Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Ketika mendengar social entrepreneur atau wirausaha sosial mungkin masih sedikit asing di telinga kita.
Namun, dalam beberapa tahun belakangan social entrepreneur di Indonesia sudah mulai berkembang.
Selain bisa sukses menjadi seorang pengusaha, dengan menjadi seorang social entrepreneur juga bisa
mengatasi masalah sosial pada lingkungan sekitar. Tidak lagi hanya sekedar menyumbang saja, tetapi
dengan menjadi social entrepreneur, Anda juga bisa mendapatkan keuntungan dari bisnis yang
dijalankan.
Wirausahawan sosial atau pengusaha sosial dikenal sebagai social entrepreneur bisa diartikan
sebagai seseorang yang membentuk perusahaan dengan tujuan memecahkan masalah sosial atau
mempengaruhi perubahan sosial berbasis masyarakat. Social Entrepreneurship jika diambil dari dua kata
yaitu social dan entrepreneurship. Social lebih diartikan kepada kemasyarakatan dan pemberdayaan, dan
Entrepreneurship adalah kewirausahaan. Dalam bahasa Indonesia, disebut juga Wirausaha Sosial.
Wirausaha sosial adalah orang-orang yang melakukan perubahan bersama dengan lembaga-lembaga,
jaringan, dan komunitas masyarakat, mereka menciptakan solusi yang efisien, berkelanjutan, transparan,
dan memiliki dampak yang terukur. Pada umumnya, fokus utama social entrepreneur adalah membangun
bisnis di sepanjang dua bottom lines. Yang pertama adalah menghasilkan keuntungan untuk mendukung
perusahaan dan karyawan mereka. Yang kedua yakni mengambil sebagian dari keuntungan tersebut
kemudian menggunakannya guna menangani masalah sosial seperti kelaparan, kerusakan lingkungan,
pendidikan, tunawisma atau masalah keberlanjutan. Umumnyatujuan utama wirausahawan sosial
bukanlah semata untuk mendapatkan keuntungan, melainkan juga untuk menerapkan perbaikan nyata dan
luas di masyarakat serta menciptakan sistem perubahan yang berkelanjutan. Namun, seorang
wirausahawan sosial masih harus sehat secara finansial untuk bertahan dan sukses dalam perjuangannya
demi menyelamatkan dunia.
Social Entrepreneurship menggabungkan inovasi, sumber daya dan kesempatan untuk mengatasi
tantangan/ problem sosial dan lingkungan dengan kewirausahaan. Fokus pada transformasi sistem,
pemberdayaan masyarakat dan penyebab kemiskinan, marginalisasi/ ketidakmerataan, kerusakan
lingkungan dan kemanusiaan.
“A social entrepreneur is someone who recognizes a social problem and uses entrepreneurial principles
to organize, create, and manage a venture to make social change rather than bringing a concept to
market to address a consumer problem, social entrepreneurs attempt to bring a concept to market to
address a public problem.”
(Alex Nicholls, Skoll Centre of Oxford University, 2006).

Pada acara Dpreneur yang diselenggarakan Detik.com, Sandiaga S. Uno, menyebut bahwa Social
Entrepreneur adalah orang yang dapat memberikan solusi permasalahan sosial di masyarakat dengan
prinsip-prinsip kewirausahaan. Ciri-ciri pewirausaha sosial adalah mereka mau berkorban, segera
bertindak jika ada permasalahan sosial di lingkungannya, memiliki sikap praktis, innovative, tekadnya
kuat, berani ambil resiko, melakukan perubahan sosial, berbagi keberhasilan dan yang terpenting mereka
mau mengevaluasi diri sendiri.
Dikarenakan sifatnya adalah sosial, maka tujuan utama dari bisnis ini bukanlah untuk mencari
keuntungan maksimal yang sebesar-besarnya. Selain itu tujuannya juga bukan untuk memperoleh
kepuasan pelanggan, namun lebih mengarah kepada hasil dari gagasan yang dibuat oleh perusahaan
apakah bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Di Indonesia, kegiatan social entrepreneurship memiliki suatu bentuk usaha yang tidak mencoba
atau mencari suatu keuntungan, namun hanya membutuhkan sejumlah dukungan operasional. Tujuan dari
usaha tersebut pastinya dilakukan semata hanya untuk kepentingan masyarakat, sehingga dengan kata lain
tidak berorientasi pada mencari profit saja. Bagi seseorang yang ingin menjadi seorang entrepreneur
maupun social entrepreneur tentu sudah sewajarnya memiliki motivasi kuat, passion serta pengetahuan.
Pengetahuan yang di maksud di sini yaitu meliputi segala hal yang berkaitan dengan bisnis dan pasar.
Saat ini, Indonesia sangat membutuhkan banyak pahlawan baru di dalam bidang social
entrepreneurship supaya masalah kemiskinan, pendidikan, kesehatan serta lapangan pekerjaan dapat di
selesaikan dengan kewirausahaan agar menciptakan negara yang lebih sejahtera, makmur dan adil merata.
Sepanjang tahun 2015-2017 sudah banyak investor asing dan lokal yang turut memberikan pendanaan
kepada startup social enterprise. Mulai dari pertanian, kesehatan hingga UMKM, para investor tersebut
cukup agresif menanamkan modalnya di tanah air. Beberapa social enterprise yang sempat mendapatkan
pendanaan tersebut adalah, m-clinica dari investor Unitus Impact serta Amartha dari BEENEXT dan
Mandiri Capital.
Di Indonesia, tren positif ini mulai terasa. Bahasan ini jadi menarik karena social enterprise alias
bisnis sosial jadi pertemuan antara bisnis yang menguntungkan dan gerakan sosial yang memberi dampak.
Tantangan selanjutnya yang bakal dihadapi oleh investor dan pengusaha adalah terkait dengan aturan dari
regulator dalam hal ini pemerintah, dan bagaimana para pengusaha, investor bisa bekerja sama dengan
pemerintah. Tantangan lainnya adalah bagaimana para pengusaha dan investor bisa memperluas
jangkauan wilayah layanan bukan hanya di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, melainkan juga di
pelosok daerah di Indonesia.
Salah satu contoh social enterprise di Indonesia yang sekarang sedang dibuat adalah Riliv,
menciptakan aplikasi untuk membantu dunia psikologi. Singkatnya, Riliv adalah social network yang
menghubungkan setiap orang yang memiliki permasalahan pribadi dengan orang-orang berlatar belakang
psikologi melalui konseling online. Riliv jadi solusi untuk orang-orang yang ingin curhat dan
menyelesaikan masalah pribadinya. Di aplikasi ini, orang-orang berlatar psikologi yang disebut Reliever
akan siap mendengarkan curhat para pengguna dan memberikan solusi terbaik. Dengan cara ini, Riliv
membantu orang-orang untuk bisa mencurahkan masalah pribadi mereka tanpa khawatir identitas mereka
akan bocor. Dimana aplikasi ini sangat berpotensi membawa dunia konseling dan psikologi memiliki
dampak yang lebih luas untuk Indonesia, bahkan dunia.
Alasan penulis memilih topik ini dikarenakan, sudah banyak munculnya masalah-masalah dalam
perekonomian di era sekarang, sehingga masyarakat harus bisa menemukan jalan keluar untuk
menghindari krisis dalam perekonomian dunia khususnya Indonesia sebagai negara sendiri. Dengan mulai
membangun modal social entrepreneur, mungkin kata “entrepreneurship” atau kewirausahaan tidaklah
asing dalam kehidupan sehari-hari karena sudah banyak orang-orang menerapkan entrepreneurship
tersebut. Namun karena disini diikutkan juga dengan kata “social” yang juga memiliki keuntungan yang
sama seperti entrepreneurship tetapi memiliki dampak yang lebih besar karena entrepreneurship sudah
banyak sekali diterapkan apalagi di kalangan muda. Akan tetapi makna pengajarannya masih terbatas
pada kebutuhan dan keinginan pribadi setiap para pelaku entrepreneurship tersebut. Perubahan sosial yang
dimaksudkan meliputi banyak hal seperti kesejahteraan (welfare), pendidikan, dan kesehatan. Inilah yang
membedakan kedua hal.
Penulis sebagai Kelompok 2 melihat peluang untuk menghindari adanya krisis dalam ekonomi
Indonesia, dengan menerapkan social entrepreneur tersebut. Dampak dari social entrepreneur ini sendiri
sangatlah dibutuhkan untuk memberikan lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi, hal ini dikarenakan
tingkat untuk mencari pekerjaan itu lebih sulit dibandingkan sebelumnya. Jadi, dengan melihat peluang
ini penulis positif untuk membahas topik ini dan penulis juga optimis bahwa jika banyak orang mengerti
dampak dari social entrepreneur ini akan adanya hal-hal positif yang akan kita rasakan terutama di bidang
ekonomi.
Ini juga salah satu bentuk kepedulian bagi Indonesia yang saat ini menghadapi isu-isu ekonomi,
jadi sebagai penerus bangsa, penulis juga ikut turut memberikan dukungan untuk meminimalisir resiko
adanya krisis ekonomi di Indonesia dengan memberikan solusi, yaitu dengan ikut mensosialisasikan
social entrepreneur agar ada orang-orang yang tersentuh dan tergerak untuk menerapkan hal ini di
kemudian hari.
BAB II
BAGIAN ISI

