Anda di halaman 1dari 30

Lembar Pengesahan

Laporan Praktikum Keahlian Analisis Sosial berjudul: “FENOMENA


KEMISKINAN AKIBAT PANDEMI COVID-19 (Studi Kasus: Kampung Kalimurni,
Kelurahan Kencana, Kota Bogor)”. Telah dipertanggung jawabkan dalam tugas
Laporan Praktikum Keahlian Analisis Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung Jurusan Sosiologi.

Bandung, 24 Juni 2022

Dosen Pembimbing Mahasiswa

Nenden Liska Gifari, M.Hum. Tri Rahmatina

NIP.198809292020122010 NIM.1208030218
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya, di lingkungan masyarakat sering kali terjadi masalah
sosial. Salah satunya ialah masalah kemiskinan, kemiskinan merupakan
ketidakmampuan seseorang akan tercukupinya tingkat kemampuan ekonomi
yang menjadi standar hidup tertentu. Pada dasarnya, standar hidup di suatu
masyarakat tidak hanya sekedar terpenuhinya kebutuhan primer saja, tetapi juga
kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pendidikan maupun kesehatan.
Permasalahan kemiskinan tidak hanya sekedar dirasakan oleh keluarga tidak
mampu, akan tetapi persoalan ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kehidupan masyarakat. Mengapa demikian? karena kemiskinan menjadi mata
rantai, dalam arti kemiskinan akan menimbulkan beberapa masalah lainnya,
seperti pengangguran, perampokan, kelaparan dan sebagainya.
Masalah kemiskinan tentunya bukan semata-mata timbul begitu saja,
melainkan disebabkan oleh beberapa faktor. Hartomo dan Aziz (2017)
menyebutkan bahwa faktor-faktor penyebab kemiskinan ialah tingkat
pendidikan yang rendah, sumber daya alam yang semakin berkurang,
terbatasnya lapangan pekerjaan, malas bekerja, keterbatasan modal, dan beban
keluarga. (Annur, 2013). Adapun masalah kemiskinan yang terjadi belakangan
ini yang mana diakibatkan oleh adanya pandemi Covid-19, dimana sejak
merebaknya wabah Covid-19 telah memberikan berbagai dampak ataupun
perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia baik dari segi pendidikan,
budaya, sosial, politik, maupun ekonomi telah merasakan dampaknya. Dari segi
ekonomi ternyata pandemi ini telah menimbulkan dampak yaitu menyebabkan
seseorang kehilangan pekerjaannya akibat PHK, menurunnya pendapatan
masyarakat hingga menimbulkan fenomena kemiskinan akibat pandemi Covid-
19 di Indonesia.
Hal ini juga terjadi di Kampung Kalimurni, Kota Bogor dimana terdapat
fenomena kemiskinan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Sebagian
besar dari mereka ada yang mengalami oleh penurunan pendapatan karena
adanya pengurangan waktu kerja, kehilangan pekerjaan dan juga kehilangan
usaha akan berdampak besar terhadap kemiskinan. Dengan demikian, rata-rata
pengeluaran masyarakat miskin yang cenderung makin jauh dari garis
kemiskinan, terlebih lagi diperparah sejak adanya pandemi Covid-19.
(Adawiyah, 2020).
Masalah kemiskinan di Kampung Kalimurni ini sangat
memperihatinkan dan tidak layak huni. Dengan kondisi rumah yang seperti itu
terkadang membuat mereka merasa kurang nyaman akan tetapi hanya rumah
tersebut yang menjadi tempat tinggal mereka. Dari realitas tersebut tentunya
sangat memperihatinkan apalagi diperparah sejak adanya pandemi Covid-19
dimana selama berlangsungnya pandemi, mereka berupaya untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan yang tidak menentu dan bahkan
sampai kehilangan penghasilannya. Dengan adanya realitas tersebut
menunjukkan bahwa hingga kini fenomena kemiskinan di Kampung Kalimurni,
Kelurahan Kencana, Kota Bogor masih belum teratasi dengan baik, terlebih
pada pandemi ini banyak masyarakat miskin yang membutuhkan bantuan
bermanfaat seperti makanan, pakaian dan sebagainya. Sementara pemerintah
sudah menyalurkan sejumlah bantuan seperti bantuan tunai dan bantuan non
tunai. Akan tetapi masih banyak yang masyarakat yang mengalami kesulitan
hidup dan masalah kesejahteraan sosial lainnya. Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait fenomena kemiskinan akibat
pandemi Covid-19 di Kampung Kalimurni, Kelurahan Kencana, Kota Bogor.
1.2 Teori Konflik Kelas Karl Marx
Untuk mengkaji masalah mengenai fenomena kemiskinan akibat
pandemi Covid-19 di Kampung Kalimurni peneliti memperlukan sebuah teori
yang sangat relevan dengan variabel-variabel yang erat kaitannya dengan
penelitian ini, guna memperoleh wawasan lebih luas dalam mengkaji masalah
mengenai fenomena kemiskinan akibat pandemi Covid-19 di Kampung
Kalimurni, Kelurahan Kencana, Kota Bogor.
Salah satu teori yang relevan dengan masalah kemiskinan ialah teori
konflik kelas, teori ini digagas oleh salah seorang tokoh sosiolog bernama Karl
Marx. Dalam teori ini, memandang bahwa masalah sosial muncul dari berbagai
konflik. Pada dasarnya, konflik muncul diakibatkan oleh ekspolitasi kelompok
dominan terhadap kelompok minoritas. Menurut Zatrow (2007) bahwa teori
konflik memandang masyarakat sebagai sebuah perjuangan guna memperoleh
posisi atau kedudukan di antara berbagai kelompok sosial yang ada.
Sementara, Marx berpendapat bahwa kelas merupakan suatu potensi yang dapat
mendorong terjadinya konflik, dalam arti terjadi ketimpangan dalam relasi
kepemilikian alat-alat produksi. Dari adanya ketimpangan dalam alat-alat
produksi, mondorong munculnya kelas modal (borjuis) dan kelas pekerja
(proletar). Sejak adanya kelas-kelas dalam masyarakat memberi dampak akan
terjadinya konflik kelas. Konflik ini terjadi ketika kelas borjuis berusaha untuk
mengambil keuntungan dengan cara mengeksploitasi kaum pekerja. Dari
adanya pembagian kelas, alhasil model statifikasi sosial menurut teori yang
digagas oleh Karl Marx yaitu bersifat unidimensional dimana ditentukan oleh
satu faktor yakni ekonomi, sehingga dalam hal ini peneliti beranggapan bahwa
ketika terjadi kesenjangan sosial dalam masyarakat khususnya pada faktor
ekonomi yang ada dalam masyarakat maka akan mengakibatkan terjadinya
kemiskinan.
Berbicara mengenai kemiskinan, dimana masalah sosial ini akan dihadapi
oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini juga terjadi di
Kampung Kalimurni dimana kemiskinan menjadi salah satu masalah sosial
yang serius, terlebih lagi pada masa pandemi ini akan memberi dampak pada
perekonomian masyarakat khususnya masyarakat yang berasal dari kalangan
bawah.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwasanya di tengah pandemi,
perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan dan sejak adanya pandemi ini
banyak perusahaan yang mengalami gulung tikar, alhasil banyak karyawan
mengalami PHK, penurunan kegiatan produktif, pengurangan pendapatan dan
lain sebagainya. Dengan demikian adanya pandemi ini telah menimbulkan
dampak pada seluruh lapisan masyarakat baik itu dari segi menengah ke atas
maupun menengah ke bawah. Akan tetapi dampak pandemi ini lebih dirasakan
bagi kelompok pendapatan rendah. Sebagian besar dari mereka ada yang
mengalami penurunan pendapatan dan bahkan telah kehilangan penghasilannya.
Kendati demikian, mirisnya di tengah kemiskinan yang melanda ini banyak
segelitir orang yang menggadakan kekayaannya. Lantas timbullah sebuah
pertanyaan mengapa di tengah kondisi wabah Covid-19 terdapat segelintir
orang yang kekayaannya meningkat drastis?
Sejatinya, kesenjangan merupakan hasil diterapkannya kapitalisme bukan
semata-mata karena dampak pandemi Covid-19. Meski diakui bahwasanya dari
adanya pandemi ini dapat memperparah kesenjangan dalam masyarakat, alhasil
menimbulkan dampak terhadap kemiskinan khususnya di Kampung Kalimurni,
Kelurahan Kencana, Kota Bogor.
Berbicara mengenai kapitalisme, dimana sistem ini memberikan kebebasan
hak milik kepada setiap individu, kebebasan ini tak ada batasannya. Setiap
orang boleh melakukan usaha dengan cara apapun meskipun bertentangan
dengan agama. Negara yang mengadopsi sistem ini hanya bersifat regulator,
sehingga hanya orang yang memiliki modal yang dapat mengembangkan
kekayaannya. Lalu orang tersebut akan melakukan usaha yang dinilai dapat
memberi keuntungan besar.
Telah kita ketahui bersama bahwasanya para kapitalis dengan modalnya
yang besar akan mengelola sumberdaya alam tetapi hanya semata-mata untuk
kepentingan nya sendiri. Dalam hal ini, negara hanya menarik pajak dari para
kapitalis sementara keuntungan yang besar para kapitalis semakin meningkat,
ditambah lagi pada masa pandemi Covid-19, kebijakan pengusaha sangat pro-
oligarki. Artinya kebijakan tersebut hanya menguntungkan para pemodal bukan
kebijakan yang yang dapat membantu masyarakat miskin.
Secara singkatnya, fenomena kemiskinan bukan hanya semata-mata
