DISUSUN OLEH:
SARTIKA
50700119076
Dosen Pengampu:
A. Pengertian Negosiasi
Membahas tentang negosiasi terutama dalam dunia bisnis nah
negosiasi menjadi salah satu hal yang sering kita temui dalam sebuah bisnis
kegiatan ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan terbaik
antara pengusaha dengan supplier pengusaha dengan pelanggan pengusaha
dengan investor dan lain sebagainya negosiasi bukan hanya masalah harga
tapi juga dapat dilakukan dalam membuat kontrak kerjasama ekspansi bisnis
investasi bisnis dan masih banyak hal lagi nah negosiasi bisnis ini biasanya
dilakukan karena ada satu pihak yang merasa kurang puas atau kurang sesuai
terhadap suatu hal sehingga perlu dibuat kesepakatan ulang melalui sebuah
metode.
Negosiasi adalah suatu proses perundingan antara para pihak yang
berselisih atau berbeda pendapat tentang sesuatu permasalahan dengan kata
lain negosiasi merupakan proses pemberian informasi antara satu pihak
kepada pihak yang lain sesuai dengan maksud dan sudut pandang masing-
masing agar tercipta suatu kesepakatan diantara kedua belah pihak mengenai
suatu hal tertentu. Nah kemudian Apa tujuan dari negosiasi itu? Jadi tujuan
yang pertama adalah untuk menemukan kesepakatan kedua belah pihak
secara adil dan dapat memenuhi harapan atau keinginan kedua belah pihak
tujuan yang kedua adalah sebagai tujuan lain untuk mendapatkan keuntungan
atau menghindarkan kerugian atau bahkan memecahkan problem yang lain
kemudian tujuan yang ketiga adalah mencari jalan keluar atau dalam hal ini
menyelesaikan masalah.
Negosiasi adalah kesepakatan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang berkomunikasi untuk mencapai kata sepakat dan menguntungkan,
baik saat berbisnis, menyelesaikan suatu perkara, atau merembukkan kondisi
tertentu untuk mencari solusi. Pada prosesnya dibutuhkan kemampuan
komunikasi yang efektif.
B. Kekuatan Negosiasi
Kekuatan (power), Merupakan kemampuan yang dapat dikumpulkan
oleh negosiator untuk dapat menghasilkan keuntungan bagi mereka sendiri
atau untuk meningkatkan kemungkinan dalam meraih tujuan mereka.
Seorang negosiator perlu memiliki kekuatan/kemampuan untuk dapat:
Mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menekan pihak lain, Membujuk
pihak lain untuk melihat sesuatu dari sudut pandang mereka, Mendapatkan
apa yang mereka inginkan dari pihak lain, Membuat pihak lain menyerah,
atau mengubah pemikiran mereka.
Mengapa Kekuatan Penting Bagi Negosiator ?
a. Kekuatan penting bagi Negosiator, karena dapat memberikan manfaat
bagi para negosiator yang diperoleh dari pihak lain.
b. Negosiator yang memperoleh manfaaat tersebut akan
menggunakannya untuk memberikan hasil yang aman atau
memperoleh solusi yang lebih disukai.
c. Menggali kekuatan bernegosiasi muncul dari satu atau dua persepsi:
Para Negosiator mempercayai bahwa mereka memiliki sedikit
kekuatan bernegosiasi dibanding dengan pihak lain. Para negosiator
mempercayai bahwa pihak lain telah memperoleh manfaat yang akan
digunakan. Sehingga para negosiator menggali kekuatan untuk
menutupi kerugian atau mengimbangi keuntungan lainnyan.
d. Para Negosiator mempercayai bahwa mereka membutuhkan kekuatan
lebih dibanding pihak lainnya untuk meningkatkan kemungkinan
memperoleh hasil yang aman. Para negosiator percaya bahwa
menambahkan kekuatan diperlukan untuk mendapatkan atau untuk
memperoleh manfaat bagi dirinyan sendiri dalam negosiasi berikutnya
Ada tiga pendekatan utama dalam proses negosiasi, ketiga hal tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Perundingan kekeluargaan (soft bargaining). Soft bargaining
melibatkan bentuk negosiasi yang menitikberatkan pada posisi
menang atau kalah, dibandingkan kepentingan dari diadakannya
negosiasi itu sendiri. Akan tetapi, untuk menghindari masalah-
masalah yang kerap muncul dalam perundingan yang melibatkan
posisi, para negosiator akan melakukan pendekatan ‛soft‛ seperti
memperlakukan lawan bicaranya sebagai teman, mencari kesepakatan
dengan harga apapun, dan menawarkan sebuah hasil perundingan atas
dasar penciptaan hubungan yang baik dengan lawan bicara. Para
pelaku negosiasi yang melakukan pendekatan dengan cara seperti
berikut akan mempercayai lawan bicaranya, dan akan bersikap
terbuka dan jujur mengenai prinsip-prinsip dasar atau alasan mendasar
yang mereka miliki mengenai perundingan tersebut kepada lawan
bicara mereka. Hal ini akan membuat mereka menjadi rentan bagi
para perundingan yang sulit (hard bargainers) yang akan bertindak
secara kompetitif dengan menawarkan hanya beberapa pilihan saja
yang benar-benar sesuai dengan alasan mendasar mereka, bahkan
melakukan, ancaman. Dalam sebuah perundingan yang melibatkan
perunding keras dan lembut, maka akan kita temui bahwa perunding
keras hampir selalu tampil dengan kesepatakan yang lebih baik secara
mendasar.
2. Perundingan secara tegas (hard bargaining). Sebagaimana yang sudah
diutarakan pada bagian soft bargaining, hard bargaining juga
menitikberatkan pada posisi dibanding kepentingan dari perundingan
yang terjadi. Negosiator dengan pendekatan semacam ini sangatlah
bersifat kompetitif, dengan melihat kemenangan sebagai satu- satunya
tujuan akhir. Bagi beberapa orang pakar, perunding-perunding keras
ini memadang lawan bicara mereka sebagai saingan. Mereka tidak
mempercayai lawan bicara mereka dan berusaha untuk bermain
secerdik mungkin untuk mencoba mendapatkan keuntungan
maksimaldalam negosiasi. Sebagai contoh, mereka akan tetap
berpegang teguh dengan posisi awal mereka, atau tawaran pertama
mereka, menolak untuk melakukan perubahan. Mereka mencoba
untuk mengecoh lawan bicara mereka khususnya terhadap alasan
mereka (soft bargainers) datang ke perundingan tersebut dan
menuntut keuntungan sepihak dalam pencapaian kesepakatan. Mereka
akan memberlakukan trik dan tekanan dalam usaha mereka untuk
menang pada sesuatu yang mereka anggap sebagai sebuah kontes
kemauan. Bilamana mereka berhadapan dengan perunding lunak,
maka para perunding keras ini cenderung untuk selalu menang. Lain
halnya jika berhadapan dengan perunding keras lainnya, kemungkinan
tidak tercapai kata sepakat sama sekali (no outcome).
3. Perundingan dengan kepentingan (Principled negosiation). Principled
negosiation adalah nama yang diberikan untuk pendekatan yang
berbasiskan pada kepentingan yang tertulis di dalam sebuah buku
Getting to Yes yang ditulis oleh Fisher (2004). Dalam buku tersebut
tertulis empat dasar dalam negosiasi:
1) Pisahkan antara pelaku dan masalah,
2) Fokus pada kepentingan, bukan posisi,
3) Ciptakan pilihan untuk hasil yang mutual,
4) Tekankan pada kriteria yang bersifat obyektif.
Memisahkan pelaku dari masalah berarti meniadakan hal-hal yang
berhubungan dengan masalah personal dari instuisi, dan bila memang
ingin dibicarakan, sebaiknya dibicarakan secara independen. Masalah
personal pada umumnya akan melibatkan masalah yang berkaitan
dengan persepsi, emosi dan komunikasi. Persepsi adalah sesuatu yang
penting karena hal tersebut membantu dalam pendefinisian masalah
serta solusinya. Jika kenyataan yang sifatnya obyektif dan kenyataan
tersebut diapresiasikan secara berbeda oleh orang-orang yang berbeda
dalam situasi yang berbeda pula, pada akhirnya kata sepakat akan
sulit tercapai. Masalah personal juga terkait dengan kesulitan-
kesulitan emosi, ketakutan, kemarahan, ketidakpercayaan dan
keresahan sebagai contohnya. Bilamana emosi-emosi ini dilibatkan di
dalam perundingan, maka kata sepakat akan semakin sulit tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.youtube.com/watch?v=Ohz7NkkTT_Q
https://www.youtube.com/watch?v=J5_zteP86UU&t=37s
https://www.youtube.com/watch?v=hM0mFaX4sL0
https://www.youtube.com/watch?v=f2Fx7MJQhMY
https://www.youtube.com/watch?v=AE-gGrOYB8Y&t=82s
https://www.youtube.com/watch?v=LYO4ObIHowY