2.1 Pengertian Social Entrepreneur


Social Entrepreneurship menjawab tantangan ekonomi dewasa ini. Baru-baru ini istilah
entrepreneurship atau kewirausahaan sangat sering dibicarakan di berbagai forum dan media.
Metode pendidikan dan pelatihan secara gencar juga menawarkan skill ini untuk bisa di
implementasikan masyarakat secara luas. Di era dimana kesenjangan sosial sangat tinggi dan
kontras serta kemakmuran menjadi barang ekslusif, maka kehadiran para Social Enterpreneur
sangat dibutuhkan sebagai bagian dari solusi masalah sosial di masyarakat.
Social Entrepreneurship merupakan sebuah istilah turunan dari kewirausahaan.
Gabungan dari dua kata, social yang artinya kemasyarakatan, dan entrepreneurship yang
artinya kewirausahaan. Pengertian sederhana dari Social Entrepreunership adalah seseorang yang
mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan Entrepreneurship untuk
melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan
(welfare), pendidikan, dan kesehatan (healthcare).
Social Entrepreneurship mencoba melayani pasar yang belum digarap, menghilangkan
kesenjangan dalam kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, demografis dan peluang kerja.
Jikalau business entrepreneurs keberhasilannya diukur dari keuntungannya atau pendapatannya,
maka social entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan
masyarakat. Social Entrepreneurship sebenarnya bukan sebuah lembaga atau organisasi
bentukan dari sebuah perusahaan swasta dan lembaga pemerintahan, melainkan murni
sebuah usaha yang bergerak di bidang sosial. Social entrepreneur awalnya mempunyai inti
pemberdayaan dalam bidang kemasyarakatan yang bersifat kedermawaan dan sukarela.
Dan tidak menekankan pada usaha yang menghasilkan profit, dan jika ada profit itu bukanlah
tujuan utamanya dan nilainya di bilang kecil.
Karena inti utamanya adalah pemberdayaan dan keselamatan bersama.
Richard Cantillon (1755) menyatakan entrepreneur adalah seseorang yang mengelola
perusahaan atau usaha yang mendasarkan pada akuntabilitas dalam menghadapi resiko yang
terkait. J.B.Say (1803) mengartikan entrepreneur sebagai seseorang yang mampu meningkatkan
nilai sumber daya ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi, baik produktifitasnya maupun nilainya.
Social Entrepreneurship pada dasarnya tidak terbatas pada suatu aksi sosial sebuah
lembaga, organisasi atau perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility atau
lembaga sosial lainnya.
Dari pengertian tersebut social entrepreneur sesungguhnya adalah agen perubahan yang
mampu untuk melaksanakan cita-cita, mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial,
menemukan berbagai peluang untuk melakukan perbaikan, selalu melibatkan diri
dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang terus menerus, bertindak tanpa menghiraukan
berbagai hambatan atau keterbatasan yang dihadapinya, memiliki akuntabilitas dalam
mempertanggungjawabkan hasil yang dicapainya kepada masyarakat.
Social enterpreneurship tersusun atas 3 aspek, yaitu: Volantary Sector bersifat sukarela,
Public Sector menyangkut kepentingan bersama, Privat Sector yang berunsur pribadi kepada
orang yang bersangkutan.
Social Entrepreneurship makin berperan dalam pembangunan ekonomi karena ternyata
mampu memberikan daya cipta nilai-nilai sosial maupun ekonomi, yakni
1. Menciptakan kesempatan kerja.
Manfaat ekonomi yang dirasakan di berbagai negara dari social entrepreneur adalah penciptaan
kesempatan kerja yang baru. Selain itu memberikan peluang kerja terhadap penyandang cacat
dilibatkan dalam kegiatan produktif.
2. Inovasi dan kreasi.
Berbagai inovasi terhadap jasa kemasyarakatan seperti misalnya: penanggulangan HIV
dan narkoba, pemberantasan buta huruf, kurang gizi, yang mana belum tertangani oleh
pemerintah dapat dilakukan oleh kelompok social entrepreneurship dengan penuh dedikasi.
3. Modal sosial.
Merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai modal, karena walaupun
dalam kemitraan ekonomi yang paling utama adalah nilai- nilai: saling pengertian, kepercayaan,
dan budaya kerja sama, semua ini adalah modal sosial. Bank dunia menyatakan pula bahwa
permasalahan yang kritis dalam penanggulangan kemiskinan adalah modal sosial yang tidak
memadai. Selanjutnya,dibangun jaringan kepercayaan dan kerjasama yang makin
meningkat sehingga dapat mengakses pembangunan fisik, aspek keuangan dan sumber daya
manusia.pada saat unit usaha dibentuk dan saat usaha sosial mulai menguntungkan maka makin
banyak sarana sosial dibangun.
4. Peningkatan Kesetaraan
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya kesetaraan dan pemerataan
kesejahteraan masyarakat. Dan melalui sosial entrepreneurship tujuan ini dapat diwujudkan,
karena pelaku bisnis yang semula memikirkan keuntungan,selanjutnya akan memikirkan
pemerataan pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Contoh kesuksesan sosial entrepreneurship telah ada sejak dulu, contohnya Dr. MariaMontesori (
Itali ), yang mengembangakan lembaga pendidikan untuk anak-anak dan John Mulr ( USA )
yang membuat lembaga perlindungan konservasi kebun binatang serta membuat
lembaga bernama sierra club. contoh lain adalah organisasi-organisasi atau lembaga
peindepen hasil bentukan kensepsi Social Entrepreneurship, yakni the
GoergeFoundation’s Women’s Empowerment, Asoka : Inovators For the Public, The
SkollFoundations, The Omidyar Network, The Schwab Foundation For Social
Entrepreneurship,The Canadian Social Entrepreneurship Foundation, dan Echoing Green Among
other. Di Indonesia sebenarnya contoh sukses social entrepreneurship sudah ada
beberapa,contohnya Lembaga Amil dan Zakat, seperti dompet dhuafa dan rumah
zakat. Kedua lemabaga tersebut adalah contoh lembaga yang awalnya merupakan inisiatif
beberapa orang untuk mengadakan donasi dan untuk mengurusi masalah zakat, infaq, dan
shodaqoh dan ini berkembang sangat pesat sehingga berkembang menjadi rumah sakit bersalin
gratis, mobil jenazah keliling dan berobat gratis di berbagai pos kesehatan yang tersebar di
kota-kota besardi Indonesia. Sehingga kemanfaatannya tentu saja bukan hanya dampak untuk
kemaslahatanumat, tetapi juga keuntungan secara finansial.

