Anda di halaman 1dari 27

Nama/NIM : Lenny Novieta Dewi (7311420304)

Jurusan : Manajemen
Matkul : Hukum Bisnis
Judul : Hukum Bisnis

BAB I. RESUME HUKUM BISNIS


PENGERTIAN HUKUM
Hukum sendiri memiliki banyak pengertian yang berbeda-beda sehingga hukum
memiliki pengertian yang sangat luas, diantaranya: Prof . Mr. E.M. Meyers, hukum adalah
semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku
manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara
dalam melakukan tugasnya (dalam Kansil, 1898).
A. Leon Duguit, hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang
daya penggunaannya pada saat ternetu diinginkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan Bersama dan yang jika dilanggar akan menimbulkan reaksi Bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran tersebut.
B. Immanuel Kant, hokum merupakan keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini
kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari
orang yang lain, menurutui peraturan hukum tentang kemerdekaan (dalam Kansil, 1898)
C. Untung (2012) mengartikan hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah
mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif.
Secara umum, ilmu hukum dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan hukum yang
objeknya hukum. Ilmu hukum memplejari seluk beluk mengenai hukum, misalnya asal mula,
wujud, asas-asas, system, macam pembagian sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan
kedudukan hukum. Hukum di Indonesia merupakan keseluruhan hukum Indonesia
sebagai suatu sistem hukum. Untuk subjek dan objek hukum sendiri, Pasal 503 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dapat dijadikan pedoman, dimana
dijabarkan bahwa benda dibedakan menjadi dua, yaitu:
A. Benda berwujud
B. Benda tidak berwujud Dalam pasal 504 KUHP menyebutkan benda dibedakan
menjadi dua, yaitu benda bergerak; dan tidak bergerak. Hukum juga memiliki beberapa
sumber, diantaranya:
a. Sumber hukum material (dapat ditinjau dari sisi ekonomi, sejarah, dsb.)
b. Sumber hukum formal, sumber hukum yang berasal dari:
 Undang-undang (statue)
 Kebiasaan (costum)
 Keputusan hakim (yurisprudensi)
 Traktat (treaty)
 Pendapat para ahli hukum (doktrin)
Hukum juga memiliki ciri yang khas, seperti:
a. Adanya perintah dan/ atau larangan;
b. Perintah dan/atau larangan tersebut harus patuh dan ditaati setiap orang.
SISTEM HUKUM
Principles of Legality adalah istilah asing yang maknanya sama dengan asas-asas hukum.
Menurut seorang tokoh hukum bernama Fuller, terdapat 8 Principles of Legality. Kedelapan
asas-asas tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a) Sistem hukum mengandung peraturan yang sifanya tetap bukan ad-hoc atau
sementara.
b) Peraturan dalam sistem hukum haruslah diumumkan.
c) Peraturan hukum tidak boleh berlaku surut.
d) Peraturan dalam sistem hukum disusun menggunakan kalimat yang mudah
dimengerti.
e) Dalam sistem hukum, antara peraturan yang satu dengan peraturan lainnya tak boleh
bertentangan.
f) Peraturan di dalam sistem hukum tidak diperbolehkan mengandung tuntutan yang
sifatnya melebihi apa yang memungkinan atau dapat dilakukan.
g) Kebiasaan sering mengubah peraturan tak boleh ada sebab akan membuat orang-orang
kehilangan orientasi.
h) Terdapat kecocokan antara peraturan dengan pelaksanaan.
BISNIS
Bisnis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan menjalankan investasi terhadap sumber
daya yang ada yang dapat dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok, untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan meningkatkan taraf hidup dengan menciptakan barang
atau jasa guna mendapatkan laba / keuntungan yang sebesar-besarnya. Bisnis juga memiliki
beberapa tujuan secara umum, diantaranya:
a) Untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis.
b) Untuk pengadaan barang ataupun jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
c) Untuk mencapai kesejahteraan pemilik faktor produksi dan masyarakat.
d) Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
e) Untuk menunjukkan eksistensi suatu perusahaan dalam jangka panjang.
f) Untuk meningkatkan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara umum.
g) Untuk menunjukkan prestise dan prestasi.
Secara umum terdapat tiga pelaku dalam kegiaan ekonomi, yaitu:
1. Rumah Tangga Konsumsi
2. Rumah Tangga Produksi (Produsen)
3. Pemerintah
4. Pasar
Pasar persaingan memiliki beberapa bentuk, diantaranya:
1. Pasar Persaingan Sempurna merupakan suatu pasar dimana jumlah penjual dan
pembeli sangat banyak dan produk yang ditawarkan sejenis. Contoh barang yang dijual pada
bentuk pasar ini adalah beras, gandum, kentang, batu bara dan sebagainya.
2. Pasar Persaingan Tidak Sempurna adalah pasar yang tidak terorganisir dengan baik
dimana terdapat sedikit penjual tapi jumlah pembelinya sangat banyak. Dalam pasar
persaingan tidak sempurna (inperfect competition market) hanya ada beberapa penjual yang
menguasai pasar sehingga penjual dapat menentukan harga dan mengambil keuntungan yang
lebih besar.
3. Pasar Monopoli Monopoli sendiri terdiri dari kata 'mono' yang artinya satu dan 'poli'
yang artinya penjualpasar ini hanya ada satu penjual berlaku sebagai penentu harga karena
tidak ada yang menyaingi dan barang yang dihasilkan tidak memiliki barang substitusi.
Contohnya seperti PLN, PDAM, PT KAI, Pertamina dan lain-lain.
4. Pasar Oligopoli Pasar oligopoli dikuasai oleh beberapa perusahaan namun jumlah
barang yang ditawarkan tetaplah homogen atau satu jenis saja. Pasar oligopoli biasanya
dilakukan dengan bentuk upaya menahan perusahaan potensial dapat memasuki pasar.
Contoh dari pasar oligopoli anta lain industri motor, industri air mineral, industri rokok dan
lain sebagainya.
5. Pasar Monopolistis. Pasar monopolistis ini berisi beberapa produsen dengan jenis
barang yang serupa namun karakteristiknya berbeda-beda. Produsen juga mempunyai
kemampuan untuk memengaruhi harga pasar, tapi tidak terlalu besar dibandingkan dengan
pasar monopoli dan oligopoli. Contoh dari pasar monoplistis seperti produsen sabun, sampo,
pasta gigi, motor, dan sebagainya.
PENDEKATAN HUKUM BISNIS
Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, dijelaskan mengenai
materi pokok sesuai dengan lingkup pengaturan yang meliputi Perdagangan Dalam Negeri,
Perdagangan Luar Negeri, Perdagangan Perbatasan, Standardisasi, Perdagangan melalui
Sistem Elektronik, pelindungan dan pengamanan Perdagangan, pemberdayaan koperasi serta
usaha mikro, kecil, dan menengah, pengembangan Ekspor, Kerja Sama Perdagangan
Internasional, Sistem Informasi Perdagangan, tugas dan wewenang pemerintah di bidang
Perdagangan, Komite Perdagangan Nasional, pengawasan, serta penyidikan.
