Anda di halaman 1dari 6

KONDISI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN

KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA PADA MASA


PANDEMI

Eka Wulandari

Abstract: Conditions of Indonesian Economic Development and


Social Welfare During the Pandemic Period.. Indonesia is one of the
countries that has a high level of Covid-19 transmission. The existence of the
COVID-19 pandemic has made the economic development of the Indonesian
state so degenerate that it has become a big problem for Social Welfare. Social
welfare is a nation's system of benefits and services to assist the community in
obtaining the social, economic, educational and health needs that are important
for the survival of the community. The purpose of this discussion is to determine
the condition of Indonesia's economic growth and its effect on the social welfare
of the community. The results of this discussion stated that Indonesia's economic
growth was greatly reduced which resulted in an increase in the unemployment
rate where the high unemployment rate indicated that the social welfare of the
community was hampered and there was a lot of violence due to stress.
Kata Kunci: Pandemi, Pembangunan Ekonomi, Kesejahteraan Sosial

Abstrak: Kondisi Pembangunan Ekonomi Dan Kesejahteraan


Sosial Indonesia Pada Masa Pandemi. Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki tingkat penularan Covid-19 dengan kategori tinggi.
Adanya pandemi covid-19 telah membuat pembangunan ekonomi negara
Indonesia sangat merosot sehingga menjadi sebuah permasalahan besar bagi
Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial merupakan sistem suatu bangsa
tentang manfaat dan jasa untuk membantu masyarakat guna memperoleh
kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan yang penting bagi
kelangsungan masyarakat tersebut. Tujuan pembahasan ini adalah untuk
mengetahui kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pengaruhnya terhadap
kesejahteraan sosial masyarakat. Adapun hasil pembahasan ini menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat berkurang jauh yang
mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran dimana tingginya angka
pengangguran menunjukkan bahwa kesejahteraan sosial masyarakat terhambat
dan banyak terjadi kekerasan akibat tekanan stress.
Kata Kunci: Pandemi, Pembangunan Ekonomi, Kesejahteraan Sosial

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat penularan Covid-19 dengan
kategori tinggi. Dilansir dari kompas.com, pada Juli 2020 kasus Covid-19 Indonesia menempati
peringkat ke 9 Asia dan ke 25 Dunia. Dimana dengan tingginya persentase kasus ini membuat
pemerintah menerapkan berbagai kebijakan. Diantaranya ialah kebijakan pembatasan fisik,
pembatasan sosial, tetap dirumah saja dan PSBB/karantina wilayah. Pembatasan kontak fisik
merupakan upaya pengendalian virus menular dengan cara pembatasan fisik tiap individu, dan
dalam hal ini pembatasan kontak fisik menjadi salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan
untuk memperlambat atau menghentikan penyakit menular. Pembatasan sosial menjadi salah
satu strategi yang ditetapkan menjadi kebijakan yang bertujuan menekan potensi penyebaran
penyakit menular melalui pembatasan kegiatan sosial, sehingga orang-orang akan mengurangi
kontak fisik dan keramaian (Kresna dkk, 2020). Adanya pandemi covid-19 telah membuat
pembangunan ekonomi negara Indonesia sangat merosot sehingga menjadi sebuah
permasalahan besar bagi Kesejahteraan Sosial,
Kesejahteraan sosial merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa untuk
membantu masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan
yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut. Seseorang yang mempunyai kekurangan
kemampuan mungkin memiliki kesejahteraan yang rendah, kurangnya kemampuan dapat
berarti kurang mampu untuk mencapai fungsi tertentu sehingga kurang sejahtera. Terdapat
beragam pengertian mengenai kesejahteraan, karena lebih bersifat subjektif dimana setiap orang
dengan pedoman, tujuan dan cara hidupnya yang berbeda-beda akan memberikan nilai-nilai
yang berbeda pula tentang kesejahteraan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat
kesejahteraan. Program-program dalam rangka mensejahterakan masyarakat yang disusun harus
memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun perencanaan yang menyusun program-program
kesejahteraan masyarakat atau yang membangun kegiatan usahanya pada suatu daerah harus
dilakukan analisis kebutuhan masyarakat. Pembangunan masyarakat mengandung upaya untuk
meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki terhadap program yang dilaksanakan, dan harus
mengandung unsur pemberdayaan masyarakat (Gorahe dkk, 2021). Namun saat ini upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat menjadi sangat terhambat karena adanya
pandemi yang berkepanjangan melanda seluruh pelosok negeri Indonesia.
Permasalahan pandemi yang dirasakan oleh bangsa Indonesia berpengaruh kepada
Kesejahteraan Sosial masyarakat. Berbagai permasalahan kesejahteraan sosial yang muncul
pada masyarakat Indonesia saat ini, meliputi: menurunnya tingkat ekonomi, penyimpangan
norma dan perilaku, meningkatnya masalah sosial, menurunnya kualitas kesehatan, dan
meningkatnya kriminalitas. Permasalahan kesejahteraan sosial tersebut dilatarbelakangi adanya
perubahan dalam kehidupan masyarakat di era globalisasi saat ini, yang dibarengi dengan
meningkatnya kebutuhan hidup, persaingan hidup yang semakin ketat, ketidakmampuan dan
keterbatasan masyarakat untuk beradaptasi di masa pandemi yang sulit ini(Ilahi, 2016).
Berbagai permasalahan kesejahteraan sosial tersebut merupakan satu keterkaitan permasalahan
yang masing-masing memiliki timbal balik negatif. Misalnya keadaan fakir miskin yang dapat
berpengaruh terhadap keadaan psikologis, keadaan sosial, dan berbagai permasalahan lainnya
seperti kekerasan. Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas maka penulis ingin
melakukan pembahasan dengan judul “KONDISI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA PADA MASA PANDEMI”. Adapun tujuan dari
penyusunan artikel ini adalah untuk mengetahui kondisi pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan sosial akibat pandemi.
PEMBAHASAN
Covid-19 ini adalah merupakan penyakit yang sudah tersebar luas hampir ke seluruh
negara yang ada di bumi ini. Pandemi coronavirus di Indonesia diawali dengan temuan
penderita penyakit Covid-19 pada 2 Maret 2020 (Almuttaqi, 2020). Berawal dari 2 warga
Depok yang teridentifikasi positif terkena Covid-19 kemudian menyebar di beberapa daerah
Indonesia, setiap hari selalu bertambah warga yang positif Covid-19 dan peningkatan tersebut
sangatlah cepat. Cornona Virus Deases 2019 atau (2019-nCoV) dapat menyebabkan
Pneumonia, yaitu peradangan pada jaringan paru yang menyebabkan gangguan pertukaran
oksigen, sebagai kompensasinya tubuh akan berusaha bernafas lebih yang akan terlihat sebagai
sesak. Pneumonia dapat menimbulkan radang saluran napas, selesma (common cold) dengan
gejala pilek, batuk dan demam disebabkan infeksi kuman. Virus ini dapat menyerang siapa saja
baik itu bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil maupun ibu menyusui, dengan gejala
– gejala yang telah diidentifikasi seperti Gejalanya demam >38 0C, batuk, sesak napas, badan
terasa sakit atau linu dan Gejala tersebut dapat lebih parah jika penderita merupakan
mempunyai penyakit penyerta lainnya seperti penyakit paru obstruktif menahun atau penyakit
jantung dan usia lanjut (Hardiyanto, 2020). Selain berdampak pada kesehatan, corona virus juga
berdampak pada perekonomian negara.
Dalam pemulihan ekonomi pembangunan bermaksud meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan bisa
menjadi alat ukur suatu kesejahteraan (Arka, 2015). Kesejahteraan suatu masyarakat atau suatu