2.2 Perkembangan Social Entrepreneur


Social entrepreneurship telah berkembang menjadi gerakan global yang menumbuhkan
masyarakat yang inovatif untuk mencapai perubahan sosial di seluruh dunia sehingga
membutuhkan perubahan pola pikir (mindset) seluruh masyarakat tersebut, dan social
entrepreneur berperan penting dalam mewujudkan perubahan pola pikir ini dengan membantu
masyarakat melihat potensi mereka yang belum tergali dan menghargai konektivitas masyarakat
global. Lebih jauh, social entrepreneurs mengubah cara pandang masyarakat dari ‘aku’ menjadi
‘kami’ dan akhirnya ‘kami semua’.

Social entrepreneurship menjadi fenomena sangat menarik saat ini karena perbedaan
perbedaannya dengan wirausaha tradisional yang hanya fokus terhadap keuntungan materi dan
kepuasan pelanggan, serta signifikansinya terhadap kehidupan masyarakat. Konsep social
entrepreneurship mencapai puncak pemahamannya pada dekade tahun 2006 dengan dibuktikan
di mata dunia internasional seorang Mohammad Yunus pemenang Nobel Perdamaian dalam
kiprahnya bidang ekonomi mikro yang khusus ditujukan oleh kaum wanita di Bangladesh. Itu
adalah pengakuan dan penghargaan untuk seorang Social entrepreneurship. Yunus bukan hanya
menyediakan kredit mikro, tetapi lebih dari itu, merintis ide bisnis sosial, sebuah cara yang sama
sekali baru dengan menggunakan semangat kreatif bisnis untuk mengatasi masalah-masalah
sosial, mulai dari kemiskinan dan polusi sampai pada layanan kesehatan dan pendidikan yang
tidak memadai.

Semenjak itu, termasuk Indonesia, mulai hangat memperbincangkan konsep Social


entrepreneurship. Hal ini wajar mengingat bahwa fenomena keberhasilan Moh. Yunus dengan
konsep Grammen Bank atas upaya memecahkan masalah sosial di negaranya, sesungguhnya
tidak jauh berbeda dengan situasi masalah sosial yang terjadi di Indonesia. Konsep social
entrepreneurship seolah menjadi sebuah alternatif pemikiran yang dapat memecahkan masalah
sosial yang sedemikian kompleksnya terjadi di Indonesia.

Istilah Social Entrepreneurship pertama kali dipergunakan dalam literatur Social Change 1960an
hingga 1980-an oleh Robert Owen sebagai penggerak koperasi pertama dengan mendirikan
kelompok koperasi seperti Grand National Consolidated Trades Union (1834) and Association of
All Classes of All Nations (1835).
Kegiatan social entrepreneurship sebenarnya bukanlah hal yang baru karena Florence
Nightingale telah memulainya pada tahun 1860, ketika Nightingale mendirikan rumah sakit St.
Thomas dan the Nightingale School for Nurses pada rumah sakit tersebut.
Pengertian Social Entrepreneurship berkembang sejak tahun 1980an yang diawali oleh para
tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter yang dipopulerkan oleh Profesor Daniel Bell dari
Universitas Harvard yang disebut sebagai 'the world's most successful entrepreneur of social
enterprises' karena kesuksesannya sejak tahun 1980 berhasil membentuk 60 organisasi baru yang
tersebar di seluruh dunia, termasuk beberapa lembaga pendidikan untuk Social Entrepreneurs di
Inggris.
Social entrepreneur merupakan pembaharuan dari corporate social responsibility. Corporate
Social Entrepreneur adalah kombinasi dari penciptaan kewirausahaan yang sejalan dengan nilai
bersama sebagai pendekatan terbaru untuk meningkatkan hubungan antara bisnis dan masyarakat
(Tiwari, 2015 ; 12). Fredman (1970) mengemukakan bahwa tanggung jawab perusahaan
hanyalah meningkatkan laba dan hanya bisnis individu yang memiliki tanggung jawab sosial. Ia
mendukung dengan fakta bahwa eksekutif perusahaan hanyalah karyawan perusahaan dengan
tanggung jawab tunggal yaitu memaksimalkan laba. Ketika perusahaan multi nasional tumbuh
dan meluas, pendapatan nya lebih besar dari pendapatan domestik bruto. Mengakibatkan
perusahaan multinasional hanya menambahkan fitur sosial apabila tidak menghalangi
peningkatan profit. Sehingga, terdapat banyak kasus dimana banyak jatuh korban yang
meningkatkan ketidakadilan. Dikarenakan, mindset perusahaan yang tidak mengenal masalah
sosial, masyarakat tidak terpuaskan akan kebutuhan yang berkelanjutan (Porter dan Kramer,
2011).
Oleh karena itu, perusahaan multi nasional kemudian mulai berusaha meningkatkan area sosial
mereka karena tanggung jawab sosial perusahaan telah melanggar hukum dan regulasi negara
(Agrawal dan Sahasranaman, 2016) .
Porter dan Kramer (2011) menegaskan bahwa CSV adalah bagian kesatuan dari strategi bisnis
dibandingkan dengan CSR yang terpisah.
Tabel 2.1

Corporate Social Responsibility Creating Share Value

Value, doing good Value economis and societal benefit


relative to cost

Citizenship, sustainability Joint company and community value


creation

Discretionary or in response to external Integral to competing


pressure

Separate from profit maximization Integral to profit maximization

Agenda is determined by external reporting Agenda is company specific and internally


and personal preferences. generated.

Impacts limites by corporate footprint and Realigns the entire company budget.
CSR budget

Sumber : Porter dan Kramer (2011)

Terciptalah interpretasi baru tentang bisnis yang membawa nilai sosial yang lebih besar. Sebelum
adanya social entrepreneur, ada yang dinamakan social intrapreneur yaitu orang-orang yang
bekerja di perusahaan multinasional untuk menemukan solusi praktis untuk menghadapi
tantangan ini.
CSR didistribusikan dalam tiga fase: fase pertama adalah kenaikan dan perluasan yang dimulai
pada tahun 1950-an, kemudian datang fase ekspansi lebih lanjut selama 1960-1970 dan fase
ketiga adalah berkembang menjadi banyak secara penuh pada tahun 1980-an. 1990's (Jamali,
2007). Pertumbuhan CSR dimulai dengan menjadi kesepakatan antara peran orang-orang bisnis
tidak hanya untuk sumber daya pribadi tetapi juga sumber daya masyarakat. Sejak itu,
pembentukan gambaran yang lebih jelas tentang apa CSR yang telah dibentuk yang meliputi
etika bisnis, respon sosial dan kebijakan publik (Jamali, 2007).

2.3 Tipe dari Social Entrepreneur


Emerson (dalam Nicholls 2006, 12) mendefinisikan tipe dari pelaku
social entrepreneur yaitu:
1. Civic Innovator.
Inovator dari kalangan sipil.
2. Founder of a revenue generating social enterprise.
Pendiri Perusahaan Sosial yang bukan hanya melihat bisnis melalui
peningkatan keuntungan tetapi juga melihat bisnis dari sisi kemanusiaan.
3. Launcher of a related revenue generating activity to create a surplus to
support social vision.
Para pendiri Perusahaan Sosial yang melaksanakan aktivitas yang
berhubungan dengan peningkatan keuntungan yang menciptakan surplus
untuk mendukung visi sosial.
9 Jenis model bisnis sosial kewirausahaan menurut dr. Gamal Albinsaid,
M.Biomed :
1. Entrepreneur Support
Menjual dukungan bisnis dan layanan keuangan kepada kliennya. Pada tahap selanjutnya,
klien wirausaha sosial tersebut menjual produk dan layanan mereka pada market terbuka.
Dukungan dapat berupa jasa konsultasi, pelatihan, dukungan teknis atau microfinance.
2. Market Intermediary Model
Model perantara pasar dari perusahaan sosial memberikan layanan kepada populasi
targetnya atau "klien," produsen kecil (perorangan, perusahaan atau koperasi), untuk
membantu mereka mengakses pasar.
3. Employement Model
Model ketenagakerjaan perusahaan sosial menyediakan kesempatan kerja dan pelatihan
kerja untuk target populasi atau "klien," orang-orang dengan hambatan tinggi untuk
pekerjaan seperti penyandang cacat, tunawisma, remaja yang berisiko, dan mantan
pelanggar.
4. Fee for Service Model
Model fee for service dari wirausaha sosial mengomersialkan layanan sosialnya, dan
kemudian menjualnya langsung ke kelompok masyarakat sasaran atau kepada pihak
ketiga pembayar.
5. Low Income Client Model
Model pasar dari wirausaha sosial adalah variasi pada model fee for service, yang
melayani kelompok masyarakat sasaran dengan menjual barang atau jasa. Penekanan
model ini adalah menyediakan akses masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah ke
produk dan layanan di mana harga tidak terjangkau oleh kelompok masyarakat tersebut.
6. Cooperative Model
Wirausaha sosial memberikan manfaat langsung kepada masyarakat sasaran atau anggota
koperasi melalui layanan anggota, seperti informasi pasar, bantuan teknis, layanan
perpanjangan, kekuatan tawar kolektif, bulk purchasing atau pembelian masal yang
memungkinkan menekan biaya produksi, akses ke produk dan layanan, akses ke pasar
eksternal untuk produk dan layanan yang dihasilkan anggota, dan lain sebagainya.
7. Market Linkage Model
Model hubungan pasar dari perusahaan sosial memfasilitasi hubungan perdagangan
antara populasi target atau "klien," produsen kecil, perusahaan lokal dan koperasi, dan
pasar eksternal. Model bisnis ini berperan menghubungkan klien dengan market sehingga
mampu mendorong klien untuk melakukan peningkatan penjualan produk secara
signifikan.
8. Service Subsidization Model
Model service subsidization dari perusahaan sosial menjual produk atau layanan ke pasar
eksternal dan menggunakan pendapatan yang dihasilkannya untuk mendanai program
sosialnya. Model service subsidization biasanya terintegrasi, aktivitas bisnis dan program
sosial tumpang tindih, biaya berbagi, aset, operasional, pendapatan, sering menjadi ciri
khas program.
9. Organizational Support Model
Wirausaha sosial menjual produk dan layanan ke pasar eksternal, bisnis, atau masyarakat
umum. Dalam beberapa kasus, kelompok masyarakat sasarannya adalah pelanggan.

2.4 Tokoh dari Social Entrepreneur


Social entrepreneurship bisa dibilang adalah orang-orang yang dapat memecahkan atau
memberikan solusi atas masalah-masalah yang ada di lingkungan ini. Ada banyak tokoh-tokoh
dari social entrepreneurship seperti dari luar gavin amstrong dia adalah tokoh yang menjabat
sebagai Founder dan Presiden dari Lucky Iron Fish. Lucky iron fish adalah salah satu usaha
sosial yang bergerak dalam bidang kesehatan yang mencoba mengurangi masalah kekurangan zat
besi di seluruh dunia dengan inovasi kesehatan yang canggih. Gavin membuat
potongan-potongan zat besi berbentuk ikan. Di mana saat ingin memasak, Anda hanya perlu
memasukkannya ke dalam air yang mendidih. Lucky iron fish ini memiliki manfaat berupa
menyuplai asupan zat besi sebesar 75% dalam tubuh sehingga inovasi ini berguna untuk
mencegah penyakit dari anemia.lucky iron fish juga mempunyai program buy one give one
berarti dengan membeli satu iron lucky fish sama dengan menyumbangkan satu lucky iron fish
ke orang yang membutuhkan

Jiwa Social entrepreneur juga ada dari seorang wanita yang bernama Jamie Chiu. Dulu dia
adalah remaja perempuan yang tidak percaya diri. Bahkan dia sempat berkali-kali melakukan
bunuh diri dan gagal. Saat masih muda Jamie sempat menghabiskan waktunya untuk berperang
pada dirinya sendiri yang menyebabkan dirinya menjadi depresi. Hingga akhirnya setelah Jamie
melakukan trial and error untuk melawan rasa ketidakpercayaan diri yang dia miliki, Jamie
perlahan bisa menemukan kepercayaan dirinya dan sudah bisa mengatasi rasa depresi yang dia
alami. Sekarang Jamie menjadi seorang psikolog yang membantu untuk melawan rasa
ketidakpercayaan diri yang dia miliki, Jamie perlahan bisa menemukan kepercayaan dirinya dan
sudah bisa mengatasi rasa depresi yang dia alami. Di tahun 2016 jamie chiu membuat the
brightly project untuk membuat sebuah aplikasi yang tujuannya untuk menyebarkan hal-hal
positif kepada orang-orang sekitar, bahwa mereka tidak sendirian, banyak orang-orang yang
peduli dengan mereka.

Di Indonesia sendiri ada tokoh social entrepreneur muhammad alfatih timur. Alfatih adalah
seorang founder sekaligus ceo dari perusahaan crowdfunding kitabisa.com alfatih memiliki jiwa
social yang tinggi bermula dari ia melakukan bakti social di jalanan, alfatih merasa dengan turun
kejalan kurang efektif karena tidak adanya bukti uangnya akan diberikan oleh sebab itu ia
terdorong untuk membuat crowdfunding tersebut. hingga sekarang telah membiayai hingga
ratusan juta untuk orang orang yang membutuhkan
2.5 Dampak dari Social Entrepreneur
Dampak:
Kewirausahaan sosial adalah fenomena yang berkembang di negara berkembang karena
mereka sudah berjuang melawan sejumlah besar masalah sosial seperti kurangnya fasilitas
kesehatan, meningkatkan polusi dan pemborosan, kurang pendidikan dan infrastruktur, sanitasi,
kemiskinan.
Peningkatan jumlah wirausahawan sosial di berbagai arena menempatkan upaya untuk
mengurangi beban pemerintah, mempercepat proses pembangunan dan memberantas
masalah-masalah sosial yang menghambat pertumbuhan masyarakat. Mereka juga berkontribusi
terhadap lebih dari 80% pertumbuhan global.
Social Entrepreneurship yang dilakukan IPI (Indonesia Pluralism Institute) membuahkan
hasil sebagai berikut:
· Pengembangan Kesempatan Kerja
Nilai utama dari social entrepreneurship sangat jelas yaitu penciptaan pekerjaan
penciptaan lapangan kerja. (Organisation for Economic Co-Operation and Development
OECD, 1998, 114 dalam Yousry, 2007) dan kualitas penyerapan tenaga kerja perusahaan
social. Social enterprises menyediakan kesempatan kerja dan pelatihan kerja untuk
kelompok-kelompok masyarakat yang mengalami permalahan, seperti lama mengangur,
tidak mampu bekerja, tunawisma, putus sekolah atau diskriminasi gender. Sehingga
social enterprises bertindak sebagai “intermediate between unemployment and the open
labor market”. (OECD, 2000, 50 dalam Yousry, 2007).
· Inovasi pada produk dan jasa
Social enterprises membangun dan mengaplikasikan inovasi penting bagi
pengembangan social, ekonomi dan penciptaan produk dan jasa baru. Social-purpose
enterprises ... bring new responses to unmet social needs can be measured as the 18
(Organisation for Economic Co-Operation and Development OECD, 1998, 114 dalam
Yousry, 2007). Penyediaan barang dan jasa baru yang melengkapii produk dan jasa yang
telah ada serta memberi akses yang lebih besar pada masyarakat untuk berkonsumsi
(OECD, 2000, 50)
· Social Capital
Selanjutnya adalah terakumulasinya modal ekonomi sosial (social capital)
sebagai salah satu nilai penting dari social entrepreneurship. Total akumulasi sumberdaya
potensial dan aktual yang menyatukan kepemilikan dalam hubungan modal kolektif.
Social capital adalah bagian penting dari social entrepreneurs karena membangun
kerjasama ekonomi memerlukan berbagi nilai, kepercayaan dan kerjasama yang
merupakan bagian dari social capital.

Benefit:

· Menerapkan Perubahan Masyarakat


Pengusaha sosial menciptakan bisnis di berbagai industri yang dapat memiliki
dampak positif pada masyarakat, termasuk energi alternatif, kesadaran kesehatan dan
pendidikan. Menurut David Bornstein pengusaha sosial memandang masyarakat sebagai
solusi dan bukan sebagai penerima manfaat produk dan jasa. Pengusaha sosial
menyediakan sumber daya dan keahlian yang membantu komunitas meningkatkan
kualitas hidup mereka.
· Menciptakan Solusi yang Menginspirasi
Kebebasan untuk mengeksplorasi dan menciptakan solusi inovatif yang dapat
menginspirasi perubahan. Pengusaha sosial terus mencari solusi baru dan inventif untuk
masalah dan sering meminta para pemimpin di bidang mereka untuk membantu dalam
pengembangan proyek
· Bekerja sebagai Bos Anda Sendiri
Pengusaha tidak bekerja di bawah atasan, sehingga mereka memiliki kebebasan
untuk mempercayai intuisi mereka sendiri dan membuat keputusan mereka
sendiri.Pengusaha sosial adalah pemecah masalah yang bersemangat yang keterampilan
kepemimpinan dan sifatnya yang bergairah dapat menyebabkan mereka merasa tidak
puas dalam hubungan majikan-pekerja tradisional.
· Membuat Pekerjaan dan Aliran Penghasilan
Wirausahawan sosial menguntungkan ekonomi dengan menghasilkan pekerjaan
dan pendapatan serta, menggunakan sebagian dari keuntungan mereka untuk mendanai
proyek-proyek yang dapat bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan
BAB III
PEMBAHASAN

Seperti yang sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, Entrepreneur bertujuan untuk
memecahkan masalah sosial atau mempengaruhi perubahan sosial berbasis masyarakat.
Menurut perspektif Kementerian Sosial, ada 7 masalah sosial yang utama di Indonesia yaitu
kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, korban bencana, korban tindak kekerasan,
serta keterpencilan, beserta Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). PMKS adalah
seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu gangguan, kesulitan, atau
hambatan sehingga belum mampu melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga belum bisa
terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya (sosial, rohani, dan jasmani) secara wajar dan memadai.

Sejak dua tahun terakhir Indonesia mulai diramaikan dengan crowdfunding platform yang
berfungsi untuk menampung dan mengumpulkan dana untuk pengguna yang membutuhkan.
Salah satu crowdfunding lokal yang cukup populer di tanah air adalah Kitabisa yang menyasar
program sosial dan berinvestasi kepada ekonomi sosial. Pada akhir tahun 2016 yang lalu Kita
bisa mengumumkan telah berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 61 miliar, naik tujuh kali
lipat dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 7,2 miliar. Adapun rincian pengelolaan dana
tersebut Kitabisa mewadahi 3.227 kampanye dan menghubungkan 192 ribu donatur, dengan
rata-rata donasi per orang sebesar Rp 289 ribu. Penggalangan dana terbesar yang berhasil
dihimpun oleh Kitabisa adalah masjid Chiba Jepang dengan nilai mencapai Rp 3,2 miliar. Untuk
kampanye populer lainnya, seperti bencana dan kemanusiaan di Garut ketika banjir bandang
sebesar Rp 883 juta dan banjir Sumedang Rp 203 juta. Ada juga untuk bantuan medis perjuangan
tumor otak di perantauan sebesar Rp 471 juta. Kemudian terkait isu nasional misalnya donasi
untuk dukungan Rio Haryanto sebesar Rp 273 juta, dan kegiatan lain seperti Shelter Garda Satwa
Indonesia sebesar Rp 285 juta.
Platform lain yang juga cukup aktif di Indonesia adalah GandengTangan. GandengTangan
menawarkan alternatif solusi untuk membantu pelaku usaha dan gerakan-gerakan sosial untuk
menggalang dana pinjaman tanpa bunga (crowdlending) melalui situs mereka
GandengTangan.org. Berbeda dengan crowdfunding, konsep crowdlending yang diusung oleh
Gandeng Tangan memberikan lebih banyak kesempatan setiap orang yang ingin berperan dan
meminjamkan dana mereka, minimal Rp 50 ribu, dengan bunga 0%. Selain Kitabisa dan
Gandengtangan, iGrow juga hadir sebagai platform untuk agrikultur, yang bisa dimanfaatkan
untuk mendapatkan pendanaan untuk pertanian dari investor. iGrow didirikan oleh Muhaimin
Iqbal, Andreas Sanjaya, dan Jim Oklahoma untuk menghubungkan sponsor/investor, petani,
pemilik lahan, dan pembeli hasil pertanian secara bersamaan. iGrow adalah jebolan program
akselerasi 500 Startups Batch 16. Sebagai platform yang merangkul banyak pihak, iGrow
mengedukasi pasar dengan memberikan bukti nyata keuntungan yang bisa dibuat dengan
menanam. iGrow juga membentuk komunitas yang memperoleh asupan info-info terbaru soal
program yang dilakukan.

Sepanjang tahun 2015-2016 sudah banyak investor asing dan lokal yang turut memberikan

pendanaan kepada startup social enterprise. Mulai dari pertanian, kesehatan hingga UMKM,

para investor tersebut cukup agresif menanamkan modalnya di tanah air. Beberapa social

enterprise yang sempat mendapatkan pendanaan tersebut adalah, m-clinica dari investor Unitus

Impact serta Amartha dari BEENEXT dan Mandiri Capital. Keberadaan ekonomi sosial juga saat

ini sudah banyak didukung oleh jaringan angel investor seperti ANGIN hingga organisasi

internasional seperti Omidyar, Kinara, dan YCAB Ventures yang bisa membantu ekosistem

untuk social impact di Indonesia. Di akhir riset tersebut disebutkan, tantangan selanjutnya yang

bakal dihadapi oleh investor dan entrepreneur adalah terkait dengan aturan dari regulator dalam

hal ini pemerintah, dan bagaimana para pengusaha, investor bisa bekerja sama dengan

pemerintah. Tantangan lain adalah, bagaimana para pengusaha dan investor bisa memperluas
jangkauan wilayah layanan bukan hanya di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, namun juga di

pelosok kota di Indonesia.