A. Hukum Dagang.
Landasan yang dapat digunakan dalam hukum dagang adalah:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHD)
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
3. Peraturan Perundang-Undangan Selain KUHD, masih terdapat beberapa peraturan
perundang-undangan lain yang mengatur Hukum Dagang, diantaranya;
a) UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
b) UU No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT)
c) UU No 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta
d) UU No 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha
e) UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dsb Ruang lingkup dari hukum dagang:
 Kontrak bisnis
 Jual beli
 Bentuk-Bentuk Perusahaan
 Perusahaan Go Public Dan Pasar Modal
 Penanaman Modal Asing
 Kepailitan Dan Likuidasi.
 Merger Dan Akuisisi
 Perkreditan Dan Pembiayaan.
 Jaminan Hutang
 Surat Berharga
 Perburuan.
 Hak Atas Kekayaan Intelaktual.
 Anti Monopoli
 Perlindungan Konsumen.
 Keagenan Dan Distribusi.
 Asuransi.
 Perpajakan
 Penyelesaan Sengketa Bisnis. Bisnis Internasional.  Hukum Pengangkutan
(Darat, Laut, Udara Dan Multimoda).
B. Hukum Perniagaan.
Menurut kansil (1986) usaha perniagaan adalah segala usaha kegiatan baik aktif
maupun pasif, termasuk juga segala sesuatu yang menjadi perlengkapan perusahaan tertentu,
guna memperoleh keuntungan. Lebih lanjut disebutkan bahwa usaha perniagaan, meliputi:
a. benda-benda yang dapat diraba, dilihat serta hak-hak;
b. para langgananan;
c. rahasia-rahasia perusahaan.
Ruang lingkup dari hukum perniagaan:
 Pihak yang terlibat dalam perniagaan
 Kontrak
 Jual beli
 Badan kepemilikan usaha
 Pengangkutan
 Asuransi
 Investasi
 Merger, konsolidasi, dan akuisisi
 Perkreditan dan pembiayaan
 Keagenan dan distribusi
 Penyelesaian sengketa
HUKUM BISNIS
Hukum bisnis merupakan semua ketentuan hukum yang bersifat tertulis maupun lisan,
yang mengatur berbagai hak dan kewajiban akibat dari adanya suatu perjanjian dan perikatan
yang terjadi dalam aktivitas bisnis. Ruang lingkup dari hukum bisnis, yaitu:
 Kontrak Bisnis;
 System Jual Beli;
 Bentuk Organisasi Bisnis;
 Surat Berharga;
 Pembiayaan Dan Penjaminan;
 Hak Milik Intelektual;
 Lisensi;
 Perizinan Dalam Bisnis;
 Hukum Jaminan;
 Hukum Ketenagakerjaan;
 Hukum Kepailitian;
 Hukum Investasi dan Penanaman Modal;
 Perusahaan Go Public dan Pasar Modal;
 Perlindungan Konsumen;
 Anti Monopoli;
 Merger, Akuisisi, Konsolidasi;
 Hukum Pengangkutan;
 Hukum Asuransi;
 Perpajakan;
 Hukum Perbankan;
 Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang;
 Hukum Perdagangan Internasional;
 Penyelesaian Sengketa Bisnis
Landasan Hukum Perilaku Bisnis
 UU No.3 Tahun 1982 Tentang WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN
 UU No. 5 Tahun 1984 Tentang PERINDUSTRIAN
 UU NO. Tahun 1992 Tentang PENERBANGAN
 UU.No.8 Tahun 1995 Tentang PASAR MODAL
 UU No. 23 Tahun 1997 Tentang PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
 UU No. 24 Tahun 1997 Tentang PENYIARAN
 UU No.32 Tahun 1997 Tentang PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN
PERSAINGAN TIDAK SEHAT.
 UU No.8 Tahun 1999 Tentang PERLINDUNGAN KONSUMEN
 UU No.24 Tahun 1999 Tentang LALU LINTAS DEVISA DAN SISTEM NILAI
TUKAR
 UU No.18 Tahun 1999 Tentang JASA KONSTRUKSI
 UU No.9 Tahun 1999 Tentang PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN
BERJANGKA KOMODITI.
 UU No. 36 Tahun 1999 Tentang TELEKOMUNIKASI ADI S DOSEN FH UNS
 UU No.29 Tahun 2000 Tentang PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN
 UU No. 30 Tahun 2000 Tentang RAHASIA DAGANG
 UU No. 31 Tahun 2000 Tentang DESAIN INDUSTRI
 UU No.32 Tahun 2000 Tentang DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU
 UU No. 14 Tahun 2001 Tentang PATEN
 UU No. 15 tahun 2001 Tentang MEREK
 UU No.19 Tahun2002 Tentang HAK CIPTA
 UU No. 22 Tahun 2001 Tentang MINYAK DAN GAS BUMI
 UU No.15 Tahun 2002 Tentang TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
 UU No. 17 Tahun 2003 Tentang KEUANGAN NEGARA
 UU No.21 Tahun 2003 Tentang PENGESAHAN KONVENSI ILO NO.81
MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DLM INDUSTRI DAN
PERDAGANGAN
 UU No.19 Tahun 2004 Tentang KEHUTANAN (UU No.41/1999-Perpu
No.1/2004-judicial review di MK larangan penambangan di hutan lindung tidak
dikabulkan)
 UU No. 24 Tahun 2004 Tentang LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
 UU No.37 Tahun 2004 Tentang KEPAILITAN DAN PENUNDAAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (No. 4 Tahun 1998)
 UU No. 17 Tahun 2006 Tentang KEPABEANAN
 UU No. 25 Tahun 2007 Tentang PENANAMAN MODAL
 UU No. 39 Tahun 2007 Tentang CUKAI
 UU NO..19 Tahun 2008 Tentang SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
 UU. No.1 TH 2009 Tentang Penerbangan
 UU. No.4 TH 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
 UU. No.5 TH 2009 Tentang Pengesahan United Nations Convention Againts
Transnational Organized Crime
 UU.No.9 TH 2009 tentang BPH
MENGACU PADA PASAL 33 UUD 45
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama bdr atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yg penting bagi negara dan yg menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yg terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (hasil
amandemen keempat).
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang (hasil
amandemen keempat).

Kegiatan bisnis tidak lepas dari faktor hukum dan rambu-rambu hukum selain rambu-
rambu etika bisnis.
Perlunya pemahaman hukum agar terlindung dari praktek bisnis Curang:
1. Sadar bahwa Indonesia adalah negara hukum dan di mata hukum manusia itu sama, artinya
tidak ada pengecualian.
2. Memperhatikan pemberitaan media masa tentang RUU, pembahasan di DPR dengan
pihak-pihak yang berkepentingan, hingga disahkan sebagai UU yang ditandatangani oleh
Presiden dan dimasukan dalam lembaran negara.
3. UU yang sudah disahkan saja tidak cukup. Dalam pelaksanaanya akan diikuti dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) sebagai petunjuk teknis pelaksanaannya,
kemudian apabila menyangkut hal-hal detil dan teknis akan diikuti dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri (kepmen).
4. Mengetahui beberapa UU yang berhubungan dengan masalah bisnis, misalnya dengan cara
membaca buku-buku, majalah, atau koran yang memaparkan UU atau Peraturan-peraturan
pemerintah pusat dan daerah.
