Dosen Pengampu:
Mujiyono,S.Sos.,MPS.SP.
Ditulis Oleh:
Jellsy Zelsia Ananda Sularsana
41153020190005
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan berasal dari kata dasar mis-kin yang artinya tidak berharta-
benda (menurut Poerwadarminta, KBBI). Pengertian lebih luas, kemiskinan dapat
diartikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga,
maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup (sandang,pangan, dan
papan). Jika dikaitkan dengan istilah pandemi covid-19 yang telah mewabah di
hampir seluruh penjuru dunia, maka ada banyak sekali negara yang angka
kemiskinannya semakin melonjak. Salah satunya negara kita sendiri yaitu
Indonesia.
Banyak masyarakat Indonesia yang terkena dampak covid-19 dan
kehilangan pekerjaan sehingga mengakibatkan dampak sosial. Meskipun
Indonesia masuk 5 besar dalam daftar negara dengan penurunan kasus covid-19
yang signifikan, namun tetap saja pandemi covid-19 ini belum usai. Dari kondisi
terkini, secara kasat mata dapat terlihat bahwa kondisi kehidupan masyarakat
Indonesia belum pulih sepenuhnya seperti masa-masa sebelum pandemi, terutama
dalam bidang ekonomi.
Tak hanya perihal kesehatan, untuk masyarakat yang tidak memiliki
pekerjaan tetap atau serabutan, tentu saja covid-19 ini akan membuat mereka
mengalami keterpurukan sosial. Hal ini dapat terlihat dari angka kemiskinan yang
terus meningkat di beberapa wilayah. Dinas Sosial (Dinsos) Jawa Barat mencatat
angka kemiskinan di Jawa Barat meningkat dari 6,8 persen pada 2019 menjadi 9,7
persen pada 2021. "Angka kemiskinan hingga September 2019 mencapai 6,8
persen. Pada 2020, angka kemiskinan meningkat menjadi 8,4 persen dan pada
2021 sebesar 9,7 persen," ujar Kepala Dinas Sosial Jawa Barat, Dodo Suhendar,
(19/10/2021).
Jika berbicara tentang Jawa Barat, maka ada satu daerah yang terkenal
dengan sebutan Lumbung Padi Jawa Barat yaitu Cianjur. Sebagian besar wilayah
Cianjur merupakan penghasil produk pertanian unggulan, seperti beras pandan
wangi yang terkenal hingga ke luar negeri. Namun, selama pandemi covid-19 ini,
para petani dan pekerja lainnya mengalami hambatan dan penurunan penghasilan
yang ekstrem. Maka dari itu, dalam makalah yang berjudul “Lumbung Padi Jawa
Barat Dilanda Kemiskinan Ekstrem Akibat Pandemi Covid-19” ini, penulis akan
menjelaskan situasi dan kondisi kemiskinan yang dialami oleh warga Cianjur
selama pandemic covid-19.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa warga Cianjur mengalami kemiskinan ekstrem?
2. Apa saja jenis-jenis kemiskinan dan contohnya?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi kemiskinan tersebut?
1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengapa warga Cianjur mengalami kemiskinan ekstrem.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kemiskinan dan contohnya.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi kemiskinan
tersebut.
D. Metode Penelitian
Makalah ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Nurwati (2008), kemiskinan merupakan masalah sosial yang terus ada
di kehidupan masyarakat. Masalah kemiskinan sangatlah lama, dan dalam waktu yang panjang,
sama seperti halnya dengan usia manusia itu sendiri, dan unsur pokok permasalahannya adalah
menyangkut berbagai macam bentuk atau karakter kehidupan manusia. Dengan kata lain bahwa
kemiskinan ini merupakan masalah kehidupan yang sifatnya global atau mendunia, artinya
masalah kemiskinan sudah menjadi perhatian dunia, dan masalah tersebut ada di semua negara,
walaupun dampak dari kemiskinan sangatlah berbeda-beda.
Menurut Amarta Sen (1987) dalam Haughton dan Shahidur (2012) kemiskinan
dikaitkan dengan kemampuan untuk menjalankan suatu fungsi dalam masyarakat. Dengan
demikian kemiskinan timbul apabila masyarakat tidak memiliki pendapatan, dan tidak
mendapatkan pendidikan yang memadai, serta kondisi kesehatan yang buruk. Kemiskinan
dianggap sebagai sebuah fenomena multidimensional.
Menurut BPS (2016) kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi,
materi dan fisik untuk mencukupi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur
dengan pengeluaran. Ukuran kemiskinan yaitu menggunakan garis kemiskinan. Yang terdiri dari
garis kemiskinan makanan (GKM), dan garis kemiskinan non makanan (GKNM). Garis kemiskinan
makanan adalah nilai pengeluaran yang di hasilkan dari nilai kebutuhan minimum makanan yang
di hitung dalam 2.100 kalori perkapita perhari, sedangkan garis kemiskinan non makanan di
hitung dari kebutuhan minimum untuk sandang, pendidikan, dan kesehatan dan kebutuhan
dasar lainnya.
Menurut Haughton dan Shahidur (2012:3) kemiskinan selalu berhubungan
dengan ketimpangan, dan kerentanan karena orang yang tidak dianggap miskin bisa saja
sewaktu-waktu menjadi miskin jika mengalami permasalahan misalkan krisis finansial, dan
penurunan harga usaha pertanian. Kerentanan merupakan sebuah dimensi pokok kesejahteraan
karena hal tersebut mempengaruhi tingkah laku setiap individu dalam hal investasi, pola
produksi dan strategi yang sesuai serta persepsi tentang situasi masing-masing.
Menurut teori Nurkse (dalam Kuncoro 1997:107) Kemiskinan bertumpu pada
teori lingkaran setan kemiskinan, adanya ketidaksempurnaan pasar, kurangnya modal, dan
keterbelakangan Sumber daya manusia menyebabkan produktivitas rendah. Rendahnya
produktivitas akan mengakibatkan pendapatan ikut rendah, rendahnya produktivitas
mengakibatkan pendapatan yang di terima rendah, pendapatan yang rendah mengakibatkan
investasi dan tabungan menurun.
3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Masalah Kemiskinan yang Dialami Oleh Warga Cianjur
Merebaknya virus baru di awal tahun 2020 menggemparkan dunia karena
virus ini sangat mudah menular, virus ini dikenal coronavirus (SARS-CoV) dan
jenis penyakit yang ditimbulkan disebut Coronavirus disingkat covid-19 (Yuliana,
2020). Covid-19 merupakan keluarga besar virus yang menular dan dapat
menyebabkan penyakit ringan seperti pilek sampai penyakit serius seperti MERS
dan SARS (Supardi dan Rahmad, 2020). WHO menyatakan bahwa covid-19
menular melalui orang yang terinfeksi coronavirus. Virus tersebut menyebar
melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin. Selanjutnya, droplet yang
mengandung coronavirus dapat mendarat dipermukaan benda yang mungkin di
sentuh oleh orang yang sehat. Jika di tangan orang yang sehat terdapat coronavirus
dan kemudian menyentuh hidung, mulut atau mata, maka orang tersebut akan
terpapar coronavirus. Coronavirus itu sifat nya zoonotik yaitu penyakit pada
hewan yang bisa menyebar ke manusia. Namun, pada SARS COV-2 bisa menular
dari satu orang ke orang yang lain nya.
Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Diketahui
pada akhir desember tahun 2019 . sampai saat ini sudah di pastikan terdapat 65
negara lebih yang telah terjangkit virus ini termasuk di Indonesia. Upaya dalam
mengurangi penyebaran wabah covid-19 setiap negara adalah melakukan
kebiasaan dengan cara sering mencuci tangan, hindari menyentuh area wajah,
hindari berjabat tangan dan berpelukan, menggunakan barang pribadi, lakukan
etika batuk dan bersin, hindari berkumpul dalam jumlah banyak, mencuci bahan
makanan, gunakan disinfektan, social distancing. Pemerintah mengeluarkan
kebijakan beraktifitas di dalam rumah saja untuk mencegah penyebaran virus.
Dengan bekerja di rumah, belajar di rumah, menjaga kebersihan. Mengisolasi diri
merupakan salah satu tindakan memutus mata rantai penyebaran wabah covid-19.
Namun, di sisi lain kebijakan membatasi diri memberi dampak signifikan
bagi para pencari nafkah di luar rumah, terutama sektor informal yang merupakan
kelompok marginal paling kuat terkena dampaknya bahkan banyak yang di PHK
dan dirumahkan, bahkan akan muncul kelompok rentan baru akibat dirumahkan
dan tidak bisa mencari pekerjaan atau kehilangan pekerjaan (Masúdi dan Winanti,
2020). Demikian juga menurut Susilawati, Reinpal Falefi, dan Agus Purwoko
(2020), sektor yang terkena dampak pandemi Covid-19 yang paling signifikan
adalah sektor rumah tangga karena tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi dan
secara otomatis terhenti untuk beberapa waktu sehingga tidak mendapat
penghasilan untuk menghidupi keluarganya. Akibatnya daya beli masyarakat
menurun, aktivitas pendidikan menurun, kesehatan menurun, sehingga
bertambahnya masyarakat miskin, salah satunya di daerah Cianjur, Jawa Barat.
4
5
-Kemiskinan Subjektif
-Kemiskinan Absolut
-Kemiskinan Relatif
-Kemiskinan Alamiah
-Kemiskinan Kultural
8
-Kemiskinan Struktural
dari Bupati Cianjur, Bupati Bandung, Bupati Kuningan, Bupati Indramayu, dan
Bupati Karawang. Kelima daerah tersebut ditetapkan sebagai wilayah prioritas
penanggulangan kemiskinan ekstrem di Provinsi Jawa Barat pada 2021.
KESIMPULAN
1. Akibat pandemi covid-19, Kab. Cianjur masuk ke dalam lima besar daerah yang
mengalami kemiskinan ekstrem.
2. Jenis-jenis kemiskinan: subjektif, absolut, relatif, alamiah, kultural, dan struktural.
3. Untuk memberantas kemiskinan ekstem, pemerintah Kab. Cianjur membuat
program-program pendidikan termasuk mendorong kejar paket A,B, dan C untuk
meningkatkan kualitas SDM warga Kab. Cianjur.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://regional.kompas.com/read/2021/11/03/112711778/ironi-kemiskinan-di-
lumbung-padi-jawa-barat?page=all
https://classroom.google.com/c/NDA5MzI2NTExMzY3/a/NDA5MzI2NTExMzg3/details
http://eprints.umpo.ac.id/4030/3/3.%20BAB%20II%20PDF.pdf
https://regional.kompas.com/read/2021/10/01/064405078/cianjur-termasuk-daerah-
dengan-penduduk-miskin-tertinggi-di-jabar