Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“Negara Hukum : Pemberian Bantuan Hukum terhadap Orang yang Tidak Mampu“

Disusun Oleh,

Azmi Erya Syufa


212040100042

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara hukum adalah negara yang menjunjung tinggi hukum untuk menciptakan
keadilan bagi warga negaranya. Arti pernyataan tersebut ialah semua bentuk tndakan dan
kewenangan dari alat pelengkap negara semuanya diatur oleh hukum. Harapan dari
penerapan hukum di suatu negara adalah mencerminkan keadilan bagi kehidupan semua
warga negaranya.1
Permulaan negara hukum sejak adanya konsep plato yang menyatakan bahwa negara
yang baik menyelenggarakan pemerintahan dengan berasaskan hukum atau aturan serta
kebijakan-kebijakan yang baik. Pernyataan ini disebut dengan nomoi. Selanjutnya ide
mengenai negara hukum menjadi terangkat pada abad 17 yang ditimbulkan dari suatu keadaan
politik Eropa yang mendominasi absolutisme. Perkembangan yang terjadi sesungguhnya
terdapat hubungan antara paham-paham negara hukum dengan paham kerakyatan. Karena
akhirnya ialah hukum yang dibentuk dalam pemerintahan untuk memberikan batasan bagi
kekuasaan negara dipahami sebagai huku, berdasarkan rakyat yang menjadi berkuasa dan
berdaulat. Kaitan hal tersebut dengan hukum ialah kedaulatan rakyat menjadi unsur material
dalam negara hukum, di samping terkait permasalahan kesejahteraan masyarakat2.
Hak Atas Bantuan Hukum ialah hak masyarakat sbagai warga negara untuk
menerimanya secara universal. Kovenan Internasional telah menjamin Hak Sipil dan Politik
atau yang disebut dengan ICCPR. Dalam aturan ini mengenai jaminan tesebut telah diatur
pada pasal 16 dan 26 yang juga menyatakan bahwa ada upaya untuk membuat warga negara
terhindar dari bentuk-bentuk kekerasan terhadap dirinya. Sementara, terdapat juga pasal yang
menyatakan tentang syarat mengenai ketentuan hukum yaitu kepentingan keadilan bagi
masyarakat tetapi tidak mampu membayara biaya advokat. Ketentuan ini terdapat pada pasal
14 ayat (3) dalam ICCPR tersebut.

Negara Indonesia sebagai Negara Hukum juga harus melindungi hak asasi warga
negaranya. Termasuk berkaitan dengan pernyataan tersebut tentang hak atas bantuan hukum
yang harus diperoleh oleh semua orang di negara hukum. Negara memberikan dan
menyelenggarakan bantuan hukum sebagai upaya negara dalam memenuhi serta menerapkan
konsep negara hukum yang akan menjamin semua kepentingan masyarakatnya yang
membutuhkan keadilan dan kesamaan hukum. Untuk memberikan suatu jaminan yang lebih
1
Abdul Aziz hakim, Negara Hukum dan Demokrasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h. 8
2
Ni’matul huda, Negara Hukum dan Demokrasi & Judical Review, (Yogyakarta : UII Press, 2005), h.19

1
maka negara membentuk Undang-Undang No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
(UUBH) yang akan menjadi landasan negara memberikan jaminan kepada masyarakat
terutama yang tidak mampu atau miskin untuk memperoleh kesamaan hukum dan keadilan
hidupnya.
1.2. Spesifik Masalah
Permasalahan spesifik dalam makalah ini adalah tentang masyarakat untuk
memperjuangkan keadilan tetapi tidak memiliki biaya atau tidak mampu untuk membayar
advokat. Negara Indonesia yang menjadi negara hukum wajib untuk memperhatikan dan
melindungi serta memberikan keadilan bagi warga negaranya mengenai hak-hak asasinya
dalam hal ini adalah keadilan dan kesamaan hukum. Masyarakat sebagai warga negara hukum
wajib menerima haknya atas bantuan hukum. Untuk itu, makalah ini disusun untuk membahas
bagaimana implementasi dan kondisi serta hambatan yang diperoleh dalam menerapkan hak
atas bantuan hukum untuk memberikan bantuan bagi masyarkat yang tidak mampu.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

Bambang Sunggono dan Aries Harianto mengemukakan pendapatnya mengenai


keadilan antara orang kaya dan orang miskin yang berbeda sekali dalam hal perolehan
keadilan dalam kehidupannya. Orang kaya selama ini telah mendapat keadilan dan
merasakannya dengan cukup tetapi orang miskin sangat jauh dari keadilan. Oleh sebabitu
pendapat yang dikemukakan mereka ialah upaya untuk merubah pernyataan tersebut sehingga
tiddak akan terjadi lagi hal yang dermikian. Harapan yang ada ialah suatu keadilan yang
secara merata diperoleh baik orang kaya dan orang miskin. 3 Frans Hendra Winarta juga
memberikan pendapatnya tentang orang miskin yang sering kali diperlakukan dengan tidak
adil dan tidak dapat berjuang memperoleh jasa hukum dan pembelaan yang memadai dsari
advokat atau penasehat hukum. Bantuan Hukum di Indonesia diatur oleh peraturan
diantaranya adalah UU Bantuan Hukum, UU Advokat, Pertanturan Pemerintah No 42 Tahun
2013 dan No 83 Tahun 2008.4

3
Sunggono, B. dan Harianto, A. 2009. Bantuan Hukum dan Hak Azasi Manusia. Bandung: CV. Mandar Maju. H
62
4
Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan, Elex Media
Komputindo : Jakarta, 2000, h. 23

3
BAB III
PEMBAHASAN
Soerjono Soekanto memberikan penjelesan temtang faktor-faktor yang menjadi
penghambat proses bantuan hukum5:
a. UU menjadi faktor hukum
b. Pihak pembentuk dan pelaksana yanhg menerapkan hukum menjadi faktor penegak
hukum
c. Faktor penegakan hukum yaitu sarana dan fasilitasnya.
d. Lingkunga yang menjadi faktor hukum ditegakkan ialah faktor masyarakat
e. Faktor kebudayaan yang menjadi hasil karya dari manusia dlam kehidupannya.
Moch Ali mengungkapkan bahwa daslam penunjukan advokat oleh pihak pengadilan
tiddak terdapat hambatan yan berarti karena semua advokat selalu siap dengan senantiasa dan
memiliki kesediann mendampingi orang yang akan mengikuti persidangan. Ia mengatakan
faktor yang menjadi penghambat utama ialah pemerintah yang masih memberikan bantuan
hukum terkait dana yang masih minim melalui kementrian hukum dan HAM. Pemberian dana
tersebut pada pihak pengadilan belum mencukupi kebutuhan dalam membiaya advokat agar
dapat bersedia memberikan bantuan hukum pada mmasyarakt miskin dengan Cuma-Cuma.
Herwanto Semenguk memberikan pendapatnya tentang faktor yang daspt menghambat
proses penyelenggaran bantuan hukum bagi orang yang tidsak mampu diantaranya adalah
sebagai berikut ini:
a. Faktor masyarakat
Faktor ini untuk mencapai hukum yang efektif berkaitan dengan masyarakat yang
memiliki tingkat pengetahuan berbeda-bedsa mengenai penerapan hukum tekhusus
bantuan hukum. Masyrakat yang tidak mampu secara umum memiliki pengetahuan
yang minim terkait hukumm yang membuat merekaw tidak ingin menggunakan jasa
advokat. Hal ini berawal dari mereka yang berpikiran akan dikenakan biaya yang
besar ketika menggunakan jasa dari advokat. Inilah yang menjadi faktor bantuan
hukum baik hukum pidana maupun perdata menjadi terhambat.
b. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan yang saat ini terjadi ialah dimana terdapat angapan yang tentang
pengeluaran dana yang besar mengenai penggunaan jasa advokat ketika melakukan
proses persidangan. Selain itu, akan terddapat juga anggapan biaya administrasi yang

5
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada), hlm. 3.

4
banyak. Hal ini akan berujung pada keputusan untuk tidak lagi menggunakan
dampingn dari seorang penasehat hukum. Paradigma ini sudah sangat melekat dalam
dalam kehidupan orang saat ini dan telah menjadi kebudayaan yang terus bertumbuh
dalam kehiidupan warga negara Indonesia. faktor ini yang membuat bantuan hukum
terhadap orang yang tidak mampu tidak dapat berjalan dengan baik dan banyak
ditemukan kasus-kasus yang serupa.
Maroni juga memberikan pendapatnya mengenai faktor yang menajdi penghambat
pemberian bantuan hukum adalah sebagai berikut:
1. Faktor Penegak Hukum
Tidak terdapat sanksi yang tegas bagi penolakan yang diberikan oleh pihak
advokat yang menjadi penegak hukum di negara ini. Padahal sanksi tersebut telah
diatur dalam PP No 83 mengenai Persyaratan dsan Tata Cara Pemberian Bantuan
Hukum. Dalam aturan tersebut telah dijelaskan dengna rinci terkait sanksi diantaranya
adalah:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pemberhentian sementara dari profesinya mulai dari 3 hingga 12 bulan secara
berturut
d. Pemberhentian tetap sebagai profesinya sebagai advokat.
Walaupun pernyataan tersebut telah diatur namun sanksi tegas tersebut belum
diterapkan dengan maksimal sehingga membuat banyak para advokat yang
memberikan penolakan bagi terdakwa yang ingin dan membutuhkan bantuan hukum
dalam proses persidangan yang akan dilakukannnya. Fenomenaw penolakan ini terjadi
di lingkungan pengadilan dan juga di lembaga bantuan hukum.
2. Fasilits yang kurang
Pihak pengdilan dan LBH yang belum memaksimalkan proses sosialisasi terkait
pemberian bantuan hukum secara gratis pada masyarakat yang tidak mampu.
Terutama pada daerah-daerah yang jauh dari lingkungan perkotaaan yang tentunya
akan minim pengetwahuan pengadilan dan lembaga pengadilan. Hal tesebut membuat
masayarakt tidak mengetauhi adanya bantuan hukum yang diberikan oleh pemrintah.
Selain itu kurangnya pemerintah dalam memberikan pendanaan terkait sosialisasi juga

5
menjadi faktor penghambat informasi bantuan hukum sehingga masyarakat semakin
lama semakin tidak mengerti hukum dalam menyelesaikan semua persoalan yang ada.6
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Orang yang tidak mampu untuk membayara advokat dalam menyelesaikan proses
persidangannya maka dapat menempuh cara lewat Pengadilan Negeri dan Lembaga Bantuan
Hukum. Bantuan Hukum terhadap masayarakat yang tidak mampu akan dilaksanakan dengan
penetapan advokat untuk mendampingi terdakwa dalam persidangan. Penetapan tersebut
dilakukan oleh ketua hakim majelis dan berkonsultasi pada ketua pengadilan. Kemudian,
dilakukan pembuatan surat kuasa dan melengkapi berkas oleh terdakwa. Masyarakta yang
tidak mampu harus melengkapi surat keterangan tidak mampu dari kelurahan dan melengkapi
surat permohonan.
Dalam penerapan bantuan hukum di Indonesia masih mendapatkan sejumlah kasus
dimana keadilan yang tidak merata bagi msayrakat tidak mampu. Hal ini diakibatkan oleh
faktor penghambat yang berupa faktor penegak hukum, masyarakat, kebudayaan dan juga
fasilitas yang kurang pendaan dari pemerintah. Faktor tersebutlah yang membuat tidak
lancarnya pemberian bantuan hukum bagi masyarakat yang tidsak mampu.
4.2. Saran
Sebaiknya pemerintah terus memperhatikan keberlangsungan implementasi hukum di
negara ini terkhusus bagi pemerataan keadilan bagi semua masyarakat Indonesia mengentai
bantuan hukum secara gratis bagi masyarakat yang tidak mampu. Selain itu, pemerintah juga
memberikan sanksi tegas pada advokat yang menolak untuk mendampingi terdakwa yang
tidak mampu dalam proses persidangan dan juga memberikan dana untuk meningkatkan
fasilitas terkait sosialisasi peningkatan pengetawhuan masyrakaat tentang hukum yang ada di
negara ini. Negara hukum tentu harus didukung oleh msyarakat yang mengerti tentang
hukum.

6
Arif, A. R. (2015). Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Terdakwa Yang Tidak Mampu Dalam
Perkara Pidana Di Kota Bandar Lampung. FIAT JUSTISIA: Jurnal Ilmu Hukum, 9(1).h 108-110

6
DAFTAR PUSTAKA
Arif, A. R. 2015. Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Terdakwa Yang Tidak
Mampu Dalam Perkara Pidana Di Kota Bandar Lampung. FIAT JUSTISIA: Jurnal Ilmu
Hukum, 9(1).
Hakim, A., A. 2011. Negara Hukum dan Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Huda, N. 2005. Negara Hukum dan Demokrasi & Judical Review. Yogyakarta : UII Press.
Soekanto, Soerjono. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Sunggono, B. dan Harianto, A. 2009. Bantuan Hukum dan Hak Azasi Manusia. Bandung:
CV. Mandar Maju.
Winata, Frans Hendra. 2009. Pro Bono Publico, Hak Konstitusional Fakir Miskin untuk
Memperoleh Bantuan Hukum, Jakarta: Gramedia.
Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang No 8 Tahun 1981,
Undang-Undang No 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
Undang-Undang No 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
PP No 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara
Cuma-Cuma.

Anda mungkin juga menyukai