Anda di halaman 1dari 5

Pendekatan Kewirausahaan Sosial Dalam

Penanganan Dampak Sosial Dan Ekonomi


Dari Pandemi Covid-19

Saat ini, akibat COVID-19, dunia tengah menghadapi krisis kesehatan global dan sosial
ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di Indonesia, kehidupan jutaan anak dan
keluarga seakan terhenti. Pembatasan sosial dan penutupan tempat usaha berdampak pada
penghasilan finasial masyarakat. Semenjak Indonesia mengonfirmasi kasus COVID-19 yang
pertama, UNICEF telah memimpin berbagai upaya merespons pandemi ini bersama dengan
pemerintah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mitra lain. Pandemi Covid 19 yang terjadi
pada Tahun 2020 menciptakan krisis ekonomi yang berbeda, dampak permasalahan yang
dimunculkan lebih kompleks dikarenakan terjadi pada semua negara dalam satu waktu,
penanganan covid-19 yang menghabiskan waktu dan biaya yang besar memperburuk kondisi
ekonomi dan meningkatkan kemiskinan baru .

Namun disisi lain terdapat dampak positif yakni meningkatnya kesalehan sosial
masyarakat Indonesia serta terdapat beberapa bisnis yang meraup keuntungan besar selama
pandemi Covid 19. Maka perlu mempertimbangkan model strategi penanggulangan yang dapat
mengkolaborasi pasar, negara, dan aultrisme yaitu sebuah model penanggulangan berbasis
kewirausahaan sosial. gagasan utama kewirausahaan sosial adalah model bisnis sosial dapat
membantu perusahaan baru (Start-Up), bisnis yang sudah ada, dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) untuk menjadi perusahaan sosial yang mampu membuat keputusan yang tepat untuk masa
depan serta mampu bertahan secara finansial dan menghasilkan dampak sosial yang berkelanjutan.

Gagasan ini mengandung konsekuensi yang membuat wirausahawan sosial harus bertujuan
untuk melihat lebih jauh dari sekadar memberikan satu produk atau layanan untuk membantu
menyelesaikan masalah lokal. Secara lebih rinci kewirausahaan sosial membutuhkan kontribusi
yang berdampak lebih luas pada masyarakat, proses produksi yang berkelanjutan dan dapat
diterima secara sosial, serta keuntungan yang berkontribusi atau diinvestasikan kembali dengan
cara yang bertanggung jawab.

Untuk menghasilkan dampak seperti itu, perusahaan sosial harus menggunakan pendekatan
integral dan melibatkan organisasi lain. Untuk memberikan dampak, bukan hanya ukuran
organisasi yang penting, tetapi juga ukuran jaringan di mana organisasi itu berpartisipasi. Dengan
kata lain, mengembangkan kewirausahaan sosial tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja tapi
semua stakeholders yang berkaitan harus dilibatkan. Harus diakui membangun, mengembangkan,
dan menerapkan kewirausahaan sosial memang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

Menyadari pentingnya sinergi berbagai pihak dalam mengembangkan kewirausahaan sosial,


berikut kami berikan rekomendasi beberapa kebijakan atau langkah yang bisa diambil oleh pihak-
pihak yang terlibat dalam pengembangan kewirausahaan sosial yang berfokus pada lima topik:
komitmen politik, pengukuran dampak sosial, katalis untuk transformasi ekonomi, model bisnis
sosial dan agen perubahan.

Pertama, kewirausahaan sosial hanya dapat berhasil jika ada komitmen politik. Penting diingat
bahwa komitmen politik dari pemerintah dalam mengembangan kewirausahaan sosial jangan
sampai digunakan untuk menutupi pemotongan dalam pengeluaran publik, tetapi untuk
mempromosikan kesetaraan, partisipasi warga negara yang lebih besar dalam perekonomian, dan
sektor produktif skala mikro, kecil, dan menengah. Ini berarti paket insentif tidak hanya termasuk
pengadaan publik, perpajakan, juga legalitas, tetapi juga regulasi sektor keuangan dan perubahan
dalam hukum perusahaan untuk mengurangi penekanan pada memaksimalkan keuntungan jangka
pendek.

Kedua, agar usaha sosial berhasil, wiraushawan sosial perlu mengukur dampak sosialnya, jika
tidak mereka tidak dapat belajar bagaimana meningkatkannya. Namun, banyak wirausahawan
sosial masih belum mengukur dampaknya, padahal mereka sendiri yang menyatakan bahwa
dampak sosial adalah alasan mereka terlibat dalam kewirausahaan sosial. Mengintegrasikan
pengukuran dampak sosial dalam organisasi dan bersikap transparan tentang hal itu adalah kunci
untuk menjadi lebih berpengaruh.