Social entrepreneur bukan hanya semata-mata tujuannya untuk mendapat sebuah keuntungan ,
akan tetapi tujuan utamanya adalah memberikan dampak positif terhadap sosial yang ada di
dunia dan yang terpenting di itu di Indonesia. Nilai sosial peduli terhadap sesama makhluk hidup
ini sangat penting terlebih di Indonesia penduduk miskin itu persentasenya besar dan
beruntungnya ini hitungan Maret 2018 persentase penduduk miskin di Indonesia turun 9,82%
dimana sangat baik bagi Indonesia karena semakin banyak perusahaan baru yang membuat
perusahaannya itu social entrepreneur. Kita bisa melihat contoh menarik ialah Du’Anyam –
perusahaan sosial yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian Ibu dan bayi di Flores.
Bisnis utama dari Du’Anyam ialah untuk merancang dan memproduksi produk fashion (seperti
tas dan sandal) menggunakan dahan anyaman yang dianyam oleh ibu hamil di Flores. Kegiatan
usaha Du’Anyam meliputi memberi panduan, pelatihan dan pemberdayaan ibu hamil di Flores.
Kegiatan ini diharapkan dapat menolong para wanita ini untuk menjual keranjang sehingga
memberi mereka penghasilan tambahan. Mengetahui jumlah wanita yang bekerja dengan
Du’Anyam merupakan awal, namun untuk mengukur seberapa besar dampak yang dihasilkan,
Du’Anyam harus mengetahui penghasilan wanita-wanita ini sebelum dan setelah mereka
mengikuti program dari Du’Anyam. Peningkatan penghasilan para ibu diharapkan dapat
meningkatkan tingkat gizi ibu hamil, serta meningkatkan daya tawar para wanita di Flores dalam
menentukan keputusan pribadi dan keluarga. Logika ini tentu membutuhkan tingkat asumsi
tertentu, namun tim dan investor harus nyaman dengan asumsi dan berusaha untuk mengontrol
variabel lain yang dapat berpengaruh. Dalam hal ini, asumsi utama yang digunakan ialah
peningkatan penghasilan Ibu – Ibu akan digunakan untuk membeli makanan bergizi dan program
ini akan mengurangi tingkat stres kehamilan – sebelumnya stress kehamilan diakibatkan oleh
keharusan para Ibu melakukan pekerjaan pertanian. Dampak jangka panjang yang diharapkan
dari upaya ini adalah untuk mengurangi jumlah kematian ibu hamil di Flores. Terdapat lebih
banyak lagi asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam menerjemahkan hasil menjadi dampak
sosial, semakin besar dampak yang ditujukan semakin besar asumsi yang digunakan. Du’Anyam
berkomitmen untuk melacak % peningkatan status gizi para wanita dan posisi mereka dalam
mengambil keputusan dengan melakukan Survei Demografi dan Kesehatan sebagai sarana untuk
mengetahui hasil dan kemudian mengetahui angka kematian Ibu dan bayi di Flores sebagai
dampak akhir dari bisnis mereka.

Ini menunjukan bahwa ada kota – kota atau daerah yang susah disentuh saja bisa dibuatkan
tempat berusaha demi kebutuhan sosial dan perawatan. Kita sebagai orang Indonesia, terlebih
anak muda Indonesia harus sadar betul bahwa objektif kita dalam dunia bisnis harus bisa
memberikan keuntungan bagi semua kalangan, karena sudah sangat banyak social entrepreneur
dari luar negri yang masuk ke Indonesia, kita seharusnya malu dimana sebagai pengusaha/anak
muda Indonesia tidak timbul ada rasa peduli dalam memberikan dampak positif bagi sesama dan
bahkan juga baik demi keuntungan bisnis kita itu sendiri.

Contoh berikut yaitu perusahaan pabrik-pabrik yang menurut kami termasuk social entrepreneur
yaitu perusahaan pabrik plastik. Pertama, yaitu memberikan lapangan kerja bagi orang-orang
yang memiliki pendidikan rendah. Kedua karena ini recycle bisa memberikan keuntungan lebih
bagi para pemulung yang menjual barangnya ke pengepul dan dijual ke pabrik dan yang ketiga
pemerintah berikut serta dalam global warming dimana menggunakan ulang barang recycle yang
di gunakan kembali dengan kualitas dengan standar kesehatan dan kebutuhan yang aman untuk
dikonsumsi.

INI 3 CONTOH SOCIAL ENTREPRENEUR YANG ADA DI INDONESIA

1. Smart Farmer Kids In Action & AgroEdu Jampang Communit

Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia, selain terkenal akan kemaritimannya, bidang
agrikulturnya pun sangat patut diperhatikan. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangat
banyak, pemberdayaan alamnya pun semakin beragam. Kesadaran akan pendidikan pertanian
sudah semestinya kita rasakan karena kita hidup di tengah-tengah berlimpahnya sumber daya
alam. Smart Farmer Kids In Action & AgroEdu Jampang yang diprakarsai Heni Sri Sundan ini,
merupakan social Enterprise Indonesia yang concern terhadap pendidikan pertanian di Indonesia.
Demi menjawab kebutuhan dari sektor edukatif beserta masa depan pertanian di Indonesia,
penyediaan edukasi dalam kemasan wisata edukatif diusung oleh salah satu social enterprise
Indonesia ini dengan pengalaman seru beserta biaya murah yang pastinya bisa dinikmati
berbagai kalangan masyarakat.

2. WeCare.id

“Setiap orang berhak atas layanan kesehatan.” Begitulah motto dari salah satu social enterprise
Indonesia yang satu ini. Para muda-mudi yang tergerak untuk mengurangi keprihatinan dalam
penanganan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu, melahirkan sebuah upaya untuk
menjadikan akses layanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat bisa tercapai. Melalui
situs yang mereka punya, WeCare.Id mengumpulkan dana bagi pasien-pasien di daerah terpencil
yang membutuhkan akses pelayanan kesehatan yang memadai. Social enterprise satu ini,
memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai tonggak untuk membenahi isu sosial yang ada.
Melalui situs ini para calon donatur pun bisa melihat daftar dan informasi pasien yang
membutuhkan donasi. Sistem pembagian yang diutarakan secara jelas dan transparan menjadi
salah satu hal yang menarik dari social enterprise Indonesia yang didirikan anak-anak bangsa ini.

3. BMT Beringharjo

“Menolong si miskin dengan melalui sedekah itu mudah, tapi untuk memberdayakan mereka,
maka kita harus mau berlelah diri melakukan pendampingan” - Mursida Rambe

Bermula dari pelatihan oleh Dompet Dhuafa, Mursida mempelajari sistem kelembagaan yang
berdasar pada syariah islam atau bisa disebut BMT. Beberapa alasan mendasari keinginan social
enterprise Indonesia yang satu ini untuk mewujudkannya menjadi sebuah usaha. Melihat peluang
ekonomi yang cukup dari Pasar Beringharjo yang bisa dibilang cukup besar, serta budaya
meminjam uang pada rentenir yang dilakukan oleh kebanyakan pedagang, membuat Mursida
tergerak untuk membuat alternatif yang tidak memberatkan si pedagang.
Social Enterprise yang sering bermunculan di Indonesia.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Indonesia adalah negara yang cukup sering untuk
terjadinya sebuah bencana. Dengan hal itu maka di Indonesia kerap terjadi Crowdfunding, yang
dimana para pelaku social enterprise memberikan wadah kepada masyarakat yang ingin
membantu baik berupa kebutuhan pokok hingga berupa sejumlah uang. Seperti yang biasa kita
lihat disaat Indonesia mengalami bencana alam, begitu banyaknya Crowdfunding yang
bermunculan terutama di sosial media. Dari sini juga kita dapat melihat bahwa, masyarakat
Indonesia dapat saling membahu untuk menggalangkan dana bagi para korban, dan ini menjadi
salah satu nilai tambah untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Di dalam perkembangannya social enterprise didirikan menggunakan “CV.” sehingga


dipastikan tidak berbadan hukum, akan tetapi ada sebuah kelompok yang bernama , merupakan
sekumpulan pengacara yang melakukan aktivitas pro bono untuk membantu legalitas social
enterprise. Ada tiga bantuan yang diberikan Socolas.
Pertama, konsultasi reguler yang bisa dilakukan baik via email ataupun dengan
pendampingan.

Kedua, memberikan pelatihan mengenai badan hukum untuk social enterprise. Kegiatan
bisa berdasarkan undangan maupun agenda Socolas.

Ketiga, Socolas membantu social enterprise agar bisa membuat kajian hukum.

Ke depannya, Socolas juga akan memberikan biaya bagi klien atau social enterprise yang ingin
menggunakan jasanya. Sebab selama ini, tak ada biaya sama sekali yang dibebankan, sehingga
social cost ditanggung 100% oleh donor
Pembahasan ini berfokus pada peran kewirausahaan sosial dalam meningkatkan entrepreneur :

1. Karakter
Setiap individu memiliki ciri khas dalam bentuk perilaku yang membedakan dirinya dengan
orang lain, ciri khas tersebut merupakan bentuk dari karakter seseorang. Secara bahasa, karakter
berasal dari bahasa Yunani, charassein yang artinya mengukir. Sifat ukiran adalah melekat kuat
di atas benda yang diukir. Tidak mudah usang tertelan waktu atau arus terkena gesekan
(Abdullah Munir 2010: 4). Dari uraian tersebut sangatlah jelas bahwa karakter merupakan ciri
seseorang yang bersifat paten dalam perilaku seseorang.

2. Enterpreneur
Kata entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, entreprendre, yang sudah dikenal
sejak abad ke-17, yang berarti berusaha. Dalam hal bisnis, maksudnya adalah memulai sebuah
bisnis. Kamus Merriam-Webster menggambarkan definisi entrepreneur sebagai seseorang yang
mengorganisir dan menanggung resiko sebuah bisnis atau usaha.

Menurut Thomas W. Zimmerer (2008) entrepreneurship (kewirausahaan) adalah penerapan


kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan
peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari. Menurut Andrew J. Dubrin (2008)
entrepreneur adalah seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif.
Istilah entrepreneur adalah seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang
inovatif. Istilah entrepreneurship (kewirausahaan) pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu
yang mempelajari tentang nilai, kemampuan)ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.
Entrepreneurship adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap, tindakan dan proses yang
dilakukan oleh para entrepreneur dalam merintis, menjalankan dan mengembangkan usaha
mereka.
3. Kewirausahaan Sosial
Pandangan para ahli mengenai kewirausahaan sosial bersifat multidimensi dan telah banyak
dikemukakan oleh para ahli. Dees (1998) memandang bahwa kewirausahaan sosial dimaknai
sebagai proses dimana warga masyarakat membangun atau menstranformasikan lembaga untuk
mengembangkan berbagai solusi bagi masalah sosial seperti kemiskinan, kesakitan,
kebutaaksaraan, kerusakan lingkungan, pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, dll. Supaya
terbangun kehidupan sosial yang baik untuk semua (Bornstein & Davis, 201 0:1). Dalam
pengertian ini, wirausahawan sosial yaitu orang yang melakukan perubahan sosial, menciptakan
kombinasi baru dari sumber daya dan orang-orang yang secara signifikan meningkatkan
kapasitas masyarakat untuk mengatasi masalahnya. Wirausahawan sosial bertindak untuk
menciptakan nilai publik, memanfaatkan peluang baru, berinovasi dan beradaptasi, bertindak
secara tepat, meninggalkan sumberdaya yang tidak bisa mereka kendalikan, dan
mengembangkan rasa tanggung jawab yang kuat.
BAB IV
KESIMPULAN

Social entrepreneur sebagai seseorang yang membentuk perusahaan dengan tujuan


memecahkan masalah sosial atau mempengaruhi perubahan sosial berbasis masyarakat.
Social entrepreneur memiliki fokus utama yaitu menghasilkan keuntungan untuk mendukung
perusahaan dan karyawan mereka lalu mengambil sebagian dari keuntungan tersebut kemudian
menggunakannya untuk menangani masalah sosial seperti kelaparan, kerusakan lingkungan,
pendidikan, tunawisma atau masalah keberlanjutan.
Di Indonesia sendiri, tren ini mulai terasa. Kegiatan social entrepreneurship di Indonesia
memiliki suatu bentuk usaha yang tidak mencoba atau mencari suatu keuntungan, namun hanya
membutuhkan sejumlah dukungan operasional. Tujuan dari usaha tersebut pastinya dilakukan
semata hanya untuk kepentingan masyarakat, sehingga dengan kata lain tidak berorientasi pada
mencari profit saja. Contohnya dapat kita lihat dari bencana gempa dan tsunami yang baru-baru
ini menimpa kota Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah, pada akhir tahun 2016 yang lalu
Kitabisa.com mengumumkan telah berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 61 miliar, naik
tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 7,2 miliar dan hingga saat ini tercatat
ada Rp 415 miliar donasi dan zakat tersalurkan.
Sejak dua tahun terakhir ini di Indonesia mulai diramaikan dengan adanya crowdfunding
platform. Crowdfunding platform adalah tempat yang berfungsi untuk menampung dan
mengumpulkan dana untuk pengguna yang membutuhkanya. Ini salah satu contoh crowdfunding
lokal yang mungkin populer di tanah air adalah Kitabisa,ini adalah program sosial dan
berinvestasi kepada ekonomi sosial. Disini untuk dapat membantu orang yang membutuhkan dan
dapat membantu satu sama lain. Ada juga Platform lain yang mungkin cukup aktif di Indonesia
adalah GandengTangan,sama seperti kitabisa, platform ganteng tangan ini juga di gunakan untuk
membantu orang-orang yang membutuhkan. GandengTangan menawarkan alternatif solusi untuk
membantu pelaku usaha dan gerakan-gerakan sosial untuk menggalang dana pinjaman tanpa
bunga (crowdlending) melalui situs mereka GandengTangan.org. Disini kita dapat meminjamkan
uang untuk orang yang sedang kesusahan tanpa memberikan bunga kepada orang yang
meminjam tersebut. Dan ada juga yang terakhir iGrow yang hadir sebagai platform untuk
agrikultur, yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan pendanaan untuk pertanian dari investor.

Peluang social entrepreneur sangat besar di Indonesia, dampak dari social entrepreneur ini
sendiri juga dibutuhkan untuk memberikan lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi dan juga
untuk membantu sesama yang membutuhkan. Dari social entrepreneur kita juga dapat
mengimplementasikan perubahan masyarakat. Pengusaha sosial dapat menciptakan bisnis di
berbagai industri yang dapat memiliki dampak positif pada masyarakat, termasuk energi
alternatif, kesadaran akan kesehatan dan pendidikan. Wirausaha sosial memandang masyarakat
sebagai solusi dan bukan sebagai penerima manfaat produk dan layanan. Pengusaha sosial
menyediakan sumber daya dan keahlian yang membantu komunitas meningkatkan kualitas hidup
mereka.

Social entrepreneur berasal dari corporate social responsibility ( CSR ) yang memiliki
pengertian bertanggung jawab pada ekonomi yang lebih luas misalnya masyarakat. Akan tetapi
entrepreneur yang berasal dari CSR tidak akan dianggap penghalang profit bagi perusahaan
sehingga ketika CSR sudah memasuki social entrepreneur makan muncullah berbagai macam
asumsi dari berapa kalangan salah satunya adalah Muhammad Yunus yang terkenal pada masa
1900-an tentang teori social entrepreneur.
Dari tipe tipe social entrepreneur terdapat 3 hal yang terbagi di kalangan sipil, pendiri
perusahaan sosial yang bukan hanya bisnis tetapi juga melihat sisi kemanusiaan, dan yang
terakhir para pendiri perusahaan memiliki pandangan yang luas agar mereka dapat mengikuti
visi misi perusahaan dan membangun social entrepreneur.
Menurut Dr. Gaman Albinsaid, M. biomed, model-model bisnis yang ada pada tahun itu.
merupakan gambaran yang akan terjadi pada masa itu, selain itu pada jangkauan sosial
kewirasahaan merupakan seusatu yang dapat di kontrol karena kita bereksperimen pada sosial
entrepreneur yang dapat kita awasi dan kita jangkau. Model-model ini juga memberikan dampak
yang besar pada perekonomian sosial yang memberikan hal-hal akan berdampak pada organisasi
perusahaan.
Berbagai hal yang kita lakukan untuk memenuhi entrepreneur social sangatlah banyak
dari segala aspek baik dari social, ekonomi, goverment, dan investasi jangka panjang. Di sini kita
berusaha untuk menjaga batas antara entrepreneur social dan tanggung jawab sosial karena kita
dapat memberikan hal-hal tersebut secara bersamaan. Maka dari itu entrepreneur social sangat
memberikan dampak yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Selain membuat platform untuk membantu orang yang membutuhkan dan memerlukan
bantuan,ada juga tantangan selanjutnya yang bakal dihadapi oleh investor dan entrepreneur.
Tantangan tersebut adalah terkait dengan aturan-aturan dari regulator dari pemerintah, dan

bagaimana para pengusaha tersebut, investor dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat.

Ada tantangan lain yaitu bagaimana para pengusaha dan investor bisa memperluas
jangkauan wilayah layanan bukan hanya di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, namun juga di
pelosok kota di Indonesia.
Social entrepreneur juga bukan hanya semata-mata memiliki tujuannya untuk mendapat
sebuah keuntungan , akan tetapi tujuan utamanya yaitu dengan memberikan dampak positif
terhadap sosial yang ada di dunia dan yang terpenting di itu di Indonesia. Kita sebagai orang
Indonesia, apalagi anak-anak muda di Indonesia harus bisa lebih sadar akan objektif kita didalam
dunia bisnis kita harus bisa memberikan keuntungan bagi semua kalangan,karena sudah sangat
banyak social entrepreneur dari luar negri yang masuk ke Indonesia, kita harusnya malu dimana
sebagai pengusaha atau anak muda di Indonesia tidak ada timbul rasa kepedulian untuk
memberikan dampak-dampak positif bagi sesama manusia dan bahkan juga baik demi
keuntungan bisnis kita itu sendiri.

Menurut kami bisa dibilang social entrepreneur contohnya perusahaan pabrik plastik
karena pertama yaitu memberikan lapangan kerja bagi orang-orang yang memiliki pendidikan
rendah,kedua karena ini recycle bisa memberikan keuntungan lebih bagi para pemulung yang
menjual barangnya ke pengepul dan dijual ke pabrik dan yang ketiga pemerintah berikut serta
dalam global warming dimana menggunakan ulang barang recycle yang di gunakan kembali
dengan kualitas dengan standar kesehatan dan kebutuhan yang aman untuk dikonsumsi.
Ada juga peran kewirausahaan sosial dalam meningkatkan entrepreneur yaitu pertama dari sisi
karakter yang menjadi ciri khas pembeda, kedua yaitu bahwa seorang entrepreneur yang
berusaha untuk memulai sebuah bisnis, dan yang ketiga yaitu entrepreneur sebagai orang yang
membantu untuk mengembangkan solusi bagi masalah sosial sseperti kemiskinan, kesakitan,
kebutaaksaraan, kerusakan lingkungan, pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, dll.

Daftar Pustaka
Drucker, P. F. (1984). Innovation and Entrepreneurship. California: Perfect Bound.
Listyorini, H. (2012). Komponen dan Dampak Social Entrepreneurship dalam Upaya
Nikolov & Westergren. (2017). Corporate Social Entrepreneurship as a New Approach to CSR.
Swedish
Revitalisasi Budaya dan Industri Batik Lasem Kabupaten Rembang. Dinamika Kepariwisataan,
55-56.
Said, S. (2016). Social Entrepreneurship: Initiative Efforts from Higher Education Classrooms.
Makassar.
Sofia. (2015). Konstruksi Model Kewirausahaan Social Entrepreneurship Sebagai Gagasan
Inovasi Sosial Bagi Pembangunan Perekonomian. Tangerang.
Alfatih Timur Kisah Sukses Lewat Keinginan Saling Berbagi. Diambil dari
https://www.maxmanroe.com/alfatih-timur-kisah-sukses-lewat-keinginan-saling-berbagi.html
Apa itu Social Entrepreneur (2010). Diambil dari
https://www.tangandiatas.com/apa-itu-social-entrepreneur/
Impact Social Entrepreneurship in Emerging Economies (2016). Diambil dari
http://indiacsr.in/impact-of-social-entrepreneurship-in-emerging-economies/
Indonesia’s Fundraising. Diambil dari www.kitabisa.com
Kenali 4 Social Enterprise Indonesia yang Menginspirasi. Diambil dari
https://www.dbs.com/indonesia-bh/blog/live-kind/kenali-4-social-enterprise-indonesia-yang-men
ginspirasi.page
Mana Badan Hukum yang Tepat untuk Social Entreprise (2018). Diambil dari
http://marketeers.com/mana-badan-hukum-yang-tepat-untuk-social-enterprise/
Melihat Potensi Social Entrepreneurship di Indonesia (2017)
https://dailysocial.id/post/melihat-potensi-social-entrepreneurship-di-indonesia
Memahami Social Entrepreneurship (2013). Diambil dari
https://zahiraccounting.com/id/memahami-social-entrepreneurship
Mengenai Social Entrepreneurs yang Beranfaat Bagi Masyarakat. Diambil dari
https://koinworks.com/blog/social-entrepreneurs/
5 Tokoh Social Entrepreneur yang Bisa Anda Jadikan Panutan (2008). Diambil dari
https://www.jurnal.id/id/blog/2018/5-tokoh-social-entrepreneur-asia-yang-bisa-anda-jadikan-pan
utan
Social Entrepreneur: Selamatkan Indonesia dan Dunia dengan Bisnis (2018). Diambil dari
http://binus.ac.id/malang/2018/02/social-entrepreneur-selamatkan-indonesia-dan-dunia-dengan-b
isnis-2-3/
Social Entrepreneurship (2011). Diambil dari
https://www.kompasiana.com/bariyanto/5500ad74a33311ef6f511d27/social-entrepreneurship
The Advantages of a Social Entrepreneur. Diambil dari
https://work.chron.com/advantages-social-entrepreneur-17538.html

Anda mungkin juga menyukai