disebabkan oleh pandemi Covid-19, akan tetapi disebabkan oleh penerapan
sistem kapitalisme, dimana para kapitalis inilah yang memang sejatinya
berupaya untuk menggadakan kekayaannya dengan melakukan usaha yang
dinilai dapat memberi keuntungan yang besar.
1.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif.
Merujuk perspektif Schaefer (2021: 55), metode kualitatif didefinisikan sebagai
penelitian yang datanya dilihat dari apa yang ditemukan di lapangan atau
setting alamiah. Peneliti memilih untuk menggunakan metode kualitatif karena
metode ini tepat untuk menjelaskan dan menguraikan solusi dari masalah
kemiskinan akibat pandemi Covid-19 secara sistematis dan mendalam.
1.4 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian didefinisikan sebagai subjek dari mana
data ditemukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, sumber data yang
didapatkan berupa sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber utama
yang diamati, dalam penelitian ini sumber data primer yang didapatkan berupa
observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan
adalah nonparticipant observation, karena peneliti melakukan pengamatan
terhadap objek secara langsung dan kemudian mencatat hasil pengamatan yang
telah dilakukan. Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara terhadap
pegawai Kelurahan Kencana, Pak RW dan masyarakat yang berasal dari
kalangan bawah yang tinggal di Kampung Kalimurni, Kelurahan Kencana,
Kota Bogor. Wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang peneliti
dapatkan agar lebih akurat dengan sumber data yang tepat.
b. Sumber data sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan melalui sumber kedua
yaitu berupa jurnal, surat kabar, buku, kitab harian sampai dokumen-dokumen
resmi. Dalam penelitian ini, sumber data sekuder yang digunakan peneliti
berupa buku teori sosiologi klasik, e-journal, dan e-book yang berkaitan sebagai
sumber tambahan dalam penelitian.
1.5 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Menurut Sugiyono
(2006: 14), data kualitatif ialah suatu data yang diungkapakan dalam bentuk
berupa kata, kalimat dan gambar. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji
secara mendalam mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi fenomena
kemiskinan akibat pandemi Covid-19 dan upaya pemerintah dalam mengatasi
fenomena kemiskinan akibat pandemi Covid-19 di Kampung Kalimurni,
Kelurahan Kencana, Kota Bogor.
1.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data didefinisikan sebagai suatu cara yang
digunakan peneliti guna mengumpulkan data-data penelitian yang berasal dari
sumber data baik itu sumber data primer maupun sekunder. Dengan adanya
teknik pengumpulan data, memudahkan peneliti dalam mendapatkan data-data
sesuai yang diharapkan mengenai masalah penelitian yang dikaji oleh peneliti.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
ialah wawancara dan observasi.
a. Wawancara
Merujuk perspektif Moleong (2006), wawacara ialah suatu percakapan
yang mempunyai maksud tertentu dengan melibatkan 2 pihak yaitu
pewawancara (memberikan pertanyaan) dan terwawancara (memberikan
jawaban yang telah diberikan oleh pewawancara).
Tujuan dilakukan wawancara guna melengkapi data yang lebih akurat
dengan sumber data yang tepat. Dalam melakukan wawancara peneliti
mewawancarai pegawai Kelurahan Kencana, Pak RW dan masyarakat yang
berasal dari kalangan bawah yang tinggal di Kampung Kalimurni, Kelurahan
Kencana, Kota Bogor.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
peneliti secara langsung di lapangan dengan melihat, mengamati kejadian dan
kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan nonparticipant observation. Peneliti hanya sebagai pengamat
terhadap aktivitas masyarakat berasal dari kalangan bawah tanpa terlibat secara
langsung dan melakukan pengamatan terhadap tempat tinggal mereka.
1.7 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dapat diartikan, yaitu sebagai upaya yang dilakukan
peneliti dalam mencari dan memperoleh data yang penting dan akurat yang
dapat dipelajari dan disampaikan kepada orang lain. Dalam penelitian kualitatif,
analisis data dilaksanakan pada saat pengumpulan data dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Tahapan analisis data dibagi menjadi
tiga tahapan, yaitu:
a. Reduksi data
Menurut Sugiyono (2008: 247), mereduksi data yakni berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Dalam penelitian ini, reduksi data ialah mengolah data yang
didapatkan dari hasil wawarcara terhadap beberapa pihak agar lebih akurat
dengan sumber data yang tepat. Dalam mereduksi data, peneliti mengolah data
terkait fenomena kemiskinan akibat pandemi Covid-19 di Kampung Kalimurni,
Kelurahan Kencana, Kota Bogor.
b. Penyajian Data
Tahapan selanjutnya yaitu penyajian data, Menurut Miles dan Hubberman
(1992: 18), penyajian data didefinisikan sebagai sekumpulan data tersusun yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian data dapat disajikan berupa bagan,
uraian singkat, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan didefinisikan sebagai temuan baru
yang dimana pada awalnya belum pernah ada, temuan baru ini dapat berupa
deskripsi ataupun gambaran terhadap suatu objek yang pada awalnya masih
buram lalu setelah diteliti secara mendalam menjadi lebih jelas, dan akurat
dapat berupa hubungan kausal ataupun interaktif hipotesis ataupun teori. Pada
tahap penarikan kesimpulan, peneliti melakukan penarikan kesimpulan dari
data yang didapatkan baik data dari lapangan, wawancara maupun dari sumber
data sekunder.
1.8 Lokasi dan Jadwal
Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Bogor tepatnya di Kampung
Kalimurni, sebagai objek kajian penelitian dengan maksud ingin mengetahui
faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya fenomena kemiskinan dan upaya
pemerintah dalam mengatasi kemiskinan akibat pandemi Covid-19. Adapun
alasan peneliti memilih lokasi di Kampung Kalimurni dikarenakan di
kampung tersebut terdapat fenomena kemiskinan yang memperihatinkan,
dimana rumah yang mereka tempati ini masih semi permanen dengan luas
rumah yang cukup sempit dan terkadang jika sedang hujan, terdapat beberapa
bagian rumah yang merembes. Terlebih lagi pada masa pandemi Covid-19
dimana masyarakat terutama masyarakat yang berasal dari kalangan bawah
mengalami penurunan pendapatan dan bahkan ada juga yang kehilangan
pekerjaannya. Dalam pelaksanaan penelitian dan mengumpulkan data-data
yang diperlukan dalam penyusunan proposal penelitian ini, peneliti
merencanakan jadwal penelitian ini berlangsung selama sepuluh hari, yang
dimulai sejak tanggal 19 Mei 2022 – 28 Mei 2022.
II PEMBAHASAN
2.1 Hasil Penelitian
2.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Kampung Kalimurni yang terletak di RW
01, Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Di kampung
tersebut masih terdapat fenomena kemiskinan terlebih lagi pada masa pandemi
Covid-19 dimana masyarakat mengalami penurunan pendapatan dan bahkan
ada juga yang kehilangan pekerjaan nya.
2.1.2 Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di Kampung Kalimurni
menunjukkan bahwasanya masyarakat yang berasal dari kalangan bawah ini
terlihat sangat memperihatinkan dan tidak layak huni dimana salah satu rumah
yang dihuni oleh masyarakat yang berasal dari kalangan bawah terlihat tidak
sehat, pintu rumah nya yang terbuat dari seng dan luas rumah yang cukup
sempit. Selain itu, ada juga rumah yang ditempati oleh masyarakat yang berasal
dari kalangan bawah masih semi permanen dengan luas rumah yang cukup
sempit dan terkadang jika sedang hujan, terdapat beberapa bagian rumah yang
merembes. Lalu aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yang berasal dari
kalangan bawah ini menunjukkan bahwasanya aktivitas pekerjaan yang
dilakukan oleh mereka ialah sebagai supir angkot, supir gojek dan ada juga
yang membuka usaha warung kecil-kecilan di rumahnya.
2.1.3 Hasil Wawancara
Di Indonesia, masalah sosial semakin kompleks dan hingga saat ini masih
belum diatasi secara tepat oleh pemerintah. Salah satu nya ialah masalah
kemiskinan khususnya di Kampung Kalimurni, Kota Bogor dimana terdapat
fenomena kemiskinan yang diakibatkan oleh adanya pandemi Covid-19. Perihal
ini tentunya menyebabkan kondisi perekonomian masyarakat yang berasal dari
kalangan bawah begitu memperihatinkan. Selama pandemi berlangsung mereka
berusaha untuk mencukupkan kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan yang
tidak tentu. Menurut salah satu informan yang bernama Ibu Siti ini seorang
lulusan SMP, beliau merupakan seorang ibu rumah tangga yang juga sekaligus
berperan sebagai kepala keluarga. Ibu Siti memiliki empat anak yang masih
sekolah sementara sang suami telah meninggal dunia, karena sang suami telah
meninggal dunia jadi Ibu Siti yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Perkerjaan yang dilakoni oleh Ibu Siti ialah berjualan kecil-kecilan di
rumah nya seperti menjual kerupuk, air galon, es, makanan ringan seperti snack
dan lain sebagainya. Dengan pendapatan perharinya yaitu sekitar Rp 200.000
pendapatan tersebut mengalami penurunan pada masa pandemi Covid-19 yaitu
sekitar Rp 125.000 perhari. Dari pendapatan tersebut dicukupkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari sekitar Rp 30.000- Rp 50.000 dan membiayai
anak-anak nya yang masih sekolah. Selama pandemi berlangsung, keluarga Ibu
Siti ini diketahui bahwa beliau sudah 2 kali mendapatkan bantuan dari
pemerintah yaitu bantuan non tunai (sembako). Dengan bantuan tersebut
tentunya sangat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi bahwasanya kondisi rumah dari keluarga Ibu Siti
begitu memperhatinkan, rumah yang semi permanen dengan luas rumah yang
cukup sempit untuk menambung Ibu Siti berserta empat anaknya.
Menurut informan nya lainnya yaitu Pak Yadi ia seorang lulusan SMA
sementara istrinya yang bernama Ibu Fitri seorang lulusan SMP, keluarga ini
terdiri dari bapak, ibu dan tiga anak. Mereka tinggal di suatu rumah yang
kondisi nya memperhatinkan, luas rumah keluarga tersebut cukup sempit dan
terkadang jika sedang hujan, terdapat beberapa bagian rumah yang merembes.
Pekerjaan yang dilakoni oleh Pak Yadi sebelum pandemi Covid-19 ialah
sebagai buruh pabrik tetapi setelah merebaknya wabah Covid-19 yang semakin
meningkat menyebabkan beliau di PHK dari tempat pekerjaannya. Lalu
pekerjaan yang dilakoni oleh Pak Yadi saat ini ialah menjadi supir gojek,
pendapatan yang diterima oleh beliau tidak menentu, terkadang bisa Rp 80.000-
Rp 100.000 perhari nya. Sementara itu sang istri membuka usaha warung kecil-
kecilan di depan rumah nya seperti berjualan es, makanan snack dan lain
sebagainya. Pendapatan yang didapakan oleh Ibu Fitri ini tidak menentu,
pendapatan sehari nya sekitar Rp 125.000 pendapatan tersebut mengalami
penurunan pada masa pandemi Covid-19 yaitu sekitar Rp 50.000 perhari. Dari
pendapatan tersebut dicukupkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sekitar
Rp 40.000 dan membiayai anak-anak nya yang masih sekolah. Selama pandemi
berlangsung, keluarga Pak Yadi ini diketahui bahwa diketahui bahwa beliau
tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah, hal ini dikarenakan sudah menjadi
kebijakan dari pemerintah.
Informan lainnya yaitu Pak Ahmad ia seorang lulusan SMP sedangkan
istrinya bernama Ibu Yanti seorang lulusan SMA yang berperan sebagai ibu
rumah tangga. Berdasarkan hasil wawancara, keluarga Pak Ahmad tidak
membuka usaha warung di rumahnya. Hal ini dikarenakan jika membuka usaha
warung tentu memperlukan modal yang tidak sedikit, yang terpenting
pendapatan yang didapatkan sudah dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dan
membiayai anak-anak yang masih sekolah. Keluarga ini terdiri dari bapak, ibu
dan tiga anak. Mereka tinggal di suatu rumah yang kondisinya memperhatinkan
dan tidak layak huni, dimana rumah yang mereka tempati terlihat tidak sehat,
pintu rumah nya yang terbuat dari seng dan luas rumah yang cukup sempit.
Pekerjaan yang dilakoni oleh Pak Ahmad ialah sebagai supir angkot,
pendapatan yang diterima perharinya tidak menentu yaitu sekitar Rp 200.000
pendapatan tersebut mengalami penurunan selama pandemi Covid-19 yaitu
sekitar Rp 125.000. Dari pendapatan tersebut dicukupkan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari yaitu sekitar Rp 30.000-Rp 40.000 dan membiayai anak-
anak nya yang masih sekolah. Selama pandemi berlangsung, keluarga Pak
Ahmad ini diketahui bahwa beliau sudah 3 kali mendapatkan bantuan dari
pemerintah yaitu bantuan non tunai (sembako). Dengan bantuan tersebut
tentunya sangat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jikalau ditinjau berdasarkan jenis kemiskinan, peneliti dapat
mengkategorikan keluarga miskin sebagai kemiskinan relatif dimana seseorang
tersebut sudah dapat mencukupi hak dasarnya, akan tetapi tingkat
keterpenuhannya masih berada pada lapisan bawah. Lalu alasan peneliti
mengkategorikan bahwa beberapa keluarga yang berasal dari kalangan bawah
ini termasuk kemiskinan relatif dikarenakan pendapatan yang diterima oleh
beberapa keluarga yang berasal dari kalangan bawah tersebut sudah dapat
mencukupi kebutuhan sehari-harinya, meskipun bisa dikatakan secara pas-
pasan dan masih berada pada lapisan bawah.
Dari hasil wawancara tersebut ditemukan bahwa faktor penyebab adanya
fenomena kemiskinan akibat pandemi Covid-19 di Kampung Kalimurni
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Pertama, masih rendahnya tingkat
pendidikan. Dengan rendahnya tingkat pendidikan sesorang menyebabkan
seseorang tersebut kurang memiliki keterampilan tertentu yang akan diperlukan
dalam kehidupannya. Tidak hanya itu saja, rendahnya tingkat pendidikan
seseorang menyebabkan seseorang tersebut akan mengalami kesulitan dalam
masuk ke dunia kerja. Tingkat pendidikan yang rendah ini dialami oleh
beberapa keluarga yang berasal dari kalangan bawah yaitu: Ibu Siti, Ibu Fitri
dan Pak Ahmad, mereka hanya lulusan terakhir SMP. Kedua, keterbatasan
modal. Keterbatasan modal disini tidak hanya mengenai modal (uang) akan
tetapi juga berkaitan dengan modal produksi (keterampilan dan tanah). Dengan
adanya keterbatasan modal tentunya membuat masyarakat yang berasal dari
kalangan bawah mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya, perihal ini
dialami oleh keluarga Pak Ahmad dimana pendapatan yang didapatkan hanya
dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dan membiayai anak-anak nya yang
masih sekolah.
Ketiga, beban keluarga. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin
besar biaya pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga
keluarga yang berasal dari kalangan bawah berpendapat bahwa semakin banyak
jumlah anggota keluarga maka menyebabkan kondisi perekonomian mereka
semakin miskin. Beban tanggungan anggota keluarga yang berat dialami oleh
Ibu Siti. Dengan anak-anak nya yang masih sekolah sementara sang suami telah
meninggal dunia, karena sang suami telah meninggal dunia jadi Ibu Siti lah
yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keempat, adanya PHK
akibat merebaknya wabah Covid-19. Sejak adanya pandemi Covid-19 dimana
telah memberikan berbagai dampak ataupun perubahan-perubahan dalam
kehidupan manusia, baik dari segi pendidikan, budaya, sosial, politik, maupun
ekonomi telah merasakan dampaknya. Dari segi ekonomi ternyata pandemi ini
telah menimbulkan dampak yaitu menyebabkan sesorang kehilangan
pekerjaannya akibat PHK. Adanya PHK ini dialami oleh Pak Yadi, sebelum
pandemi Covid-19 pekerjaan yang dilakoni oleh Pak Yadi ialah sebagai buruh
pabrik tetapi setelah merebaknya wabah Covid-19 yang semakin meningkat
menyebabkan beliau di PHK dari tempat pekerjaannya. Lalu pekerjaan yang
dilakoni oleh Pak Yadi saat ini ialah menjadi supir gojek.
Lalu upaya pemerintah dalam mengatasi kemiskinan akibat pandemi
Covid-19 di Kampung Kalimurni, berdasarkan hasil wawancara terhadap
pegawai Kelurahan Kencana dan Pak RW ditemukan bahwasanya bantuan yang
telah pemerintah berikan kepada masyarakat yang berasal dari kalangan bawah
sudah dapat dikatakan efektif dan sangat membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bantuan tersebut dapat berupa bantuan tunai
dan non tunai (sembako), bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah
sebanyak 1.021. Bantuan tersebut diberikan kepada masyarakat yang berasal
dari kalangan bawah, sementara bantuan yang diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat yang berasal dari kalangan bawah di Kampung Kalimurni
sebanyak 163. Jumlah tersebut begitu sedikit dari jumlah yang diajukan oleh
Pak RW, yaitu sekitar 500 kepala keluarga yang berasal dari kalangan bawah.
Meskipun demikian, Pak RW memberikan sebuah solusi agar masyarakat yang
berasal dari kalangan bawah yang tidak mendapat bantuan ini tetap terbantu,
yaitu dengan cara membagi satu bantuan tersebut untuk dua kepada keluarga.
Hal ini beliau lakukan agar masyarakat yang berasal dari kalangan bawah yang
tidak mendapat bantuan tersebut dapat terpenuhi kebutuhan sehari-harinya.

