dengan  perkembangan dan kebutuhan dana masyarakat saat ini
perusahaan pembiyaan  syariah dalam melakukan pembiayaan kepada konsumen
menggunakan akad ijarah al muntahiyah bi al-tamlik. Akad ijarah al muntahiyah bi
al-tamlik identik dengan Financial lease yang merupakan pembiayaan kepada
nasabah yang disertai hak opsi kepemilikan barang setelah periode pembayaran
barang berakhir.

Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan


hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa
(ujrah), antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan
penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada
penyewa setelah selesai masa sewa. Landasan syariah akad ini adalah fatwa DSN-
MUI No.27/DSN-MUI/III/2002 tentang alijarah al- Muntahiyah bi al-Tamlik atau
al-ijarah wa al-Iqtina.

Akad  ijarah al muntahiyah bi al-tamlik dalam pelaksanaannya didahului


dengan janji pemindahan kepemilikan yang tidak mengikat termaktub dalam akad
ijarah. Hal ini memungkinkan terjadinya pencabutan barang jika sewaktu-waktu
adanya ketidakmampuan pembayaran lesse sebelum masa periode berakhir karena
dianggap tidak mampu membayar, namun demikian jika pembayaran sewa lunas
maka akan terjadi pemindahan kepemilikan dari lessor kepada lesse. Akad ijarah al
muntahiyah bi al-tamlik  merupakan akad kombinasi antara sewa menyewa dan jual
beli atau hibah dimasa akhir sewa, atau dapat disimpulkan terdapat dua bentuk
penggabungan akad (hibryd contract) sekaligus yaitu sewa menyewa dengan jual beli
atau sewa meyewa dengan hibah.4

Bentuk transaksi leasing syariah dengan nasabah dalam akad transaksi  dapat
dicontohkan dengan contoh sewa beli sepeda motor yang menggunakan akad ijarah
al muntahiyah bi al-tamlik, yang dijabarkan sebagai berikut:

Seseorang (lesse) mengajukan permohonan pendanaan untuk pembelian motor


kepada perusahaan leasing syariah dengan pembayaran secara kredit dalam periode
waktu tertentu. Perusahaan pembiayaan (lessor)  akan menganalisis kemampuan
bayar dari calon  lesse. Jika calon lesse dianggap layak, maka  lessor akan melakukan
pembelian kepada dealer dan menyewakannya pada periode waktu yang disepakati
dengan lesse. Lessor dan lesse bersepakat bahwa setelah periode waktu tertentu
seluruh uang sewa/angsuran sudah harus lunas dibayar oleh lesse, ketika hal ini
disepakati maka lesse akan langsung memiliki motor tersebut yang dibuktikan dengan
STNK dan BPKB atas nama lesse Namun demikian BPKB tetap ditangan lessor dan
jika lesse tidak mampu membayar angsuran sampai lunas, maka motor akan ditarik
oleh lessor.

Dalam pelaksaan ijarah al muntahiyah bi al-tamlik, terkait dengan konsep


kepemilikan juga memberikan pemahaman bahwa bentuk akad ijarah al muntahiyah
bi al-tamlik, terdapat dua kegiatan muamalah dalam satu kegiatan muamalah (multi
akad). Istilah multi akad dalam fiqih merupakan terjemah dari kata arab yaitu al-
uquqd al-murakkabah yang berati akad ganda (rangkap). Al-uquqd al-murakkabah
terdiri dari dua kata al-uqud (bentuk jamak dari ‘aqd) dan al-murakkabah. Al-
murakkabah secara etimologi berarti al-jam’u yakni mengumpulkan atau
menghimpun dan kata murakkab sediri berasal dari kata ‘rakkaba-yurakkibu-

4
Adiwarman M karim, Bank Islam (Analisi Fiqih dan Keuangan), Raja Grafindo Persada
Jakarta , 2006, hlm. 165
tarkiban” yang mengandung arti meletakan sesuatu pada sesuatu yang lain sehingga
menumpuk.5

Hasanudin, 2009, “Multi Akad Dalam Multi Akad Dalam  Transaksi Syariah Kontemporer
5

Pada Lembaga Keuangan Syariah Indonesia: Konsep Ketentuan (Dhawabith) Dalam Perspektif Fiqih”.
Sumber Referensi

Agustianto, Mochammad Andre. "Leasing dalam Prespektif Hukum Bisnis Syariah."

Wahyuningsih, N. (2016). Sewa Guna Usaha (Leasing) dalam Perspektif Syariah. Al-
Amwal: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syari'ah, 5(1).

Andri Soemitra.  2009 Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana, 2009

Kasmir,  2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai