Anda di halaman 1dari 14

“KEMISKINAN EKSTREM YANG DIALAMI WARGA CIANJUR

AKIBAT PANDEMI COVID-19”

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Kemiskinan

Dosen Pengampu:

Mujiyono,S.Sos.,MPS.SP.

Ditulis Oleh:
Jellsy Zelsia Ananda Sularsana
41153020190005

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas karunia
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kemiskinan
Ekstrem yang Dialami Warga Cianjur Akibat Pandemi Covid-19” tepat waktu. Di
samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dan mendukung penulis dalam proses pembuatan makalah ini.
Tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari keluarga, teman-teman, serta
Bapak Mujiyono,S.Sos.,MPS.SP selaku dosen Mata Kuliah Studi Kemiskinan, penulis
akan mengalami hambatan dalam mengerjakan tugas makalah yang diberikan. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam karya ilmiah makalah
ini. Maka dari itu, penulis meminta saran dan kritik yang membangun dari para ahli agar
penulis dapat memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dalam menulis karya ilmiah
di waktu yang akan datang.
Terlepas dari adanya kekurangan pada makalah ini, penulis berharap
semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Atas perhatiannya,
penulis mengucapkan terima kasih.

Bandung, 07 Desember 2021

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................................................. 2
D. Metode Penelitian ............................................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................
A. Masalah Kemiskinan yang Dialami Oleh Warga Cianjur .......................................... 4
B. Jenis-Jenis Kemiskinan dan Contohnya........................................................................ 6
C. Program Pemeritah Cianjur Dalam Mengatasi Kemiskinan ...................................... 8
BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan berasal dari kata dasar mis-kin yang artinya tidak berharta-
benda (menurut Poerwadarminta, KBBI). Pengertian lebih luas, kemiskinan dapat
diartikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga,
maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup (sandang,pangan, dan
papan). Jika dikaitkan dengan istilah pandemi covid-19 yang telah mewabah di
hampir seluruh penjuru dunia, maka ada banyak sekali negara yang angka
kemiskinannya semakin melonjak. Salah satunya negara kita sendiri yaitu
Indonesia.
Banyak masyarakat Indonesia yang terkena dampak covid-19 dan
kehilangan pekerjaan sehingga mengakibatkan dampak sosial. Meskipun
Indonesia masuk 5 besar dalam daftar negara dengan penurunan kasus covid-19
yang signifikan, namun tetap saja pandemi covid-19 ini belum usai. Dari kondisi
terkini, secara kasat mata dapat terlihat bahwa kondisi kehidupan masyarakat
Indonesia belum pulih sepenuhnya seperti masa-masa sebelum pandemi, terutama
dalam bidang ekonomi.
Tak hanya perihal kesehatan, untuk masyarakat yang tidak memiliki
pekerjaan tetap atau serabutan, tentu saja covid-19 ini akan membuat mereka
mengalami keterpurukan sosial. Hal ini dapat terlihat dari angka kemiskinan yang
terus meningkat di beberapa wilayah. Dinas Sosial (Dinsos) Jawa Barat mencatat
angka kemiskinan di Jawa Barat meningkat dari 6,8 persen pada 2019 menjadi 9,7
persen pada 2021. "Angka kemiskinan hingga September 2019 mencapai 6,8
persen. Pada 2020, angka kemiskinan meningkat menjadi 8,4 persen dan pada
2021 sebesar 9,7 persen," ujar Kepala Dinas Sosial Jawa Barat, Dodo Suhendar,
(19/10/2021).
Jika berbicara tentang Jawa Barat, maka ada satu daerah yang terkenal
dengan sebutan Lumbung Padi Jawa Barat yaitu Cianjur. Sebagian besar wilayah
Cianjur merupakan penghasil produk pertanian unggulan, seperti beras pandan
wangi yang terkenal hingga ke luar negeri. Namun, selama pandemi covid-19 ini,
para petani dan pekerja lainnya mengalami hambatan dan penurunan penghasilan
yang ekstrem. Maka dari itu, dalam makalah yang berjudul “Lumbung Padi Jawa
Barat Dilanda Kemiskinan Ekstrem Akibat Pandemi Covid-19” ini, penulis akan
menjelaskan situasi dan kondisi kemiskinan yang dialami oleh warga Cianjur
selama pandemic covid-19.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa warga Cianjur mengalami kemiskinan ekstrem?
2. Apa saja jenis-jenis kemiskinan dan contohnya?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi kemiskinan tersebut?

1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengapa warga Cianjur mengalami kemiskinan ekstrem.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kemiskinan dan contohnya.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi kemiskinan
tersebut.

D. Metode Penelitian
Makalah ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
BAB II

LANDASAN TEORI
Menurut Nurwati (2008), kemiskinan merupakan masalah sosial yang terus ada
di kehidupan masyarakat. Masalah kemiskinan sangatlah lama, dan dalam waktu yang panjang,
sama seperti halnya dengan usia manusia itu sendiri, dan unsur pokok permasalahannya adalah
menyangkut berbagai macam bentuk atau karakter kehidupan manusia. Dengan kata lain bahwa
kemiskinan ini merupakan masalah kehidupan yang sifatnya global atau mendunia, artinya
masalah kemiskinan sudah menjadi perhatian dunia, dan masalah tersebut ada di semua negara,
walaupun dampak dari kemiskinan sangatlah berbeda-beda.
Menurut Amarta Sen (1987) dalam Haughton dan Shahidur (2012) kemiskinan
dikaitkan dengan kemampuan untuk menjalankan suatu fungsi dalam masyarakat. Dengan
demikian kemiskinan timbul apabila masyarakat tidak memiliki pendapatan, dan tidak
mendapatkan pendidikan yang memadai, serta kondisi kesehatan yang buruk. Kemiskinan
dianggap sebagai sebuah fenomena multidimensional.
Menurut BPS (2016) kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi,
materi dan fisik untuk mencukupi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur
dengan pengeluaran. Ukuran kemiskinan yaitu menggunakan garis kemiskinan. Yang terdiri dari
garis kemiskinan makanan (GKM), dan garis kemiskinan non makanan (GKNM). Garis kemiskinan
makanan adalah nilai pengeluaran yang di hasilkan dari nilai kebutuhan minimum makanan yang
di hitung dalam 2.100 kalori perkapita perhari, sedangkan garis kemiskinan non makanan di
hitung dari kebutuhan minimum untuk sandang, pendidikan, dan kesehatan dan kebutuhan
dasar lainnya.
Menurut Haughton dan Shahidur (2012:3) kemiskinan selalu berhubungan
dengan ketimpangan, dan kerentanan karena orang yang tidak dianggap miskin bisa saja
sewaktu-waktu menjadi miskin jika mengalami permasalahan misalkan krisis finansial, dan
penurunan harga usaha pertanian. Kerentanan merupakan sebuah dimensi pokok kesejahteraan
karena hal tersebut mempengaruhi tingkah laku setiap individu dalam hal investasi, pola
produksi dan strategi yang sesuai serta persepsi tentang situasi masing-masing.
Menurut teori Nurkse (dalam Kuncoro 1997:107) Kemiskinan bertumpu pada
teori lingkaran setan kemiskinan, adanya ketidaksempurnaan pasar, kurangnya modal, dan
keterbelakangan Sumber daya manusia menyebabkan produktivitas rendah. Rendahnya
produktivitas akan mengakibatkan pendapatan ikut rendah, rendahnya produktivitas
mengakibatkan pendapatan yang di terima rendah, pendapatan yang rendah mengakibatkan
investasi dan tabungan menurun.

3
BAB III

PEMBAHASAN
A. Masalah Kemiskinan yang Dialami Oleh Warga Cianjur
Merebaknya virus baru di awal tahun 2020 menggemparkan dunia karena
virus ini sangat mudah menular, virus ini dikenal coronavirus (SARS-CoV) dan
jenis penyakit yang ditimbulkan disebut Coronavirus disingkat covid-19 (Yuliana,
2020). Covid-19 merupakan keluarga besar virus yang menular dan dapat
menyebabkan penyakit ringan seperti pilek sampai penyakit serius seperti MERS
dan SARS (Supardi dan Rahmad, 2020). WHO menyatakan bahwa covid-19
menular melalui orang yang terinfeksi coronavirus. Virus tersebut menyebar
melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin. Selanjutnya, droplet yang
mengandung coronavirus dapat mendarat dipermukaan benda yang mungkin di
sentuh oleh orang yang sehat. Jika di tangan orang yang sehat terdapat coronavirus
dan kemudian menyentuh hidung, mulut atau mata, maka orang tersebut akan
terpapar coronavirus. Coronavirus itu sifat nya zoonotik yaitu penyakit pada
hewan yang bisa menyebar ke manusia. Namun, pada SARS COV-2 bisa menular
dari satu orang ke orang yang lain nya.
Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Diketahui
pada akhir desember tahun 2019 . sampai saat ini sudah di pastikan terdapat 65
negara lebih yang telah terjangkit virus ini termasuk di Indonesia. Upaya dalam
mengurangi penyebaran wabah covid-19 setiap negara adalah melakukan
kebiasaan dengan cara sering mencuci tangan, hindari menyentuh area wajah,
hindari berjabat tangan dan berpelukan, menggunakan barang pribadi, lakukan
etika batuk dan bersin, hindari berkumpul dalam jumlah banyak, mencuci bahan
makanan, gunakan disinfektan, social distancing. Pemerintah mengeluarkan
kebijakan beraktifitas di dalam rumah saja untuk mencegah penyebaran virus.
Dengan bekerja di rumah, belajar di rumah, menjaga kebersihan. Mengisolasi diri
merupakan salah satu tindakan memutus mata rantai penyebaran wabah covid-19.
Namun, di sisi lain kebijakan membatasi diri memberi dampak signifikan
bagi para pencari nafkah di luar rumah, terutama sektor informal yang merupakan
kelompok marginal paling kuat terkena dampaknya bahkan banyak yang di PHK
dan dirumahkan, bahkan akan muncul kelompok rentan baru akibat dirumahkan
dan tidak bisa mencari pekerjaan atau kehilangan pekerjaan (Masúdi dan Winanti,
2020). Demikian juga menurut Susilawati, Reinpal Falefi, dan Agus Purwoko
(2020), sektor yang terkena dampak pandemi Covid-19 yang paling signifikan
adalah sektor rumah tangga karena tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi dan
secara otomatis terhenti untuk beberapa waktu sehingga tidak mendapat
penghasilan untuk menghidupi keluarganya. Akibatnya daya beli masyarakat
menurun, aktivitas pendidikan menurun, kesehatan menurun, sehingga
bertambahnya masyarakat miskin, salah satunya di daerah Cianjur, Jawa Barat.

4
5

Kabupaten Cianjur terkenal sebagai salah satu daerah lumbung padi di


Jawa Barat, namun akibat pandemic covid-19, kini Kabupaten Cianjur memiliki
masalah besar menjadi salah satu wilayah prioritas penanganan kemiskinan
ekstrem yang akan dilakukan pemerintah pusat di Jawa Barat pata tahun 2021 ini.
Hal ini setelah dinyatakan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, bahwa Kabupaten
Cianjur bersama Kabupaten Bandung, Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Indramayu, dan Kabupaten Karawang merupakan daerah dengan
angka kemiskinan ekstrem tertinggi di Jawa Barat,” ujar Kepala Dinas Sosial
(Dinsos) Kabupaten Cianjur Asep Suparman kepada Portal Bandung Timur.
Dikatakan Asep Suparman, indikator kemiskinan ekstrem dilihat dari indeks desa
mandiri dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Ukuran kemiskinan
ekstrem berdasar pada kemampuan suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan
dasar yang menurut catatan di Pemkab Cianjur ada lebih dari 90 ribu masyarakat
miskin yang tersebar di 32 kecamatan di Kabupaten Cianjur. Saat ini berdasakan
data di Dinas Sosial Pemkab Cianjur, jumlah penduduk yang termasuk dalam
kategori daerah berpenduduk miskin sebesar 4 persen. Sedangkan jumlah
penduduk miskin ekstrem sebanyak 90.480 jiwa dan angka kemiskinan secara
keseluruhan mencapai 10 persen atau sekitar 300 keluarga.

Kepala Dinas Sosial Kab. Cianjur mengatakan 90 ribu warga miskin


tersebut tersebar di 354 desa di 32 kecamatan di Kabupaten Cianjur. Tidak ada
titik atau kampung tertentu yang memang didominasi warga miskin di Cianjur.
Tersebar di 354 desa dan 32 kecamatan. “Setiap kecamatan ada lima desa, jadi
total ada 25 desa yang jadi pilot project. Kelima kecamatan tersebut yaitu Cidaun,
Pasirkuda, Cijati, Campaka Mulya, dan Tanggeung," ujar Kepala Dinas Sosial
Kabupaten Cianjur tersebut. Beliau juga menjelaskan jika lima kecamatan
tersebut diajukan sebagai percontohan berdasarkan indeks desa mandiri dan
beberapa desa masuk dalam kategori desa tertinggal. Kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah tujuannya memang untuk memutus penyebaran
rantai virus covid-19, namun di sisi lain membuat warga kesusahan dalam mencari
penghasilan terutama untuk masyarakat yang kurang mampu dalam segi ekonomi.
Berdasarkan data Dinas Sosial Cianjur, tercatat 68 persen atau 1.541.424 warga
Cianjur masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang
merupakan penerima bantuan warga tidak mampu, dari total penduduk sebanyak
2.243.904 jiwa. Pemerintah Kabupaten Cianjur mengatakan, kondisi warganya
yang rata-rata tingkat pendidikan rendah, tidak tamat sekolah dasar (SD) dan
sekolah menengah pertama (SMP), menjadi penghambat pelaksanaan program
untuk menekan angka kemiskinan di Cianjur. Untuk itu, Pemkab mendirikan
sekolah di semua kecamatan dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
untuk meningkatkan sumber daya manusia dan indeks pembangunan manusia
(IPM). Di samping itu, pengembangan berbagai bidang usaha sudah banyak
dijalani dengan membina pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Cianjur.
6

B. Jenis-Jenis Kemiskinan dan Contohnya

-Kemiskinan Subjektif

Kemiskinan subjektif adalah arti kemiskinan yang dipandang dari


beberapa realitas sosial yang umumnya berkaitan dengan penilaian kemiskinan.
Sehingga dalam kemiskinan subjektif dapat dilihat dari perilaku,
spiritual, kemampuan intelektual, emosional, dan relasional. Contoh: seseorang
yang memiliki penghasilan yang cukup namun ia sendiri masih merasa bahwa
penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dikarenakan ia
selalu melihat orang yang penghasilannya lebih tinggi darinya.

-Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang berkaitkan dengan perkiraan


tingkat pendapatan dan kebutuhan yang berdasarkan pada kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar minimum yang merupakan sebuah patokan seseorang untuk
hidup secara layak. Seseorang termasuk dalam golongan miskin absolut apabila
hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Contoh: seorang kepala keluarga yang
memiliki penghasilan dari usahanya berdagang namun tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
7

-Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dapat dilihat dari aspek


ketimpangan sosial, sering terjadi fenomena dimana seseorang sudah dapat
memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah
dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan
antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan
berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah penduduk yang dapat dikategorikan
miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi
pendapatan. Contoh: gaji UMR karyawan di Kab. Cianjur sebesar Rp.2.000.000
akan jauh lebh kecil jika dibandingkan dengan gaji UMR karyawan di Kab.
Karawang sebesar Rp.4.000.000

-Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang ditimbulkan oleh fakto-


faktor alami seperti orang yang sakit dan tidak mampu bekerja, keterbelakangan
mental atau fisik, faktor usia, serta faktor bencana alam.

-Kemiskinan Kultural
8

Kemiskinan ini mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok


masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di
mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan.
Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam
pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan mengubah tingkat
kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran
yang dipakai secara umum. Contoh: masyarakat suku pedalaman yang merasa
sudah cukup dan tidak ingin merubah keadaan karena mengacu pada adat istiadat
yang berlaku.

-Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-


faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomiyang tidak adil, distribusi aset
produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Contoh: para petani
yang tidak memiliki tanah pribadi atau petani dengan kepemilikan lahan yang
kecil sehingga hasilnya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari atau warga yang
kehilangan sumber daya alam di daerah mereka akibat dikuasai oleh investor dari
luar.