III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di Indonesia, masalah sosial semakin kompleks dan hingga saat ini
masih belum diatasi secara tepat oleh pemerintah. Salah satu nya ialah masalah
kemiskinan khususnya di Kampung Kalimurni, Kelurahan Kencana, Kota
Bogor dimana terdapat fenomena kemiskinan yang diakibatkan oleh adanya
pandemi Covid-19. Perihal ini tentunya menyebabkan kondisi perekonomian
masyarakat yang berasal dari kalangan bawah begitu memperihatinkan. Selama
pandemi berlangsung mereka berusaha untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
dengan pendapatan yang tidak menentu.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di Kampung
Kalimurni menunjukkan bahwa masyarakat yang berasal dari kalangan bawah
ini terlihat sangat memperihatinkan dimana rumah yang mereka tempati ini
masih semi permanen dengan luas rumah yang cukup sempit dan terkadang jika
sedang hujan, terdapat beberapa bagian rumah yang merembes. Sementara dari
hasil wawancara tersebut ditemukan bahwa faktor penyebab adanya fenomena
kemiskinan akibat pandemi Covid-19 di Kampung Kalimurni disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu 1) masih rendahnya tingkat pendidikan; 2) keterbatasan
modal; 3) beban keluarga; dan 4) adanya PHK akibat merebaknya wabah
Covid-19. Lalu upaya pemerintah dalam mengatasi kemiskinan akibat pandemi
Covid-19 di Kampung Kalimurni, berdasarkan hasil wawancara terhadap
pegawai Kelurahan Kencana dan Pak RW ditemukan bahwasanya bantuan yang
telah pemerintah berikan kepada masyarakat yang berasal dari kalangan bawah
sudah dapat dikatakan efektif dan sangat membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bantuan tersebut dapat berupa bantuan tunai
dan non tunai (sembako), bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah
sebanyak 1.021. Bantuan tersebut diberikan kepada masyarakat yang berasal
dari kalangan bawah, sementara bantuan yang diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat yang berasal dari kalangan bawah di Kampung Kalimurni
sebanyak 163. Jumlah tersebut begitu sedikit dari jumlah yang diajukan oleh
Pak RW, yaitu sekitar 500 kepala keluarga yang berasal dari kalangan bawah.
Agar masyarakat yang berasal dari kalangan bawah yang tidak mendapat
bantuan ini tetap terbantu yaitu dengan cara membagi satu bantuan tersebut
untuk dua kepada keluarga.
Setelah dilakukannya penelitian tentang fenomena kemiskinan akibat
pandemic Covid-19 di Kampung Kalimurni yang hingga kini belum diatas
dengan tepat, maka peneliti mengungkapkan beberapa solusi alternatif untuk
memecahkan masalah kemiskinan diantaranya yaitu:
1. Seharusnya pemerintah mendirikan Balai Latihan kerja, agar masyarakat
yang berasal dari kalangan bawah mempunyai keterampilan.
2. Pemerintah memberikan beasiswa pendidikan kepada orang yang berasal
dari kalangan, agar tetap diberi kesempatan untuk tetap melanjutkan
pendidikan dasar.
3. Bagi kepala keluarga yang mengalami PHK akibat pandemi Covid-19,
seharusnya diberi modal untuk menciptakan sumber pendapatan baru,
misalnya bercocok tanam, menjahit dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Sa'diyah El. (2020). Kemiskinan dan Faktor-Faktor Penyebabnya. Journal


