Anda di halaman 1dari 4

Pengembangan Social Enterpreneurship di Masa Pandemi Covid-19 untuk Meningkatkan

Perekonomian
Rafa Azrarila Uzma

Akhir tahun 2019, dunia digemparkan dengan adanya Virus Corona yang berawal dari
negeri tirai bambu yaitu China. Maret 2020, Indonesia dikabarkan ada yang terpapar virus
tersebut kemudian kasus yang terpapar virus Corona semakin meningkat sehingga pemerintah
melakukan kebijakan Social Distancing, Lockdown, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
hingga kini kebijakan masyarakat wajib vaksin guna memberantas penyebaran Virus Corona
namun, hal tersebut masih belum mampu mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh
Pandemi Covid-19 ini. Virus Corona memberikan dampak yang buruk yaitu mengakibatkan
perubahan besar pada segala aspek kehidupan, terutama perekonomian. Perekonomian mulai
melambat, produktivitas menurun, kondisi pasar yang lesuh, dan daya beli masyarakat menurun.
Beberapa bulan setelah dikabarkan Indonesia terpapar Virus Corona, perekonomian Indonesia
dinyatakan mengalami resesi. Resesi adalah kondisi dimana ekonomi suatu negara mengalami
pertumbuhan yang negatif atau minus pada dua kuartal atau lebih secara berturut-turut.
Resesi ekonomi memberikan dampak pada masyarakat seperti sulitnya mendapat
lapangan pekerjaan akibat jatuhnya daya beli masyarakat karena menurunnya pendapatan,
pekerja banyak yang dirumahkan, pemotongan upah, pemutusan kontrak kerja sebelum berakhir,
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan alasan force majeure (keadaan memaksa) dan
efisiensi. Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, definisi
pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
Meningkatnya kasus PHK pada masa Pandemi Covid-19 mengakibatkan angka pengangguran di
Indonesia mengalami kenaikan. Peningkatan angka pengangguran yang makin tinggi tentu
menyebabkan banyak kemungkinan buruk jika tidak segera ditangani dengan tepat.
Kemungkinan buruk dari meningkatnya pengangguran adalah angka kemiskinan akan mencapai
di bawah garis batas atau negatif yang menyebabkan semua sektor dapat tidak bergerak, dengan
meningkatnya kemiskinan dan tidak adanya lapangan pekerjaan dapat timbul masalah baru yaitu
kelaparan akibat seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya karena tidak memiliki
pendapatan. Jika permasalahan tersebut tidak dapat ditangani maka masalah baru akan timbul
yaitu meningkatnya angka kriminalitias dengan alasan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Dilihat dari berbagai dampak yang diakibatkan dari Pandemi Covid-19, banyak
permasalahan yang akan timbul bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu,
dibutuhkan solusi agar sektor-sektor perekonomian tidak berhenti karena kebijakan pemerintah
yang mengharuskan Lockdown dan Social Distancing agar masyarakat tetap bertahan hidup dan
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun kondisi pandemi seperti ini mengharuskan
masyarakat untuk tetap berada di rumah saja namun, masyarakat harus memanfaatkan waktu
mereka untuk menambah penghasilan yaitu dengan cara berwirausaha. kewirausahaan sosial
dapat menjadi solusi alternatif dan dapat berperan andil dalam meningkatkan perekonomian
negara karena kewirausahaan sosial merupakan suatu kegiatan yang bergerak dengan berprinsip
untuk mengatasi permasalahan sosial agar dapat menghasilkan perubahan yang berkepentingan
sosial. Oleh karena itu, penting untuk menanamkan jiwa kewirausahaan di masa Pandemi Covid-
19 guna menambah penghasilan dan meningkatkan perekonomian.
Menurut Sentosa (2007), Social entrepreneur adalah agen perubahan (change agent)
yang mampu untuk melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial dan
menjadi penemu berbagai peluang untuk melakukan perbaikan. Bill Drayton (pendiri Ashoka
Foundation) selaku penggagas kewirausahaan sosial menegaskan bahwa ada dua hal kunci dalam
kewirausahaan sosial. Pertama, adanya inovasi sosial yang mampu mengubah sistem yang ada di
masyarakat. Kedua, hadirnya individu bervisi, kreatif, berjiwa wirausaha (entrepreneurial), dan
beretika di belakang gagasan inovatif tersebut. Menurut Okpara dan Halkias (2011),
kewirausahaan sosial adalah proses menciptakan nilai sosial dengan menggabungkan sumber
daya yang terfokus untuk mengejar dan mencari kesempatan. Kewirausahaan sosial sangat
bermanfaat bagi masyarakat, umumnya dengan menyediakan sarana mata pencaharian serta
alternatif untuk bekerja berdasarkan misi sosial dan semangat melayani. Hulgard (2010)
merangkum definisi social entrepreneurship dengan lebih komprehensif yakni sebagai upaya
untuk menciptakan nilai sosial yang dibentuk melalui suatu inovasi sosial yang biasanya
menyiratkan suatu kegiatan ekonomi.
Pengembangan wirausaha sosial atau social entrepreneurship sangat penting dilakukan di
masa Pandemi Covid-19 seperti ini. Irma Paramitha (2015) mengungkapkan bahwa hendaknya
social entrepreneurship menjadi perhatian bagi masyarakat, pemerintah, perusahaan dan
lembaga lainnya karena social entrepreneurship memiliki peran yang besar bagi perekonomian
Indonesia. Sebab, adanya social entrepreneurship akan mampu menyerap banyak tenaga kerja
dan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu berdaya saing dalam
mendapatkan pekerjaan dimasa ini. Social entrepreneurship memiliki peran yang cukup
signifikan dalam peningkatan ekonomi khususnya dimasa pandemi. Pengembangan social
entrepreneurship dapat berupa  projek kesejahteraan seperti pembukaan lapangan kerja bagi
pengangguran atau gelandangan. Kemudian pengurangan kemiskinan melalui pemberdayaan,
lalu memberikan pelatihan dan pendidikan untuk masyarakat yang menganggur.
Social entrepreneurship memberikan manfaat seperti menciptakan kesempatan kerja baru
dimana para karyawan yang terkena PHK dapat mengikuti organisasi atau komunitas yang telah
terbentuk seperti Indonesia Setara dan Asosiasi Social Entrepreneurship Indonesia (AKSI). Bisa
saja masyarakat memiliki motivasi untuk mengikuti atau membuat komunitas-komunitas social
entrepreneurship lain seperti Klinik Asuransi Sampah (KAS) yaitu sistem asuransi kesehatan
mikro berbasis komunitas dengan konsep mengolah sampah-sampah menjadi suatu hal yang
bermanafaat kemudian konsep kewirausahaan sosial ini menjadi inovasi pembiayaan kesehatan
bagi warga miskin, komunitas ini dikembangkan oleh Gamal Albinsaid di Malang Jawa Timur.
Adapun contoh lain seperti di kota Malang, juga telah berkembang beberapa social
entrepreneurship yang mampu membantu masyarakat dari kalangan menengah kebawah. Salah
satu diantaranya adalah Pelangi Nusantara sebagai industri kreatif dalam pengolahan limbah
garmen di Kabupaten Malang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adibah Bahrak
(2018) menyatakan bahwa Pelanusa (Pelangi Nusantara) mampu mengatasi permasalahan limbah
industri garmen dengan cara memberdayakan perempuan sekitar untuk mengolahnya hingga
mampu sebagai penolong perekonomian masyarakat. Contoh lain seperti Elang Gumilang
menyediakan rumah sederhana dan sehat khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah, dan
M. Junerosano pendiri dari Greneration Indonesia, sebuah usaha sosial yang fokus
mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan. 
Dapat disimpulkan bahwa dari banyaknya permasalahan yang timbul akibat Pandemi
Covid-19 terutama pada perekonomian negara, hal tersebut tidak boleh didiamkan melainkan
harus ada solusi yang mampu menangani permasalahan tersebut salah satu solusi alternatifnya
adalah pengembangan Social Entrepreneurship atau kewirausahaan sosial yang mampu
membantu meningkatkan perekonomian negara. Banyak organisasi atau komunitas social
entrepreneurship di Indonesia yang berkontribusi untuk membiayai warga yang kurang mampu.
Oleh karena itu, pengembangan social entrepreneurship di masa Pandemi Covid-19 sangat
penting untuk membantu masyarakat yang terkena dampak dari adanya pandemi seperti ini agar
mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga angka kemiskinan dan pengangguran
tidak terus meningkat.
Sumber Referensi