5.Apabila tersangkut perkara yang menyangkut masalah hukum baik perdata maupun pidana,
untuk menghadapi jalannya perkara sejak pengaduan, pemeriksaan, sampai dengan ke
pengadilan, sebaiknya memanfaatkan jasa pengacara atau Lembaga Bantuan Hukum (LBH),
agar kita tidak dirugikan karena keterbatasan pengetahuan kita tentang hukum, jalur-jalur
hukum, proses hukum, dan sebagainya.
6. Jangan mencoba-coba untuk mengelabui atau melanggar hukum baik sengaja atau tidak
disengaja dengan sebab ketidaktahuan kita, karena hukum harus tetap dilaksanakan atau
diterapkan beserta sanksi-sanksinya.
7. Dalam menerapkan usaha harus mengetahui syarat-syarat hukum yang menjadi landasan
usaha tersebut beserta persyaratan yang terkait.
8. Hati-hatilah dalam membuat perjanjian atau kontrak dengan pihak lain. Jangan sampai kita
dirugikan atau kena jebakan yang secara hukum adalah sah sifatnya tetapi secara faktual
sangat merugikan kita, atau membuat perjanjian yang akan melanggar hukum. Mintalah
nasehat atau saran dari penasehat hukum dan dari yang sudah berpengalaman.
9. Menjadi anggota asosiasi dagang atau perusahaan sejenis yang banyak manfaatnya bagi
perlindungan dan kemajuan usaha.
10. Baca dan simaklah kasus-kasus hukum aktual yang meliputi pelanggaran hukum oleh
pengusaha, perselisihan hukum di antara pengusaha yang dimuat di surat kabar, majalah,
buku, dan lain-lain, agar kita bisa mengambil pelajaran dan manfaat dari kasus-kasus
tersebut.

Pemahaman bidang hukum penting bagi seorang pengusaha (enterpreneur), antara lain
:
1. Keberadaan hukum atau undang-undang yang berhubungan dengan usahanya atau
kegiatan bisnis.
2. Hak dan kewajiban yang ditimbulkan oleh keberadaan hukum atau undang-undang yang
bersangkutan
3. Sanksi-sanksi yang akan terjadi terhadap pelanggaran hukum yang bersangkutan.
4. Manfaat keberadaan hukum tersebut sebagai pertimbangan bagi pengusaha dan pihak-
pihak lain yang terkait.

Harapan dunia pada Hukum Bisnis


1. Menciptakan Kepastian & Stabilitas
2. Mendukung Efisiensi Dan Produktifitas (Douglass North)
3. Responsif (Nonet Dan Selznick)
4. Velocity (Bill Gates)
5. Mengandung Daya Predikbilitas
6. Menyelesaikan Sengketa Secara Efektif, Efisien, Dan Menghasilkan Putusan Yg Bisa
Diterima Semua Pihak (Mendistribusikan Keadilan) (Adam Smith)
BENTUK ORGANISASI BISNIS
A. PERSEROAN TERBATAS
Menurut Pasal 1 angka 1 UU PT, Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut
perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang
ini serta peraturan pelaksanaannya. Modal Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari Modal
Dasar, Modal Ditempatkan dan Modal Disetor. Modal tersebut terbagi atas sekumpulan
saham:
 Modal Dasar
 Modal Ditempatkan
 Modal Disetor
Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU
PT”), Perseroan Terbatas memiliki 3 (tiga) organ penting yaitu Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Ketiga organ ini mempunyai fungsi dan
kewenangannya masing-masing, sebaga berikut: 1. RUPS 2. Direksi 3. Komisaris
B. FIRMA
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma
adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan memakai
nama bersama.Menurut pendapat lain, Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang
didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma
sebagai nama yang dipakai untuk berdagang bersama-sama.
C. PERSEROAN KOMANDITER (CV)
Pengertian CV dijelaskan dalam Pasal 19 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD). Dalam pasal 19 ayat 1 disebutkan bahwa CV adalah persekutuan secara
melepas uang yang dinamakan persekutuan komanditer, didirikan antara satu orang atau
beberapa sekutu yang tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada
pihak satu, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain. Sedangkan
pada pasal 19 ayat 2 berbunyi " Dengan demikian bisalah terjadi suatu persekutuan itu
pada suatu ketika yang sama merupakan persekutuan firma terhadap sekutu firma di
dalamnya dan merupakan persekutuan komanditer terhadap pelepas uang.
D. PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT VENTURE)
Joint Venture adalah bentuk gabungan dari beberapa perusahaan dari berbagai negara
yang berkerjasama dan menjadi satu perusahaan untuk mencapai konsentrasi kekuatan
ekonomi dan tanpa melihat besar atau kecilnya modal. Kepengurusan Joint venture
dipimpin oleh Dewan Direktur yang dipilih oleh para pemegang saham, dan
pendiriannya harus mempunyai bentuk hukum PT (Perseroan Terbatas).
E. KOPERASI
Menurut, UU No 17 Tahun 2012, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh
orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, untuk dengan pemisahan kekayaan para
anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan
bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.
F. BADAN USAHA MILIK NEGARA
Dalam UU No. 19 Tahun 2003 disebutkan bahwa pengertian BUMN adalah suatu
badan usaha dimana modalnya dimiliki oleh pemerintah yang berasal dari kekayaan
negara.
G. YAYASAN
Yayasan merupakan sebuah organisasi atau badan hukum yang memiliki tujuan dan
maksud yang dimana tujuan tersebut bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
H. PENDAFTARAAN PERUSAHAAN
Perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara jujur
dan terbuka merupakan salah satu tujuan utama dari Undang-undang tentang Wajib
Daftar Perusahaan. Adanya Daftar Perusahaan itu penting untuk Pemerintah guna
melakukan pembinaan, pengarahan, pengawasan dan menciptakan iklim dunia usaha
yang sehat karena Daftar Perusahaan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat
seeara benar dari setiap kegiatan usaha sehingga dapat lebih menjamin perkembangan
kepastian berusaha bagi dunia usaha. Dikecualikan dari wajib daftar ialah:
I. SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN SIUP
adalah surat ijin yang diberikan kepada suatu badan usaha untuk dapat melakukan
kegiatan usaha perdagangan. Pelaku usaha atau bisnis pasti sudah familiar dengan SIUP
atau Surat Izin Usaha Perdagangan. Semua badan usaha, baik milik pribadi maupun
kelompok (UD, CV, PT, Firma, Koperasi, BUMN, dan lainnya) diwajibkan memiliki
SIUP sebagai bukti pengesahan dari bisnis yang dijalankan.
HUBUNGAN-HUBUNGAN BISNIS
Hubungan-hubungan bisnis dilakukan karena mempunyai kepentingan dan tujuan untuk
saling mencari keuntungan satu sama lain. Tujuan lain seperti untuk mempercepat proses
pemasaran produknya ke masyarakat luas. Ada juga yang bertujuan membantu pihak lain
karena tidak diizinkannya pihak lain memasarkan produknya di suatu negara. Namun ada
pula yang melakukannya karena ketidakmampuannya untuk berbisnis, ataupun masalah
permodalannya.
1. Agen Agen adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai
perantara untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan perjanjian untuk melakukan
pemasaran tanpa melakukan pemindahan hak atas fisik barang dan/atau jasa yang
dimiliki/dikuasai oleh prinsipal yang menunjuknya.