of Social Work and Social Service, Vol.1, No.1, hlm 43-50.
Annur, Reza Attabiurrobbi. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan
Di Kecamatan Jekulo dan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun 2013. Journal
Economics Development Analysis, Vol.2, No.4, hlm 409-426.
Hendra, Roy. (2010). Determinan Kemiskinan Absolut Di Kabupaten/Kota Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2005 – 2007. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Jamaludin, Adon Nasrullah. (2017). Sosiologi Perkotaan. Bandung: Cv Pustaka Setia
Laksono, Puji. (2017). Feminisasi Kemiskinan (Studi Kualitatif pada Perempuan
Miskin di Desa Kembang Belor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto). .
Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan Antropologi, Volume I,No.01. hlm
1-15.
Mualifah, Nur. (2020). Dampak Kemiskinan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Kampung Bumi Raharjo Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi. Lampung:
IAIN Metro.
Rahman, Putri Anita dkk. (2019). Kemiskinan Dalam Perspektif Ilmu Sosial. Jurnal
Pendidikan Tambusai, Vol.3, No.6,hlm 1542-1548.
Ritzer, G. (2014). Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukmawati, A. (2020). Pembentukan Karakater Berbasis Keteladanan Guru Dan
Pembiasaan Murid SIT Al Biruni Jipang Kota Makassar. Tesis. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Taringan, Herlina. dkk. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kemiskinan di
Indonesia. Jurnal, hlm 457-479.
LAMPIRAN

Observasi terhadap salah satu rumah dari masyarakat yang berasal dari kalangan
bawah.
Observasi terhadap salah satu rumah dari masyarakat yang berasal dari kalangan
bawah.

Wawancara terhadap pegawai Kelurahan Kencana.


Wawancara terhadap Pak RW
Wawancara terhadap masyarakat yang berasal dari kalangan bawah

 Transkip wawancara terhadap pegawai Kelurahan Kencana

Pewawancara: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Narasumber 1 dan 2: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Pewawancara: Mohon maaf mengganggu waktunya Pak, Bu. Saya Tri Rahmatina
salah satu mahasiswi jurusan sosiologi semester 4 dari universitas Islam negeri Sunan
Gunung Djati Bandung, dikarenakan saat ini saya ada tugas praktikum dari kampus
untuk melakukan penelitian mengenai fenomena kemiskinan akibat pandemi Covid-
19, apakah Bapak bersedia untuk diwawancarai?

Narasumber 1 dan 2: Ya, silahkan.

Pewawancara: Sebelumnya, siapa nama Bapak dan Ibu?

Narasumber 1: Nama saya Abdul Malik, S.A.P dengan jabatan sebagai kepala seksi
pemerintahan.

Narasumber 2: Nama saya Kas Fitriani, S.A.P dengan jabatan sebagai Kepala seksi
Kemasyarakatan.

Pewawancara: Baik Pak Malik dan Bu Fitri, menurut Pak Malik adakah pengaruh
pandemic Covid-19 terhadap pendapatan yang didapatkan oleh masyarakat yang
kurang mampu di Kelurahan Kencana?

Narasumber 1: Menurut saya adanya pandemi ini tentu sangat berpengaruh pada
pendapatan masyarakat yang kalangan bawah, di sini juga ada pedagang sayur, buah-
buahan yang berjualan di Pasar dimana selama pandemi berlangsung tentunya
menyebabkan pendapatan mereka mengalami penurunan akibat adanya penerapan
kebijakan PSBB.

Pewawancara: Apa dampak yang ditimbulkan dari adanya fenomena kemiskinan


akibat pandemi Covid-19?
Narasumber 2: Dampak nya ini bisa menyebabkan pendidikan seseorang yang berasal
dari kalangan bawah menjadi terhenti karena terkendala biaya, penghasilan
mengalami penurunan dan lain sebagainya.

Pewawancara: Lalu apa upaya pemerintah dalam mengatasi fenomena kemiskinan


akibat pandemi Covid-19 di Kelurahan Kencana?

Narasumber 1: Untuk upaya pemerintah dalam mengatasi fenomena kemiskinan


akibat pandemi Covid-19 ini dengan cara memberikan bantuan tunai dan non tunai.

Pewawancara: Dari bantuan tersebut apakah sudah efektif dan membantu


masyarakat?

Narasumber 2: Bantuan yang diberikan oleh pemerintah sudah efektif dan sangat
membantu perekonomian masyarakat yang berasal dari kalangan bawah. Mereka jadi
terbantu perekonomian nya dengan adanya bantuan tersebut.

Pewawancara: Lalu berapa jumlah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat yang berasal dari kalangan bawah di Kelurahan Kencana?

Narasumber 1: Bantuan yang diberikan oleh pemerintah sebanyak 1.021 yang akan
diberikan kepada masyarakat yang berasal dari kalangan.

Pewawancara: Baik, karena pertanyaan yang saya tanyakan sudah terjawab.


Sebelumnya terima kasih banyak atas informasinya dan mohon maaf sudah
mengganggu waktunya Ibu dan Bapak. Saya izin pamit, assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.

Narasumber 1 dan 2: Sama-sama, wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

 Transkip wawancara terhadap Pak RW 001

Pewawancara: Assalamualaikum Pak RW

Narasumber: Wa'alaikumsalam
Pewawancara: Mohon maaf mengganggu waktunya Pak RW, saya Tri Rahmatina
salah satu mahasiswi jurusan sosiologi semester 4 dari universitas Islam negeri Sunan
Gunung Djati Bandung. Dikarenakan saya ada tugas praktikum dari kampus untuk
melakukan penelitian mengenai fenomena kemiskinan akibat pandemi Covid-19 di
Kampung Kalimurni, apakah Bapak bersedia untuk diwawancarai?