Afifah, S., Maharani, W., Al Qisty, S. M., & Husna, A. N. (2021). Studi Literatur: Manajemen
Stres pada Wirausaha Sosial di Masa Pandemi Covid-19. Urecol Journal. Part H: Social,
Art, and Humanities, 1(1), 22-26.
Alaida, D. F. P. A., & Puspaningtyas, M. (2021, July). Social Entrepreneurship Sebagai Upaya
Peningkatan Ekonomi Di Masa Pandemi. In Prosiding National Seminar on Accounting,
Finance, and Economics (NSAFE) (Vol. 1, No. 3).
A’zam, M. N., Dila, J. S., Arifi, Y., & Husna, A. N. (2021). Studi Literatur: Motivasi Wirausaha
Sosial di Masa Pandemi Covid-19. Urecol Journal. Part H: Social, Art, and
Humanities, 1(1), 27-31.
Mardiyah¹, R. A., & Nurwati, R. N. (2020). Dampak pandemi Covid-19 terhadap peningkatan
angka pengangguran di Indonesia
Muslim, M. (2020). PHK Pada Masa Pandemi Covid-19. ESENSI: Jurnal Manajemen
Bisnis, 23(3), 357-370.
Putri, R. K., Sari, R. I., Wahyuningsih, R., Meikhati, E., & Aji, A. W. (2021). Efek Pandemi
Covid 19: Dampak Lonjakan Angka PHK Terhadap Penurunan Perekonomian Di
Indonesia. Jurnal Bisnis Manajemen dan Akuntansi (BISMAK), 1(2), 72-77.
Saragih, R., & Elisabeth, D. M. (2020). Kewirausahaan Sosial Dibalik Pandemi Covid-19:
Penelusuran Profil dan Strategi Bertahan. Jurnal Manajemen, 1(1), 47-56.
Sari, V. W. A., Putri, V. A., & Putri, S. F. (2021, July). Perspektif Generasi Milenial Menjadi
Young Entrepreneur Di Masa Pandemi Covid-19. In Prosiding National Seminar on
Accounting, Finance, and Economics (NSAFE) (Vol. 1, No. 3).
Sofia, I. P. (2017). Konstruksi Model Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship) sebagai
gagasan inovasi sosial bagi pembangunan perekonomian. WIDYAKALA: JOURNAL
OF PEMBANGUNAN JAYA UNIVERSITY, 2(1), 2-23.

Anda mungkin juga menyukai