C. Program Pemeritah Cianjur Dalam Mengatasi Kemiskinan

Wakil Presiden Ma'ruf Amin telah menginstruksikan lima kabupaten di


Provinsi Jabar harus dapat menuntaskan masalah kemiskinan ekstrem pada akhir
tahun atau Desember 2021. Wakil Presiden Ma'ruf memberikan dua gambaran
penanggulangan, yaitu berupa perlindungan sosial dan pemberdayaan. Hal
tersebut terucap usai Rapat Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem di
Aula Barat Gedung Sate Bandung. Wakil Presiden menuturkan, pemerintah
menargetkan kemiskinan ekstrem di Indonesia dapat dituntaskan pada 2024.
Wakil Presiden bertemu dengan lima bupati di Jabar dalam rangka
penanggulangan kemiskinan ekstrem dan tekad menanggulangi kemiskinan.
"Kemiskinan sekarang ini, menurut data BPS, sebanyak 27 juta lebih. Tapi yang
kita kategorikan ekstrem itu sekitar 10 juta lebih, 4 persen dari 10 persen
kemiskinan," kata Wakil Presiden Ma'ruf di hadapan peserta rapat yang terdiri
9

dari Bupati Cianjur, Bupati Bandung, Bupati Kuningan, Bupati Indramayu, dan
Bupati Karawang. Kelima daerah tersebut ditetapkan sebagai wilayah prioritas
penanggulangan kemiskinan ekstrem di Provinsi Jawa Barat pada 2021.

Tidak hanya membuat desa percontohan penanganan, Pemkab juga


melaksanakan IPM dengan membentuk PKBM di setiap pondok pesantren yang
ada di Cianjur. Dengan demikian, santri yang mondok tidak hanya mendapatkan
ilmu agama, tetapi sekaligus mendapat pendidikan formal, sebagai modal mereka
saat kembali ke masyarakat. "Keberadaan pondok pesantren harus tetap dijaga dan
tidak boleh hilang tergerus perkembangan zaman karena keberadaannya menjadi
pusat pembelajaran agama. Namun, ilmu di ponpes harus digabungkan dengan
pendidikan formal sebagai tempat membentuk karakter generasi yang ber-
akhlakul karimah," kata Bupati Cianjur, Herman. Beliau mengatakan, angka rata-
rata pendidikan sekolah di Cianjur masih rendah akibat hanya memfokuskan
pendidikan agama saat anak masuk ponpes. Tidak hanya itu, sebagai upaya
memberantas kemiskinan ekstrem, Pemkab Cianjur akan mendorong kejar paket
A sampai C untuk meningkatkan SDM warga di pelosok. Berbagai program
pengentasan kemiskinan akan dibarengi dengan kegiatan langsung yang dapat
dirasakan masyarakat, termasuk membuka lapangan usaha dan membantu
permodalan bagi mereka yang sudah mendapat pelatihan. Selama ini, banyak
ditemukan bahwa mereka yang sudah mendapat pelatihan tidak dapat
mengembangkan ilmu yang sudah dapatkan. Pelaku UMKM di Cianjur mengaku
masih mengalami berbagai kesulitan, terutama terkait promosi dan pemasaran
produk yang mereka hasilkan. Mereka merasa belum memiliki ruang yang cukup
untuk pemasaran di tingkat lokal hingga luar negeri karena, setelah memberi
pelatihan, pihak dinas atau pemerintah daerah terkesan lepas tangan.
Permasalahan promosi dan pemasaran tersebut juga akan diberi jalan keluar agar
mereka yang sudah berusaha dapat bangkit dari kemiskinan ekstrem.
BAB IV

KESIMPULAN

1. Akibat pandemi covid-19, Kab. Cianjur masuk ke dalam lima besar daerah yang
mengalami kemiskinan ekstrem.
2. Jenis-jenis kemiskinan: subjektif, absolut, relatif, alamiah, kultural, dan struktural.
3. Untuk memberantas kemiskinan ekstem, pemerintah Kab. Cianjur membuat
program-program pendidikan termasuk mendorong kejar paket A,B, dan C untuk
meningkatkan kualitas SDM warga Kab. Cianjur.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://regional.kompas.com/read/2021/11/03/112711778/ironi-kemiskinan-di-
lumbung-padi-jawa-barat?page=all

https://classroom.google.com/c/NDA5MzI2NTExMzY3/a/NDA5MzI2NTExMzg3/details

http://eprints.umpo.ac.id/4030/3/3.%20BAB%20II%20PDF.pdf

https://regional.kompas.com/read/2021/10/01/064405078/cianjur-termasuk-daerah-
dengan-penduduk-miskin-tertinggi-di-jabar

Anda mungkin juga menyukai