Narasumber: Ya, tentu bersedia.

Pewawancara: Begini Pak, menurut Bapak adakah pengaruh pandemi terhadap


pendapatan yangg didapatkan oleh masyarakat yang kurang mampu di Kampung
Kalimurni?

Narasumber: Ya, tentu adanya pandemi ini tentu merugikan masyarakat terutama
masyarakat yang berasal dari kalangan bawah. Pendapatan mereka mengalami
penurunan dan bahkan sampai kehilangan penghasilan nya. Hal ini tentu sangat ironis
sekali, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pewawancara: Apa upaya pemerintah dalam mengatasi fenomena kemiskinan akibat


pandemi Covid-19 di Kampung Kalimurni?

Narasumber: Ya, upaya dari pemerintah yaitu memberikan bantuan baik itu bantuan
tunai dan non tunai (sembako).

Pewawancara: Lalu, apakah bantuan tersebut sudah efektif dan membantu


perekonomian masyarakat yang berasal dari kalangan bawah?

Narasumber: Ya, bantuan tersebut sudah efektif dan sangat membantu perekonomian
masyarakat yang berasal dari kalangan bawah akan tetapi jumlah bantuan dari
pemerintah yang diberikan kepada masyarakat yang berasal dari kalangan bawah di
Kampung Kalimurni sebanyak 163. Sementara saya mengajukan sekitar 500 kepala
keluarga yang berasal dari kalangan bawah.

Pewawancara: Jumlah nya begitu sedikit ya Pak, lalu bagaimana solusi Bapak selaku
Pak RW agar kepala keluarga yang berasal dari kalangan bawah tetap bisa membantu
perekonomian nya Pak?
Narasumber: Solusi dari saya sendiri yaitu dengan membagi 1 bantuan dari
pemerintah untuk 2 kepala keluarga agar masyarakat yang berasal dari kalangan
bawah yang tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah tetap terbantu.

Pewawancara: Baik Pak, karena pertanyaan yang saya tanyakan sudah terjawab,
sebelumnya nya terima kasih banyak Pak atas informasinya. Saya izin pamit
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Narasumber: Sama-sama, wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

 Transkip wawancara terhadap masyarakat yang berasal dari kalangan bawah

Pewawancara: Assalamualaikum

Narasumber: Wa'alaikumsalam

Pewawancara: Mohon maaf sebelumnya Bu, saya Tri Rahmatina salah satu
mahasiswi jurusan sosiologi semester 4 dari universitas Islam negeri Sunan Gunung
Djati Bandung. Dikarenakan saya ada tugas praktikum dari kampus untuk melakukan
penelitian mengenai fenomena kemiskinan akibat pandemi Covid-19, apakah Ibu
bersedia untuk diwawancarai?

Narasumber: Ya, tentu bersedia.

Pewawancara: Nama Ibu siapa?

Narasumber: Nama saya Siti Sulaeha

Pewawancara: Baik Bu Siti, jika boleh tau pendidikan terakhir nya apa?

Narasumber: Saya lulusan SMP

Pewawancara: Berapa jumlah anggota keluarga?

Narasumber: lima orang terdiri dari saya dan empat anak.

Pewawancara: Pekerjaan apa saat ini anda lakukan?

Narasumber: saya tidak bekerja tetapi membuka usaha warung kecil-kecilan.


Pewawancara: Berapa pendapatan yang anda dapatkan dalam perharinya?

Narasumber: Pendapatan seharinya sekitar Rp 200.000.

Pewawancara: Apakah dengan pendapat tersebut cukup memenuhi kebutuhan sehari-


hari?

Narasumber: Ya, dengan pendapatan tersebut harus dicukupkan untuk memenuhi


kebutuhan sehari-hari dan bahkan saat ini anak saya masih sekolah jadi dibisa
dikatakan pendapatan tersebut harus dicukupkan meskipun secara pas-pasan.

Pewawancara: Apakah suami Ibu bekerja?

Narasumber: Suami saya sudah wafat, yang mencari penghasilan hanya saya.

Pewawancara: Berapa pengeluaran yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan


sehari-hari Bu?

Narasumber: Ya, untuk biaya kebutuhan sehari-hari dalam sehari sekitar Rp 30.000-
Rp 50.000

Pewawancara: Selama pandemi berlangsung apakah mempengaruhi pendapatan yang


Ibu dapatkan?

Narasumber: Ya, mengalami penurunan pendapatan Neng. Dari pendapatan


sebelumnya sekitar Rp 200.00 menjadi Rp 125.000 perhari.

Pewawancara: Lalu, apakah anda mendapatkan bantuan dari pemerintah?

Narasumber: Alhamdulillah dapat Neng, bantuan nya berupa sembako.

Pewawancara: Apakah bantuan tersebut dapat membantu anda dalam memenuhi


kebutuhan sehari-hari?

Narasumber: Tentu sangat terbantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.


Pewawancara: Baik Ibu karena pertanyaan yang saya tanyakan sudah terjawab semua,
saya mengucapkan terima kasih banyak atas informasinya. Saya izin pamit Bu,
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Narasumber: Sama-sama, wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

 Transkip wawancara terhadap masyarakat yang berasal dari kalangan bawah

Pewawancara: Assalamualaikum

Narasumber: Wa'alaikumsalam

Pewawancara: Mohon maaf sebelumnya Pak, saya Tri Rahmatina salah satu
mahasiswi jurusan sosiologi semester 4 dari universitas Islam negeri Sunan Gunung
Djati Bandung. Dikarenakan saya ada tugas praktikum dari kampus untuk melakukan
penelitian mengenai fenomena kemiskinan akibat pandemi Covid-19, apakah Bapak
bersedia untuk diwawancarai?

Narasumber: Ya, tentu boleh.

Pewawancara: Nama Bapak siapa?

Narasumber: Nama saya Yadi.