2. Waralaba Sebuah metode untuk melakukan bisnis, yaitu suatu metode untuk
memasarkan produk atau jasa ke masyarakat. Secara spesifik metode ini adalah
konsep pemasaran., dan waralaba diartikan sebagai suatu sistem pemasaran atau
sistem usaha untuk memasarkan produk atau jasa tertentu. Karakteristik:
1. Harus ada suatu perjanjian (kontrak) tertulis.
2. Adanya pelatihan dalam segala aspek bisnis yang akan dimasukinya.
3. Diperbolehkan eroperasi dengan menggunakan nama/ merek dagang, format dan
atau prosedur yang dimiliki.
4. Adanya investasi yang berasal dari sumber dananya sendiri atau dengan dukungan
sumber dana lain.
5. Waralabae berhak secara penuh mengelola bisnisnya sendiri.
6. Fee dan atau royalti kepada franchisor atas pendapatannya.
7. Berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu dimana ia adalah satu-satunya
pihak yang berhak memasarkan barang atau jasa yang dihasilkannya.
3. Bangun Guna Serah ( Build, operate and transfer)/ BOT Menurut Keputusan Menteri
keuangan Nomor : 248/KMK.04/1995 tanggal 2 juni 1995, disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan bangun guna serah adalah suatu bentuk perjanjian kerja sama yang
dilakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa
pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan
bangunan selama masa perjanjian bangun guna serah (BOT), dan mengalihkan
kepemilikan bangunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah masa
bangun guna serah berakhir.
4. Penggabungan Perseroan Terbatas (Joint Venture) Merupakan usaha bersama yang
mencakup semua jenis kerja sama. Istilah joint venture juga sering dinyatakan
dengan istilah lain seperti foreign collaboration, International Enterprise, dsb. Dan
ada dua jenis Joint Venture yaitu:
1. Joint venture yang tidak melaksanakan penggabungan modal, sehingga kerja
sama tersebut hanya terbatas pada know-how yang dibawa kedalam joint venture.
2. Jenis kedua adalah joint venture yang ditandai oleh partisipasi modal. Secara
teoretis joint venture terbagi menjadi konsolidasi, merger dan akuisisi.
Konsolidasi adalah bergabungnya dua atau lebih suatu badan usaha menjadi suatu
badan usaha baru. Merger berarti penggabungan beberapa badan usaha, dimana
sampai saat ini peraturan mengenai merger hanya ada untuk usaha di bidang
perbankan saja. Dan akuisisi adalah pengambilalihan suatu badan usaha oleh
badan usaha lain dengan tetap menggunakan nama badan usaha lama. Dari
keempat model penggabungan usaha tersebut tentu saja akan mempunyai akibat
aspek hukum yang berbeda yang dapat dilihat dalam pasal 102-109 UU No. 1
tahun 1995 tentang perseroan terbatas.
KONTRAK BISNIS
Perjanjian diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH
Perdata), yaitu “suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih”. Ada beberapa asas yang dapat ditemukan dalam kontrak
bisnis, asas-asas umum dalam perjanjian meliputi:
a. Asas Kebebasan Berkontrak
b. Asas Konsensualitas
c. Asas Pacta Sunt Servanda
d. Asas Iktikad Baik
e. Asas Personalia Untuk mengetahui apakah suatu perjanjian adalah sah atau tidak sah,
maka perjanjian tersebut harus diuji dengan beberapa syarat. Terdapat 4 syarat keabsahan
kontrak yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yang merupakan syarat pada umumnya,
sebagai berikut:
1. Adanya kesepakatan kehendak (Consensus, Agreement)
2. Wenang / Kecakapan berbuat menurut hukum (Capacity)
3. Obyek / Perihal tertentu
4. Kausa yang diperbolehkan / halal / legal Atau ada pula agar suatu kontrak dapat
dianggap sah oleh hukum, haruslah memenuhi beberapa persyaratan yuridis tertentu.
Terdapat 4 persyaratan yuridis agar suatu kontrak dianggap sah, sebagai berikut:
a) Syarat sah yang obyektif berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata
a) Objek / Perihal tertentu
b) Kausa yang diperbolehkan / dihalalkan / dilegalkan  Syarat sah yang subjektif
berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata a) Adanya kesepakatan dan kehendak b) Wenang
berbuat
b) Syarat sah yang umum di luar pasal 1320 KUH Perdata
a) Kontrak harus dilakukan dengan I’tikad baik
b) Kontrak tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku
c) Kontrak harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan
d) Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum
c) Syarat sah yang khusus:
a) Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu
b) Syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu
c) Syarat akta pejabat tertentu (selain notaris) untuk kontrak- kontrak tertentu
d) Syarat izin dari pejabat yang berwenang untuk kontrak-kontrak tertentu Pasal 1381
KUH Perdata menyebutkan ada 10 cara hapusnya perikatan yaitu :
1. Pembayaran
2. Penawaran
3. Pembayaran tunai diikuti dengan penitipan
4. Pembaharuan hutang
5. Perjumpaan hutang
6. Percampuran hutang
7. Musnahnya barang yang terutang
8. Pembatalan perikatan
9. Berlakunya syarat batal
10. Daluwarsa Penyelesaian Sengketa Dalam Kontrak Bisnis Penyelesaian sengketa di
bidang kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: (1) melalui pengadilan, dan (2)
di luar pengadilan, Apabila mengacu ketentuan Pasal 1 ayat (10) Undang-undang Nomor
30 Tahun 1999 maka cara penyelesaian sengketa melalui ADR dibagi menjadi lima cara,
yaitu: 1. Konsultasi 2. Negosiasi 3. Konsiliasi, atau 4. Penilaian ahli. Kontrak
merupakan kesepakatan para pihak yang dituangkan dalam bentuk tertulis tentang suatu
perbuatan hukum, serta kontrak tersebut mengikat para pihak layaknya undang-undang.
Kontrak yang dibuat para pihak dibedakan menjadi dua macam yaitu kontrak yang
berdimensi nasional dan kontrak yang berdimensi internasional (choice of law sebagai
pembedanya).
TRANSAKSI DALAM BISNIS
A. JUAL BELI
Pengertian jual beli menurut KUHPerdata pasal 1457 adalah suatu perjanjian dengan
mana pihak yang satu menikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain
membayar harga yang telah dijanjikan. Secara umum, ada dua pihak yang terlibat dalam
aktivitas jual beli yaitu: a. Pihak penjual b. Pihak pembeli
B. TUKAR MENUKAR
Menurut Pasal 1451 KUH Perdata, tukar menukar merupakan suatu persetujuan,
dengan mana kedua belah pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu
barang secara bertimbal balik sebagai suatu ganti barang lainnya.
C. SEWA MENYEWA
Menurut Pasal 1548 KUHPerdata Sewa Menyewa ialah suatu perjanjian, dengan
mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya
kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dengan pembayaran sesuatu
harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya. Terdapat
beberapa unsur penting yaitu: Perjanjian, Dalam Pasal 1313 KUHPerdata, secara tegas
diatur bahwa Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Rumusan dalam Pasal 1313
KUHPerdata tersebut mengatur bahwa Perjanjian itu harus memenuhi unsur-unsur:
1. Suatu Perbuatan : Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, dimana
perbuatan tersebut menimbulkan akibat hukum
2. Antara sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
3. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan di antara pihak-pihak yang berjanji tersebut
Perjanjian dapat dikatakan sah dan mengikat harus memenuhi 4 (empat) syarat mutlak,
hal ini sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:
1. kesepakatan para pihak,
2. kecakapan untuk membuat suatu Perjanjian
3. suatu hal tertentu,
4. suatu sebab yang halal.