Ketiga, untuk model bisnis sosial. Seharusnya ada lebih banyak penekanan pada model apa yang
dapat digunakan perusahaan sosial untuk menyeimbangkan misi sosial mereka dengan kebutuhan
mereka akan stabilitas keuangan. Model bisnis seperti itu juga harus mengintegrasikan cara-cara
agar layanan dan produk dapat dipasok secara berkelanjutan, dibayar dengan upah yang layak, dan
kerusakan lingkungan dihindari.
Keempat, yang dapat membantu wirausahawan sosial untuk menjadi agen perubahan nyata
hanyalah pengukuran dampak sosial yang lebih baik dan menggunakan model bisnis sosial yang
lebih komprehensif. Seharusnya ada fokus yang lebih besar dalam mempromosikan perusahaan
sosial sebagai pengubah permainan pada tingkat yang lebih makroekonomi. Memang ada banyak
tantangan, untuk itu diperlukan pemahaman yang lebih mengenai potensi kewirausahaan sosial
untuk membawa perubahan ekonomi.

Kelima, rekomendasi-rekomendasi yang sudah disebutkan menimbulkan pertanyaan penting yang


harus dijawab. Apakah kewirausahaan sosial harus menjadi alat transisi yang harus menjadi bagian
integral dari melakukan bisnis atau lebih dipromosikan sebagai entitas yang terpisah dengan
lembaganya sendiri?

Dari kelima topik komitmen politik diatas dapat dipahami bahwa Wirausaha Sosial
Mengubah Wajah Sektor Sosial

Selama beberapa dekade terahir, banyak upaya filantropi ataupun institusi dari sektor sosial
(nonprofit sector) telah memberikan hasil dan dampak yang jauh melampuai harapan kita dari sisi
social impact dan mampu menyebarkan kesejahteraan ke berbagai belahan dunia. Saat ini banyak
sekali kita jumpai inovasi wirausaha sosial di Indonesia yang luar biasa besar dan melibatkan
penyebaran model bisnis baru yang memenuhi kebutuhan dasar masyarakat (Seelon & Mair 2005).
Namun sayangnya, selama ini sektor sosial dan filantropi sering dipandang sebelah mata dengan
asumsi tidak efisien, tidak efektif, dan tidak responsif. Oleh karenanya, saya melihat wirausaha
sosial dibutuhkan dan diharapkan mampu mengembangkan sebuah model dan pemikiran baru
dalam pengembangan sektor sosial di era baru ini. Dalam hal ini, wirausaha sosial dirasa mampu
mentransformasi karakter, nilai, dan prinsip dari sektor sosial ataupun filantropi dengan
memasukkan nilai-nilai kewirausahaan. Istilah kewirausahaan sosial adalah ungkapan yang sesuai
dan tepat pada era sekarang.

Definisi ini jelas memberikan penyegaran baru dan daya tarik baru bagi berbagai sektor, kalangan,
dan generasi untuk menjadi wirausaha sosial. Dahulu orang yang berasal dari sektor sosial
diibaratkan sebagai pihak yang tidak memiliki keberhasilan, kemapanan, dan kesuksesan dalam
hidup, karier, pencapaian. Namun, kini dengan adanya istilah, definisi, dan pengertian baru tentang
wirausaha sosial, banyak bermunculan wirausahawan sosial yang mencapai puncak keberhasilan,
kemapanan, dan kesuksesan melebihi wirausaha - wirausaha konvensional. Lebih jauh lagi,
definisi baru ini telah mampu mengubah wajah dan positioning baru dari orang-orang yang
memiliki misi sosial untuk mampu sejajar dengan kewirausahaan yang dulu dipandang sebelah
mata oleh banyak kalangan. Perubahan definisi, nilai, karakter, prinsip, dan wajah orang-orang
yang memiliki misi sosial menjadi wirausaha sosial telah menarik banyak pemuda-pemuda
generasi baru untuk masuk, terlibat, dan menginisiasi wirausaha sosial di berbagai wilayah
Indonesia.

Hal yang harus dipahami adalah bahwa wirausaha sosial berbeda dengan filantropi. Filantropi
didefinisikan sebagai tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan,
sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain dengan cara
yang sederhana. Namun wirausaha sosial adalah filantropi yang berwirausaha atau menggunakan
entrepreneurship untuk menjalankan fungsi filantropi.
Bahasa “kewirausahaan sosial” mungkin baru dan asing bagi kebanyakan masyarakat, tapi
fenomena, praktik, dan implememtasinya bukanlah hal yang baru. Kita telah lama melihat,
mengenal, dan mungkin berinteraksi dengan wirausahaan sosial, walaupun kita tidak menyebut
mereka sebagai wirausaha sosial. Namun, nama wirausaha sosial yang baru itu menjadi penting
karena telah menyiratkan kaburnya batas-batas sektor sosial (nonprofit sector) dan sektor bisnis
(private sector). Kewirausahaan sosial ini dapat meliputi usaha nonprofit yang inovatif dan
kontemporer, serta termasuk usaha for profit dengan tujuan sosial. Bahasa baru dari “wirausaha
sosial” ini membantu memperluas lapangan bermain dari orang-orang yang memiliki misi sosial.
DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com/indonesia-medika/apa-itu-wirausaha-sosial/full

https://chub.fisipol.ugm.ac.id/2019/12/17/mengembangkan-kewirausahaan-sosial-beberapa-
rekomendasi/

https://ejournal.kemensos.go.id/index.php/jpks/article/view/2464

Anda mungkin juga menyukai