BAB I
PENDAHULUAN
Sistem keuangan Islam merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang ekonomi
Islam. Sistem keuangan Islam bukan hanya sekedar transaksi komersial, namun harus juga
samapai kepada lembaga keuangan demi dapat mengimbangi tuntutan zaman. Bentuk sistem
keuangan atau lembaga keuangan Islam harus menghindari adanya unsur riba, gharar dan
maitsir. Dalam mengatasi riba, Islam menggantinya dengan mekanisme bagi hasil baik dalam
perbankan syariah, koperasi syariah, asuransi syariah dan lembaga syariah lainnya.
Lembaga keuangan syariah dipandang sebagai sarana oleh para masyarakat modern
dalam prinsip Taawun (tolong-menolong untuk kebaikan) dan prinsip menghindari Al-
Ikhtinaz yaitu menahan uang dan membiarkannya menganggur tidak berputar untuk transaksi
yang bermanfaat bagi masyarakat. Pada masyarakat modern saat ini di kalangan UMKM
lembaga keuangan mikro sangat berperan dalam hal keterkaitan usaha masyarakat,
membantu masyarakat yang ingin berwirausaha sehingga memerlukan dana. Peran leasing
disini adalah membantu atau meringankan masyarakan di sekor UMKM.
Dalam realitasnya, leasing merupakan suatu akad untuk menyewa sesuatu barang
dalam kurun waktu tertentu. Leasing ini ada dua katagori global, yaitu operating lease dan
financial lease. Operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk
mendapatkan hanya manfaat barang yang disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap
merupakan milik bagi pihak pemberi sewa. Sewa jenis pertama ini berpadanan dengan
konsep ijarah di dalam syariah Islam yang secara hukum Islam diperbolehkan dan tidak ada
masalah.
Leasing adalah merupakan suatu kata atau perselisihan baru dari bahasa asing yang
masuk ke dalam bahasa Indonesia, yang sampai sekarang perdananya belum ada yang cocok.
Istilah leasing diterjemahkan dengan kata sewa guna usaha. Secara umum leasing artinya
equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses
produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa leasing berarti sewa guna usaha. Secara umum leasing artinya
equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses
produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak. Leasing berasal dari kata
lease yang berarti menyewa. Dalam syariah dikenal sebagai Al Ijarah. Al Ijarah berasal dari
kata al ajru yang berarti al iwadhu (ganti).
Pengertian Berdasar Mazhab :
Mazhab Syafii : suatu transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju secara tertentu bersifat
mubah dan bisa dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.
Mazhab Hambali dan Maliki : pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu
tertentu dengan suatu imbalan
Mazhab Hanafi : transaksi suatu manfaat dengan imbalan.
Leasing (sewa guna usaha) pertama dikenal di Amerika Serkat, yaitu berasal dari kata
lease yang berarti menyewa. Sedangkan dalam ekonomi Islam dikenal dengan al-ijarah,
berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwadhu (ganti).[1]
Pada Pasal 1 Surat Keputusan Bersama Tiga Mentri Keuangan, Menteri Perdaganagan,
dan Menteri Perindustrian NO. KEP-122/MK/IV/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/1974 7febuari
1974, menyebutkan bahwa leasing itu adalah[2] : Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan
untuk satu jangka waktu secara berkala, disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilali sisa yang telah disepakati bersama
Equipment Leasing Association di London memberikan definisi leasing sebagai
berikut[3] : leasing adalah perjanjian antara lessor dan lesse untuk menyewa suatu jenis
barang modal tertentu yang dipilih?ditentukan oleh lesse. Hak pemilikan atas barang modal
tersebut ada pada lessor, sedangkan lesse hanya menggunakan barang modal tersebut
berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah ditentukan dalam suatu jangka waktu
tertentu.
Al-Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam batasan
waktu tertentu, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang.[4] Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 233 Firman Allah:
.....dan jika Kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Sewa guna usaha syariah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi yang
akan digunakan oleh penyewa selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
angsuran dimana menggunakan prinsip ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik. Sewa guna
usaha syariah diatur di dalam:
1. Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per-03/BL/2007 tentang
Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah.
2. Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per-04/BL/2007 tentang
Akad-akad Yang Digunakan Dalam Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip
Syariah.
3. Surat Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor B-323/DSN-
MUI/XI/2007 tanggal 29 November 2007 tentang Pernyataan DSN-MUI atas Peraturan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Dasar hukum yang dipakai dalam sewa guna usaha syariah berlainan dengan dasar
hukum yang dipakai dalam sewa guna usaha konvensional karena sewa guna usaha
konvensional diatur di dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991
tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing). Sewa guna usaha konvensional menganut asas-
asas yang berlaku di dalam KUHPerdata dimana kiblatnya adalah hukum Eropa Kontinental,
seperti asas kebebasan berkontrak. Sedangkan sewa guna usaha syariah menganut asas-asas
yang kiblatnya kepada Al-Quran dan Al-Hadits. Adapun asas-asas dalam Hukum Perdata Islam
yang digunakan di dalam sewa guna usaha syariah yaitu:
1. Asas Kebolehan
2. Asas kebebasan dan Kesukarelawan.
3. Asas Pembawa Manfaat dan Menolak Mudharat
4. Asas Kebajikan atau Kebaikan.
5. Asas Adil dan Seimbang.
6. Asas Larangan Merugikan Diri Sendiri dan Orang Lain.
7. Asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa.
8. Asas Mengatur dan Memberi Petunjuk.
9. Asas Kebebasan Berusaha
10. Asas Beritikad Baik dan Dilindungi.
11. Asas Mendahulukan Kewajiban Daripada Hak.
b. Notcontingentto performance
3 Transfer of Title : Transfer of title :
a. Ijarah : no transfer of title a. Operating Lease : no transfer of title.
b. IMBT : promise to sell or hibah at the
b. Financial lease : option to buy or not to
beginning of period buy, at the end of period.
5 Sale and Lease Back OK. Sale and Lease Back OK.
1) Objek
Bila dilihat dari objek yang disewakan, leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa barang
saja. Jadi yang disewakan dalam leasing terbatas pada manfaat barang saja. Dalam ijarah
objek yang disewakan bisa berupa barang maupun jasa/tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan
dalam mendapatkan manfaat barang disebut sewa-menyewa, sedangkan dalam
mendapatkan manfaat tenaga kerja/jasa disebut upah-mengupah.
2) Metode Pembayaran[15]
Leasing hanya mempunyai satu metode pembayaran, yakni yang bersifat Not Contingent to
Performance. Artinya : pembayaran sewa pada leasing tidak teerganttung pada kinerja objek
yang disewa.
Dari segi metode pembaayaran ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang
pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa dan ijarah yang pembayarannya
tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa. Ijarah yang pembayaraanya tergantung
pada kinerja objek yang disewa disebut ijarah, gaji dan atau sewa. Sedangkan, ijarah yang
pembayaraannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut jualah, atau
succes fee.
3.1 Kesimpulan
Leasing syariah merupakan pembiayaan alternative di bidang UMKN bagi masyarakat
yang ingin bergelut di bidang usaha. Dalam konsep pembiayaan syariah dalam artian
perusahaan kredit, pada saat ini sudah banyak menerapkan dengan menggunakan prinsip
syariah. Salah satu yang menjadi indikator perusahaan menggunakan sistem syariah
dikarenakan terbebas dari bunga atau riba dibandingkan dengan perusahaan konvensional
yang masih menggunakan sistem bunga. Prinsip syariah yang diterapkan dapat memberikan
kemudahan sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Setelah melihat produk yang ditawarkan dan penerapannya pada
perusahaan leasing syariah di atas, kita dapat melihat ada sedikit perbedaan antara isi dari
pengertian dan konsep Leasing atau system Ijarah dalam makalah ini dengan produk dan
penerapannya pada perusahaan leasing syariah terbebut. Dalam konsep leasing dengan
dasar ijarah tidak ada opsi transaksi menggunakan akad murabahah, sedangkan dalam
produk yang ditawarkan perusahaan leasing tersebut ada opsi menggunakan
akad murabahah.
Melihat adanya penawaran produk pada perusahaan leasing syariah dengan
akad murabahah sejauh ini cukup sesuai. Karena murabahah masih dalam konsep ekomoni
Islam (syariah). Dengan adanya perusahaan pembiayaan yang berbasis syariah bukan bank
menjadi salah satu alternatif dari metode pembiayaan yang lebih fleksibel dalam
menyalurkan dana berupa pembiayaan secara syariah kepada masyarakat di Indonesia.
Praktik perusahaan pembiayaan yang berlandaskan syariah akan lebih menjadi alternatif
yang tepat dan prospektif mengingat sebagian besar umat Islam merupakan mayoritas
penduduk di Indonesia.
Untuk menunjang perkembangan perusahaan pembiayaan syariah diperlukan
perhatian semua pihak, agar perusahaan pembiayaan berbasis syariah dapat berkembang
dan terkendali dengan baik berada dalam real syariah. Sekali lagi, komitmen dan peran
pemerintah menjadi sebuah keniscayaan yang menjadi pendukung utama terhadap
pertumbuhan dan perkembangan perusahaan pembiayaan syariah di Indonesia.
Daftar Pustaka
Ayub Muhammad. 2007. Understanding Islamic Finance A-z Keuangan Syariah. Terj. Aditiya
Wisnu Pribadi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Tunggal W Amin, Tunggal D Arif. 1994. Akuntasi Leasing (Sewa Guna Usaha). Jakarta :
Rineka Cipta.
Chaptra M Umer, Tariqullah Khan. 2008. Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah. Jakarta :
Bumi Aksara.
Ibrahim warde. 2009. Islamic Finance : Keuangan Islam Dalam Perekonomian
Global. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dimyauddin Djuwaini. 2008. Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karim A Adiwarman. 2010. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo
Perseda.
[1]Ibrahim warde, Islamic Finance : Keuangan Islam Dalam Perekonomian Global. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2009.
[2]Amin W Tunggal. Akuntansi Leasing (sewa guna usaha). Jakarta : Rineka Cipta. 1994. Hlm. 2
[3] Amin W Tunggal. Akuntansi Leasing (sewa guna usaha). Jakarta : Rineka Cipta. 1994. Hlm. 3
[4] Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hal: 153
[5]Kasmir. Bank dan lembaga keuangan lainnya edisi keenam. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2002.
[6] Subagyo dkk. Bank dan Lembaga keuangan lainnya. Yogyakarta: STIE YKPN. 2002.
[7] HR.Bukhari dan Muslim
[8] HR.Ibnu Majah
[9] HR. Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Said al-Khudri
[10] HR.Nasai
[11] Hasan: Irwa-ul Ghalil no: 1489 dan Fathul Bari IV: 417 no: 2227
[12] HR Ahmad dari Ibnu Masud
[13] Gemala Dewi. Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Perasuransian Syariah Di Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2006.
[14] Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2004. Hlm. 137
[15] Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2004. Hlm. 141.
[16] Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2004. Hlm. 144.