Dan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1338 KUHPerdata, setiap Perjanjian yang
dibuat secara sah akan berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
BAB II. ARTI PENTING HUKUM BISNIS DALAM
KEGIATAN/AKTIVITAS BISNIS DI ERA DEWASA INI
Di dalam Ilmu Hukum dikenal adanya suatu persangkaan hukum Presumptio Lures et de lure
yang jika diartikan secara bebas adalah anggapan bahwa setiap orang tabu hukum.
Berdasarkan prasangkaan itu, setiap peraturan perundangan agar mengikat semua orang
diseluruh negara perlu ditempatkan di dalam Lembaran Negara. Tradisi demikian
dikembangkan di negara-negara Eropa kontinental. Oleh karena sistim hukum Indonesia
mengikuti sistim Eropa kontinental, tradisi demikian juga diwarisi oleh Indonesia. Itulab
sebabnya di bagian akhir perundang-undangan Indonesia terdapat kalimat yang kurang lebih
berbunyi: "Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia". Kalimat demikian
merupakan realisasi dari Presumptio lures et de lure. Pada kenyataannya, setelah perundang-
undangan ditempatkan di dalam Lembaran Negara tidak semua orang tabu adanya peraturan
tersebut. Jangankan orang awam, para ahli hukum baik yang diperguruan tinggi, praktisi, atau
yang menjadi birokrat, kalau peraturan itu tidak menyangkut bidangnya, sekalipun sudah
lama ditempatkan di Lembaran Negara tetap tidak mengetahuinya apalagi memahaminya.
Akan tetapi apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditempatkan di dalam
Lembaran Negara itu, tidak ada alasan bagi siapapun untuk menyatakan tidak mengetahui
peraturan perundangan demikian. Alasan semacam itu tidak akan meringankan apalagi
membebaskan pelanggaran meskipun pada kenyataannya memang pelanggar tidak
mengetahui adanya peraturan yang dilanggar tersebut. Dengan demikian, Presumptio lures et
de lure tak lain hanya merupakan fiksi hukum. Namun, tanpa fiksi hukum, hukum tidak dapat
beroperasi. Akan tetapi dilain pihak, fiksi hukum harus diimbangi dengan informasi hukum.
Bagi orang awam yang mel akukan pelanggaran atas larangan-larangan yang tidak
dipahaminya memandang hukum sebagai sesuatu yang kejam yang menakutkan oIeh karena
tidak adanya informasi hukum yang akurat. Akibatnya, ada Nomor 4 Tahull XXIV 300
Hukum dan Pembongullon kesan bahwa negara bersifat sewenang-wenang. Sebaliknya, jika
peraturan itu berisi pengaturan, lebih-lebih itu mengenai bidang yang rumit yang hanya
dipahami oleh mereka yang ahli saja, sedangkan yang ahli dalam bidangnya juga tidak
mendapat informasi yang lengkap mengenai masalah tersebut, dapat dibayangkan betapa
tersendatnya penyelenggaraan penerapan hukum. Sebagai contoh, ketentuan hukum tentang
Hak-hak Milik Intelektual, tidak semua sarjana hukum dapat membedakan antara Hak cipta,
Paten, dan Merek. Masalah ini hanya dapat dipahami oleh mereka yang memang ahli dalam
bidang itu saja tidak mendapatkan informasi yang lengkap mengenai peraturan-peraturan di
bidang hak milik intelektual, mereka yang ingin mendapatkan jasa ahli terpaksa membayar
lebih banyak untuk mendapatkan informasi itu disamping juga memerlukan tambahan waktu
untuk memperoleh informasi, belum lagi pengurusannya. Dalam dunia bisnis, informasi
merupakan sesuatu yang menentukan. Kecepatan informasi bukan hanya berarti penurunan
biaya produksi, melainkan juga terbukanya kesempatan untuk melakukan "new entry" atau
membuat produk-produk haru yang dapat meningkatkan daya saing. Hal itu berarti juga
memungkinkan perusahaan itu meningkatkan kinerjanya. Sebaliknya, kelambanan informasi
disamping akan meningkatkan biaya produksi juga membuat perusahaan tidak bisa bersaing.
Jika mata rantai itu diteruskan pada akhirnya sebenarnya yang paling menderita adalah
konsumen karena pada dasarnya para pelaku bisnis tidak mau menderita kerugian sehingga
semua beban produksi dialihkan kepada konsumen dalam bentuk harga yang tinggi.
Sedangkan apabila dilihat dari sudut perdagangaan internasional, perusahaan domestik yang
tidak mempunyai kecepatan dalam mendapatkan informasi akan kalah bersaing dengan
perusahaan asing yang mempunyai akses untuk mendapatkan informasi secara tepat dan
akurat. Informasi hukum merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kegiatan bisnis. Pada
prinsipnya, transaksi bisnis dimulai dengan hukum, yaitu dimulai dengan kontrak. Sebelum
kontrak dibuat terlebih dahulu ahli hukum masing-masing pihak mempelajari hukum yang
menguasai obyek perjanjian. Bilamana transaksi itu bersifat internasional, lebih banyak
bidang hukum dari negara pihak pelaku bisnis yang harus diperhatikan, misalnya masalah
perpajakan, kebijaksanaan publik dalam hal penyelesaian perselisihan melalui arbitrase,
perundang-undangan anti-monopoli, perbankan, dan lain-lain. Apabila informasi mengenai
masalah-masalah itu sulit didapatkan, para ahli hukum akan minta bayaran yang tinggi dan
dalam menghadapi tuntutan seperti itu tentu saja perusahaan akan mempunyai dua pilihan,
yaitu memenuhi tuntutan biaya tersebut dengan akibat mengalihkannya kepada konsumen
dalam bentuk harga jual yang relatif tinggi kalau memang dirasa dapat bersaing; atau tidak
melakukan hubungan dagang sama sekali dengan bisnis dari negara yang informasi
hukumnya sulit didapatkan. Begitu pula halnya dengan investasi. Investor yang akan
menanamkan modalnya di suatu negara, terlebih dahulu perlu mendapatkan kejelasan
mengenai hukum negara tujuan penanaman modal. Tiadanya informasi hukum yang memadai
berakibat keengganan investor untuk menanamkan modalnya di negara tersebut. Hal itu dapat
dimengerti karena proyek penanaman modal merupakan proyek yang beresiko tinggi.
Investor tentu saja tidak akan bersedia melepaskan modalnya manakala tidak ada kejelasan
mengenai aturan-aturan yang membuat dia aman. Apabila tidak mengetahui adanya aturan-
aturan tersebut, jelas investor tidak akan bergerak menanamkan modalnya di negara itu. Oleh
karena itulah peraturan hukum sebaik apapun dibuat tanpa disertai dengan informasi hukum
yang mudah diperoleh tetap saja akan tidak melancarkan transaksi bisnis. Sebagaimana
diketahui, titik berat pembangunan Indonesia dalam PIP I diletakkan pada bidang ekonomi.
Untuk menunjang pembangunan tersebut, pada masa PIP I telah banyak dilakukan
pembenahan hukum dalam bidang ekonomi meskipun masih lebih banyak lagi yang harus
disempurnakan dalam era PIP II. Disamping penyempurnaan substansi peraturan hukum yang
memang sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi, kegiatan itu perlu dibarengi dengan
pembenahan dalam penyampaian informasi hukum. Sebab, sebagaimana telah diutarakan
baik apapun hukumnya, kalau tidak dikomunikasikan atau sulit diketahui, juga akan
menghambat transaksi bisnis yang akibatnya akan tidak menunjang pembangunan ekonomi.
Lebih-lebih dalam PIP II ini investasi merupakan faktor yang sangat diperlukan. Begitu pula
pengerahan dana masyarakat melalui Pasar Modal juga merupakan bagian yang penting
dalam bidang pembiayaan pembangunan. Belum lagi faktor-faktor bidang produksi, misalnya
teknologi, dalam hal ini paten, harus diberikan informasi yang akurat agar pemilik teknologi
tidak khawatir kalau hasil penemuannya tidak dibajak. Keamanan demikian diperlukan agar
perusahaan-perusahaan asing bersedia membangun proyek Research and Development (R &
0) yang pada gilirannya akan merangsang terjadinya alih teknologi yang lebih cepat ke
Indonesia. Dari uraian di muka jelaslah makna pentingnya informasi hukum. Fiksi hukum
yang berasumsi setiap orang mengetahui hukum adalah juga landasan konsep pemikiran
ekonomi terhadap hukum. Konsep ini menyatakan bahwa apabila keberadaan hukum baru
diketahui atas suatu tindakan yang sudah berlangsung, maka keberadaan hukum itu tidak
berdampak apa-apa atas para pihak ynag melakukan tindakan itu. Analisis ekonomi atas
hukum selanjutnya menyimpulkan bahwa suatu ancaman hukuman yang tidak jelaskasikan
bukanlah ancaman. Sehingga dengan demikian efek ancaman hukuman dari ketentuan hukum
dan perundangan di dalam sistim hukum yang berfungsi baik akan berdampak positif atas
setiap transaksi ekonomi. Akhirnya, analisa ekonomi atas hukum menekankan pada biaya
penyediaan informasi. Nilai suatu kerangka kerja hukum ekonomi akan mengekonomiskan
pencarian informasi oleh setiap individu. Tanpa kehadiran informasi, biaya transaksi ekonomi
akan tinggi yang selanjutnya menjadi penghalang bagi efisiensi ekonomi. Efektifitas dari
kerangka kerja hukum ekonomi sangat tergantung pada kemudahan memperoleh dan
memahami hukum. Apabila ketentuan hukum dan prosedur menerapkannya tidak jelas, hal
ini berakibat pada ketidak pastian dan ketidakkonsistenan penerapannya. Efisiensi sistim
peradilan dan proses beracara di pengadilan sangat bergantung pada tersediannya informasi
hukum. Ketentuan hukum yang luas diketahui serta penyebarluasan putusan pengadilan,
membantu menjamin aplikasi yang konsisten dari hukum. Akses luas pada informasi hukum
memungkinkan para legislator, penentu kebijaksanaan ekonomi serta biro-biro hukum
Pemerintah untuk memahami dan menguasai ketentuan hukum yang berlaku yang pada
gilirannya membantu mereka menghindari kemungkinan membuat kebijaksanaan yang tidak
konsisten dan saling bertabrakan dalam pengembangan hukum. Tiadanya informasi hukum
berdampak pada kurangnya kepercayaan masyarakat pada sistim dan kelembagaan hukum.
Secara ekonomi, keadaaan ini menimbulkan inefisiensi dalam transaksi ekonomi dan bahkan
mengarah pada perbuatan curang dalam kegiatan ekonomi yang pasti merugikan masyarakat
umum. Apabila kita amati, banyak kasus tindak pidana ekonomi yang timbul di tengah-
tengah masyarakat antara lain disebabkan oleh sistim dan perangkat kelembagaan hukum
yang lemah di samping adanya kecenderungan para penegak hukum hanya mengandalkan
pada penerapan segi formalitas dari ketentuan perundangan yang berlaku. Dampak negatifnya
adalah terusiknya rasa keadilan masyarakat yang bermuara pada kondisi ketidakpercayaan
masyarakat pada lembaga peradilan dan profesi hukum. Contoh paling mutakhir adalah kasus
penggelapan restitusi pajak (tax evasion) yang diputus bebas murni oleh Pengadilan Negeri
Surabaya baru-baru ini. Dalam konteks inilah kita mengupayakan mengkaji permasalahan
mendasar yang dihadapi sistem hukum kita dewasa ini. Kenyataan menunjukkan bahwa akses
masyarakat kepada peraturan perundangan dan informasi hukum pada umumnya sangat
terbatas. Keadaan ini menimbulkan hambatan yang sangat besar bagi kelangsungan kerangka
kerja hukum yang efektif. Permasalahan yang dihadapi mencakup, pertama, banyak peraturan
Agustus 1994 Informasi Hukum 303 dan ketentuan hukum, putusan pengadilan dan informasi
hukum lainnya tidak tersedia; kedua, meskipun telah banyak upaya bagi pembentukan hukum
dalam bentuk pembuatan peraturan perundangan, upaya ini diperkecil artinya oleh tata cara
penyampaiannya kepada masyarakat umum. Tidak ada metode resmi bagi proses
pembentukkan dan pembuatan peraturan perundangan dalam batasan jangka waktu yang
kongkrit, dan disamping itu banyaknya ketentuan hukum dan perundangan yang berdiri
sendiri cara atau metode yang mampu merekontruksi perangkat hukum tersebut ke dalam
suatu kesatuan perangkat yang rasional. Akibatnya adalah para pengusaha, praktisi hukum,
penegak hukum dan anggota masyarakat dibiarkan secara sendiri mengambil kesimpulan
tentang apa arti hukum dan bagaimana hukum itu ditegakkan. Dari sudut pandang ekonomi,
suasana ini berdampak sangat merugikan karena kondisi ini berarti ketidakpastian hukum
yang mengakibatkan biaya dan resiko tinggi yang tentu saja menghambat produktivitas
ekonomi. Dari apa yang dikemukakan tersebut dapat dikatakan bahwa informasi hukum
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan bisnis. Oleh karena itu beralasanlah
kalau Economic Law and Improved Procurement Systems Project (proyek ELIPS) Kantor
Menko EKKU dan W ASBANG, disamping menggarap substansi hukum dalam komponen
Law Development, juga memasukkan Legal Information Systems sebagai salah satu
komponen yang perlu dikerjakan bersama-sama dengan BPHN, Departemen Kehakiman,
Sekretariat Negara, PDH Universitas Indonesia dan Departemen Keuangan. Demonstrasi
sistim jaringan informasi hukum yang telah kita saksikan bersama adalah langkah permulaan
dari, upaya keperdulian kita semua di Iingkungan Pemerintah untuk memperbaharui dan
membangun hukum sebagai salah satu infrastruktur pembangunan bangsa yang berkelanjutan
melalui penciptaan sistim jaringan informasi hukum. Dengan jaringan informasi hukum
diharapkan setiap anggota masyarakat dim pelaku bisnis dapat dengan mudah mempunyai
akses terhadap hukum sehingga memberi kepastian dan prediktibilitas hukum atas setiap
transaksi bisnis yang akan berdampak positif pada efisiensi dan produktivitas usaha yang
selanjutnya akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat konsumen. Dengan demikian
dapatlah kita wujudkan perangkat dan ketentuan hukum yang benar-benar kondusif pada
kegiatan ekonomi yang menjadi tumpuan pembangunan nasional bangsa.
SURAT BERHARGA
Surat berharga merupakan sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai
pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat
bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang
memegang surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun
pihak ketiga kepada siapa surat berharga tersebut dialihkan, secara yuridis adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai alat pembayaran
2. Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjualbelikan).
3. Sebagai Surat Legitimasi (Surat Bukti Hak Tagih)
Dilihat dari segi fungsinya, ada 3 macam surat berharga :
1. Surat yang bersifat hukum kebendaaan (zakenrechtelijke papieren)
2. Surat tanda keanggotaan dari persekutuan (lidmaatschaps papieren)
3. Surat tagihan hutang (schuldvorderingspapieren)
Surat Wesel
Dasar hukum wesel diatur dalam Pasal 100 sampai dengan Pasal 173 KUH Dagang,
yang menentukan syarat formal bagi suatu wesel. Dalam hukum wesel, dikenal beberapa
pihak, yaitu orang-orang yang terlibat dalam lalu lintas pembayaran dengan surat wesel.
1. Penerbit
2. Tersangkut
3. Akseptan
4. Pemegang Pertama
5. Pengganti
6. Endosan, Surat Sanggup Dasar hukum surat sanggup adalah pasal 174 sampai
pasal 177 KUHD.
Adapun syarat-syarat formal dari promes adalah sebagai berikut:
1. Memuat kata : “surat sanggup” atau “Promes atas” (kepada) pengganti.
2. Kesanggupan tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
3. Penunjukkan hari bayarnya
4. Penetapan di mana pembayaran harus terjadi
5. Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk oleh, pembayaran
harus dilakukan
6. Tanggal dan tempat surat sanggup ditandatangani
7. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup (penandatangan)
Cek
Cek adalah surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada rekening giro
(current account), kepada tertarik, dalam hal ini bank, untuk membayar tanpa syarat sejumlah
dana kepada pemegang pada saat diunjukkan, yang berfungsi sebagai alat pembayaran tunai.
Setiap cek, berdasarkan Pasal 178 KUHD, harus berisikan:
1. Nama dan nomor cek;
2. Nama bank tertarik;
3. Perintah bayar tanpa syarat;
4. Nama penerima dana atau atas pembawa;
5. Jumlah dana dalam angka dan huruf;
6. Tempat pembayaran harus dilakukan;
7. Tempat dan tanggal penarikan cek;
8. Tanda tangan penarik.
Berdasarkan Pasal 182 KUHD dan dikaitkan dengan mekanisme pengalihannya cek
dapat dibagi menjadi:
1. Cek atas unjuk
2. Cek atas nama
3. Cek atas bawah
LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PENJAMINAN
Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan, namun jika dilihat lembaga
pembiayaan ini berberda dengan lembaga keuangan. Lembaga pembiayaan dalam
menjalankan fungsinya lebih menekankan pada fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat. Sedangkan lembaga keuangan lebih menekankan pada fungsi keuangan, yaitu
jasa keuangan pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan. Menurut Perpres No.
84/PMK.012/2006, perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk
dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan. Kegiatan usaha perusahaan pembiayaan
meliputi :
1. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Istilah lain dari Sewa Guna Usaha yaitu “leasing”, dimana leasing itu berasal dari
kata lease (inggris) yang berarti menyewakan. Menurut Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha
(Leasing), leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha
tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Sedangkan Barang modal adalah setiap
aktiva tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva
tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan
kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan
secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan, atau memperlancar produksi
dan distribusi barang atau jasa oleh Lessee. Barang modal pada hal ini berdasarkan pada
pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
2. Anjak Piutang (Factoring)
Factoring atau Anjak Piutang menurut Perpres No. 9 Tahun 2009 adalah Anjak
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu
Perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Menurut Kasmir dalam "Bank dan
Lembaga Keuangan lainnya" (2002) menjelaskan bahwa anjak piutang atau yang lebih
dikenal dengan factoring adalah perusahaan yang kegiatannya melakukan penagihan atau
pembelian atau pengambilalihan atau pengelolaan hutang piutang suatu perusahaan
dengan imbalan atau pembayaran tertentu dari perusahaan (klien). Kemudian pengertian
anjak piutang menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 125/KM.013/1988 tanggal
20 Desember 1988 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.
3. Usaha Kartu Kredit
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Usaha Kartu Kredit adalah
kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu
kredit, Sedangkan pengertian kartu kredit sendiri menurut Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/52/PBI/2005, Kartu Kredit adalah Alat Pembayaran Dengan Menggunakan
Kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul
dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk
melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi
terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban
melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik
secara sekaligus (charge card) ataupun secara angsuran.
4. Pembiayaan Konsumen
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Pembiayaan Konsumen
(Consumers Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan
kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Selain itu pengertian lainnya
Pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang diberikan oleh suatu
perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung
dikonsumsikan oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan produksi atau distribusi.
Perusahaan yang memberikan pembiayaan diatas, disebut perusahaan pembiayaan
konsumen.
5. Perusahaan Modal Ventura
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Perusahaan Modal Ventura
adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/ penyertaan modal ke dalam
suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan. Sebagai pasangan usahanya
untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui
pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil
usaha. Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu resiko yang tinggi, meskipun
resiko yang dihadapi tinggi, pihak modal ventura mengharapkan suatu keuntungan yang
tinggi pula dari penyertaan modalnya berupa capital gain atau deviden.
BAB III. TUJUAN PERUSAHAAN KURUN 1 TAHUN KE DEPAN
Tujuan Perusahaan: Perusahaan Pertambangan Batubara ingin menjadi Perusahaan Terbaik
Sasaran Perusahaan: Perusahaan ingin meningkatkan pangsa pasar 10% di tahun depan.
3 (tiga) hal yang perlu dilakukan untuk mencapai Tujuan Perusahaan tersebut:
1. Hutang ke Bank
2. Menambah Modal
3. Menambah Cabang Perusahaan
Landasan-landasan hukum untuk memperoleh Tujuan Perusahaan tersebut adalah:
1. UU No. 3 Tahun 1982 Tentang WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN
2. UU No. 5 Tahun 1984 Tentang PERINDUSTRIAN
3. UU No. 23 Tahun 1997 Tentang PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
4. UU No. 22 Tahun 2001 Tentang MINYAK DAN GAS BUMI
5. UU No.21 Tahun 2003 Tentang PENGESAHAN KONVENSI ILO NO.81
MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DLM INDUSTRI DAN
PERDAGANGAN
6. UU No.19 Tahun 2004 Tentang KEHUTANAN (UU No.41/1999-Perpu No.1/2004-
judicial review di MK larangan penambangan di hutan lindung tidak dikabulkan)
7. UU. No.4 TH 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Pembahasan dari landasan-landasan hukum di atas adalah:


1. UU No. 3 Tahun 1982 Tentang WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN
UU 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan adalah upaya mewujudkan pemberian
perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara jujur dan
terbuka merupakan salah satu tujuan utama dari Undang-undang tentang Wajib Daftar
Perusahaan, serta juga pembinaan kepada dunia usaha dan perusahaan, khususnya golongan
ekonomi lemah. Dalam penyusunannya diperhatikan pula kebiasaan-kebiasaan yang benar-
benar hidup dalam masyarakat pada umumnya dan dunia usaha pada khususnya. Daftar
Perusahaan adalah penting untuk mencegah dan menghindari praktek-praktek usaha yang
tidak jujur (persaingan curang, penyelundupan dan lain sebagainya)

2. UU No. 5 Tahun 1984 Tentang PERINDUSTRIAN


Pembangunan nasional harus memberi manfaat sebesar-besarnya untuk kesejahteraan
rakyat dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur di dalam Negara Republik
Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang diselenggarakan berdasarkan prinsip
demokrasi ekonomi. Pembangunan nasional dilaksanakan dengan memanfaatkan kekuatan
dan kemampuan sumber daya yang tangguh dan didukung oleh nilai-nilai budaya luhur
bangsa, guna mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan bangsa untuk kepentingan
nasional. Pembangunan nasional di bidang ekonomi dilaksanakan untuk menciptakan struktur
ekonomi yang mandiri, sehat dan kukuh dengan menempatkan pembangunan Industri sebagai
penggerak utama.
3. UU No. 23 Tahun 1997 Tentang PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Adapun tujuan dari upaya perlindungan serta pengelolaan lingkungan hidup, tercantum
dalam Pasal 3 UU Nomor 32 Tahun 2009, yakni:
a) Melindungi wilayah NKRI dari pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup.
Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia.
b) Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup serta kelestarian ekosistem.
c) Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
d) Mencapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan lingkungan hidup.
e) Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini serta masa depan.
f) Menjamin pemenuhan serta perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian
dari hak asasi manusia.
g) Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
h) Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
i) Mengantisipasi isu lingkungan global.
4. UU No. 22 Tahun 2001 Tentang MINYAK DAN GAS BUMI
Penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi yang diatur Undang-undang ini
berasaskan ekonomi kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan, keseimbangan, pemerataan,
kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat banyak, keamanan, keselamatan, dan
kepastian hukum serta berwawasan lingkungan.
5. UU No.21 Tahun 2003 Tentang PENGESAHAN KONVENSI ILO NO.81 MENGENAI
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DLM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu
usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Dalam Perjanjian Kerja Bersama akan dikaji hal-hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan upah, keselamatan dan kesejahteraan karyawan. Perusahaan
dan setiap pekerja harus sadar sepenuhnya bahwa K3 adalah kewajiban dan tanggung jawab
bersama. PKB biasanya akan mengatur mengenai hak dan kewajiban dari para karyawan
dalam hal K3 sebagai mana PKB juga akan mengatur mengenai hak dan kewajiban
perusahaan. Dalam Perjanjian Kerja Bersama juga tertulis sanksi-sanksi yang diberikan
apabila salah satu dari kedua belah pihak melanggar PKB.
6. UU No.19 Tahun 2004 Tentang KEHUTANAN (UU No.41/1999-Perpu No.1/2004-
judicial review di MK larangan penambangan di hutan lindung tidak dikabulkan)
Kajian ini mempunyai arti penting dalam bidang kehutanan, karena hutan mempunyai
kedudukan dan peranan sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan
nasional dan memberikan manfaat serbaguna bagi kebutuhan manusia. Namun kerusakan
hutan tidak terkendali akibat eksploitasi hutan, penebangan liar, penyuludupan kayu,
kebakaran hutan, dan konversi kawasan hutan menjadi areal penggunaan lain seperti;
perkebunan, pertambangan, dan perumahan.

7. UU. No.4 TH 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara


Mineral dan batubara merupakan salah satu potensi sumber daya alam Indonesia. Agar
sumber daya alam tersebut dapat membawa kesejahteraan bagi rakyat Indonesia maka
diperlukan kebijakan pertambangan yang berpihak kepada kepentingan ekonomi nasional.
Pengaturan tersebut telah menimbulkan implikasi terhadap kewenangan daerah dalam
menerbitkan perizinan di sektor pertambangan.
BAB IV. KESIMPULAN
Hukum Bisnis merupakan semua ketentuan hukum yang bersifat tertulis maupun lisan,
yang mengatur berbagai hak dan kewajiban akibat dari adanya suatu perjanjian dan perikatan
yang terjadi dalam aktivitas bisnis. Sehingga sebagai seorang pelaku bisnis harus Sadar
bahwa Indonesia adalah negara hukum dan di mata hukum manusia itu sama, artinya tidak
ada pengecualian. Harus memperhatikan pemberitaan media masa tentang RUU, pembahasan
di DPR dengan pihak-pihak yang berkepentingan, hingga disahkan sebagai UU yang
ditandatangani oleh Presiden dan dimasukan dalam lembaran negara.
Pelaku Bisnis wajib mengetahui beberapa UU yang berhubungan dengan masalah bisnis,
misalnya dengan cara membaca buku-buku, majalah, atau koran yang memaparkan UU atau
Peraturan-peraturan pemerintah pusat dan daerah. Apabila tersangkut perkara yang
menyangkut masalah hukum baik perdata maupun pidana, untuk menghadapi jalannya
perkara sejak pengaduan, pemeriksaan, sampai dengan ke pengadilan, sebaiknya
memanfaatkan jasa pengacara atau Lembaga Bantuan Hukum (LBH), agar kita tidak
dirugikan karena keterbatasan pengetahuan kita tentang hukum, jalur-jalur hukum, proses
hukum, dan sebagainya. Tidak boleh mencoba-coba untuk mengelabui atau melanggar
hukum baik sengaja atau tidak disengaja dengan sebab ketidaktahuan kita, karena hukum
harus tetap dilaksanakan atau diterapkan beserta sanksi-sanksinya.
Untuk menerapkan usaha harus mengetahui syarat-syarat hukum yang menjadi landasan
usaha tersebut beserta persyaratan yang terkait dan berhati-hatilah dalam membuat perjanjian
atau kontrak dengan pihak lain. Jangan sampai kita dirugikan atau kena jebakan yang secara
hukum adalah sah sifatnya tetapi secara faktual sangat merugikan kita, atau membuat
perjanjian yang akan melanggar hukum. Mintalah nasehat atau saran dari penasehat hukum
dan dari yang sudah berpengalaman. Untuk membuat maju usaha dapat menjadi anggota
asosiasi dagang atau perusahaan sejenis yang banyak manfaatnya bagi perlindungan usaha.
Selalu membaca dan menyimak kasus-kasus hukum aktual yang meliputi pelanggaran hukum
oleh pengusaha, perselisihan hukum di antara pengusaha yang dimuat di surat kabar, majalah,
buku, dan lain-lain, agar kita bisa mengambil pelajaran dan manfaat dari kasus-kasus
tersebut. Bagi suatu perusahaan yang akan mencapai tujuan dan sasaran perusahaannya dalam
waktu kedepan, wahib mengetahui landasan-landasan hukum yang mengatur jalannya usaha-
usaha yang akan dilakukan demi mencapai target perusahaan tersebut. Dengan pemahaman
hukum bisnis dalam era dewasa ini diharapkan dapat menjadi seorang pelaku bisnis yang
paham akan hukum-hukum yang mengatur dunia jalannya dunia perbisnisan.

Anda mungkin juga menyukai