individu tidak hanya bisa diukur jika hanya menggunakan pendapatan dan juga tingkat
pendidikan. Namun, kesejahteraan juga dapat dilihat dari bagaimana gaya hidup yang dijalani
suatu masyarakat atau individu tersebut (Eka, 2018). Pendapatan merupakan balas jasa atau total
penerimaan seseorang dalam periode waktu tertentu, baik yang berupa gaji, penghasilan sewa,
keuntungan usaha dan lain sebagainya. Bisa diartikan pendapatan adalah gaji, upah, ataupun
laba dari sebuah usaha. Namun sejak munculnya virus corona kesejahteraan masyarakat
menjadi terancam karena pendapat yang semakin berkurang karena kehilangan pekerjaan dan
adanya pembatasan sosial sebagai kebijakan pemerintah. Kesejahteraan sosial telah menjadi
masalah serius bagi masyarakat Indonesia akibat pandemi virus corona.
Salah satu dampak yang sangat terlihat akibat pandemi ini terletak pada sektor ekonomi.
Dapat diketahui akibat dari Covid-19 ini menyebabkan rupiah melemah, toko-toko yang
menyediakan selain kebutuhan pangan dan obat-obatan cenderung sepi, tempat wisata atau agen
travel tidak ada konsumennya, dan masih banyak yang lainnya. Karena penurunan secara
drastis ini menyebabkan perusahaan kekurangan modal untuk memutar perputaran keuangan
perusahaannya. Karena kekurangan modal inilah, salah satu kebijakan yang bisa dilakukan oleh
perusahaan adalah memangkas pengeluaran gaji. Untuk memangkas pengeluaran gaji, maka
perusahaan akan melakukan PHK terhadap karyawannya, yang pada akhirnya menyebabkan
karyawan itu menganggur karena di era coronavirusvirus ini tidak ada juga perusahaan lain
yang ingin merekrut karyawan baru. Di samping itu, semua jenis profesi juga terdampak seperti
pedagang-pedagang yang harus menutup dagangannya. Semua hal diatas menggambarkan
adanya kehancuran pergerakan ekonomi bangsa Indonesia sehingga menyebabkan angka
pengangguran meningkat.
Kenaikan angka pengangguran diakibatkan kenaikan jumlah penduduk yang tidak dapat
diserap oleh lapangan pekerjaan yang tersedia. Faktor lain yang dapat menjadi angka
pengangguran adalah kondisi lingkungan disebuah negara. Dengan adanya wabah coronavirus
ini menyebabkan kegiatan ekonomi menjadi melemah dan terhambat. Berdasarkan data
Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), sejumlah 212.394 pekerja dari sektor formal terkena
PHK, pekerja formal yang dirumahkan sejumlah 1.205.191 orang. Dari sektor nonformal,
Kemenaker mencatat sekitar 282 ribu orang tidak memiliki penghasilan. Sementara itu,
berdasarkan data BP Jamsostek, pekerja yang dirumahkan dan terkena PHK mencapai 454 ribu
orang dari sektor formal, dan 537 ribu orang sektor non formal. Terlebih lagi jumlah pekerja di
sektor informal di Indonesia lebih besar dibanding pekerja sektor formal, yakni mencapai 71,7
juta orang atau 56,7 persen dari total jumlah tenaga kerja. Dari data tersebut, menjelaskan
bahwa akibat pandemi COVID-19, beberapa sektor usaha melakukan PHK terhadap
pekerjanya. Para karyawan atau pegawai banyak yang kehilangan pekerjaan mereka di tengah
kelambatan ekonomi saat pandemi. Sektor terbanyak yang melakukan tindakan PHK yaitu
sektor informal yang mencapai angka 71,7 juta orang. Dikutip dari nasional.kontan.co.id jumlah
karyawan yang terkena PHK dan dirumahkan sejumlah lebih dari 1,5 juta karyawan, dengan
spesifikasi karyawan sektor formal lebih besar dari pada sektor informal, yaitu sejumlah 1,2 juta
karyawan dari sektor formal dan 265.000 dari sektor informal 1. Data-data peningkatan
pengangguran selama akibat pandemi ini telah menggambarkan terganggunya Kesejahteraan
Sosial masyarakat di Indonesia.
Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang
layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi
sosialnya yang dapat dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial (UU No 11 Tahun 2009 pasal 1 dan 2) (Indayani & Hartono, 2020: 206).
Pembangunan kesejahteraan sosial ini menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan
nasional dimana pembangunan kesejahteraan sosial berperan aktif dalam meningkatkan kualitas
hidup bangsa Indonesia (Pitria, 2018: 1-2). Namun saat ini, kondisi pembangunan ekonomi
Indonesia tengah menurun sehingga berdampak pada kesejahteraan sosial bangsa Indonesia.
Kesejahteraan Sosial yang terganggu akibat pandemi sekarang ini memberikan dampak
1
yang sangat buruk terutama bagi kaum perempuan dan anak. Menurut laporan dari UN Women,
satu dari tiga perempuan di seluruh dunia mengalami kekerasan fisik atau seksual, kebanyakan
oleh pasangannya. Namun sejak pandemi COVID-19, angka kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) terhadap perempuan meninggi. Pembatasan sosial atau PSBB membuat
banyak kemerosotan ekonomi dimana tidak adalagi ruang gerak yang bebas untuk mencari
makan pada saat pandemi ini. Jumlah pengangguran meningkat menggambarkan Kesejahteraan
Sosial yang terganggu. Permasalahan yang dialami bangsa Indonesia ini membuat dan memicu
adanya stress dan peningkatan emosional bagi kehidupan rumah tangga. Ditambah lagi
pembatasan sosial yang membuat pikiran semakin stress dan hanya dirumah saja. Bagi beberapa
orang mungkin menghabiskan waktu di rumah adalah aktivitas yang menyenangkan karena
rumah merupakan tempat merasa aman namun bagi beberapa orang tidak. Tingginya tekanan
kehidupan dan meningkatnya stress memicu adanya kekerasan dalam rumah tangga dimana
yang jelas akan menanggung derita ini ialah kaum perempuan dan anak. Seperti yang saat ini
diberitakan.

KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat berkurang jauh yang mengakibatkan
meningkatnya angka pengangguran dimana tingginya angka pengangguran menunjukkan
bahwa kesejahteraan sosial masyarakat terhambat dan banyak terjadi kekerasan akibat tekanan
stress. Kesejahteraan Sosial yang terganggu akibat pandemi sekarang ini memberikan dampak
yang sangat buruk terutama bagi kaum perempuan dan anak. Permasalahan yang dialami
bangsa Indonesia ini membuat dan memicu adanya stress dan peningkatan emosional bagi
kehidupan rumah tangga. Ditambah lagi pembatasan sosial yang membuat pikiran semakin
stress dan hanya dirumah saja. Bagi beberapa orang mungkin menghabiskan waktu di rumah
adalah aktivitas yang menyenangkan karena rumah merupakan tempat merasa aman namun
bagi beberapa orang tidak. Tingginya tekanan kehidupan dan meningkatnya stress memicu
adanya kekerasan dalam rumah tangga dimana yang jelas akan menanggung derita ini ialah
kaum perempuan dan anak.
Saran tentang permasalahan kasus di atas adalah adanya perhatian dari pemerintah yang
lebih ketat dengan membuat jaminan perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak
terutama pada masa pandemi saat ini. Selain itu juga memberikan lebih banyak sosialisasi
tentang perlindungan perempuan dan anak di Indonesia. Sementara untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial pemerintah dapat lebih adil dalam memberikan bantuan dan pelayanan
masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN
Almuttaqi, A. I. (2020). Kekacauan Respons terhadap COVID-19 di Indonesia. Thc Insigjts, 13.
Gorahe, L. V., Waani, F., & Tasik, F. (2021). Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Desa Dalako Bembanehe Kecamatan Tatoareng Kabupaten
Kepulauan Sangihe. JURNAL EKSEKUTIF, 1(1).
Hidatayat, Hardiyanto. (2020). Langkah – Langkah Strategis Untuk Mencegah Pandemi Covid-
19 Di Lembaga Pemasyarkatan Indonesia. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume 9, No.1, April
2020: 43 – 55
Ilahi, A. R. (2016). Perancangan Sistem Informasi Data Seleksi Penerimaan Dana Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Pada
Kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kab. Tanah Datar.
Indayani, S., & Hartono, B. (2020). Analisis Pengangguran Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai
Akibat Pandemi Covid-19. Jurnal Perspektif, 18(2).
Kresna, Arief., dan Juni Ahyar. (2020). Pengaruh Phsycal Distancing dan Social Distancing
Terhadap Kesehatan dalam Pendekatan Linguistik”, Universitas Malikussaleh, vol. 17, No. 1
Muslihah, S., & Siregar, H. O. (2019). Dampak Alokasi Dana Desa Terhadap Pembangunan
Dan Kesejahteraan Masyarakat Desa Di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis, 7(1).
Pitria, N. Y. (2018). Implementasi Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan dan Penanganan Kesejahteraan Sosial di Kota Bandung (Doctoral
dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Saputri, Agasta Eka. (2018). Analisis Pengaruh Gaya Hidup dan Persepsi Kualitas Terhadap
Keputusan Pembelian pada Butik Mayang Collection Pusat. Malang: UIN Malang.
Yasa, Arka. (2015). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Antardaerah
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. 8(1),
63-71.

Anda mungkin juga menyukai