Pewawancara: Baik Pak Yadi, jika boleh tau apa pendidikan terakhir nya?

Narasumber: Saya lulusan SMA

Pewawancara: Berapa jumlah anggota keluarga?

Narasumber: Jumlah anggota keluarga ada lima orang terdiri dari saya, istri dan tiga
anak.

Pewawancara: Siapa nama istri bapak?

Narasumber: Nama istri saya Fitriani.

Pewawancara: jika boleh tau, apa pendidikan terakhir nya?

Narasumber: Istri saya lulusan SMP.


Pewawancara: Lalu pekerjaan apa saat ini Bapak lakukan?

Narasumber: Sekarang bekerja sebagai supir Go-Jek, sebelumnya saya berkerja di


pabrik tapi karena nya adanya pandemi saya mengalami PHK dari tempat saya kerja.

Pewawancara: Berapa pendapatan yang Anda dapatkan dalam perhari nya?

Narasumber: Pendapatan yang saya dapatkan tidak menentu, bisa sekitar Rp 80.000-
Rp 100.000.

Pewawancara: Apakah dengan pendapat tersebut cukup memenuhi kebutuhan sehari-


hari?

Narasumber: Ya, tercukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai


anak yang masih sekolah.

Pewawancara: Apakah istri bapak bekerja?

Narasumber: Istri saya tidak bekerja tetapi membuka usaha warung kecil-kecilan.

Pewawancara: berapa pendapatan yg didapatkan dari usaha warung Pak?

Narasumber: Pendapatan nya tidak menentu, perhari bisa sekitar Rp 125.000.

Pewawancara: Lalu berapa pengeluaran yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan


sehari-hari?

Narasumber: Ya, kata Istri saya biaya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari sekitar Rp 40.000

Pewawancara: Selama pandemi berlangsung apakah mempengaruhi pendapatan yang


Bapak dapatkan?

Narasumber: Pendapat saya tidak mengalami penurunan tapi pendapatan dari usaha
warung mengalami penurunan yang awalnya Rp 125.000 menjadi Rp 50.000 perhari.

Pewawancara: Lalu, apakah anda mendapatkan bantuan dari pemerintah?

Narasumber: Untuk bantuan saya tidak dapat dari pemerintah Neng.


Pewawancara: Jika boleh tau, kenapa bisa tidak mendapatkan bantuan Pak?

Narasumber: Karena ini sudah menjadi kebijakan dari pemerintah Neng.

Pewawancara: Baik Bapak karena pertanyaan yang saya tanyakan sudah terjawab
semua, sebelumnya terima kasih banyak atas informasinya Pak. Saya izin pamit,
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Narasumber: Sama-sama Neng, wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

 Transkip wawancara terhadap masyarakat yang berasal dari kalangan bawah

Pewawancara: Assalamualaikum

Narasumber: Wa'alaikumsalam

Pewawancara: Mohon maaf sebelumnya Pak, saya Tri Rahmatina salah satu
mahasiswi jurusan sosiologi semester 4 dari universitas Islam negeri Sunan Gunung
Djati Bandung. Dikarenakan saya ada tugas praktikum dari kampus untuk melakukan
penelitian mengenai fenomena kemiskinan akibat pandemi Covid-19, apakah Bapak
bersedia untuk diwawancarai?

Narasumber: Ya, tentu boleh Neng.

Pewawancara: Nama Bapak siapa?

Narasumber: Nama saya Ahmad Nasrullah.

Pewawancara: Baik Pak Ahmad, jika boleh tau apa pendidikan terakhir nya?

Narasumber: Saya lulusan SMP

Pewawancara: Berapa jumlah anggota keluarga?

Narasumber: Jumlah anggota keluarga saya ada lima orang Neng terdiri dari saya,
istri dan tiga anak.

Pewawancara: Siapa nama istri Bapak?

Narasumber: Namanya Yanti


Pewawancara: jika boleh tau, apa pendidikan terakhir nya?

Narasumber: Istri saya lulusan SMA Neng.

Pewawancara: Lalu pekerjaan apa saat ini Bapak lakukan?

Narasumber: Saya bekerja sebagai supir angkot.

Pewawancara: Berapa pendapatan yang Bapak dapatkan dalam perhari nya?

Narasumber: Pendapatan yang saya dapatkan perharinya tidak menentu, bisa sekitar
Rp 200.00.

Pewawancara: Apakah dengan pendapat tersebut cukup memenuhi kebutuhan sehari-


hari?

Narasumber: Ya tentu tercukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan


membiayai anak yang masih sekolah.

Pewawancara: Apakah istri bapak bekerja?

Narasumber: Istri saya tidak bekerja Neng.

Pewawancara: Lalu apakah memiliki rencana untuk membuka usaha seperti warung
kecil-kecilan Pak?

Narasumber: Ya, jika membuka usaha warung tentu memerlukan modal yang tidak
sedikit Neng.

Pewawancara: Ya bener juga Pak pasti memerlukan modal yang tidak sedikit, lalu
berapa pengeluaran yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari?

Narasumber: Ya, kata Istri saya biaya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari sekitar Rp 30.000-Rp 40.000

Pewawancara: Selama pandemi berlangsung apakah mempengaruhi pendapatan yang


Bapak dapatkan?
Narasumber: Ya tentu pendapatan saya mengalami penurunan sejak adanya pandemi,
yang awalnya Rp 200.000 menjadi Rp 125.000 perhari.

Pewawancara: Lalu, apakah anda mendapatkan bantuan dari pemerintah?

Narasumber: Alhamdulillah dapat, bantuan nya berupa sembako seperti beras, telur
dan lain sebagainya.

Pewawancara: Apakah bantuan tersebut dapat membantu anda dalam memenuhi


kebutuhan sehari-hari?

Narasumber: Ya, tentu sangat terbantu Neng dengan adanya bantuan dari pemerintah,
bisa membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pewawancara: Baik Bapak karena pertanyaan yang saya tanyakan sudah terjawab
semua, sebelumnya terima kasih banyak atas informasinya Pak. Saya izin pamit Pak,
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Narasumber: Sama-sama, wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai